Kamis, 29 Oktober 2015

Amsal 23 : 15 – 26 “Tujukanlah Hatimu Ke Jalan Yang Benar”

KERANGKA  SERMON EVANGELIUM MINGGU 1 November  2015
MINGGU XXII SETELAH TRINITATIS
Ev : Amsal 23 : 15 – 26                  Ep : Ibrani 9 : 11 – 14
“Tujukanlah Hatimu Ke Jalan Yang Benar”

I.              Pendahuluan
Alkitab mencatat bahwa Allah mengatakan Salomo akan menjadi orang paling berhikmat di dunia ini (1 Raj. 3:12). Meskipun dalam prakteknya Salomo mengalami banyak kegagalan dalam menggunakan hikmatnya sendiri, namun nasihat-nasihat yang dituliskannya pada sebahagian besar kitab Amsal ini memberi banyak sekali pelajaran bagi setiap orang bagaimana kita menjalani hidup. Kitab Amsal ini memberi banyak saran dan nasihat untuk cara hidup yang efektif. Kitab Amsal berfokus pada Allah (karakter, karya dan berkat-Nya) kemudian memberitahukan serta mengajak kita untuk bisa hidup di dalam hubungan yang akrab dengan-Nya. Salomo sebagai raja ketiga di Israel mendapat mimpi yang sangat luar biasa, di mana dia bertemu dengan Tuhan. Tidak hanya itu, Tuhan bahkan menawarkan kepadanya akan apa yang dia ingini Tuhan beri kepadanya. Kesempatan itu tidak dimanfaatkan untuk meminta hal-hal yang sifatnya memenuhi kesenangan, seperti harta, umur, kehormatan dll. Dia malah meminta “hati yang  faham” agar dia  faham menimbang perkara untuk menghakimi umat Tuhan dengan dapat membedakan antara yang baik dan yang jahat (1 Raj. 3:9). Maka tujuan dari Amsal pada umumnya adalah untuk mengajar manusia bagaimana memperoleh hikmat, disiplin dan kehidupan yang bijaksana dan bagaimana melakukan hidup yang benar, adil dan jujur. Amsal ini juga dapat menjadi petunjuk moral bagi setiap orang dalam menjalani kehidupan sehari-harinya. Dasar dari semua hikmat itu adalah takut akan Tuhan (Am. 1:7)

II.           Penjelasan Nats dan Refleksinya
1.        (Ay. 15 – 18)
Sebagaimana dalam pendahuluan di atas disebutkan bahwa Amsal merupakan nasihat, maka ayat 15 diawali dengan perkataan “hai anakku”. Seperti seorang bapak memberi nasihat sekaligus motivasi untuk anaknya dengan mengatakan “jika hatimu bijak, hatiku juga bersukacita.” Benar adanya bahwa seorang bapak akan merasa bersukacita jika anaknya memiliki hati yang bijaksana. Penulis tidak mengatakan bahwa ia bersukacita jika anaknya pintar, cantik/ tampan, kaya, dsb. Karena tidak semua orang pintar, cantik/ tampan, kaya, dsb memiliki hati yang bijak. Tanpa kebijaksanaan, semua itu bisa menimbulkan kesombongan dan berujung pada kesia-siaan. Sukacita dari orangtua itu menjadi sebuah tanda rasa puas karena anaknya mendengar didikannya dan teladan yang ia tunjukkan kepada anaknya. Setiap orangtua juga mendambakan anaknya untuk hidup jujur, jujur tidak hanya ketika bersama-sama dengan orangtuanya, namun jujur dalam segala hal. Seorang anak yang jujur pasti juga akan mendatangkan sukacita bagi orangtuanya. Namun seorang anak yang jujurpun tidak terlepas dari bagaimana seorang orangtua membentuk anaknya memiliki pola hidup yang jujur. Kembali orangtua menjadi teladan terdekat baginya untuk menjadikannya anak yang selalu menyatakan apa yang benar. Nats ini menerangkan kepada kita bagaimana peran orangtua dalam membentuk anaknya menjadi anak yang benar. Bahkan penulis dalam ayat 13-14 mengatakan bahwa ketika si anak tidak menerima didikan, ada baiknya sang anak ditegur lebih keras demi kebaikan mereka dan tetap dengan dasar kasih sayang. Dengan menegur seorang anak yang melakukan kesalahan, dia tidak akan mati malah dia akan memiliki kesadaran untuk tidak mengulang kesalahan yang sama. Namun orangtua yang terlalu menjaga perasaan anaknya sehingga mentoleransi kesalahannya malah ia sedang mengijinkan anaknya berjalan menuju dunia orang mati/ jurang maut.
Penulis juga memberi motivasi kepada kita bagaimana kita harus senantiasa bersyukur atas apa yang kita miliki, bukan malah iri hati kepada orang-orang yang hidupnya mapan secara jasmani namun kerdil secara rohani. Daripada harus memusingkan kehidupan orang lain, penulis mengajak kita untuk senantiasa takut akan Tuhan dalam segala situasi hidup kita. Hal ini menjawab berbagai perkataan kita yang sering mengeluh ketika kita melihat bahwa kehidupan orang yang tidak mengenal Tuhan lebih mapan dari kita yang senantiasa lebih dekat dengan Tuhan. Kita diajar untuk melihat berkat itu tidak hanya dari segi materinya saja, tapi melihat bagaimana hidup kita tetap Tuhan pelihara meskipun kita mengalami banyak kekurangan atau kesulitan. Manusia tidak pernah tahu bagaimana rancangan Tuhan itu bagi dirinya. Yang pasti adalah rancangan Tuhan selalu mendatangkan kebaikan bagi umat-Nya. Untuk itu, jika kita mau percaya pada-Nya, maka masa depan sungguh ada dan harapan orang percaya tidak akan pernah hilang dan sia-sia. Sebab Tuhan yang maha pengasih itu punya banyak cara untuk mengubah hidup orang yang percaya pada-Nya. Bisa saja berkat itu diterima oleh anak cucu kita nantinya.
2.        (Ay. 19 – 21)
Penulis yang penuh hikmat itu mengajarkan bagaimana harus hidup bersosial/ bergaul. Sebagai anak Tuhan, kita dituntut punya prinsip yang jelas dalam bergaul dan berbaur dengan lingkungan. Kita harus tahu jalan yang benar menurut firman Tuhan dan berjalan di sana. Bergaul dengan setiap orang dari berbagai latar belakang itu bagus, namun jangan sampai identitas dan jatidiri kita rusak oleh karena pergaulan. Lingkungan berperan besar membentuk karakter seseorang. Jika biasa bergabung dengan kumpulan pemabuk dan orang yang suka hura-hura dan sikap buruk lainnya, maka besar kemungkinan kita bisa terkontaminasi. Demikian sebaliknya, berada dalam lingkungan yang baik, akan mempengaruhi kita hidup dalam kebaikan. Untuk itu, penulis perikop ini menganjurkan agar kita menghindarkan diri untuk bergabung dengan kumpulan pemabuk dan pelahap daging. Sering sekali minuman dianggap sebagai penenang pikiran bagi orang yang mengalami stres atau beban berat. Namun sesungguhnya itu hanya pelarian karena orang yang mabuk akan kehilangan kesadaran sementara waktu dan ketika dia sadar, masalahnya tidak selesai bahkan mungkin bisa saja semakin rumit karena belum ditangani. Demikian pelahap daging. Sama halnya dengan yang kita hadapi saat ini, jika kita makan banyak daging, maka sering sekali rasa kantuk itu datang menyerang. Dan jika dibiasakan kedua pola hidup yang demikian, maka kita bisa menjadi orang yang hidupnya penuh dengan kemalasan dan hanya mengejar kesenangan. Amsal dengan tegas sangat menentang orang pemalas, bahkan menyuruhnya belajar pada semut, hewan kecil yang tidak pernah berhenti untuk bekerja keras.
Demikian halnya dengan kita, Paulus mengatakan  dalam Efesus 5:15-16, “Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif, dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat”. Untuk itu kita diarahkan berjalan di jalan Tuhan. Jalan Tuhan itu adalah jalan penuh bahagia, maka sesuai dengan topik minggu ini dikatakan “Tujukanlah hatimu ke jalan yang benar”. Tentu jalan yang benar itu adalah jalan Tuhan yang penuh bahagia. Jalan yang membawa kita kepada pengharapan pasti di dalam nama-Nya. Itulah mengapa kita dituntut menjadi orang yang bijak, karena orang bijak akan membuat pertimbangan yang matang dalam mengambil sebuah keputusan, termasuk keputusan kemana dia harus melangkahkan kakinya dan arah hidupnya.

