KERANGKA SERMON EVANGELIUM MINGGU 18 Oktober 2015
MINGGU XX SETELAH TRINITATIS
Ev : Yeremia 8 : 4 – 7 Ep : Markus 10 : 35 – 45
Yang
Jatuh, Bangun.! Yang Berpaling, Kembali.!
I.
Pendahuluan
Ketika seseorang jatuh, maka sewajarnya ia akan
bangkit berdiri atau ketika menyadari bahwa ia berjalan di jalan yang salah,
maka ia akan memutar haluan dan kembali ke jalan yang sebenarnya. Namun berbeda
halnya dengan bangsa Yehuda (Israel Selatan) dalam perikop ini. Mereka yang
telah menerima banyak berkat dan kesuksesan dari Tuhan, bukannya bersyukur dan
semakin mendekatkan diri kepada Tuhan. Malah sebaliknya, mereka melakukan
perbuatan-perbuatan yang mendukakan hati Tuhan. Mereka hidup berdasarkan
pilihan mereka sendiri, hidup dalam kemerosotan moral, mereka juga berfikir
bahwa Allah dapat diajak kompromi akan dosa-dosa mereka dan Allah dapat disogok
dengan persembahan-persembahan atau ibadah mereka. Bahkan mereka juga menyembah
berhala selain aktif juga beribadah kepada Tuhan Allah(Sinkritisme). Untuk itu,
Allah mengutus nabi Yeremia untuk menyuarakan suara Tuhan kepada bangsa itu
agar mereka mengalami pertobatan. Yeremia menubuatkan hukuman bagi mereka jika
mereka tidak mau mengubah hidup mereka. Pada pasal 2 : 19 dikatakan, “Kejahatanmu akan menghajar engkau, dan kemurtadanmu
akan menyiksa engkau! Ketahuilah dan lihatlah, betapa jahat dan pedihnya engkau
meninggalkan TUHAN, Allahmu; dan tidak gemetar terhadap Aku, demikianlah firman
Tuhan ALLAH semesta alam”. Thema penting dalam kitab Yeremia ini adalah Bertobat
dan berbaliklah kepada Allah, atau Dia akan menghukummu. Dan tujuan
surat ini adalah mendorong umat Tuhan meninggalkan dosa-dosa mereka dan kembali
kepada Tuhan yang senantiasa memberkati kehidupan mereka.
II.
Penjelasan Nats
1.
Bangsa Yehuda Menolak Untuk Kembali Kepada Allah (ay. 4 – 5)
Bangsa Yehuda yang hidup dalam kesuksesan ekonomi, pengetahuan,
kemakmuran dan berbagai bidang. Namun kesuksesan ini tidak dibarengi dengan
pertumbuhan rohani yang baik. Kesuksesan itu menimbulkan kesombongan bagi
mereka. Mereka mengalami degradasi iman bahkan melakukan perzinahan rohani.
Setelah jatuh dalam perzinahan rohani, mereka tidak mau bertobat, justru terus
berkubang dalam kenajisannya. Kejahatan mereka semakin menjadi-jadi dengan
mendirikan bukit pengorbanan yang bernama Tofet di lembah Ben-Hinom untuk
membakar anak laki dan perempuan sebagai persembahan (7:31). Apa yang benar dan
salah sudah menjadi kabur dalam pandangan mereka. Budaya malu dan sungkan tidak
ada dalam masyarakat Yehuda. Yang lebih parah lagi ketika tanda-tanda datangnya
hukuman Allah semakin dekat, mereka justru menyangkalinya dengan meyakinkan
masyarakat dan diri mereka sendiri bahwa segala sesuatunya aman dan terkendali.
Para imam dan ahli agama bukannya melakukan tugas pelayanannya dengan baik dan
benar, mereka malah ikut dalam perzinahan rohani itu, menerima sogok,
mengajarkan kedamaian palsu dan membiarkan penindasan kepada kaum miskin oleh
orang kaya.
