Jumat, 31 Juli 2015

Ratapan 3 : 22 – 33, "Tak Berkesudahan Kasih Setia Tuhan"

KERANGKA  SERMON EVANGELIUM MINGGU 28 Juni  2015
MINGGU 4 SETELAH TRINITATIS
Ev : Ratapan 3 : 22 – 33                Ep : Markus 5 : 21 – 43                 S.Patik : Mazmur 106 : 1
Tak Berkesudahan Kasih Setia Tuhan

I.              Pendahuluan
Setiap orang pasti pernah menangis dan meratap karena situasi kehidupan yang penuh dengan tantangan dan masalah. Sering sekali pergumulan menimbulkan ratapan kekecewaan bahkan keputusasaan, sehingga ratapan dianggap sebagai sikap dan tindakan yang bermakna negatif. Akan tetapi, ratapan juga memiliki dampak positif, ketika ratapan itu ditujukan kepada Tuhan dan berharap akan pertolonganNya, sebagaimana Yeremia lakukan saat Yerusalem telah mengalami kehancuran. Dalam ratapannya, Yeremia berjuang untuk bisa memahami pekerjaan Tuhan dalam kehancuran Israel. Akhirnya, Yeremia mengerti bahwa kehancuran Yerusalem adalah akibat dari dosa-dosa bangsa Israel sehingga Allah menjatuhkan hukuman kepada mereka. Dari hasil penyadaran inilah Yeremia meyakinkan dan memotivasi bangsa Israel untuk kembali kepada Tuhan. Yeremia meyakinkan bangsa itu bahwa masih ada harapan untuk pulih.

II.           Penjelasan Nats
Dari hasil pergumulan Nabi Yeremia, dia menemukan setidaknya ada 3 alasan bahwa bangsa Israel bisa kembali menerima berkat Tuhan dan keselamatan serta pemulihan.

1.        Murka Tuhan Berlangsung Hanya Sesaat, Tetapi Kasih SetiaNya Tidak Akan Pernah Berakhir.
Hal ini diungkapkan Yeremia dalam ayat 22 – 23, bahwa rahmatNya tidak pernah habis oleh apapun, bahkan selalu diperbaharuinya setiap pagi dan setiap hari. Pemeliharaan Allah memang benar-benar nyata bagi bangsa Israel sepanjang sejarah mereka. Karena kasih Tuhanlah mereka tidak binasa bahkan saat berjalan di padang gurun. Meskipun bangsa itu berulangkali melakukan pemberontakan kepada Tuhan, sehingga Allah murka dan mereka harus dihukum, tetapi kasih setia Tuhan lebih besar dari murkaNya. Itulah mengapa bangsa itu dan kita yang percaya harus memiliki pengharapan kepadaNya saja karena pengharapan kepada Tuhan tidak akan pernah sia-sia.

2.        Tuhan Itu Baik Dan Pemurah Kepada Mereka Yang Menantikan Dia.
Kadang bahkan sering sekali penantian akan pertolongan Tuhan itu tidak mudah dan tidak secepat yang dipikirkan manusia, terlebih dalam situasi sulit atau terdesak. Hal ini yang sering membuat manusia gagal mengenal kesetiaan Tuhan itu, karena manusia memaksakan konsep berfikirnya terhadap tindakan Tuhan. Sikap yang ditunjukkan Yeremia jelas, bahwa dalam pengharapannya akan pertolongan Tuhan, dia tetap berserah dan membiarkan Tuhan mengambil bagianNya untuk memulihkan bangsa itu. Dengan tegas ia katakan, “"TUHAN adalah bagianku," kata jiwaku, oleh sebab itu aku berharap kepada-Nya”. Memang Tuhan pasti menjadi bagian hidup orang yang percaya, dan rencana Tuhan pasti mendatangkan kebaikan bagi yang berpengharapan kepadaNya. Jadi pengharapan yang sungguh harus dibarengi dengan kesabaran dan kerendahan hati. Bahkan dalam ayat 26 dikatakan, “Menanti dengan diam”. Ini menandakan tindakan kesabaran dari orang yang percaya. “Diam” bukan berarti vakum dan pasrah, tapi diam dan sabar di dalam iman dan berserah dalam pengharapan menanti pertolongan Tuhan.

3.      Hukuman Tuhan Bukan Menghancurkan, Tapi Menegur dan Mengingatkan.
Ada kalanya Tuhan menghukum dan atau mengizinkan hukuman kepada manusia. Hukuman itu bisa berupa penderitaan, kesakitan/ penyakit, perpecahan dsb. Namun hukuman itu bukanlah tujuan Tuhan, melainkan cara Tuhan memberikan peringatan dan teguran kepada manusia berdosa. Tujuan Tuhan jauh lebih mulia dari pada hanya sekedar menghukum, yaitu Dia ingin agar umatNya mengalami pertobatan, pengudusan dan pemulihan. Dengan demikian, orang akan datang kepada Tuhan menyadari dosanya serta mohon ampun kepada Tuhan. Untuk itulah Yeremia mengatakan, “Biarlah ia merebahkan diri dengan mukanya dalam debu, mungkin ada harapan”. Hal ini ia ungkapkan mengingat dosa bangsa Israel yang sudah terlalu besar kepada Tuhan dan sesungguhnya tidak layak lagi menerima pengampunan. Namun jika dengan sungguh-sungguh dengan merebahkan mukanya dalam debu (yang najis), Tuhan pasti mau memberi pengampunan.[1] Sesungguhnya Tuhan tidak senang menghukum umatNya (ay. 33), namun bangsa Israel bertindak ceroboh dengan menduakan Tuhan dan mendukakan hatiNya. Untuk itulah Tuhan menghukum mereka demi terciptanya umat yang setia dan hidup dalam kekudusan dan moral yang benar di hadapan Tuhan dan dunia. Selain itu, tujuan hukuman adalah untuk mendewasakan iman. Dewasa iman berarti dia  yang memahami bahwa hukuman Tuhan itu bukanlah kutukan atau akhir kehidupan, namun memahami bahwa Tuhan berkenan mengampuninya jikalau ia mau berbalik setia kepada Tuhan dengan kesungguhan hati serta berkomitmen untuk senantiasa setia padaNya.