3.        (Ay. 22 – 26)
“Dengarlah  ayahmu”…. Janganlah menghina ibumu kalau sudah tua”, ucapan ini menjadi syarat mutlak bagi seorang anak. Tentu saja raja Salomo telah terlebih dahulu melakukan hal ini kepada orangtuanya. Ayat ini menjadi sebuah penerapan dari hukum taurat kelima tentang bagaimana kita barsikap terhadap orangtua. Saat ini tidak sedikit kasus yang kita dengar bahwa seorang anak menempatkan orangtuanya di panti jompo karena sudah tua atau karena sakit-sakitan. Sebuah lirik lagu batak mengatakan, “nunga matua au, jala sitogutoguon i. Pasabar ma amang, pasabar ma inang, laho pature-ture au. So marlapatan nauli na denggan patupaonmu molo dung mate au. Uju dingolungkon ma nian tupa ma bahen angka nadenggan asa tarida sasude holongni rohami marnatua-tuai”. Air mata penyesalan orang yang tidak mendengarkan perkataan ayahnya dan yang tidak mengasihi ibunya sama sekali tidak diperlukan saat mereka telah tiada.
Kebenaran, hikmat, didikan dan pengertian sangatlah mahal harganya. Untuk itu penulis kitab ini mengajak kita untuk membelinya meskipun mahal. Membeli bukan berarti menggunakan uang. Membeli berarti ada yang harus kita korbankan. Untuk berhikmat, kita harus mengorbankan ego, iri hati, kebencian, kemalasan dan segala kejahatan yang ada dalam diri kita. Mustahil orang yang egois, pendendam, pemalas dapat berhikmat, kecuali dia mau membayar hikmat itu dengan membuang sifat buruknya itu.
Orang yang mengasihi oragtuanya, hidup dalam hikmat dari Tuhan akan mendatangkan sukacita bagi orangtuanya, bahkan sekelilingnya. Terutama menjadi anak kesukaan bagi Tuhan. Maka dengan demikian, sebagai umat Tuhan, yang sudah menjadi orangtua, jadilah orangtua berhikmat di dalam keluarga. Kemudian, ajarkanlah hikmat itu kepada anak-anak bapak/ibu dan tentu saja bawa mereka dalam doa agar hikmat yang bapak/ibu ajarkan tidak menjadi sia-sia. Selalu arahkan mereka dalam menguasai diri di pergaulannya. Biarlah melalui pengajaran orangtua, anak-anak memiliki prinsip hidup yang jelas. Biarlah setiap orangtua bersukacita dan beria-ria karena anaknya hidup dalam kebenaran dan sejalan dengan firman Tuhan. Demikian halnya dengan seorang anak. Hendaklah setiap anak memberikan dan menujukan hatinya pada firman Tuhan dan ajaran orangtuanya. Biarlah kesenangannya berjalan di jalan Tuhan. Jika sudah demikian, maka tidak sulit lagi bagi kita untuk menemukan anak yang benar-benar hidup seturut dengan hikmat yang bersumber dari Tuhan. Kiranya Tuhan menuntun setiap umatNya untuk berjalan di jalan Tuhan yang penuh damai dan sukacita. Dan berbahagialah orang yang kesenangannya adalah berjalan di jalan Tuhan itu. Kasih setia Tuhan menjadi bahagian hidup kita sekalian. Amin.

Pdt. Polma Hutasoit, S.Th

Selasa, 20 Oktober 2015

Yesaya 1 : 10 – 18 “Ndada Pelean Sipanganon Nang Daupa Na Pinangido Ni Debata, Hamubaon Dohot Haimbaruon Ni Roha Do”

Evangelium Minggu XXIII Setelah Trinitatis 30 Oktober  2016
Yesaya 1 : 10 – 18
“Ndada Pelean Sipanganon Nang Daupa Na Pinangido Ni Debata, Hamubaon Dohot Haimbaruon Ni Roha Do”
Pdt. Polma Hutasoit, S.Th

