KERANGKA SERMON EVANGELIUM MINGGU 22 November 2015
Minggu Akhir Tahun Gerejawi
Ev. Lukas 12 : 35 – 43 Ep. Daniel 7 : 9 – 14 HT. V – X dan Maksudnya
“Berbahagialah
Hamba Yang Didapati Tuannya Berjaga-jaga”
I.
Pendahuluan
Kita sering mendengar atau mengucapkan kalimat “menanti
atau menunggu adalah pekerjaan yang sangat membosankan”. Maka untuk menghindari
kebosanan, ada kalanya kita melakukan berbagai hal atau pekerjaan. Tidak jarang
karena lelah setelah sekian lama menanti, timbul kejenuhan sehingga kita
meninggalkan atau membatalkan janji dengan orang yang kita nantikan. Sama
halnya dengan kehidupan orang Kristen saat ini. Kita mengimani bahwa kita hidup
dalam janji Tuhan, di mana Dia akan datang melawat kita dan membawa kita ke
dalam Rumah-Nya yang kekal yaitu Sorga. Yesus berfirman agar kita senantiasa
berjaga-jaga dan bersiap dalam menyongsong kedatangan-Nya yang keduakali.
Bahkan para Rasul yang menuliskan suratnya dalam Alkitab juga menyampaikan
pesan yang sama agar kita senantiasa bersiap menyongsong kedatangan-Nya. Namun
setelah sekian lama, bahkan sudah banyak para pendahulu kita yang telah
meninggal, tanda-tanda kedatangan-Nya yang kedua sepertinya belum kelihatan.
Banyak orang mencoba meramal-ramal kedatangan-Nya, namun semua teori manusia
mentah dan tidak terbukti. Banyak orang mulai ragu akan kebenaran perkataan
Yesus dan para rasul-Nya itu, sehingga dalam penantiannya, manusia melakukan
kehendaknya sendiri dengan pemikiran bahwa Yesus tidak akan datang dalam waktu
dekat dan masih ada waktu untuk menikmati indahnya hidup di dunia dan nanti
masih ada waktu untuk bertobat saat tanda-tanda kedatangan-Nya sudah kelihatan.
Nats ini merupakan percakapan antara Yesus dengan para murid-Nya mengenai
kedatangan-Nya kedua nantinya. Yesus memberi sebuah gambaran/ ilustrasi
bagaimana Dia akan datang ke dunia ini untuk kedua kalinya. Yesus memberi arahan
bahwa cara dan sikap yang paling tepat untuk menanti kedatangan-Nya adalah menunjukkan kualitas iman dan pola hidup
yang benar di hadapan Tuhan. Bukan sekedar menanti dalam kepasifan (sekedar
berpangku tangan), namun tetap aktif dalam melakukan kehendak Tuhan (menjalin
hubungan yang intim dengan-Nya) dan berperan aktif dalam menghidupi imannya
dengan penuh pengharapan. Yang perlu kita lakukan bukanlah mempertanyakan kapan
dan bagaimana Ia akan datang, tetapi kita harus selalu bersiap kapanpun dan
bagaimanapun proses kedatangan-Nya karena tidak seorangpun akan tahu kapan Dia
akan datang.
II.
Penjelasan Nats
1.
Menanti Tuhan Sama Seperti Mengikat Pinggang Erat-Erat Sambil Menyalakan
Pelita (ay. 35 – 38)
Ketika Yesus datang melawat dunia, tidak tanggung-tanggung, sebab Dia
mengambil rupa dan hati sebagai seorang hamba. Hal ini Dia lakukan bukanlah
tanpa alasan. Mengapa.? Hamba (Doulos) adalah
budak yang selalu bekerja untuk tuannya dengan sepenuh hati, tulus untuk
kepentingan tuannya, bukan untuk kepentingannya. Hamba tunduk sepenuhnya setiap
saat terhadap kehendak dan kemauan tuannya. Maka inilah yang Tuhan inginkan sebagai
Tuan dari kita sebagai para hamba-Nya. Untuk mempermudah pemahaman para
murid-Nya akan pola hidup yang harus mereka miliki sebagai hamba Tuhan, maka
Yesus memberi sebuah gambaran tentang sikap seorang hamba kepada tuannya.