III.      Kesimpulan dan Refleksi
ü  Melalui ratapan ini, Yeremia meluapkan isi hatinya yang penuh kepedihan karena penderitaan berat yang dialami bangsa itu. Luapan hati ini sekaligus ungkapan kesadarannya bahwa hukuman itu mereka terima justru karena pemberontakan dan dosa mereka kepada Tuhan. Yeremia mengakui keadilan Tuhan itu, bahwa meskipun bangsa itu telah ditetapkan Tuhan sebagai bangsa pilihannya, bukan berarti mereka bisa hidup seenaknya dan melakukan dosa. Tuhan menginginkan, agar sebagai bangsa pilihan, mereka seharusnya mampu menunjukkan bagi dunia bagaimana mereka hidup, bukan malah menjadikan predikat itu sebagai kesombongan dan keangkuhan iman. Sama halnya dengan kita, sebagai orang yang telah menerima anugerah keselamatan, maka tugas kita bukanlah menyombongkan diri atas keselamatan itu, melainkan kita harus menyadari bahwa tugas kita adalah mengusahakan agar semakin banyak orang yang menerima keselamatan itu.
ü  Tidak hanya bangsa Israel, kita pun pasti punya banyak pergumulan yang tidak bisa kita uraikan satu persatu. Bagaimana kita menyikapinya.? Tentulah dengan iman dan pengharapan. Yeremia mengimani bahwa Kasih Setia Tuhan tidak pernah Berkesudahan, maka dia berharap akan pertolongan Tuhan untuk memulihkan bangsanya. Pun demikian dalam Epistel kita, Yairus, Seorang bapak yang mengimani bahwa Yesus adalah jalan kesembuhan dan kehidupan bagi Putrinya, maka Yesus memberi kesembuhan dan kehidupan itu. Bahkan wanita yang telah 12 tahun mengalami pendarahan, yang semua hartanya telah habis untuk pengobatannya, oleh imannya maka ia sembuh. Dengan imannya ia berkata, “Asal kujamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh.” Dan Yesus menjawab, “Hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau. Pergilah dengan selamat dan sembuhlah dari penyakitmu!”
ü  Hukuman Tuhan memang pasti akan berjalan bagi yang melakukan dosa, namun pengampunan juga selalu tersedia bagi yang datang padaNya memohon pengampunan dengan sungguh-sungguh. Janganlah kesulitan, penderitan, penyakit membuat iman kita semakin jauh dari Tuhan, namun mati kita pahami bahwa semua itu akan kita lalui dengan kemenangan ketika kita bersama dengan Tuhan. Janganlah kita berdosa oleh keadaan yang kita alami, namun kiranya kita semakin memperbaharui diri dan iman di dalam Tuhan. Hanya saja pembaharuan iman bukanlah tindakan asal-asalan. Pembaharuan iman/ Pertobatan adalah tindakan yang bersumber dari ketulusan hati atas kesadaran penuh untuk menjalani hidup baru di dalam Tuhan. Bukan yang bertobat hari ini, besok berulah lagi. Perlu kita ingat dan pahami apa yang tertulis dalam Galatia 6:7, “Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya.” Pertobatan itu adalah komitmen hasil dari kesadaran bahwa Tuhan begitu mengasihi kita, tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya, bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya. Kiranya kita diteguhkan untuk hidup dan menikmati kasih setia Tuhan itu, sehingga setiap pagi kita menerima berkat yang baru yang semakin indah. Amin.
Pdt. Polma Hutasoit, S.Th



[1] Bnd. 2 Samuel 12 : 7 – 23 : Saat Daud menyadari ia telah berdosa kepada Tuhan, maka ia berdoa kepada Tuhan memohon belas kasihan dan pengampunan Tuhan atas tindakannya yang telah membunuh Uria dan menjadikan Betsyeba menjadi istrinya, ia berpuasa dan tidur di tanah. Tuhan memang mengampuni Daud, namun hukuman baginya tetap berjalan, sehingga anak yang dilahirkan Betsyeba sakit dan akhirnya mati (ay. 18) dan pedang tidak akan menyingkir dari padanya (ay. 10)

2 Korintus 4 : 13 – 5 : 1, "Manusia Batiniah Dibaharui Hari Demi Hari"

KERANGKA  SERMON EVANGELIUM MINGGU 7 Juni  2015
MINGGU I SETELAH TRINITATIS (Pencurahan Roh Kudus)
Ev : 2 Korintus 4 : 13 – 5 : 1                                 Ep : Kejadian 3 : 8 – 15
Manusia Batiniah Dibaharui Hari Demi Hari

I.              Pendahuluan
Dalam suratnya yang kedua ke jemaat Korintus, Paulus ingin menegaskan dan membela otoritas kerasulannya serta menentang ajaran guru-guru palsu. Pada pasal 4 ini, Pulus menjelaskan kepada jemaat Korintus akan Harta Rohani orang yang akan diterima oleh mereka yang senantiasa setia pada Tuhan bahkan dalam kesusahan dan kelemahan mereka. Dengan jelas Paulus mengajarkan mengenai upah dan jaminan keselamatan bagi yang senantiasa berpegang pada kebenaran firman Tuhan. Secara umum, thema 2 Korintus ini adalah “Kemuliaan Melalui Penderitaan”. Hal ini dapat kita lihat dari penjelasan Paulus tentang pengalaman rohaninya dan orang-orang percaya, seperti : kelemahan, dukacita, air mata, bahaya, kesukaran, penderitaan, penghiburan, kemegahan, kebenaran, pelayanan dan kemuliaan menjadi kata-kata yang menegaskan bahwa sesungguhnya itulah bahagian hidup dari pengikut Kristus. Dengan demikian Paulus mengajak semua orang percaya agar menghadapi semua tantangan di dalam iman, jangan tiawar hati, karena meskipun manusia jasmaniah ini mengalami kemerosotan, namun Tuhan akan membaharui manusia batiniah orang percaya dari sehari ke sehari.