I.                   Patujolo
Sada sian angka panurirang na jinou jala na pinillit ni Debata, ima panurirang Jesaya na laho manurirangi bangso Juda (Israel Selatan) na tangkang jala na ginjang roha, alai hata na binoan nai sahat do nang tu Israel Utara dohot tu ganup bangso nahumaliangsa. Dipillit Debata do ibana laho manjou bangso Israel asa mulak nasida tu Debata huhut dipauba rohana jala parangena be. Secara umum, surat Jesaya on dibagi gabe 3 bagian. Naparjolo, Bindu 1 – 39 digoari ma  Proto-Yesaya namarisihon hata ni si Jesaya taringot uhuman na laho aeon ni bangso Juda ianggo so marhamubaon ni roha nasida. Napaduahon, Bindu 40 – 55 digoari ma Deutero-Yesaya namarisihon hata apul-apul tu bangsa Juda naung tartaban di Babel jala baga-baga ni Debata taringot tu haluaon na naeng jaloon ni nasida marhitehite asi roha ni Jahowa. Napatoluhon, Bindu 56 – 66 digoari ma Trito-Yesaya namirisihon haluaon naung jinalo ni nasida jala mulak nasida tu huta Jerusalem. Laos dipaingot bangso i asa mangolu di bagasan hasintongan jala mangalehon pelean na sintong tu Jahowa. Turpuk Jesaya 1 : 10 – 18 on patolhashon tu hita jamita na binoan ni si Jesaya na laho paingothon bangso ni Tuhan i naung mangolu di bagasan dosa. Idaon songon na burju do namarTuhan i ala sai dipasahat nasida do angka  pelean sipanganon nang daupa di poltak ni bulan dohot ari Sabbat, alai gabe hagigion do i di Debata ala huhut do diula nasida dosa dohot hajahaton. Holan hasomalon sambing do ianggo pamujion ni nasida i. Dibahen i, dilumbahon si Jesaya do tu nasida hata ni Jahowa, uhuman nama jambar ni bangso i ianggo so marhamubaon nasida.

II.                Hatorangan Ni Turpuk
1.      Pelean Hagigion do di Debata Pelean Na so Sian Roha na Ias (ay. 10 – 14)
Barita na binoan ni si Jesaya, ima taringot tu uhuman tu ganup Juda, Israel nang saluhut bangso na mangolu di bagasan hajahaton jala na so mardalan di dalan ni Jahowa. Toho nian, ia bangso Juda diulahon nasida do ruhut-ruhut ni parugamoon i songon naung pinungka ni ompunasida, ima pasahothon angka pelean situtungon nang angka praktek-praktek ugamo ni nasida. Alai saluhutna i, ndada na tubu sian rohanasida manang alani pangarajumion na sintong taringot tu angka pasupasu nang holong naung jinalonasida sian Tuhan i. di tongatonga ni hamajuon nang kejayaan ni bangso i, gabe mandao do nasida secara partondion sian Jahowa. Dibahen nasida go ganaganaan na laho sombaonna jala dipelehon nasida do angka ianankhonna gabe pelean tu angka ganaganaan i. Alani i, disuru Debata si Jesaya mansoarahon tu tungatonga ni bangsi Juda asa dipauba nasida rohana be jala ditadingkon angka pangalaho namaralo tu hata ni Jahowa, asa malua nasida sian panguhuman. Hajahaton ni bangso i dipatudos do tu hajahaton ni halak Sodom dohot Gumora. Huta Sodom nang Gumora ima huta naniripashon ni Jahowa  marhitehite udan barerang dohot api ala hajahaton ni bangso i. Marnida hajahaton ni bangso Juda nang angka bangso nahumaliangsa, dipatudos si Jesaya do nasida tu Partogi ni Sodom dohot bangso Gumora asa dirajumi angka bangso i balga ni dosana di adopan ni Debata. Hata on didok ala angka partogi/ pemimpin nang dohot angka pertogi ni parugamoon pe nunga menguluhon bangso i mardalan di haholomon na gok dosa, jala bangso i didok bangso Gumora ala mangoloi nasida di angka ulaon namaralo tu Jahowa. Marhitehite hata nang tudos-tudos na pinasahat ni si Jesaya i nian adong ma hamubaon di nasida.
Toho dipasahat nasida do angka pelean sipanganon dohot daupa tu adopan ni Jahowa, alai  ianggo so adong do hamubaon ni roha dohot parange, ndang marlapatan i di Ibana. Ai ndada pelean i na rumingkot di Jahowa, alai roha na pasahathon pelean i do. Naeng ma nian ganup pelean i dipasahat songon tanda ni pangarajumion ni bangso i dohot tanda mauliate ni nasida taringot tu angka pasupasu naung jinalona sian Jahowa. Laos i ma dalan ni nasida lam pasolhot dirina tu Jahowa huhut mangulahon angka napinatikhonNa i. Asa unang gabe rutinitas dohot formalitas sambing naniula ni nasida i. Molo disomba Jahowa alai dipatupa ganaganaan laho sombaonna, hajahaton bolon do i diadopan ni Jahowa. Ido umbahen di dok, “Unang be datdati hamu mamboan pelean sipanganon so marniula, daupa hinabiashon ni rohangku…….. Dihagigihon rohangku do angka poltak ni bulan dohot angka tingki pararirayaonmuna”. Hata na pinasahat ni si Jesaya on, ringkot tong rimanganta. Peleanta nang dohot panombaonta tu Jahowa, sian pangarajumion na sintong do manang na holan hasomalon sambing.?

