KERANGKA
SERMON EVANGELIUM MINGGU 13 Juli 2014
Minggu IV
Setelah Trinitatis (Ketritunggalan Allah/
Hasitolusadaan Ni TUHAN)
Ev : Matius
13 : 1 – 9 + 18 – 23 Ep
: Mazmur 65 : 2 – 14 S.
Patik : Kolose 3 : 16 – 17
Mendengar, Mengerti dan Berbuah
I.
Pendahuluan
Injil Matius merupakan satu dari ke-4 Injil
yang mengajarkan tentang Kerajaan Sorga atau Kerajaan Allah. Matius
memperkenalkan Yesus sebagai penggenapan nubuat para Nabi tentang Mesias dan di
dalam Yesuslah kemuliaan Kerajaan Allah itu akan kelihatan serta dengan
mengikut Dialah, maka manusia layak menjadi bahagian dari Kerajaan-Nya. Dalam
ajaran-Nya, Yesus selalu ingin agar setiap orang mau dan bisa menjadi bagian
dari keluarga Kerajaan itu, sehingga Dia senantiasa memberi gambaran tentang
Kerajaan itu dan syarat untuk masuk ke dalamnya. Dalam nats ini, Yesus memberi
tips khusus bagi pengikut-Nya agar mereka bisa menjadi bagian dari
Kerajaan-Nya. Untuk mempermudah pemahaman para pengikut-Nya, Yesus member
perupamaan tentang seorang penabur, benih dan lahannya.
II.
Penjelasan
Nats
Seperti
biasa, di mana Yesus berada pasti banyak orang berbondong-bondong untuk
mendengar ajaran Yesus dan ingin melihat keajaiban-keajaiban lain yang Yesus
lakukan. Sama halnya ketika di suatu hari Yesus keluar dan duduk di tepi danau,
maka orang berbondong-bondong datang mengerumuni Dia. Yesus lalu naik ke sebuah
perahu untuk mengajar orang banyak yang berdatangan itu. Dalam pengajaran-Nya,
Yesus member perumpamaan tentang penabur untuk menggambarkan bagaimana orang
dalam merespon firman Tuhan. Yesus tidak harus menjelaskan aktivitas petani,
sebab dari jauh mungkin mereka bisa melihat petani sedang bekerja, menabur biji
gandum. Bahkan mereka pun mungkin adalah petani yang dari ladang yang sedang
dalam perjalanan menuju pantai. Di dalam masyarakat pertanian pada waktu itu,
pendengar kebanyakan adalah petani-petani atau orang yang pernah bekerja di
tanah pertanian. Dalam perumpamaan-nya, Yesus memberi 4 gambaran sebagai respon
orang yang menerima ajaran tentang Kerajaan Sorga. Pertama, Benih yang jatuh di pinggir jalan di makan burung sampai
habis. Kedua, Benih yang jatuh di
bebatuan, tumbuh, namun segera layu dan mati karena sinar matahari. Ketiga, Benih yang jatuh di semak duri,
tumbuh, namun mati dihimpit oleh semak duri itu. Dan Keempat, Benih yang jatuh di tanah yang baik dan subur, tumbuh dan
menghasilkan buah berlipat ganda.
Melalui
perumpamaan itu, Yesus menjelaskan bahwa benih yang ditaburkan adalah FIRMAN
ALLAH atau “firman tentang Kerajaan Allah.” Namun, Firman ini tidak memberikan
hasil yang sama di semua tempat, karena tergantung pada tanah di mana Firman
itu ditaburkan.
- Benih Yang Jatuh di Pinggir Jalan dan
Dimakan Burung Sampai Habis
Salah satu dari jenis tanah itu adalah tanah
“di pinggir jalan”, yang menurut penafsirannya, adalah orang yang meskipun
mendengarkan Firman Allah tetapi “tidak mengertinya”. Yang dimaksud dengan
“tidak mengertinya” dapat kita ketahui melalui konteks dari perumpamaan ini.