II.           Penjelasan Nats
Rasul Paulus mengajar dan mengajak setiap pengikut Kristus agar tetap teguh iman, tidak tawar hati dan senantiasa berpengharapan pada Tuhan bahkan saat tubuh mengalami kemerosotan (dimakan usia atau mengalami kesakitan karena aniaya). Muncul pertanyaan, bagaimana kita dapat menerima kemerosotan tubuh dan penderitaan mengikut Yesus dengan tidak tawar hati.? Bagaimana menemukan dan menerima pembaharuan kekuatan batiniah untuk meneruskan perjalanan dengan sukacita hingga akhirnya dengan penuh kesetiaan.? Melalui perikop ini, Paulus memberi penjelasan :

1.      Tubuh Akan Dibangkitkan dari Antara Orang Mati (ay. 13 – 15)
Kematian berarti mengakhiri proses kehidupan di dunia ini. Namun bagi orang percaya, kematian menjadi “akhir” menuju “awal”. Yaitu, akhir hidup di dunia menuju awal hidup kekal di dalam Kerajaan Allah. Kebangkitan dan hidup kekal itu akan diterima orang yang percaya karena Yesus sendiri telah dibangkitkan dari kematian dan untuk itulah orang yang percayapun akan dibangkitkan sama seperti Yesus. Inilah iman sejati yang harus dimiliki oleh orang percaya. Iman yang harus dihidupi dan disuarakan sehingga orang lain mendengar dan menerimanya. Di dalam iman yang sama, Paulus dan orang percaya mengatakan “Aku percaya, sebab itu aku berkata-kata”, maka kami juga percaya dan sebab itu kami juga berkata-kata. Orang Kristen memang harus menyuarakan yang dipercayainya, karena ia juga hidup seturut imannya kepada Kristus. Melalui kesaksian ini, maka jelaslah bahwa kemerosotan tubuh (jasmani), penderitaan dan aniaya tidak seberapa dibanding dengan kematian di luar Kristus. Paulus menerangkan bahwa dia dan pengikut Kristus lainnya mempersaksikan apa yang mereka percayai. Dan inilah tugas kita orang Kristen hingga saat ini, yakni mengatakan dan mempersaksikan apa yang kita percayai dan imani.
Akan tetapi, tersirat ada dua hal yang sering membuat saksi Tuhan tidak dapat melakukan tugas panggilannya dengan baik. Pertama, keinginan untuk memperoleh pujian (popularitas), keuntungan duniawi dari pekerjaan sebagai pemberita Injil. Mungkin awalnya tidak demikian, motivasinya sungguh-sungguh murni, namun karena “keadaan” akhirnya terkontaminasi. Hal inilah yang disoroti Paulus dalam ayat 2. Orang yang demikian akan menyembunyikan kebenaran Tuhan agar tidak menyinggung perasaan orang lain. Paulus mengatakan bahwa hal ini perbuatan yang licik, yang memalsukan Firman Tuhan (menerapkan secara salah) demi popularitas, demi keuntungan duniawi. Kedua, penganiayaan. Penganiayaan dapat membuat tawar hati. Dapat membuat orang menarik diri memperkatakan Firman Tuhan atau melakukan pelayanan dengan sungguh-sungguh. Tetapi Paulus tidak demikian. Paulus melayani Tuhan dengan setia, dengan penuh semangat sampai akhir hidupnya. Mengapa bisa demikian? Pertama, karena Paulus memiliki pemahaman yang benar tentang Kristus. Kedua, Paulus memiliki roh iman yang teguh. Dan kedua hal ini saling berhubungan dan saling menyempurnakan seseorang untuk tetap setia seperti Paulus. Pemahaman yang benar tanpa disemangati oleh roh iman tidak akan mendorong seseorang untuk menjadi saksi yang setia, demikian juga roh iman yang dimiliki tanpa pemahaman yang benar tidak akan dapat bertahan lama. Paulus memiliki keduanya. Pemahamannya tentang Yesus Kristus sangat dalam. Perhatikanlah ayat 14. Dalam ayat ini Paulus memahami bahwa orang yang sungguh-sungguh percaya kepada Yesus Kristus akan mendapat bagian dalam kebangkitan yang mulia itu. Pengharapan akan kebangkitan itulah yang menguatkan Paulus dan orang-orang percaya untuk tetap setia memberitakan Injil walaupun mereka sedang menghadapi berbagai penderitaan karena Kristus.

2.      Tuhan Membaharui Orang Percaya Dari Hari ke Hari (ay. 16 – 18)
Dalam nats ini Paulus memakai kalimat yang antihesis, yaitu manusia lahiriah dan manusia bathiniah. Paulus berkata bahwa tubuh lahiriah akan mengalami kemerosotan. Secara alamiah manusia lahir, bertumbuh, dewasa, lanjut usia, lalu meninggal. Manusia lahiriah merosot, namun manusia bathiniah terus-menerus dibaharui oleh Roh Kudus. Apa yang disampikan oleh Paulus, merupakan kenyataan hidup yang dialaminya. Secara lahiriah, ia semakin tua, kekuatannya semakin merosot, namun secara rohani tidak, karena keadaan batin mereka, yaitu jiwa dan roh mereka dibaharui oleh Tuhan hari lepas hari. Sekalipun daya fisiknya lemah, namun semangat untuk memberitakan Injil tetap kuat. Ini bisa terjadi, karena Tuhan menyertai, melindungi dan memberi kekuatan padanya (bnd. Flp. 4:13). Sehingga penderitaan yang dialami tersebut dikatakan ringan dan hanya seketika lamanya, lagi pula kesukaran itu mendatangkan kemuliaan yang kekal. Semua ini mereka lakukan karena orientasi hidup mereka bukan lagi hal duniawi, tetapi hal sorgawi. Penekanan pada iman yang memberi penghiburan tidaklah berarti Tuhan menginginkan kita untuk membuang akal pikiran, penilaian yang baik dan logika kita. Justru sebaliknya, Tuhan ingin kita mengakui bahwa lebih masuk akal untuk mempercayai Allah yang membangkitkan Kristus dari kematian daripada mempercayai apa yang nampak dari keadaan-keadaan kita yang kerap berubah-ubah. Ketika Paulus mengatakan bahwa penderitaan itu ringa, bukan berarti mudah atau tidak sakit. Namun, dia memperbandingkan penderitaan itu dengan kemuliaan yang akan diterima, “Sebab aku yakin, bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita”. (Rom. 8:18).

3.      Arah & Tujuan Akhir Kesetiaan Pada Kristus (5 : 1)
Hidup setia kepada Kristus, rela menderita karena nama-Nya dan menyangkal diri demi Dia mungkin akan menjadi kesiasiaan dan kebodohan bagi banyak orang. Namun, bagi orang percaya, “kebodohan” itu justru adalah hikmat untuk menerima hidup kekal. Inilah pemahaman Paulus, bahwa ketika bumi ini menghadapi penghakiman dan kebinasaan, maka dia dan semua orang percaya tidak perlu kuatir, karena pengharapannya tidak diletakkan pada dunia ini, namun pada Kristus yang telah menyediakan tempat terindah bagi yang percaya pada-Nya. Orang yang memperhatikan yang tidak kelihatan, dialah yang setia kepada Tuhan sampai akhir hidupnya dan beroleh mahkota kehidupan (bnd. Why. 2:10b). Untuk itu, “Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang dibumi” (Kol. 3:2), sebab dari "yang di atas" datang berkat, kebahagiaan, dan hidup yang kekal. Amin.