2.      Hamubaon dohot Haimbaruon do Dihalomohon Debata (ay. 15 – 18)
Dirajumi bangso Juda nang bangso Israel do ia pelean napinasahat nai tu Jahowa gabe pasonang rohaNa atik pe mangolu nasida di bagasan dosa. Sai dipingkir nasida do gabe sesa dosa ni nasida i molo nunga dilehon nasida pelean na gumodang sian angka na asing. Dipatudos nasida  Tuhan i songon angka panggonggomi na adong di hatiha i na olo manjalo angka ragam ni suap/ sogokan na tuk palua nisida sian ragam ni uhum. Dirimpu nasida do molo nunga dipelehon peleanna tu Tuhan i, tatapon ni Jahowa ma nasida molo dipaherbang nasida tanganna menomba Ibana, manang gabe alusan ni Tuhan i angka tangiang pangidoan ni nasida i molo martangiang nasida tu Ibana. Dang holan pelean nai na so dijalo Jahowa, alai haroro ni nasida pe tu bagas joro i ndang be dihalomohon Jahowa. Molo ro jolma tu bagas joro, na laho marsomba tu Tuhan i do, pasolhot dirina tu Tuhan, huhut manopoti angka dosana laos mengkirim asa dapot angka las ni roha na sian Tuhan i. Alai dang songoni ianggo bangsoNa i. Dibahen i, marhitehite hata na pinasahat ni panurirang Jesaya, tangkas didok, “Nang dipaherbang hamu tanganmuna, padaoonku do matangku maradophon hamu; jala nang dijotjoti hamu martangiang, ndang tagamon tangihononku hamu; ai gok mudar do tanganmuna i”. Dia ma lapatanna sai martangiangi jolma i, ianggo parangena so suman diadopan ni Tuhan i. Dia ma lapatanna molo sai marsombai jolma i tu Tuhan i ianggo sai marsomba tu ganaganaan jala ulaonna manggosa angka na gale, mamunu manang memelehon ianakhonna tu angka ganaganaan i.
Didok Jahowa pe hata ondeng, ndada na gabe so holong rohaNa tu bangso i manang na gabe rimpashononna nasida saluhut. Alai asa marningot do nasida di huaso nang habalgaon ni Debata, jala asa mulak nasida marhaporusan tu Ibana. Alani i, marhitehite panurirang Jesaya, didok Jahowa do asa dipauba ganup bangso i ma nian pangalahona be. Andorang so ro uhuman i, dilumbahon di Jesaya do tu nasida asa marhamubaon ni roha ma nasida. Diburi jala dipaias ma dirina be sian hadosaonna, dipasohot ma dirina sian angka hajahaton nasailaon. Diguruhon jala diulahon ma angka na denggan, dipintori  ma uhum dibagasan hasintongan, diondingi ma angka na so marama nang angka na mabalu. Molo nunga adong haimbaruon na sisongoni, tama ma ro  nasida tu adopan ni Jahowa. Diangka jolma na sisongoni, tangkas do baga-baga ni Jahowa, “Tung sura rara dosamuna songon abit bunga dapdap, * bontar do bahenonku songon itak; nang pe rara songon abit hasumba, gabe songon hapas do muse.” Ima uli ni bagabaga ni Jahowa tu jolma i. Nang pe dibagasan dosa hian jolma i mangolu, alai molo adong haradeon ni roha laho muba jala mulak tu dalan ni Jahowa, ido na gabe dapotan tumpal hangoluan i. Alai ringkot botoonta, ianggo hamubaon i ndada gabe boi parmeam-meamon. Hamubaon ima sada haputusan manang komitmen na togu sian jolma i tu Tuhan. Dang dihalomohon Tuhan i jolma na munggil-unggil di hatana na mandok muba, alai  dang sadia leleng mulak muse tu pangalaho na jat i.

III.             Sihangoluhononhon
Marhitehite turpuk on digombarhon do tu hita songon dia rumang ni parngoluon nang pangalaho ni bangso na pinillit ni Jahowa i. Sasintongna nian, ingkon boi ma nasida maniop gomos identitas ni nasida songon bangso na spesial  di adopan ni Debata. Mangolu jala mangula ma nian nasida di bagasan hasintongan jala gabe sitiruon ma nasida tu angka bangso naasing. Alai hinorhon ni angka arta portibi naung singkop dijalo nasida, tubu ma haginjangon ni roha. Arta i gabe mambaen nasida lam dao sian Tuhan, jala dipangke nasida mambaen muruk Tuhan i. Diulahon pe angka pamujion jala dipasahat angka pelean, alai ndada sian roha na ias manang sian haundukon ni roha. Disomba nasida Tuhan, alai dipajongjong nasida ganaganaan jala dipelehon angka ianakhonna tu ganaganaan i na mambaen tubu rimas ni Jahowa. Jala ala ni pangalaho ni bangso i gabe tartaban nasida jala diae nasida ma porsuk ni ngolu ala manimbil sian dalan ni Jahowa.
Nang hita pe angka halak Kristen. Tung mansai spesial do hita di Tuhan i, umbahen na ditobus hita sian hadosaonta marhitehite AnakNa Tuhan Jesus Kristus. Alai songon bangso Juda, hita pe jotjot do gagal maniop jala manghangoluhon identitasna songon halak Kristen naung pinalua ni Tuhan i sian dosa. Toho do nian hita Kristen, alai godang dope dang siihut Kristus. Baliksa, siihot lomona be dope. Ro do nian tu bagas joro i marsaor jala pasahathon peleanna, alai di luar ni joro i, pangalahona dang suman halak Kristen. Manipu, korupsi, margabus, pahata-hata dongan, nang lan pangalaho na so ture di ula dingoluna. Godang dope hita marungkil martangiang asa dipatudu Tuhan nian angka jampahan na lomak nang angka pancarian, alai dung dapot i, laos ima na gabe alasan dang ro be tu bagas joro i. Jotjot kesibukan nang parkarejoan gabe sidalian dang marsaor dohot angka lembaga ni huria, partagiangan nang parmingguan.

Marihite turpuk on tangkas dipaingot hita, molo nunga dipasahat Jahowa pasu-pasuNa tu hita, tapangke mai gabe hasangapon di goarNa jala lam manontong ma tapasolhot dirinta tu Ibana. Unang ma jolo ro uhuman asa adong panolsolion  di hita. Tapauba ma rohanta nang parulanaanta. Molo tung saleleng on mangolu hita di bagasan dosa, tapaimbaru ma ngolunta. Taburi ma dirinta marhite asi nang hata ni Debata asa ias hita jala tama ro tu joloNai pasahathon pangidoanta nang peleanta. Tangkas didok tu bangso Juda nang tu hita, “Tung sura rara dosamuna songon abit bunga dapdap, * bontar do bahenonku songon itak; nang pe rara songon abit hasumba, gabe songon hapas do muse.” Molo tu bangso i dipatupa Debata hasesaan ni dosa, lam ma tu hita.? Antong asa tama hita di adopan ni Tuhan i, tapaimbaru ma dirinta. Gabe sitiruon ma hita nang di ganup jolma na humaliang hita. Ima na gabe peleanta di adopan ni Debata. Jala sian Debata ma gogo dohot bisuk di hita laho paubahon ngolunta. Amen.

Johanes 20 : 19 – 31 “Saluhut Namarhosa Ingkon Mamuji Debata”

Epistel Minggu Quasimodogeniti, 3 April 2016
Johanes 20 : 19 – 31
“Saluhut Namarhosa Ingkon Mamuji Debata”
Pdt. Polma Hutasoit, S.Th
I.                   Patujolo
Dungkon mate Jesus, parngoluon ni angka sisean i gabe sai songon anak ni manuk na siok-siok na hamagoan indung. Ndang diboto nasida laho tudia jala naeng mangulahon manang aha. Mabiar do tong nasida patudu bohi tu tonga-tonga ni natorop i. Biar rohanasida sotung do ditangkup jala laos dipusa dohot nasida. Ala ni i marpungu ma angka sisean i di sada inganan jala disordak ma nang angka pintu asa unang adong na boi masuk tu bagas i. Di na pungu i nasida, sungkun-sungkun be do di rohana, toho do nuaeng nunga hehe Jesus i.? Ai nunga tangkas diida angka boru-borui nang deba sian sisean i  na so di udean i be bangke ni Jesus i. nang pe nunga di hatahon si Maria naung hehe Jesus i jala naung pajumpang ibana dohot Jesus, alai tung so porsea dope nasida, ala adong do songon tradisi di halak Jahudi, ianggo boru-boru do manghatahon, ndang boi dope diparhatutu nasida hasintongan ni i. Alai di turpuk on, nalnal ma diida simalolong ni nasida, nunga ditaluhon Jesus be hamatean i, jala tangkas ma diparhatutu nasida, ia molo Jesus i, toho ma Ibana Mesias jala Anak ni Debata.