Mereka bukannya tidak tahu bahwa yang mereka lakukan itu adalah kekejian
dan kejijikan bagi Allah, namun mereka lebih nyaman hidup dalam dosa mereka.
Untuk itu Allah berfiman kepada mereka melalui Nabi Yeremia, “Apabila orang jatuh, masakan ia tidak
bangun kembali? Apabila orang berpaling, masakan ia tidak kembali? Mengapakah
bangsa ini berpaling, berpaling terus-menerus? Mereka berpegang pada tipu,
mereka menolak untuk kembali.”
Yeremia mengingatkan mereka bahwa mereka telah jatuh ke dalam dosa,
berjalan di jalan yang bertentangan dengan jalan Tuhan, mereka telah berpaling
dari Tuhan, hidup dalam penipuan, termasuk menipu diri sendiri. Meskipun mereka
tahu bahwa mereka telah hidup dalam kesesatan, namun bangsa yang tersesat itu
menolak untuk kembali ke jalan Tuhan. Penolakan itu tidak lepas dari pemahaman
bahwa tanpa campur tangan Tuhanpun mereka tetap makmur dan bahagia karena
mereka masih memiliki ilah lain yang bisa mereka andalkan. Selain itu para imam
juga meyakinkan mereka bahwa hukuman Allah tidak akan mungkin terjadi karena
mereka juga tetap memberikan persembahan kepada Tuhan dan beribadah kepada-Nya.
2.
Allah Memperhatikan Setiap Perilaku Umat-Nya dan Mendengar Setiap Ucapan
mereka (ay. 6 – 7)
Sesungguhnya
memperhatikan penolakan mereka akan firman-Nya yang disampaikan oleh nabi Yeremia.
Ketegaran hati, ketidakjujuran, pembangkangan dan segala dosa mereka semuanya
tidak lepas dari perhatian Tuhan. Tidak ada yang mau menyesali perbuatan mereka
dan tidak mau bertobat. Salah satu perilaku penting yang Tuhan tuntut dari
umat-Nya adalah kejujuran. Ketika kita berdoa, nernyanyi, berbicara, melayani
atau melakukan apapun dalam kehidupan ini, kejujuran menjadi unsur penting.
Ketika semua itu kita lakukan dengan kebohongan, kepura-puraan, kemunafikan,
maka Allah tidak berkenan dan akan menolak semua perbuatan kita itu. Semua ini
bisa kita tutupi kepada sesama kita, namun Allah melihat dan memperhatikannya
jauh di hingga ke dalam hati umat-Nya. Kemarahan Tuhan atas bangsa Yehuda
adalah ketidakjujuran mereka kepada diri sendiri, kepada sesama dan juga kepada
Tuhan. Sesungguhnya Allah terus menyatakan maksud-Nya untuk memberkati
bangsa-bangsa di mana bangsa Israel sebagai sentral sebagai sarana yang dipakai
Allah untuk mencurahkan berkat-Nya kepada semua bangsa. Namun hak istimewa
mereka sebagai bangsa pilihan tidak menjadi jaminan bahwa mereka bisa sesuka
hati melakukan apa saja. Ketika mereka berbuat dosa di hadapan Tuhan, hukuman
tetap tidak bisa mereka elakkan. Kebobrokan iman mereka diumpakan seperti kuda
yang menceburkan diri ke dalam pertempuran. Pastilah dia akan mati karena kuda
tidak memiliki senjata untuk melindungi tubuhnya. Jadi merekapun akan mati
dalam pelarian mereka karena firman Tuhan tidak lagi mereka miliki sebagai
senjata dan tameng mereka. Hanya pertobatan yang sungguh-sungguhlah yang
memungkinkan Allah mengampuni mereka sebagaimana Allah mengampuni bangsa Niniwe
yang mau meninggalkan dosa dan kejahatan mereka dengan didasari kesungguhan di
hadapan Tuhan. Tuhan juga tahu, mana pertobatan yang sungguh-sungguh dan mana
yang hanya sekedar berpura-pura.
