Kamis, 29 Oktober 2015

Amsal 23 : 15 – 26 “Tujukanlah Hatimu Ke Jalan Yang Benar”

KERANGKA  SERMON EVANGELIUM MINGGU 1 November  2015
MINGGU XXII SETELAH TRINITATIS
Ev : Amsal 23 : 15 – 26                  Ep : Ibrani 9 : 11 – 14
“Tujukanlah Hatimu Ke Jalan Yang Benar”

I.              Pendahuluan
Alkitab mencatat bahwa Allah mengatakan Salomo akan menjadi orang paling berhikmat di dunia ini (1 Raj. 3:12). Meskipun dalam prakteknya Salomo mengalami banyak kegagalan dalam menggunakan hikmatnya sendiri, namun nasihat-nasihat yang dituliskannya pada sebahagian besar kitab Amsal ini memberi banyak sekali pelajaran bagi setiap orang bagaimana kita menjalani hidup. Kitab Amsal ini memberi banyak saran dan nasihat untuk cara hidup yang efektif. Kitab Amsal berfokus pada Allah (karakter, karya dan berkat-Nya) kemudian memberitahukan serta mengajak kita untuk bisa hidup di dalam hubungan yang akrab dengan-Nya. Salomo sebagai raja ketiga di Israel mendapat mimpi yang sangat luar biasa, di mana dia bertemu dengan Tuhan. Tidak hanya itu, Tuhan bahkan menawarkan kepadanya akan apa yang dia ingini Tuhan beri kepadanya. Kesempatan itu tidak dimanfaatkan untuk meminta hal-hal yang sifatnya memenuhi kesenangan, seperti harta, umur, kehormatan dll. Dia malah meminta “hati yang  faham” agar dia  faham menimbang perkara untuk menghakimi umat Tuhan dengan dapat membedakan antara yang baik dan yang jahat (1 Raj. 3:9). Maka tujuan dari Amsal pada umumnya adalah untuk mengajar manusia bagaimana memperoleh hikmat, disiplin dan kehidupan yang bijaksana dan bagaimana melakukan hidup yang benar, adil dan jujur. Amsal ini juga dapat menjadi petunjuk moral bagi setiap orang dalam menjalani kehidupan sehari-harinya. Dasar dari semua hikmat itu adalah takut akan Tuhan (Am. 1:7)