Malam hari menegaskan waktu kedatangan Tuhan yang tidak diduga-duga (di
mana umumnya malam hari banyak orang tertidur pulas dan lengah), sehingga
banyak hamba tidak lagi berjaga-jaga menantikan kedatangan tuannya; hal itu
membuat mereka tidak lagi bersungguh-sungguh bekerja, dan kemudian berubah
menjadi hamba yang jahat. Pinggang yang berikat adalah tanda kesiapan bekerja
dan melayani; pelita yang menyala menunjukkan semangat yang tidak pernah padam
meski tuannya pulang larut atau bahkan dini hari. Konteks di zaman itu, suatu
acara perkawinan dapat berlangsung beberapa hari serta diadakan di satu tempat
di mana orang-orang yang diundang perlu melakukan perjalanan yang cukup lama.
Maka sangatlah umum jikalau seseorang pergi ke acara perkawinan maka para hamba
tidak tahu persis kapan sang tuan akan kembali tiba di rumah. Maka hamba yang baik
akan senantiasa menunggu tuannya hingga pulang, meskipun dia tidur namun dia
tidak terlelap dalam tidurnya.
2.
Bersiapsedia Selalu Menanti Datangnya Tuhan (ay. 39 – 40)
Menanti bukan berarti kita harus berpangku
tangan dan duduk manis sambil melamun.
Penantian akan kedatangan Tuhan itu adalah penantian yang aktif, bukan pasif
(diam). Menanti bukan berarti meninggalkan pekerjaan dan aktivitas sehari-hari,
justru sembari kita beraktivitaslah kita juga menjaga dan memelihara iman dan
pengharapan kepada Kristus. Dengan demikian, kapanpun Dia datang, tidak ada
yang terkejut dan kelabakan atau merasa tidak siap. “Kerajinan di kemudian hari tidak bisa menebus kelalaian pada masa
lalu”. Perkataan ini sangat tepat untuk
menegur orang-orang yang berusaha memperbaiki hidup saat Tuhan datang untuk
kedua kali. Adalah kesia-siaan jika manusia mencoba bertobat pasa saat hari-Nya
telah tiba. Hari Tuhan bukanlah hari untuk bernegosiasi atau untuk berkompromi,
namun merupakan hari penghakiman atas segala sikap hidup kita dalam merespon
perbuatan Tuhan bagi kita. Yesus meminta pengikut-Nya menggunakan waktu
penantian untuk tetap berusaha dan bekerja di dunia, bukan bermalas-malasan.
Tujuan Yesus memberitahukan kedatangan-Nya bukanlah untuk menakut-nakuti kita
dan bukan juga mendorong manusia untuk memprediksi dan menghitung-hitung kapan
harinya akan tiba, melainkan agar kita senantiasa bersiap-siap dengan tetap
setia pada-Nya.
3.
Berbahagialah Hamba Yang Setia dan Bijaksana (ay. 41 – 43)
Dengan rasa penasaran
Petrus bertanya pada Yesus, “Tuhan,
kamikah yang Engkau maksudkan dengan perumpamaan itu atau juga semua orang?”
Mendengar pertanyaan Petrus itu, Yesus menjawab bahwa seorang tuan yang
memiliki banyak hamba di rumahnya akan memilih satu diantaranya menjadi kepala
atas semua hambanya. Tentu saja sang tuan tidak asal memilih, namun
menyesuaikan kemampuan, kesetiaan, ketulusan dan kebijaksanaan si hamba dalam
menjalankan tugasnya. Dan Yesus menambahkan, “Berbahagialah hamba, yang didapati tuannya melakukan tugasnya itu,
ketika tuannya itu datang”. Kedatangan kembali Kristus yang kedua kali
merupakan suasana yang sama sekali tidak disangka-sangka oleh siapapun.