III.      Aplikasi
ü  Arah dan tujuan pengikut Kristus jelas, yaitu untuk beroleh mahkota kehidupan. Untuk itulah kita dituntut untuk senantiasa hidup setia pada-Nya. Dunia ini hanyalah tempat persinggahan sementara bagi kita. Apa yang kita bangun, harta milik yang fana ini, suatu saat nanti akan kita tinggalkan, bahkan hidup kita kelak akan berakhir di dunia ini. Karena tujuan hidup kita di kota kekekalan, maka seharusnya kita berpikir dari akhir bukan berpikir dari akhir (dari kekekalan), maka kita akan tabah, tahan, kuat, giat bekerja, sekalipun kita mengahadapi tantangan dan mengalmi penderitaan.
ü  Paulus tetap memegang teguh imannya di tengah-tengah masa-masa yang paling berat, mengecewakan, dan membingungkan (2 Kor. 4:8-10). Iman tersebut, yang diberdayakan oleh Roh-Nya, memampukan Paulus untuk menjadi pelayan perkasa Allah, gigih dan berani mengahadapi maut seperti yang kita kenal. Roh-Nya tidak hanya menguatkan hatinya, tetapi juga memampukannya untuk dapat membagikan semangat penuh syukur itu kepada orang lain juga (2 Kor. 4:15).
ü  Bagaimana kita meraih hidup di tempat kediaman yang kekal itu.?
1.        Memiliki Pengharapan yang hidup kepada Tuhan
2.        Merindukan hadirat Allah setiap saat (bukan hanya saat butuh)
3.        Memberi diri kita dibaharui setiap hari (bahkan saat dalam pergumulan yang berat, beri ruang dalam hati kita untuk Tuhan)
4.        Percaya, Yakin dan Bergantung pada Pertolongan Tuhan. Tidak ada seorangpun yang mampu melakukan perintah Tuhan tanpa campur tangan-Nya.
5.        Hidup kita menjadi kesaksian dan teladan bagi orang lain yang mampu memotivasi, sehingga tidak hanya kita, namun setiap orang menerima keselamatan itu dari iman yang kita persaksikan baik dari perkataan, tingkahlaku, kasih, kesetiaan dan kesucian kita.
Pdt. Polma Hutasoit, S.Th

Kisah Para Rasul 2 : 22 – 38, "Kamu Akan Menerima Karunia Roh Kudus"

KERANGKA  SERMON EVANGELIUM MINGGU 24 Mei  2015
MINGGU PENTAKOSTA (Pencurahan Roh Kudus)
Ev : Kisah Para Rasul 2 : 22 – 38                                    Ep : Mazmur 139 : 1 – 12
Kamu Akan Menerima Karunia Roh Kudus

I.              Pendahuluan
Ketika sebuah percikan api mengenai benda yang gampang terbakar, maka api akan membakar, melalap dan menghanguskan segala yang ada di sekitarnya. Sama halnya ketika ada angin ribut datang, maka angin itu akan menyapu dan memporakporandakan segala yang dilaluinya. Sekitar 2000 tahun yang lalu, suatu nyala api berkobar dan tiupan angin keras melanda sebuah rumah di mana para murid Yesus sedang berkumpul. Namun, angin kencang itu sama sekali tidak merusak apapun, bahkan api tiu hinggap di atas mereka masing-masing, namun tidak menghanguskan. Peristiwa ini ternyata merupakan penggenapan akan janji Yesus bahwa Dia akan mengutus Roh Kudus kepada para murid-Nya. Lidah api melambangkan bahasa penyampaian Berita Injil, di mana Api melambangkan kehadiran Allah yang menyucikan, membakar habis unsur-unsur yang tidak diinginkan dari kehidupan kita dan menyalakan hati pengikut Kristus untuk menerangi orang lain. Api juga melambangkan kehadiran Allah, sebagaimana Allah hadir menemui Musa (Kel. 3:2 ; 19:16-18). Kehadiran Allah melalui Api di tengah-tengah para murid ini melambangkan bahwa kehadiran Allah tersedia bagi semua orang yang percaya pada-Nya. Api inilah yang membakar semangat para Rasul untuk memberitakan Injil ke semua orang agar api itu juga “membakar” semua orang  sehingga mereka mau menjadi pengikut Kristus. Petrus tampil sebagai yang pertama untuk menyuarakan firman Tuhan kepada orang Yahudi dan menyuarakan agar mereka bertobat dan menerima Yesus sebagai Juruselamatnya.

II.           Penjelasan Nats
Dengan kuasa Roh Kudus, Petrus dimampukan untuk tampil menyampaikan khotbahnya. Pada hari itu adalah perayaan hari Pentakosta Yahudi yang dirayakan sebagai pengucapan syukur atas musim panen (Ul. 16:9-12). Pentakosta artinya hari ke-50, lima puluh hari setelah hari raya Paskah. Perayaan ini harus dirayakan di Yerusalem (pusat kegiatan keagamaan Yahudi) sambil membawa berkat yang mereka peoroleh pada musim panen (Ul. 16:16; Kis. 20:16). Maka pada hari itu Petrus dengan kuasa Roh Kudus berkhorbah di hadapan sekitar 3000 orang. Khotbah Petrus ini terdiri dari 3 bagian, yakni :