II.                Hatorangan Ni Turpuk
1.        Nunga Talu Hamatean Dibaen Tuhan Jesus I (ay. 19 – 20)
Nunga dibege angka sisean i nian barita naung hehe Jesus sian hamatean jala deba sian nasida nunga mangida naung kosong tanoman i. Nunga dihatahon si Maria nian naung pajumpang ibana dohot Tuhan i laos dihatahon hata na pinasahat ni Jesus i tu tonga-tonga ni nasida. Alai ala so pajumpa dope nasida dohot Tuhan i, manongtong dope nasida di bagasan biar ni roha. Ido umbahen na marpungu nasida di sada inganan ala biar ni nasida tu halak Jahudi. Ai tangkas do diida nasida songon dia posina diae Jesus i sahat tu na tos hosana. Di dok di turpuk on ay. 19, marpungu do nasida di bot ni ari, di ari parjolo dung salpu ari Sabbat. Ari parjolo dung Sabbat ima ari Minggu, dison ma ari parhehe ni Jesus sian na manaluhon hamatean, laos dison ma dipatupa parsaoran na parjolo di saluhut halak siihut Kristus, ima angka siseanNa i. Di na holsoan jala tahutan nasida, ro ma Jesus tu tongatonga nasida, jala dipangkulingi ma nasida, “Dame ma di hamu”. Tarsonggot jala mabiar do nasida mambege tabi i, ai sordak do sude pintu, alai boi masuk jolma jala mandok tabi tu nasida. Alai dung di dok Jesus songoni, didapothon ma angka sisean i, dipatudu ma tanganNa dohot andoraNa naung matombuk i asa diida angka seseanNai jala asa porsea nasida naung hehe Ibana tumaluhon hamatean i. dung diida angka sisean i naung hehe  Jesus i, las situtu rohanasida.
Tontu sahali, haroro ni Jesus on mandapothon nasida gabe sada halongangan do, di na hinsu  jala sordak sude angka pintu, boi Ibana masuk. Marhitehite sian on naeng patorangon ni ssi Johannes, ia molo Jesus dang boi hopinan/ batasan ni manang aha pe. Didia pe, andigan pe, di situasi na songon dia pe boi do Ibana ro. On ma na gabe sada bukti na paposhon rohanta. Nang pe di bagasan biar ni roha, lomos, hagogoton, nang parungkilon na balga pe hita, tongtong do ro Jesus i. Molo porsea do hita disi Jesus i mampargogoihon hita di sude situasi ni ngolunta, papataronNa ma huasoNa i mangurupi hita. Sigaru hamatean ditaluhon, sibolis ditaluhon, lam ma parungkilonta i.? Ai sude do  na manggulmit di  portibi on tunduk tu Ibana, ala Ibana do Tuhan i jala ditoru ni huasoNa do sude na adong di liat portibi on.

2.        Disuru Jesus Angka Sisean I Jala Dilehon TondiNa Mampargogoihon Nasida (ay. 21 – 23)
Dung dipatangkas Ibada diriNa tu angka sisean i, dipasahat Jesus ma hataNa tu nasida, ima taringot tu panghobasion di tonga-tonga ni portibi on. Ianggo panghobasion ni Jesus nunga sae be, jala on ma tingkina dipasahat ma muse estafet pelayanan i tu angka siseanNa, asa nasida ma mamaritahon saluhut na niida ni nasida uju rap dohot Jesus i. Tangkas di dok Jesus, “Songon sinuru ni Ama i Ahu, suruonku hamu”. Lapatanna, disuru Debata Ama do Ibana laho mamboan jolma i tu dalan hangoluan jala asa olo nasida tumadingkon dosana be jala Ibana ma patupahon haluaon dohot hangoluan i marhitehite mudarNa na durus di Golgata, jadi manang ise naeng mangolu jala mandapot haluon i, ingkon ma jolo di jalo Ibana gabe Mesias jala mengolu jolma i di bagasan Ibana. Jala nunga singkop bei dipatupa Jesus. Nunga ditaluhon hamatean. Nueng, sahat ma ulaon i tu angka sisean i, asa ditorushon nasida naung pinatupa ni Jesus.
Ndada holan na marsuru sajo ianggo Jesus i. Diboto Ibana do ndada ulaon na mura on, jala diboto ibana kemampuan ni angka siseanNa i. Alani i, diparbohali Jesus ma nasida marhitehite gogo na sian Ibana i. Diombushon ma tu nasida ganup Tondi Parbadia. Tondi Parbadia ma na gabe jaminan di nasida mangalehon gogo nang panuturion laho pararathon barita haheheon ni Jesus jala patolhashon ia molo Jesus i Tuhan situtu do. Dilehon Jesus Tondi i tu nasida asa diboto nasida nang hita saluhutna pe, ianggo so tondi ni Tuhan i do tapangasahon di na laho mangulahon hata ni Debata, tung marisuang doi jala dang adong na tuk mangulahon i. Alai marhitehite Tondi Na i, tarbahen hita jala margogo do hita mangulahon na niajarhon ni Tuhan i. Dilehon Jesus do tong huaso/ tanggungjawab di nasida laho manghatahon hasesaan ni dosa ni torop jolma manang manghatahon na hot dope nasida mardosa. Sada tanggungjawab na balga do ianggo na jinalo ni nasida on. On ma sada ulaon na mansai maol ulahonon. Lapatanna, andorang so uhumon dongan mardosa manang daong, ingkon pastihonon do tong diriniba ias sian dosa. Jadi dipasahat Jesus ulaon on tu nasida ndada hollan laho manontuhon jolma i mardosa manang daong, alai asa nasida pe jumolo patuduhon jala pataridahon parbue ni parngoluonna songon tanda naung ditobus Jesus i nasida.