II.           Penjelasan Nats dan Refleksinya
1.        (Ay. 15 – 18)
Sebagaimana dalam pendahuluan di atas disebutkan bahwa Amsal merupakan nasihat, maka ayat 15 diawali dengan perkataan “hai anakku”. Seperti seorang bapak memberi nasihat sekaligus motivasi untuk anaknya dengan mengatakan “jika hatimu bijak, hatiku juga bersukacita.” Benar adanya bahwa seorang bapak akan merasa bersukacita jika anaknya memiliki hati yang bijaksana. Penulis tidak mengatakan bahwa ia bersukacita jika anaknya pintar, cantik/ tampan, kaya, dsb. Karena tidak semua orang pintar, cantik/ tampan, kaya, dsb memiliki hati yang bijak. Tanpa kebijaksanaan, semua itu bisa menimbulkan kesombongan dan berujung pada kesia-siaan. Sukacita dari orangtua itu menjadi sebuah tanda rasa puas karena anaknya mendengar didikannya dan teladan yang ia tunjukkan kepada anaknya. Setiap orangtua juga mendambakan anaknya untuk hidup jujur, jujur tidak hanya ketika bersama-sama dengan orangtuanya, namun jujur dalam segala hal. Seorang anak yang jujur pasti juga akan mendatangkan sukacita bagi orangtuanya. Namun seorang anak yang jujurpun tidak terlepas dari bagaimana seorang orangtua membentuk anaknya memiliki pola hidup yang jujur. Kembali orangtua menjadi teladan terdekat baginya untuk menjadikannya anak yang selalu menyatakan apa yang benar. Nats ini menerangkan kepada kita bagaimana peran orangtua dalam membentuk anaknya menjadi anak yang benar. Bahkan penulis dalam ayat 13-14 mengatakan bahwa ketika si anak tidak menerima didikan, ada baiknya sang anak ditegur lebih keras demi kebaikan mereka dan tetap dengan dasar kasih sayang. Dengan menegur seorang anak yang melakukan kesalahan, dia tidak akan mati malah dia akan memiliki kesadaran untuk tidak mengulang kesalahan yang sama. Namun orangtua yang terlalu menjaga perasaan anaknya sehingga mentoleransi kesalahannya malah ia sedang mengijinkan anaknya berjalan menuju dunia orang mati/ jurang maut.
Penulis juga memberi motivasi kepada kita bagaimana kita harus senantiasa bersyukur atas apa yang kita miliki, bukan malah iri hati kepada orang-orang yang hidupnya mapan secara jasmani namun kerdil secara rohani. Daripada harus memusingkan kehidupan orang lain, penulis mengajak kita untuk senantiasa takut akan Tuhan dalam segala situasi hidup kita. Hal ini menjawab berbagai perkataan kita yang sering mengeluh ketika kita melihat bahwa kehidupan orang yang tidak mengenal Tuhan lebih mapan dari kita yang senantiasa lebih dekat dengan Tuhan. Kita diajar untuk melihat berkat itu tidak hanya dari segi materinya saja, tapi melihat bagaimana hidup kita tetap Tuhan pelihara meskipun kita mengalami banyak kekurangan atau kesulitan. Manusia tidak pernah tahu bagaimana rancangan Tuhan itu bagi dirinya. Yang pasti adalah rancangan Tuhan selalu mendatangkan kebaikan bagi umat-Nya. Untuk itu, jika kita mau percaya pada-Nya, maka masa depan sungguh ada dan harapan orang percaya tidak akan pernah hilang dan sia-sia. Sebab Tuhan yang maha pengasih itu punya banyak cara untuk mengubah hidup orang yang percaya pada-Nya. Bisa saja berkat itu diterima oleh anak cucu kita nantinya.
2.        (Ay. 19 – 21)
Penulis yang penuh hikmat itu mengajarkan bagaimana harus hidup bersosial/ bergaul. Sebagai anak Tuhan, kita dituntut punya prinsip yang jelas dalam bergaul dan berbaur dengan lingkungan. Kita harus tahu jalan yang benar menurut firman Tuhan dan berjalan di sana. Bergaul dengan setiap orang dari berbagai latar belakang itu bagus, namun jangan sampai identitas dan jatidiri kita rusak oleh karena pergaulan. Lingkungan berperan besar membentuk karakter seseorang. Jika biasa bergabung dengan kumpulan pemabuk dan orang yang suka hura-hura dan sikap buruk lainnya, maka besar kemungkinan kita bisa terkontaminasi. Demikian sebaliknya, berada dalam lingkungan yang baik, akan mempengaruhi kita hidup dalam kebaikan. Untuk itu, penulis perikop ini menganjurkan agar kita menghindarkan diri untuk bergabung dengan kumpulan pemabuk dan pelahap daging. Sering sekali minuman dianggap sebagai penenang pikiran bagi orang yang mengalami stres atau beban berat. Namun sesungguhnya itu hanya pelarian karena orang yang mabuk akan kehilangan kesadaran sementara waktu dan ketika dia sadar, masalahnya tidak selesai bahkan mungkin bisa saja semakin rumit karena belum ditangani. Demikian pelahap daging. Sama halnya dengan yang kita hadapi saat ini, jika kita makan banyak daging, maka sering sekali rasa kantuk itu datang menyerang. Dan jika dibiasakan kedua pola hidup yang demikian, maka kita bisa menjadi orang yang hidupnya penuh dengan kemalasan dan hanya mengejar kesenangan. Amsal dengan tegas sangat menentang orang pemalas, bahkan menyuruhnya belajar pada semut, hewan kecil yang tidak pernah berhenti untuk bekerja keras.
Demikian halnya dengan kita, Paulus mengatakan  dalam Efesus 5:15-16, “Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif, dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat”. Untuk itu kita diarahkan berjalan di jalan Tuhan. Jalan Tuhan itu adalah jalan penuh bahagia, maka sesuai dengan topik minggu ini dikatakan “Tujukanlah hatimu ke jalan yang benar”. Tentu jalan yang benar itu adalah jalan Tuhan yang penuh bahagia. Jalan yang membawa kita kepada pengharapan pasti di dalam nama-Nya. Itulah mengapa kita dituntut menjadi orang yang bijak, karena orang bijak akan membuat pertimbangan yang matang dalam mengambil sebuah keputusan, termasuk keputusan kemana dia harus melangkahkan kakinya dan arah hidupnya.