1.      Menjelaskan Siapa Yesus
Alasan utama mengapa Yesus disalibkan adalah karena orang Yahudi tidak mengenal dengan jelas siapa itu Yesus sebenarnya. Bahkan saat Yesus telah bangkit dan terangkat ke sorga pun, mereka tetap tidak mengakui keIlahian-Nya. Untuk itu Petrus memberi kesaksian akan imannya. Dulu ia menyangkal Yesus karena ia belum benar-benar mengenal Yesus, sehingga ia enggan untuk berkorban demi Yesus. Namun setelah ia menyaksikan Yesus telah bangkit, terangkat dan mengutus Roh-Nya kepada mereka, maka Petrus semakin mengenal bahwa Yesus adalah satu-satunya Mesias yang diutus Allah utuk menyelamatkan umat manusia. Petrus menyatakan bahwa Yesus adalah yang diutus Allah untuk menebus manusia. Pengenalan ini meyakinkan Petrus bahwa bersama dengan Tuhan dia akan beroleh sukacita dan hatinya penuh sorak-sorai. Dia mengutip perkataan raja Daud yang menguangkapkan betapa indahnya hidup bersama dengan Tuhan (bd. Maz. 16:8-9). Ketika bersama-sama dengan Tuhan, maka semua yang memusuhi Daud takhluk dan bertekuklutut padanya karena Tuhan yang ia andalkan. Ungkapan Daud yang dikhotbahkan oleh Petrus ini menunjuk kepada kemenangan Yesus atas maut, di mana Allah tidak akan membiarkan yang dikasihi-Nya tetap berada dalam kematian. Sama halnya dengan kita, bahwa Tuhan tidak akan membiarkan yang percaya tetap berada dalam kematian, namun akan dibangkitkan-Nya, sehingga kita menjadi bahagian dari Kerajaan-Nya. Orang yang mengenal Yesus dengan baik, akan menyerahkan seluruh aspek kehidupannya ke dalam karya Kristus, karena Kristus bekerja pasti dan selalu mendatangkan kebaikan bagi kita pengikut-Nya.

2.      Undangan Untuk Menjadi Saksi Yesus
Dari kesaksiannya, Petrus juga mengajak agar semua orang yang mendengarnya mau mengenal Yesus lebih dalam melalui karya-Nya dalam diri mereka masing-masing. Petrus mengarahkan orang Yahudi untuk merubah paradigma mereka tentang Yesus. Petrus yang juga adalah orang Yahudi yang dulunya juga pernah menyangkal Yesus kini telah dicerahkan. Ia telah sepenuhnya menerima Yesus sebagai Mesias bahkan dengan terus terang mengungkapkan Yesus adalah Anak Daud yang telah dinubuatkan pada Nabi dan yang telah dijanjikan Allah (ay. 29-30). Untuk itu Petrus menyuarakan bahwa mereka adalah saksi atas semua yang terjadi pada Yesus, termasuk kebangkitan-Nya hingga Dia ditinggikan Allah dalam Kerajaan-Nya hingga Ia memberikan Roh Kudus-Nya kepada para murid (ay. 32-33). Petrus mengutip dari Mazmur 110:1 untuk menjelaskan kemenangan Yesus atas maut layaknya seorang raja yang menaklukkan musuh-musuhnya di tumpuan kakinya. Untuk itulah Petrus menghimbau dan mengajak semua yang mendengarnya agar mau menerima Yesus, mengenal semua karya-Nya dan mempersaksikannya di tengah-tengah kehidupannya, sehingga Api Roh Kudus itu menyinari setiap hati orang yang ada di sekitarnya. Dengan demikian akan semakin banyak yang menjadi percaya dan beroleh keselamatan yang Tuhan berikan. Karena hanya di dalam Yesuslah ada keselamatan, “Dan keselamatan tidak ada di dalam siapa pun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan.” (Kis. 4:12).

3.      Respon Orang Yang Mendengar Khotbah Petrus
Kesaksian Petrus ternyata menggugah hati setiap orang yang mendengar khotbahnya. Perasaan mereka seperti tertikam dan terguncang ketika mereka mengingat perbuatan mereka kepada Yesus dan perbuatan Yesus kepada mereka. Mereka begitu menyesal karena mereka telah menyalibkan Yesus, padahal Yesus tidak pernah berbuat kesalahan pada mereka. Saat itu mereka yang menyadari keberdosaannya bertobat. Dengan rasa haru, mereka bertanya kepada Petrus dan rasul lain, “Apakah yang harus kami perbuat, saudara-saudara?” Maka jawab Petrus kepada mereka: “Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus”. Pertobatan adalah perubahan dan pembaharuan pikiran dan tindakan yang didasari iman. Jadi pertobatan hanya dimungkinkan terjadi dengan menerima karunia Roh Kudus, bukan dengan mengandalkan diri sendiri. Jadi yang mau bertobat akan menerima karunia Roh Kudus.

III.      Aplikasi
ü  Yesus pernah mengutarakan mengapa Ia harus pulang ke Kerajaan-Nya, yakni supaya Ia mengutus Roh Penghibur, yaitu Roh Kudus yang akan menguatkan & memampukan para murid-Nya untuk meneruskan estafet pelayanan Yesus. Roh kudus akan menginsyafkan dunia dan memimpin hidup orang percaya kepada kebenaran dan keadilan (Yoh. 16:7-13). Roh itu telah hinggap atas para Rasul, sehingga Roh itu memberi semangat dan keberanian bagi mereka.
ü  Sebagai orang percaya, Roh Tuhan selalu berada dalam diri kita yang memberi kekuatan, semangat dan kemampuan untuk hidup seturut aturan Tuhan. Untuk itu, kita harus menerima Roh Kudus itu, sehingga hidup kita menjadi sinar hidup bagi orang lain. Seorang pengikut Kristus harus mampu mempersaksikan imannya dari perkataan dan perbuatannya.
ü  Tujuan kesaksian kita adalah untuk mengingatkan dan menggugah hati setiap orang yang ada di sekitar kita. Kita harus mampu mempersaksikan segala perbuatan Tuhan kepada kita dan kepada semua orang, sehingga setiap orang menyadari apa yang Tuhan perbuat baginya dan bagaimana responnya dalam menikmati perbuatan Tuhan itu.
ü  Ketika kita menyuarakan firman Tuhan, ada 2 respon yang akan kita terima. Pertama, seperti yang terjadi dalam perikop ini. Bahwa mereka yang mendengar kesaksian Petrus mengalami pertobatan dan perubahan pikiran, hati dan tindakan. Ketika mereka menerima Roh Kudus bekerja dalam dirinya, maka Roh Kudus itu yang akan mengubahnya dan memperbaharui hidupnya. Kedua, akan ada penolakan yang kita alami. Penolakan bukan berarti kita gagal untuk menyampaikan kabar Injil, akan tetapi menjadi sebuah pelajaran bagi kita untuk semakin gigih lagi mengobarkan semangat melakukan perintah Tuhan. Sama seperti Petrus dan rasul lain juga sering sekali ditolak, bahkan hidup mereka berakhir karena memberitakan Injil. Namun siapa yang bertahan dalam kesaksiannya akan menerima anugerah Roh Kudus dan keselamatan sejati dari Tuhan. Amen.