3.        Porsea Ma Tu Jesus Nang So Taida Ibana (ay. 24 – 29)
Uju na ro  Jesus mandapothon angka siseanNa i, sada sian nasida ndang rap disi, ima si Tomas. Dung ro ibana mulak tu parsaoran i, dibege ibana ma sian angka donganna naung diida nasida Jesus i. Alai dialusi ibana ma, “Na so tupa porsea ahu, molo so huida di tanganna i bogas ni labang i, laos dijama jarijaringku bogas ni labang i, jala ia so dijama tanganku andorana i.” Nunga tung sude natorop i, na adong di bagas i manndok tu ibana naung diida nasida Jesus, alai tong do ndang olo ibana porsea. Sasingtongna, nunga sai dilumbahon Jesus tu nasida saluhutna, ianggo Ibana ingkon mate do mamorsan dosa ni jolma i, jala na hehe do muse. Alai tung so olo do si Tomas porsea saleleng so diida matana Tuhan i
Dung salpu ualu borngin dung i, dipatupa nasida do muse parsaoran, di si ma nang si Tomas. Disordak nasida ma saluhut pintu na adong di bagas i. di namarpungu i nasida, dipatupa Jesus ma muse halongangan di tonga-tonga nasida. Pintu na sordak i, ndang tuk mangambati haroro ni Tuhan i tu tonga-tonga nasida. Laos di son ma dipatolhas Jesus tu si Tomas di naung hehe Ibana tumaluhon hamatean i. Disuru Jesus ma asa ro jumonok si Tomas tu Ibana jala asa disurdukhon tanganna tu bugang ni Jesus i, asa unang sai ganggu rohana jala asa porsea Ibana di Jesus naung hehe i. Dung diida ibana Jesus i, laos di dok jala dihatindangkon ma, “Tuhanku jala Debatangku”. Dipaingot Jesus ma ibana nang saluhut natorop i, “Ala diida ho Ahu, umbahen na gabe porsea ho. Martua ma angka na porsea, atik pe so diida”.
Marhitehite ayat on, tubu sada sungkun-sungkun, aha do naumbahen si Tomas jala hita jolma on jotjot dang porsea tu Tuhan i.?
1.      Ulaon ni  sibolis
Tujuan utama ni sibolis ima padaohon jolma i sian Tuhan. Asa boi tercapai sangkap ni sibolis i, ajaranna ma jolma asa ragu hita tu hata nang baga-baga ni Tuhan i, molo nunga tubu keraguan/ lomos ni roha, olo ma sukkun-sungkun hita toho dope dihaholongi Tuhan I hita, toho dope di pasupasu hita, nang lan naasing mambaen jolma i gabe holang jala lam mandao sian Tuhan i.
2.      Ndang masuk akkal
Ndang masuk akkal di torop jolma dihaheheon ni Jesus i. Sigaru si Tomas naung siseanna pe ndang porsea na toho hehe Jesus i. Ringkot antusanta, ndada sude boi pamasukon tu akkalta taringot tu pambahenan ni Tuhan, ingkon mulak tu happorseaon do/ kembali ke iman. Molo tapaksahon do pikkiranta on taringot tu pambahenan nang baga-baga ni Tuhan i, boi do hita gabe lomos jala gabe lam mandao sian Tuhan i, ala godang naso masuk di akkal hata ni Tuhan i.
3.      Ndang porsea di ulaon ni Tondi Parbadia
Jolma na Porsea di Tuhan i ndang maol manjalo jala mangantusi haheheon ni Tuhan i sian hamatean, alai di naso porsea, tontu sahali na maol do manjalo on nangpe nunga dipatorang torop jolma. On ma jolma na sai mangasahon pikkiranna dohot logikana. Nasa na marpardomuan tu ulaon ni Tondi Parbadia ndang tarjalo rohana. Laos alani i ma si Tomas ndang porsea di hata ni angka dongannai. Saluhut do nasida porsea tu Jesus, jala luhut do nasida manjalo Tondi Parbadia i sian Jesus umbahen lam hot haporseaon ni nasida. Ianggo si Tomas, ndang diida ibana Jesus  i, jala dang taruli ibana di Tondi Parbadia i.

4.        Holan Di Bagasan Jesus Do Dapot Haluaon (ay. 30 – 31)
Aut sura  digurithon saluhut na pinatupa Jesus uju ro ibana tu portibi on, dang hasiatan be buku nabadia i. Laos on ma na nihatindangkon ni panurat Johannes. Saluhut na ginurithonna i ima garis  besar panghobasion ni Jesus  uju ro Ibana manopot jala manobus hita jolma on. Panurat Johannes on mandok, umbahen na  disurat pe surat on, asa lam tangkas do panandaionta di angka pambahenan ni Tuhan i tu hita jolma, laos tarajumi ma Ibana do Kristus Sipalua di ganup jolma. Ibana do Anak ni Debata, jala Ibana do dalan hangoluan i. Marhite-hite Ibana ma dapot hita haluaon dohot hangoluan na salelengnilelengna. Ndang adong na sahat tu Ama i jala ndang adong na boi bongot tu Harajaon Banua Ginjang ianggo so marhitehite Ibana. Taulahon jala tahangoluhon ma ngolu na sintong di bagasan jala mardonganhon Tuhan Jesus Kristus i.