3.        (Ay. 22 – 26)
“Dengarlah  ayahmu”…. Janganlah menghina ibumu kalau sudah tua”, ucapan ini menjadi syarat mutlak bagi seorang anak. Tentu saja raja Salomo telah terlebih dahulu melakukan hal ini kepada orangtuanya. Ayat ini menjadi sebuah penerapan dari hukum taurat kelima tentang bagaimana kita barsikap terhadap orangtua. Saat ini tidak sedikit kasus yang kita dengar bahwa seorang anak menempatkan orangtuanya di panti jompo karena sudah tua atau karena sakit-sakitan. Sebuah lirik lagu batak mengatakan, “nunga matua au, jala sitogutoguon i. Pasabar ma amang, pasabar ma inang, laho pature-ture au. So marlapatan nauli na denggan patupaonmu molo dung mate au. Uju dingolungkon ma nian tupa ma bahen angka nadenggan asa tarida sasude holongni rohami marnatua-tuai”. Air mata penyesalan orang yang tidak mendengarkan perkataan ayahnya dan yang tidak mengasihi ibunya sama sekali tidak diperlukan saat mereka telah tiada.
Kebenaran, hikmat, didikan dan pengertian sangatlah mahal harganya. Untuk itu penulis kitab ini mengajak kita untuk membelinya meskipun mahal. Membeli bukan berarti menggunakan uang. Membeli berarti ada yang harus kita korbankan. Untuk berhikmat, kita harus mengorbankan ego, iri hati, kebencian, kemalasan dan segala kejahatan yang ada dalam diri kita. Mustahil orang yang egois, pendendam, pemalas dapat berhikmat, kecuali dia mau membayar hikmat itu dengan membuang sifat buruknya itu.
Orang yang mengasihi oragtuanya, hidup dalam hikmat dari Tuhan akan mendatangkan sukacita bagi orangtuanya, bahkan sekelilingnya. Terutama menjadi anak kesukaan bagi Tuhan. Maka dengan demikian, sebagai umat Tuhan, yang sudah menjadi orangtua, jadilah orangtua berhikmat di dalam keluarga. Kemudian, ajarkanlah hikmat itu kepada anak-anak bapak/ibu dan tentu saja bawa mereka dalam doa agar hikmat yang bapak/ibu ajarkan tidak menjadi sia-sia. Selalu arahkan mereka dalam menguasai diri di pergaulannya. Biarlah melalui pengajaran orangtua, anak-anak memiliki prinsip hidup yang jelas. Biarlah setiap orangtua bersukacita dan beria-ria karena anaknya hidup dalam kebenaran dan sejalan dengan firman Tuhan. Demikian halnya dengan seorang anak. Hendaklah setiap anak memberikan dan menujukan hatinya pada firman Tuhan dan ajaran orangtuanya. Biarlah kesenangannya berjalan di jalan Tuhan. Jika sudah demikian, maka tidak sulit lagi bagi kita untuk menemukan anak yang benar-benar hidup seturut dengan hikmat yang bersumber dari Tuhan. Kiranya Tuhan menuntun setiap umatNya untuk berjalan di jalan Tuhan yang penuh damai dan sukacita. Dan berbahagialah orang yang kesenangannya adalah berjalan di jalan Tuhan itu. Kasih setia Tuhan menjadi bahagian hidup kita sekalian. Amin.

Pdt. Polma Hutasoit, S.Th

1 komentar:

  1. Mlm ini sya mendapatkan sukacita yg luar biasa dri Tuhan, dgn dikasinya bintang jatuh dan sya medapatkan Ayat Firman Tuhan Yg trdapat pada Amsal 23:15 dan setelah itu sya doa dn mencari arti dri ayat ini dn puji Tuhan renungan dn arti dri ayat ini sangat luar biasa dasyatnya membuka hati dn pikiran sya Tuhan yesus sungguh Luar biasa,Amin��

    BalasHapus