C.Pdt. Polma Hutasoit, S.Th

Kisah Rasul 4 : 5 – 12, "Merayakan dan Menyaksikan Kuasa Allah"

Bahan Sermon, Minggu 26 April  2015
Ep.  Kisah Rasul 4 : 5 – 12                                                            Ev. Mazmur 23 : 1 – 6
Nama Minggu  : JUBILATE (Bersoraksorailah Bagi Allah Hai Seluruh Bumi)
“Merayakan dan Menyaksikan Kuasa Allah”

I.                   Pendahuluan
Yesus memberi tugas dan mandat kepada para murid-Nya dan semua yang percaya pada-Nya untuk membawa kabar keselamatan dalam nama Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus. Yesus tidak hanya memerintahkan mereka, namun Ia juga berjanji akan menyertai mereka sampai akhir zaman. Para pemimpin agama Yahudi mengira bahwa perjalanan Yesus telah berakhir, namun mereka keliru. Yesus memakai para murid-Nya dan semua orang yang percaya menjadi alat-Nya membawa dan memberitakan keselamatan di dalam nama-Nya. Bahkan tidak hanya memberitakan, Petrus sendiri telah dimampukan Tuhan untuk mengadakan mujijat dengan menyembuhkan seorang yang lumpuh (Kis. 3:1-10). Bersama Yohanes, Petrus juga berkhotbah di depan Serambi Salomo (Kis. 3:1-26) yang membuat orang semakin banyak yang percaya pada Yesus. Karena keberaniannya, Petrus dan Yohanes ditangkap oleh para pengawal yang disuruh imam-imam. Mereka pun dipenjarakan sebelum diadili di hadapan Mahkamah Agama, namun dipenjarapun mereka tetap memberitakan firman Tuhan sehingga banyak juga yang percaya (Kis. 4:1-4).

II.                Penjelasan
1.   Diadili Karena Mengikut Kristus (ay. 5 – 7)
Ahli Taurat adalah golongan yang tidak percaya akan kebangkitan orang mati. Golongan ini sangat membenci Yesus sehingga beberapa diantara mereka memiliki andil besar dalam penangkapan dan penyaliban Yesus (Luk. 22:66). Untuk itu, ketika mereka mendengar bahwa Petrus mengajarkan tentang kebangkitan di Serambi Salomo, maka mereka langsung segera mengajak kepala pengawal Bait Allah untuk menangkap Petrus dan Yohanes serta memenjarakan mereka. Pengalaman ini menjadi renungan bagi kita bahwa tidak selamanya karena perbuatan jahat manusia masuk ke dalam penderitaan/ penjara, tapi karena kebenaranpun kita akan menghadapi tantangan. Tapi Petrus dan Yohanes tidak gentar dan keberanian mereka tidak surut untuk mempertahankan imannya di hadapan Tuhan.
Esok harinya, para pemimpin, tua-tua dan ahli-ahli Taurat mengadakan sidang di Yerusalem. Sidang yang sama seperti ketika hendak menghakimi Yesus. Imam Besar Hanas dan menantunya Kayafas memimpin sidang. Kedua orang ini juga berperan penting dalam peristiwa pengadilan Yesus (Yoh. 18:24-28). Mereka juga tidak senang bahwa Yesus yang telah mereka korbankan itu memiliki pengikut yang ternyata sama gigihnya dengan Yesus.
Sidang mempertanyakan kuasa yang dipakai oleh Petrus dan Yohanes dalam melakukan mujijat dan keberanian dalam mengabarkan berita tentang Yesus. Pertanyaan ini dilontarkan karena mereka merasa terancam karena bisa-bisa tidak ada lagi yang mendengar khotbah mereka karena orang-orang memilih untuk mendengar khotbah tentang Yesus. Para imam dan ahli Taurat yang menyatakan firman Allah malah tidak lagi memberitakan kemuliaan Allah, namun mereka malah mencuri kemuliaan Allah itu demi kepentingan mereka sendiri. Petrus dan rasul lain selalu berusaha dekat dengan semua orang dan semua lapisan, sementara para imam tidak melayani semua orang dan mereka menajiskan orang lain.

2.   Tuhan Memberi Hikmat, Kemampuan dan Keberanian Bagi Hamba-Nya (ay. 8 – 12)
Ketika Petrus dan Yohanes menerima pertanyaan itu, mereka dikelilingi orang yang membencinya dan yang menginginkan kematian mereka, kecuali mereka mau menyangkal imannya. Harapan mereka tidak tercapai karena dengan tegas Petrus menentang mereka. Roh Kudus memenuhi Petrus dan memberinya hikmat, kemampuan dan keberanian untuk menyatakan kebenaran. Dia tahu bahwa tidak akan ada yang membela mereka, namun dia sadar bahwa pembelanya ialah Yesus Kristus. Maka dengan lantang Petrus berkata, “"Hai pemimpin-pemimpin umat dan tua-tua, jika kami sekarang harus diperiksa karena suatu kebajikan kepada seorang sakit dan harus menerangkan dengan kuasa manakah orang itu disembuhkan, maka ketahuilah oleh kamu sekalian dan oleh seluruh umat Israel, bahwa dalam nama Yesus Kristus, orang Nazaret, yang telah kamu salibkan, tetapi yang telah dibangkitkan Allah dari antara orang mati -- bahwa oleh karena Yesus itulah orang ini berdiri dengan sehat sekarang di depan kamu. Yesus adalah batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan -- yaitu kamu sendiri --, namun ia telah menjadi batu penjuru.”
Para peserta sidang mungkin berfikir bahwa kedua murid itu akan takut dan gemetar ketika diadili dan diberi pertanyaan. Namun sebaliknya, Petrus malah menyerang balik sekaligus bersaksi di tengah-tengah sidang bahwa apa yang mereka lakukan adalah atas kuasa dan nama Tuhan Yesus Kristus. Dia menambahkan bahwa Yesus itu adalah orang Nazaret yang mereka salibkan, namun bangkit dan mengalahkan kematian. Maka keberanian Petrus, Yohanes serta seluruh pengikut Kristus berasal dari Yesus Kristus yang memberi kekuatan melalui Roh Kudus-Nya. Dia mengumpakan Yesus sebagai batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan. Artinya orang Yahudi telah menolak Kristus dan membunuh-Nya, namun Ia menjadi batu penjuru. Batu penjuru adalah batu yang menyatukan dua dinding di sudut suatu bangunan dan menahan kesatuan bangunan itu. Jadi Yesus telah menjadi batu penjuru yang menahan kesatuan Gereja sehingga tetap kokoh dan kuat.
Ayat 12 menjadi sebuah pengakuan iman yang seharusnya dipegang oleh setiap pengikut Kristus, karena ini merupakan salah satu dasar dan bukti bahwa Yesus adalah satu-satunya jalan keselamatan dan hidup. Petrus dengan tegas mengatakan, “Dan keselamatan tidak ada di dalam siapa pun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan.” Ayat ini membuktikan bahwa Yesus lah satu-satunya utusan Allah yang berani menyatakan diri sebagai Mesias Anak Allah yang hidup. Dan hanya Dialah utusan Allah yang mati namun bangkit hari ketiga serta kembali kepada Bapa dan menjadi Raja dalam tahta-Nya.