Kata bahasa Yunani yang dipadankan dengan “mengerti” dalam ayat di atas adalah
kata kerja “suneimi” yang dipergunakan 6 kali dalam Matius 13, dan 5 di
antaranya berkaitan dengan perumpamaan kita. Dalam Matius 13:13-15, mengatakan,
“….. sekalipun melihat, mereka tidak
melihat dan sekalipun mendengar, mereka tidak mendengar dan tidak mengerti [suniemi].
Maka pada mereka [yang melihat namun tidak melihat dan mendengar namun tidak
mengerti] genaplah nubuat Yesaya, yang berbunyi: Kamu akan mendengar dan
mendengar, namun tidak mengerti [suniemi], kamu akan melihat dan melihat, namun
tidak menanggap. Sebab [penyebab mereka tidak mengerti meskipun mereka
mendengar] hati bangsa ini telah menebal, dan telinganya berat mendengar, dan
matanya melekat tertutup; supaya jangan mereka melihat dengan matanya dan
mendengar dengan telinganya dan mengerti [suniemi] dengan hatinya, lalu
berbalik sehingga Aku menyembuhkan mereka.”
Seharusnya dengan telinga orang mendengar
Firman, dengan hati (bagian lebih dalam dari pikiran kita) orang “mengerti”
Firman, namun yang dimaksudkan dalam perumpamaan ini, bukan sekadar pemahaman
mental yang sederhana. Yang dimaksud adalah pemahaman dan penerimaan akan
Firman Allah dengan segenap hati dan dengan segenap pikiran kita yang terdalam.
Pada hati yang telah menebal, Firman Allah seakan jatuh di pinggir jalan. Firman
itu tidak akan tumbuh, apalagi menghasilkan buah (II Kor. 4:3-4 ; Ef. 4:17-19).
Orang-orang
seperti ini adalah orang yang mendengar firman Tuhan, namun menolaknya sehingga
iblis mengambil kesempatan untuk menggugurkan firman itu dari hatinya sampai
habis, sehingga sia-sialah firman itu dia dengarkan karena tidak berdampak
apa-apa bagi dia.
- Benih Yang Jatuh di Bebatuan, Tumbuh,
tapi Layu Oleh Sinar Matahari Karena Tanahnya Tipis
Benih dapat tumbuh
di dalam beragam jenis tanah, namun ada jenis tanah yang membuat benih tidak
dapat bertahan atau menghasilkan buah. Salah satu jenis tanah di mana benih,
yang sekalipun pada awalnya cepat/ segera tumbuh, namun pada akhirnya tidak dapat
bertahan adalah benih yang jatuh
ke tanah yang berbatu-batu. Penyebab benih tidak dapat bertahan di sana
adalah karena batu-batu tidak memungkinkan benih untuk berakar sehingga dapat
menyerap air. Seperti yang kita
lihat, tanah yang berbatu-batu adalah orang-orang yang mendengarkan Firman,
segera menerimanya, bahkan menerimanya dengan penuh kegembiraan. Namun, ini
tidak berlangsung lama, karena begitu terjadi penindasan dan penganiayaan,
orang-orang ini pun murtad, bahkan juga dengan segera. Jelas di sini, penyebab yang membuat
mereka jatuh adalah karena mereka sangat lemah dalam penganiayaan dan
penindasan. Sehingga, ketika Iblis melakukannya terhadap mereka, mereka pun
segera jatuh. Kejatuhan mereka bukan disebabkan oleh karena penindasan itu
terlampau berat untuk mereka tanggung, sebab II Korintus 4:17, I Korintus
10:12-13 and I Petrus 5:10 berkata bahwa pencobaan-pencobaan yang kita alami
itu biasa dan tidak melebihi kekuatan kita (I Korintus 10:12-13). Sebaliknya,
mereka jatuh karena tidak mau melakukan bahkan perlawanan terkecil pun terhadap
si Iblis (Yak. 4:7; I Ptr. 5:8-9)
Bila kita tidak
melawan Iblis, ia tidak akan lari dari kita. Sebaliknya, ia akan menelan mereka
yang tidak melakukan perlawanan terhadapnya. Orang-orang yang termasuk dalam
kategori kedua ini adalah calon makanan bagi si Iblis. Ketika Iblis datang dan
membawa penindasan, mereka segera murtad dan menjadi makanan empuk baginya.