Kedatangan-Nya pun bukanlah suatu perangkap atau tipuan di mana Allah ingin
menangkap kita yang tidak berjaga-jaga. Sesungguhnya Allah sedang memberi waktu
bagi semua orang supaya semua mendapat kesempatan untuk mengikut Dia dan
menerima janji keselamatan itu. Dapat kita lihat buktinya dalam II Petrus 3:9, “Tuhan
tidak lalai menepati janji-Nya, sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai
kelalaian, tetapi Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan
ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat”. Untuk
itulah Tuhan menuntut kesetiaan kita dalam menantikan kedatangan-Nya dengan
hidup dalam firman-Nya dengan menyatakan kasih setiap pada Tuhan dan tentu
diterapkan kepada sesama. Jadi jawaban Yesus atas pertanyaan Petrus sangat
jelas, bahwa perkataan dan peringatan Yesus itu ditujukan kepada semua orang,
termasuk kepada para murid-Nya.
III.
Kesimpulan dan Refleksi
1.
Kualitas hidup yang harus dimiliki oleh seorang hamba
supaya berkenan kepada Tuhan adalah: 1)
Kesetiaan. Arti umum setia adalah: berpegang teguh pada janji atau
pendirian, patuh dan taat di segala situasi. (Amsal 20:6 dan19:22). Terhadap
hamba yang melayani dengan setia sampai akhir Tuhan tidak pernah menutup mata,
Ia menyediakan upah-Nya. (Wahyu 2:10b). 2.
Ketekunan, berarti bersungguh-sungguh dan konsisten. (Ibrani 10:36).
2.
Tidak perlu sakit hati dan kecewa jika pelayanan kita
tidak dianggap dan tidak dihargai manusia, sebab Tuhan tidak pernah melewatkan
pelayanan sekecil apa pun yang kita lakukan untuk-Nya, semua
diperhitungkan-Nya.
3.
Minggu akhir tahun gerejawi menjadi moment di mana
kita mengenang jemaat yang meninggal dalam satu tahun ini dan sekaligus
mengingatkan kita bahwa semua orang akan dan harus mati (memento mori : ingat hari kematianmu). Jika kita mengingat bahwa
kita akan mati, maka selama hidup apa yang harus kita lakukan.? Firman Tuhan
ini jelas mengajarkan kepada kita bahwa perlu ada kesetiaan dan kepatuhan
kepada Tuhan sebagai respon kita menghidupi janji keselamatan yang telah
dianugerahkan Tuhan pada dunia. Bahkan firman ini mengingatkan kita untuk tetap
waspada dan berjaga-jaga karena kematian bisa datang kapanpun dan dimanapun
yang tentu saja menutup kemungkinan untuk memperbaharui diri. Maka kita tidak
perlu bertanya kapan, dimana dan bagaimana kita akan meninggalkan dunia ini.
Yang penting adalah bagaimana kita menjalani hidup di hadapan Tuhan dan di
hadapan manusia, sehingga kapanpun waktu kematian itu datang tidak menimbulkan
keterkejutan, namun sukacita karena kita telah mempersiapkan diri kita setiap
saat. Kematian dan akhir zaman akan menjadi pengharapan baru akan hidup baru
bagi orang percaya pada Kristus, tapi akan menjadi kengerian dan kesusahan bagi
orang yang hidup fasik di hadapan Tuhan. Maka untuk itu, beberapa sikap yang
perlu dan harus kita miliki dalam hidup ini adalah :
-
Tidak munafik, melainkan tulus
-
Tidak takut, melainkan berani mempersaksikan imannya
-
Tidak kuatir, melainkan percaya akan rancangan dan
janji Tuhan
-
Tidak tamak, melainkan murah hati
-
Tidak malas, melainkan rajin
-
Priotas utama hidup kita adalah TUHAN
Tuhan Yesus memberkati. Amin.
Pdt. Polma Hutasoit, S.Th