III.             Refleksi dan Aplikasi
1.    Semua orang menginginkan kemenangan dan keberhasilan, namun tidak semua orang mau dan mampu menjalani proses menuju kemenangan dan keberhasilan itu dengan benar dan sesuai aturan. Sering sekali kita terlalu fokus kepada tujuan, namun mengabaikan cara/ proses mencapai tujuan itu. Sering untuk berhasil, mendapat jabatan, uang dan sebagainya, manusia malah berbuat curang, mencuri, korupsi, menipu dll. Petrus dan Yohanes memberi teladan bagi kita agar kita setia dalam proses untuk mencapai tujuan. Mereka dalam tujuan menyampaikan kabar Injil menghadapi proses yang sulit bahkan sering sekali mengancam keselamatan nyawa mereka. Namun mereka tetap setia pada proses situ. Bahkan ketika berjalan benar pun banyak tantangan yang mereka alami. Namun kesetiaan mereka memenangkan mereka.
2.    Kunci sukses yang paling utama adalah ketika kita mau diatur oleh Tuhan, kita mau digembalakan oleh Tuhan, maka Tuhan akan memenangkan kita, seperti Tuhan memengkan Petrus dan Yohanes, bahkan saat tidak ada seorangpun yang membela mereka. Tidak hanya Petrus dan Yohanes, Daudpun dalam Mazmurnya mengungkapkan bagaimana indahnya ketika hidupnya digembalakan Tuhan. Ia merasa hidupnya bagai domba yang diiring tuannya ke padang rumput yang segar, sumber air jernih dan tenang, menolongnya dalam kekelaman sehingga dia tidak takut bahaya.
3.    Untuk itu, mari kita imani bahwa seberat apapun persoalan kita, kalau Tuhan di pihak kita, siapa pun dan apapun tidak dapat mengalahkan iman dan prinsip hidup kita. Kiranya Tuhan berkenan untuk menguatkan kita dalam setiap proses hidup kita, dan kita mampu mempertahankan kesetiaan kita kepada-Nya dalam situasi yang bagaimanapun. Yang berkorban untuk Kristus akan beroleh upah seratus kali lipat dan hidup yang kekal (Mat. 19:29)
                                                                                                                                 C.Pdt. Polma Hutasoit, S.Th

Psalmen / Mazmur 133, "Marparangehon Hatiuron Ni Kristus"

EPISTEL MINGGU 12 April 2015
Minggu Quasimodogeniti (Songon Posoposo Na Imbaru Tubu)
Psalmen / Mazmur 133
Marparangehon Hatiuron Ni Kristus

I.               Patujolo
Turpuk on ima : Ende Hananakkok Daud. Pujipujian di hasadaon dohot haholongon sama dongan. Psalmen 133 on manggombarhon hasadaon dohot haulion ni na marhahamaranggi dibagasan Debata nang dohot sama dongan humaliang. Hasadaon na manghorhon pasupasu na suksuk. laos songon sada tona tu ganup angka na porsea asa tongtong dibagasan holong ni roha na manongtong. Ia par psalmen on, jotjot do disoarahon las ni rohana laho manjangkon jala manghamauliatehon sude denggan basa ni Debata marhitehite ende nang tangiang. Suang songoni do nang di turpuk on. Marhite ende pujipujian do di soarahon ibana uli dohot denggan ni parhahamaranggion i. Hasadaon parhahamaranggion na ni dok ni si Daud di ende na on ndada holan na samudar manang holan dongan sabutuhana, alai saluhut na do na porsea di Jahowa. Laos on do na laho si pahebahebaonta marhite-hite turpuk on asa boi tong taparangehon di bagasan ngolunta siganup ari.

II.            Hatorangan Ni Turpuk
1.      Denggan jala Sonang Molo Sahundulan Angka na Marhahamaranggi (ay. 1)
Di bagasan ngolu siganup ari, luhut do jolma mangkirim di ngolu na gok dame, di parsaoran na rosu, jala holang sian angka parbolatbolatan. Alai nang pe ganup jolma mangkirim di ngolu na gok dame i, sai gok dope angka hamaolon na rongom laho mangambati hadameon i. Jotjot hinorhon ni hadirion, sinadongan, pangkat, nang lan angka na asing gabe singkap mabarbar na patubuhon hasesega ni parsaoran. Alai diturpuk on, tung tangkas do di endehon parpsalmen songon dia do parsaoran na denggan i na naung di hangoluhon ibana nang dohot bangsona di hatiha i. Di dok, “Ida ma, dengganna i dohot sonangnai, molo tung pungu sahundulan angka na marhahamaranggi!”
Molo tapamanat hata, “sahundulan” (diam bersama/ tinggal bersama), parpsalmen naeng pataridahon parbue ni jolma manang bangso naung mangolu di bagasan Tuhan i. Sahundulan ndada na laho manghatahon na hundul/ diam/ tinggal nasida di sada inganan, alai na marlapatan do i songon sada dituasi manang suasana roha na sada nasida, jala situasi manang suasana i, ima di bagasan Tuhan na sinomba ni nasida. Rosu ni parsaoran i dipatudos ma songon hasadaon ni na marhahamaranggi, lapatanna adong roha na saling memiliki jala saling melengkapi di nasida. Atik pe dang samudar manang dang dongan sabutuhana, ala sada do nasida di bagasan asi ni Tuhan i. Jadi, tung marimbar do nasida sian angka bangso na asing na so tumanda TUHAN. Ima na olo rap hundul alai tahi ni nasida laho patupahon na so denggan. Olo rap hundul jala marsada ni roha alai laho manjehehon dongan na naasing. Olo marsada ni roha hinorhon adong kepentingan pribadi na laho sibuatonna. Idaon songon na holong, alai holong na marpambuat do rohana.