III.             Sihangoluhonon
Torop do halak manghatindangkon na porsea ibana di Tuhan i, alai uju mangadopi hamaolon ndang dipataridahon parbue ni haporseaonna i. Gabe ditabunihon do identitasna songon halak na porsea ibana, asa unang lam borat sitaonon na. Jala ndang saotik na mamparsoada Jesus i songon si Petrus asal ma malua ibana. Angka sisean i pe martabuni do di sada inganan ala biar ni nasida mangida halak Jahudi, sotung do gabe dibahen tu nasida songon na tu Jesus i. Alai dung dilehon TondiNa i tu nasida, tubu do habaranion di nasida, jala dipargogoi Tondi i ma nasida. Alani i, hita pe ringkotma ta pangido tu Jahowa asa manang aha pe na taadopi, TondiNa i ma dilehon tu hita mampargogoihon hita. TondiNa i ma na mangalehon habarinion manghatindangkon hasintongan jala napamonangkon hita.
Jotjot do tong ndang boi tajalo manang tahaporseai angka  halongangan na pintupa ni Jesus tu tonga-tonga ni donganta ala so taida langsung. Songon si Tomas, ndang porsea ibana naung hehe Jesus i ala ndang dohot ibana mangida Jesus i, jala ndang taruli ibana di Tondi Parbadia naniombushon ni Jesus i tu tonga-tongan ni sisean na asing. Hape andorang so mate pe Jesus i nunga sai di dok, ianggo Anak ni jolma i ingkon mate jala mangolu do muse. Alai porsea ma ibana dung diida ibana Jesus i ro tu tonga-tonga ni nasida. Alani i, ringkot nian antusanta, ia molo mangolu di bagasan Tuhan i ndada saluhut ingkon berengon asa haporseahononhon. Mansai godang do napinatupa ni Debata di luar pamingkirion ni jolma. Ala ni i unang ma lomos rohanta di hata ni Tuhan i. Nunga pola dihatahon Jesus di Buku Nabadia i, na sai ramotanNa jala dongananNa do hita ganup tingki, pargogoanNa hita di saluhut pardalanan ni ngolunta, lehononNa pangurupion di hita uju hagogotan hita, jala lan angka na asing na ni bagabagahon Tuhan i.
Porsea ma hita di si, saluhut hataNa i sai patupaonNa do di angka naporsea jala na marhaporusan tu Ibana. Di bagasan Ibana do saluhut angka si las ni roha nang pasupasu. Ibana do dalan hangoluan, jala marhitehite Ibana do boi sahat jala bongot hita tu Harajaon ni Debata. Saluhut do na marhosa jala namanggulmit di portibi on tunduk di toru ni huasoNa. Antong, sai martua ma  na porsea di Tuhanta Jesus i, ai taruli ma hita di haluaon na sian Tuhan i. Amen.

Yeremia 8 : 4 – 7, "Yang Jatuh, Bangun.! Yang Berpaling, Kembali.!"

KERANGKA  SERMON EVANGELIUM MINGGU 18 Oktober  2015
MINGGU XX SETELAH TRINITATIS
Ev : Yeremia 8 : 4 – 7      Ep : Markus 10 : 35 – 45
Yang Jatuh, Bangun.! Yang Berpaling, Kembali.!

I.              Pendahuluan
Ketika seseorang jatuh, maka sewajarnya ia akan bangkit berdiri atau ketika menyadari bahwa ia berjalan di jalan yang salah, maka ia akan memutar haluan dan kembali ke jalan yang sebenarnya. Namun berbeda halnya dengan bangsa Yehuda (Israel Selatan) dalam perikop ini. Mereka yang telah menerima banyak berkat dan kesuksesan dari Tuhan, bukannya bersyukur dan semakin mendekatkan diri kepada Tuhan. Malah sebaliknya, mereka melakukan perbuatan-perbuatan yang mendukakan hati Tuhan. Mereka hidup berdasarkan pilihan mereka sendiri, hidup dalam kemerosotan moral, mereka juga berfikir bahwa Allah dapat diajak kompromi akan dosa-dosa mereka dan Allah dapat disogok dengan persembahan-persembahan atau ibadah mereka. Bahkan mereka juga menyembah berhala selain aktif juga beribadah kepada Tuhan Allah(Sinkritisme). Untuk itu, Allah mengutus nabi Yeremia untuk menyuarakan suara Tuhan kepada bangsa itu agar mereka mengalami pertobatan. Yeremia menubuatkan hukuman bagi mereka jika mereka tidak mau mengubah hidup mereka. Pada pasal 2 : 19 dikatakan, “Kejahatanmu akan menghajar engkau, dan kemurtadanmu akan menyiksa engkau! Ketahuilah dan lihatlah, betapa jahat dan pedihnya engkau meninggalkan TUHAN, Allahmu; dan tidak gemetar terhadap Aku, demikianlah firman Tuhan ALLAH semesta alam”. Thema penting dalam kitab Yeremia ini adalah Bertobat dan berbaliklah kepada Allah, atau Dia akan menghukummu. Dan tujuan surat ini adalah mendorong umat Tuhan meninggalkan dosa-dosa mereka dan kembali kepada Tuhan yang senantiasa memberkati kehidupan mereka.

II.           Penjelasan Nats
1.        Bangsa Yehuda Menolak Untuk Kembali Kepada Allah (ay. 4 – 5)
Bangsa Yehuda yang hidup dalam kesuksesan ekonomi, pengetahuan, kemakmuran dan berbagai bidang. Namun kesuksesan ini tidak dibarengi dengan pertumbuhan rohani yang baik. Kesuksesan itu menimbulkan kesombongan bagi mereka. Mereka mengalami degradasi iman bahkan melakukan perzinahan rohani. Setelah jatuh dalam perzinahan rohani, mereka tidak mau bertobat, justru terus berkubang dalam kenajisannya. Kejahatan mereka semakin menjadi-jadi dengan mendirikan bukit pengorbanan yang bernama Tofet di lembah Ben-Hinom untuk membakar anak laki dan perempuan sebagai persembahan (7:31). Apa yang benar dan salah sudah menjadi kabur dalam pandangan mereka. Budaya malu dan sungkan tidak ada dalam masyarakat Yehuda. Yang lebih parah lagi ketika tanda-tanda datangnya hukuman Allah semakin dekat, mereka justru menyangkalinya dengan meyakinkan masyarakat dan diri mereka sendiri bahwa segala sesuatunya aman dan terkendali. Para imam dan ahli agama bukannya melakukan tugas pelayanannya dengan baik dan benar, mereka malah ikut dalam perzinahan rohani itu, menerima sogok, mengajarkan kedamaian palsu dan membiarkan penindasan kepada kaum miskin oleh orang kaya.
Mereka bukannya tidak tahu bahwa yang mereka lakukan itu adalah kekejian dan kejijikan bagi Allah, namun mereka lebih nyaman hidup dalam dosa mereka. Untuk itu Allah berfiman kepada mereka melalui Nabi Yeremia, “Apabila orang jatuh, masakan ia tidak bangun kembali? Apabila orang berpaling, masakan ia tidak kembali? Mengapakah bangsa ini berpaling, berpaling terus-menerus? Mereka berpegang pada tipu, mereka menolak untuk kembali.”
Yeremia mengingatkan mereka bahwa mereka telah jatuh ke dalam dosa, berjalan di jalan yang bertentangan dengan jalan Tuhan, mereka telah berpaling dari Tuhan, hidup dalam penipuan, termasuk menipu diri sendiri. Meskipun mereka tahu bahwa mereka telah hidup dalam kesesatan, namun bangsa yang tersesat itu menolak untuk kembali ke jalan Tuhan. Penolakan itu tidak lepas dari pemahaman bahwa tanpa campur tangan Tuhanpun mereka tetap makmur dan bahagia karena mereka masih memiliki ilah lain yang bisa mereka andalkan. Selain itu para imam juga meyakinkan mereka bahwa hukuman Allah tidak akan mungkin terjadi karena mereka juga tetap memberikan persembahan kepada Tuhan dan beribadah kepada-Nya.