Allah mengumpamakan
bahwa mereka tidak lebih baik dari dari burung-burung di udara. Burung
ranggung, tekukur, burung layang-layang dan burung bangaupun pergi meninggalkan
sarangnya. Namun semua jenis burung ini tidak pernah lupa di mana sangkarnya
bahkan meskipun dia terbang jauh dari sangkarnya. Sementara umat Tuhan yang
tahu jalan pulang, malah memilih bertahan dalam kesesatannya dan kekeliruannya,
padahal mereka tahu jalan pulang. Jika sudah demikian, maka apa yang
dinubuatkan nabi Yeremia tentang hukuman yang akan mereka terima tidak dapat
lag dielakkan. Sekalipun hukuman itu akan berjalan dengan tujuan supaya mereka
bertobat dan mengakui kesalahan mereka di hadapan Allah serta memohon
pertolongan Tuhan.
III.
Kesimpulan dan Refleksi
ü
Sama halnya dengan orang Yehuda dalam perikop ini, kita sebagai orang Kristenpun
sudah banyak yang demikian. Menganggap bahwa keberhasilan, kesuksesan,
kelimpahan menjadi lebih berharga dibanding dengan persekutuan dengan Tuhan.
Bahkan bisa juga kita merasa bahwa hubungan kita dekat dengan-Nya karena kita
rajin ibadah maupun memberikan persembahan serta menolong banyak orang, namun
dalam fakta kehidupan, kita juga hidup dalam ketidakjujuran, berdusta,
berkhianat, menjadi musuh dalam selimut bagi teman kita dan banyak lagi
perbuatan dosa yang kita lakukan. Kita merasa itu tidak masalah, sehingga rasa
damai palsu seperti yang diajarkan para imam kepada orang Yehuda sepertinya
kita rasakan juga. Kita tidak sadar bahwa kita sedang jatuh, berpaling dari
Tuhan dan tidak jujur. Firman Tuhan ini mengajak kita untuk merenung, “masakan kita tidak bangkit, masakan kita
tidak kembali, masakan kita tidak bertahan dengan ketidakjujuran kita.?
ü
Hidup yang benar bukan sekedar menghindari dosa. Hidup yang benar
menuntut disiplin dan komitmen yang tegas. Bisa saja saat ini kita berkata, “Aku akan bertobat dan memperbaharui
hidupku”. Tapi jikalau perkataan itu tidak dilakukan dan dihidupi dengan
disiplin, maka sia-sialah perkataan itu dan perilaku kita pasti akan semakin
buruk dibanding sebelum kita mengucapkan janji itu. Karena sesungguhnya seperti
yang dikatakan firman Tuhan dalam Matius 12 : 43 – 45, ketika kita hendak
bertobat, maka roh jahat dallam tubuh kita akan keluar. Namun dia akan kembali
membawa 7 roh lain yang lebih jahat dari padanya dan mereka akan berusaha
masuk. Jika kita mengijinkannya, maka keadaan kita akan lebih buruk lagi karena
sudah ada 8 roh jahat yang menguasai hidup kita. Itulah alasan pentingnya
disiplin iman dan komitmen kita untuk memperbaharui hidup.
ü
Maka untuk itu, kunci utama pertobatan adalah pengenalan diri (introspeksi),
berarti kita juga mengenali dosa dan kejahatan kita di hadapan Tuhan dan
sesama. Dengan demikian, kita akan kita akan menyadari bahwa tanpa Tuhan, kita
ini tidak ada apa-apanya, tanpa Tuhan, berkat, pekerjaan, pendidikan,
kesuksesan dan semua yang kita miliki saat ini tidak akan mungkin kita terima
jikalau bukan karena kebaikan Tuhan. Untuk itu, mari kita baharui hidup kita
bukan karena ada ancaman hukuman, namun karena itulah komitmen dan iman sejati
dari kita anak-anak Tuhan. Amin.
Pdt. Polma Hutasoit, S.Th
Tidak ada komentar:
Posting Komentar