Mereka mengalami awal yang baik, namun akhir yang buruk. Orang yang sepertini perlu memahami bahwa
mengikut Tuhan itu tidak cukup hanya semangat yang menggebu-gebu, namun
disertai komitmen, tekad yang kuat dan teguh dan pondasi/ akar iman yang
tertancap kuat.
- Benih Yang Jatuh di Semak Duri, Tumbuh,
tapi Mati Dihimpit Semak Duri
Tanah ketiga yang ke atasnya benih ditaburkan
adalah di tengah semak duri. Benih yang jatuh di tanah ini dihimpit, sehingga
ia tidak berbuah. Masalahnya adalah mereka menyimpan Firman
Tuhan di dalam hati mereka, namun menyimpannya bersama-sama dengan hal-hal
lain, seperti “kekuatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan dan keinginan akan
hal-hal lain”, bahkan menjadikan kekuatiran dan keinginan
itu mengatasi firman Tuhan. Hal-hal ini akhirnya menjadi duri bagi pertumbuhan Firman,
menghimpitnya dan membuatnya tidak berbuah. Apabila kita
menerapkannya dan menempatkan kekhawatiran
di posisi teratas dalam hidup kita, atau kita teperdaya oleh kekayaan atau
keinginan untuk mengejar kesenangan duniawi dan hal-hal lain, maka benih Firman
itu akan terhimpit dan tidak akan berbuah!
Menjadi seorang kristiani yang tidak berbuah
lebih merupakan sebuah ironi. Yesus sendiri berkata bahwa berbuah adalah bukti
seseorang itu adalah murid Kristus. Mereka yang tidak berbuah, mereka yang
mengejar keinginan duniawi sehingga tidak berbuah bukanlah murid Kristus. Orang seperti ini lebih tepat dikatakan orang Kristen yang bukan pengikut
Kristus.
- Benih Yang jatuh di Tanah Yang Subur,
Tumbuh dan Berbuah Berlipat Ganda
Kita telah mempelajari tiga jenis tanah yang ke atasnya benih
Firman ditaburkan. Sayangnya tak satu pun dari ketiga tanah itu dapat membuat
benih itu berbuah. Namun jenis keempat mengumpamakn seperti apa tanah yang BAIK
yang menghasilkan buah itu. Matius 13:8, “Dan sebagian jatuh di tanah
yang baik lalu berbuah: ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali
lipat, ada yang tiga puluh kali lipat.”
Yesus menjelaskan makna
benih yang keempat ini. “Yang ditaburkan di tanah yang
baik ialah orang yang mendengar firman itu dan mengerti [Yunani: suniemi], dan
karena itu ia berbuah, ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali
lipat, ada yang tiga puluh kali lipat.”
Seperti yang kita ingat, kategori orang pertama tidak dapat
“mengerti”, dan menerima Firman karena hati mereka tebal dan keras. Sebaliknya,
orang-orang yang masuk kategori berbuah mengerti Firman dan menyimpannya dalam
hati yang baik. Kategori yang berbuah ini memiliki apa tidak dimiliki oleh
ketiga kategori yang tidak berbuah. Jadi, jika orang kategori pertama memiliki
hati yang keras, di sini mereka memiliki hati yang baik. Jika orang kategori
kedua tidak memiliki ketahanan dan segera jatuh begitu terjadi penindasan, di
sini mereka memiliki ketekunan (mereka mengeluarkan buah dalam ketekunan,
seperti yang dikatakan ayat di atas) dan tidak mudah menyerah. Jika pada orang
kategori ketiga Firman Tuhan dihimpit oleh segala macam kekhawatiran dan
berbagai keinginan lain menempati posisi tertinggi, di sini Firman Tuhan
DISIMPAN di dalam hati mereka, dan Firman itu menduduki tempat tertinggi dalam
hati mereka dan tidak tergantikan oleh hal-hal lain. Inilah kategori yang
berbuah dan biarlah kita semua menjadi orang-orang yang termasuk dalam kategori
ini sehingga kita akan menghasilkan banyak buah bagi Allah kita!