2.        Allah Memperhatikan Setiap Perilaku Umat-Nya dan Mendengar Setiap Ucapan mereka (ay. 6 – 7)
Sesungguhnya memperhatikan penolakan mereka akan firman-Nya yang disampaikan oleh nabi Yeremia. Ketegaran hati, ketidakjujuran, pembangkangan dan segala dosa mereka semuanya tidak lepas dari perhatian Tuhan. Tidak ada yang mau menyesali perbuatan mereka dan tidak mau bertobat. Salah satu perilaku penting yang Tuhan tuntut dari umat-Nya adalah kejujuran. Ketika kita berdoa, nernyanyi, berbicara, melayani atau melakukan apapun dalam kehidupan ini, kejujuran menjadi unsur penting. Ketika semua itu kita lakukan dengan kebohongan, kepura-puraan, kemunafikan, maka Allah tidak berkenan dan akan menolak semua perbuatan kita itu. Semua ini bisa kita tutupi kepada sesama kita, namun Allah melihat dan memperhatikannya jauh di hingga ke dalam hati umat-Nya. Kemarahan Tuhan atas bangsa Yehuda adalah ketidakjujuran mereka kepada diri sendiri, kepada sesama dan juga kepada Tuhan. Sesungguhnya Allah terus menyatakan maksud-Nya untuk memberkati bangsa-bangsa di mana bangsa Israel sebagai sentral sebagai sarana yang dipakai Allah untuk mencurahkan berkat-Nya kepada semua bangsa. Namun hak istimewa mereka sebagai bangsa pilihan tidak menjadi jaminan bahwa mereka bisa sesuka hati melakukan apa saja. Ketika mereka berbuat dosa di hadapan Tuhan, hukuman tetap tidak bisa mereka elakkan. Kebobrokan iman mereka diumpakan seperti kuda yang menceburkan diri ke dalam pertempuran. Pastilah dia akan mati karena kuda tidak memiliki senjata untuk melindungi tubuhnya. Jadi merekapun akan mati dalam pelarian mereka karena firman Tuhan tidak lagi mereka miliki sebagai senjata dan tameng mereka. Hanya pertobatan yang sungguh-sungguhlah yang memungkinkan Allah mengampuni mereka sebagaimana Allah mengampuni bangsa Niniwe yang mau meninggalkan dosa dan kejahatan mereka dengan didasari kesungguhan di hadapan Tuhan. Tuhan juga tahu, mana pertobatan yang sungguh-sungguh dan mana yang hanya sekedar berpura-pura.
Allah mengumpamakan bahwa mereka tidak lebih baik dari dari burung-burung di udara. Burung ranggung, tekukur, burung layang-layang dan burung bangaupun pergi meninggalkan sarangnya. Namun semua jenis burung ini tidak pernah lupa di mana sangkarnya bahkan meskipun dia terbang jauh dari sangkarnya. Sementara umat Tuhan yang tahu jalan pulang, malah memilih bertahan dalam kesesatannya dan kekeliruannya, padahal mereka tahu jalan pulang. Jika sudah demikian, maka apa yang dinubuatkan nabi Yeremia tentang hukuman yang akan mereka terima tidak dapat lag dielakkan. Sekalipun hukuman itu akan berjalan dengan tujuan supaya mereka bertobat dan mengakui kesalahan mereka di hadapan Allah serta memohon pertolongan Tuhan.

III.      Kesimpulan dan Refleksi
ü  Sama halnya dengan orang Yehuda dalam perikop ini, kita sebagai orang Kristenpun sudah banyak yang demikian. Menganggap bahwa keberhasilan, kesuksesan, kelimpahan menjadi lebih berharga dibanding dengan persekutuan dengan Tuhan. Bahkan bisa juga kita merasa bahwa hubungan kita dekat dengan-Nya karena kita rajin ibadah maupun memberikan persembahan serta menolong banyak orang, namun dalam fakta kehidupan, kita juga hidup dalam ketidakjujuran, berdusta, berkhianat, menjadi musuh dalam selimut bagi teman kita dan banyak lagi perbuatan dosa yang kita lakukan. Kita merasa itu tidak masalah, sehingga rasa damai palsu seperti yang diajarkan para imam kepada orang Yehuda sepertinya kita rasakan juga. Kita tidak sadar bahwa kita sedang jatuh, berpaling dari Tuhan dan tidak jujur. Firman Tuhan ini mengajak kita untuk merenung, “masakan kita tidak bangkit, masakan kita tidak kembali, masakan kita tidak bertahan dengan ketidakjujuran kita.?
ü  Hidup yang benar bukan sekedar menghindari dosa. Hidup yang benar menuntut disiplin dan komitmen yang tegas. Bisa saja saat ini kita berkata, “Aku akan bertobat dan memperbaharui hidupku”. Tapi jikalau perkataan itu tidak dilakukan dan dihidupi dengan disiplin, maka sia-sialah perkataan itu dan perilaku kita pasti akan semakin buruk dibanding sebelum kita mengucapkan janji itu. Karena sesungguhnya seperti yang dikatakan firman Tuhan dalam Matius 12 : 43 – 45, ketika kita hendak bertobat, maka roh jahat dallam tubuh kita akan keluar. Namun dia akan kembali membawa 7 roh lain yang lebih jahat dari padanya dan mereka akan berusaha masuk. Jika kita mengijinkannya, maka keadaan kita akan lebih buruk lagi karena sudah ada 8 roh jahat yang menguasai hidup kita. Itulah alasan pentingnya disiplin iman dan komitmen kita untuk memperbaharui hidup.
ü  Maka untuk itu, kunci utama pertobatan adalah pengenalan diri (introspeksi), berarti kita juga mengenali dosa dan kejahatan kita di hadapan Tuhan dan sesama. Dengan demikian, kita akan kita akan menyadari bahwa tanpa Tuhan, kita ini tidak ada apa-apanya, tanpa Tuhan, berkat, pekerjaan, pendidikan, kesuksesan dan semua yang kita miliki saat ini tidak akan mungkin kita terima jikalau bukan karena kebaikan Tuhan. Untuk itu, mari kita baharui hidup kita bukan karena ada ancaman hukuman, namun karena itulah komitmen dan iman sejati dari kita anak-anak Tuhan. Amin.

Pdt. Polma Hutasoit, S.Th