2.      Gombaran Uli ni Hasadaon na di Bagasan Tuhan I (ay. 2 – 3a)
Pola do digombarhon parpsalmen songon dia do dengganna dohot sonang ni parsaoran na rosu i. adung dua tudostudos dibaen. Tudostudos na parjolo didok, ia parsaoran na denggan i songon “miak na hushus di ulu pola mabaor tu mise, tu mise ni si Aron, pola mabaor sahat tu rambu ni angka ulosna”. Aha do hahonaan ni parsaoran na denggan dohot si Aron dohot miak na hushus.? Songon naung taboto, ia si Aron ima haha ni si Musa na huhut mandongani si Musa mamboan bangso Israel ruar sian tano Misir. Ibana ma na gabe sintua ni malim (Imam Besar/ halak Lewi). Marhitehite hata ni Debata tu si Musa, dipature do ulos (jubah) na khusus tu si Aron, jala na mansai uli. Uju diojakhon ibana gabe Sintua ni malim di halak Israel, dimiahi do ibana marhitehite miak na hushus jala na na arga situtu. Miak i dipangke holan laho manabalhon sada sintua ni malim na dirajumi tohonan na badia na sian Tuhan i. uju dimiahi ulu na marhitehite miak na hushus i, pola do mabaor miak i tu muse na ro di tu rambu ni angka ulosna. Lapatanna, songoni ma nang hinadenggan ni hasadaon di bagasan Tuhan i. Nang pe simajujung ni si Aron na dimiahi, alai mabaor miak i tu bagian naasing ni dagingna. Songoni do nang une ni hasadaon i, uju tarpasupasu ngolu ni sahalak, taruli do nang na humaliangsa. Dang manghorus tu dirina be, alai ikkon rap mandai di pasupasu na jinalona. Jala hasadaon i diulosi (dibungkus) dibagasan ulos na arga, nauli jala nabadia. Lapatanna, parsaoran i diulosi marhitehite habadiaon ni Debata jala angka jolma nabadia, na biar mida Jahowa ma na nilinggoman ni ulos/ asi ni roha ni Tuhan i.
Parsaoran na rosu i digombarhon do muse songon “nambur ni Hermon, na mabaor tu angka dolok Sion”. Ia Dolok Hermon on, ima sada dolok natumimbona di Palestina. Timbona 2.814 meter, jala puncu ni dolok on ditutupi salju do ganup ari nang pe di ari logo. Sai marnambur do ia puncu ni dolok Hermon si ganup ari.  Jala ombun ni dolok on ma na mabaor tu angka dolok na humaliangsa, ima angka dolok Sion. Ombun manang nambur on gabe sada tudostudos na mangalehon halambokon (kesejukan) dohot parlinggoman, songon na masa di halak Israel uju di halongonan nasida. Dilehon Debata do ombun ti arian i asa adong saongsaong ni nasida jala na mangalehon halambokon di nasida nang pe mohop situtu halongonan i. Jadi nambur ni Hermon i ma na mangalehon halambokon di angka dolok na asing. Jala nang pe ari logo, alai molo tano na di toru ni Hermon i sai tong do napu hinorhon ni salju na gabe mencair jala turun panapuhon tano i.


3.      Hasadaon I Gabe Pasupasu dohot Hangoluan Salelengnilelengna (ay. 3b)
Marhitehite tudostudos na dua on, tangkas ma taboto tujuan ni parpsalmen manggombarhon parsaoran na uli i. Ia parsaoran i hape ndada na holan tu na rikkot di nasida, alai marhitehite parsaoran i, nasida taruli las ni roha, suang songoni na humaliang nasida. Songon miak na arga i jala songon nambur ni dolok Hermon i, songoni ma ngolu na masa di Israel uju di harajaon ni raja David. Gok las ni roha, olopolop, ulaon na dipasupasu Tuhan. Sude i dapot ni nasida ala parsaoran dipajongjong nasida di bagasan holong na sian Tuhan i. Jala on ma sitiruon na dipatudu raja David hatiha i. Dimulai ibana do patupahon parsaoran na rosu i  di tongatonga ni bagasna asa dipatupa ibana di na ginonggomanna, asa gabe dohot ma nang saluhut bangso i mangihuthon raja ni nasida. Parsaoran na uli i gabe pasupasu dohot dalan hangoluan na salelengnilelengna di angka na manghangoluhonsa. Jala tarida doi uju di harahaon ni raja David, tung tupa do saluhut angka nauli na denggan di ngolu ni nasida asal ma mangolu nasida tudos tu hata ni TUHAN.

III.          Hahonaan
1.         Sude do ra hita menghasiholhon ngolunta on gok dame, las ni roha jala marsada ni roha. Alai di masa si nuaeng on, nunga lam maol dapotta dongon na sininta ni rohanta i. Hirim hita mangolu dibagasan dame, alai masa do parmusuan. Hirim hita di las ni roha, alai maol hita mandok mauliate di angka pasupasu ni Tuhan i, jumotjot hita marungutungut ala so masa di ngolunta songon na di rohanta i. On ma na mangambati dapotta las ni roha i.
2.         Aha do na ni igil ni Debata sian hita marhitehite turpuk on.? Naeng ma nian hita marparangehon pangalaho na denggan tu Debata nang tu donganta jolma. Tapataridahon mai marhite holong. Holong ma na ingkon gabe identitas, jatidiri nang karakter na lohot di ngolunta ganup marsadasada. Tupa ma parsaoran na rosu i molo di bagasan sada ni roha hita jala hasadaon i ingkon ma tubu sian roha na ias jala dang holong na marpambuat. Hasadaon ndada laho patuduhon aha na adong di hita, alai ise na mian dia hita, ima Tuhanta Jesus Kristus. Ido umbahen ingkon di bagasan holong ma hataridaan ni parsaoranta, ala Jesus pe mamboan holong do jala di bagasan Jesus do dapot holong na sintong i. ala ni i taparanghon ma holong na sian Jesus i jumolo sian tongatonga ni keluarganta be asa di na humaliang hita. Boi ma nian parsaoranta i gabe pasupasu di na humaliangta, jala ingkon Tuhan ma na marsangap di si. Dao ma sian hita angka perbolatbolatan, elat ni roha, masisogoan, nang angka parsalisihan, ai dang dihalomohon Debata sisongoi masa di tonga ni ngolunta.  Ala ni i, tapangido ma gogo nang pangajarion sian Tuhan i laho patupahon lomo ni rohaNa di bagasan ngolunta. Luhut ma hita ruas ni Tuhan i tarpasupasu jala gabe pasupasu di dia pe hita maringanan. Amen.

C.Pdt. Polma Hutasoit, S.Th