- Orang Kristen Yang Berbuah
Tidak ada
pohon yang berbuat dengan instan begitu ditanam, tetap ada proses yang harus
dialami dan dihadapi. Benih (firman) harus ditanam di lahan (hati) yang tulus
dan mau menerimanya, benih yang ditanam harus mengalami perubahan untuk menjadi
tunas. Lahan harus dipupuk dan disiram sehingga tunas bertumbuh dengan baik.
Pertumbuhan dan pemeliharaan yang baik akan menghasilkan buah yang baik pula.
Tentu dalam proses itu akan banyak tantangan yang dihadapi (hama, cuaca, dll).
Buah yang baik akan memberi gizi dan kesehatan bagi orang yang menikmatinya.
Maka buah iman orang Kristen yang baik dan benar juga akan mendatangkan
sukacita dan berkat bagi orang lain yang ada di sekitarnya. Orang Kristen yang
berbuah adalah orang yang mau mendengar firman Tuhan, mengerti akan perintah
Tuhan dalam firman-Nya dan melakukan apa yang baik dan benar di hadapan
manusia, maka buahnya tidak hanya akan dinikmati sendiri, namun juga orang yang
ada di sekitarnya.
III.
Aplikasi
Firman Allah dapat ditaburkan kepada
bermacam-macam orang. Namun, hasilnya akan berbeda tergantung pada kualitas
hati orang-orang yang mendengarkan Firman itu. Ada orang yang menolaknya, ada
juga orang yang menerimanya namun segera murtad begitu terjadi penindasan. Ada
orang yang menerimanya namun menempatkan Firman itu pada posisi terakhir dalam
hatinya serta menggantikannya dengan hal-hal lain (kekhawatiran, kekayaan, dan
keinginan lain), dan ada orang-orang yang menyimpan Firman itu di dalam hati
yang baik dan menghasilkan banyak buah. Itulah mengapa ketika mengakhiri
penjelasan-Nya tentang perumpamaan itu, Yesus berkata “perhatikanlah cara kamu
mendengar” (Lukas 8:18). Ini bukan sekadar mendengarkan Firman tetapi bagaimana
cara kita mendengarkan Firman, karena banyak orang mau mendengarkan Firman
Allah tetapi hanya mereka yang mendengarnya serta menyimpannya dalam hati yang
baik yang akan menghasilkan buah. Semoga kita semua selalu termasuk di dalam
kategori ini. Mendengar firman Tuhan adalah kebutuhan
pokok orang Kristen. Untuk itu :
1.
Selama kesiapan kita mendengar Firman Tuhan hanya sekedar
menjalani rutinitas, dengan sekejap Firman yang ditaburkan itu akan hilang.
2.
Selama kesiapan kita mendengar Firman Tuhan hanya menerima tetapi
tidak mau menyelidiki dan memahami lebih dalam, maka ketika berhadapan dengan
realita hidup Firman yang ditaburkan itu pun akan mati. Sebab orang itu
mendengar Firman Tuhan hanya siap untuk membuat dia senang dan gembira tanpa
mempertanyakan apakah dia sudah menyenangkan Tuhan. Justru sebaliknya,
pendengarannya akan Firman Tuhan di pakai untuk menyelidiki kesalahan dan dosa
orang lain, sementara dia tidak menyelidiki dirinya. Dalam 2 Korintus 13:5
dikatakan: "Ujilah dirimu sendiri, apakah kamu tetap tegak di dalam
iman"
3. Selama kesiapan kita mendengar Firman Tuhan hanya sampai pada
mengetahui, maka Firman yang ditaburkan itu pun akan mati terhimpit. Dia sudah
mendengar, menerima dan mengetahui apa yang seharusnya dia perbuat, tetapi dia
tidak lekas bertindak karena ternyata dia lebih mengikuti keinginan dagingnya
daripada keinginan Tuhan.
4.
Ketika Firman Tuhan
itu didengar, dipergumulkan untuk dimengerti, maka firman itu
akan bertumbuh
dan menghasilkan buah yang benar melalui pola hidup yang sesuai
dengan kehendak Tuhan. Dan buah itu akan membawa kebahagiaan dan sukacita dan
keagungan bagi nama Tuhan kita. Tuhan Yesus memberkati. Amin..
C.Pdt. Polma Hutasoit, S.Th
Tidak ada komentar:
Posting Komentar