KERANGKA SERMON
EVANGELIUM MINGGU 23 Februari 2014
MINGGU SEXAGESIMA (60 Hari Sebelum Paskah)
Ev : Mazmur 119 : 33 – 40 Ep : 1 Korintus 13 : 10 – 13 Amsal 12 : 13
Mengerti dan
Menghidupi Firman Tuhan
I.
Pendahuluan
Tema khotbah kita Minggu ini adalah mengerti dan menghidupi firman Tuhan.
Dapat kita pahami bahwa sesungguhnya mengerti firman Tuhan belumlah cukup
sebagai orang Kristen. Makna firman dapat terlihat ketika firman itu dimengerti
dan dihidupi. Inilah yang menjadi cara hidup pemazmur dalam nats ini. Seorang
yang senantiasa mempelajari firman Tuhan, menjalin hubungan yang intim
(bergaul) dengan Tuhan. Pemazmur adalah orang yang memiliki pengenalan diri di
hadapan Tuhan. Dia juga memiliki pengenalan akan kebaikan Tuhan. Sehingga
melalui pengenalan yang benar akan keberadaannya yang senantiasa dikasihi
Tuhan, maka dia memiliki sikap yang benar dalam melakukan kehendak Tuhan. Dia
menjadikan firman Tuhan itu menjadi pusat/ centre yang mengatur kehidupannya.
Dia menjadikan doa dan pujian sebagai jembatannya menjalin komunikasi yang
indah bersama Tuhan. Pemazmur juga merupakan orang yang tunduk dan patuh akan
firman Tuhan itu. Tidak seperti kebanyakan orang yang suka mengatur Tuhan
dengan doa dan berbagai permintaannya, namun pemazmur malah mau diatur oleh firman
Tuhan. Dengan demikian pemazmur semakin mengimani dan mengamini bahwa hidup
penuh berkat dan sukacita itu hanya ada di dalam Tuhan yang Mahakasih.
II.
Penjelasan Nats
Ø Ketika Firman Tuhan Menjadi Kesukaan (33-35)
Sebagai manusia biasa,
pemazmur tentu melihat bagaimana manusia banyak yang jatuh ke dalam dosa ketika
berada dalam kejayaannya. Ada banyak orang yang menjadi lupa kepada Tuhan
ketika doanya sudah Tuhan kabulkan. Pemazmur “ingin tampil beda” dengan mereka. Dia ingin agar Tuhan yang tetap
mengendalikan hidupnya dalam situasi dan kondisi apapun. Pemazmur memohon
kepada Tuhan agar senantiasa memperlihatkan ketetapan-ketetapan-Nya, sehingga
dia memegangnya sampai saat terakhir. Memegangnya berarti menggenggam dengan
kuat dan teguh dan menyimpannya sampai akhir hidupnya. Pemazmur memiliki tekad
dan komitmen yang jelas, bahwa apa yang menjadi ketetapan Tuhan akan menjadi
pondasi hidupnya. Iman dan komitmen seperti inilah yang perlu dimiliki setiap
orang Kristen, bukan iman yang “tergatung
sikon (situasi dan kondisi)”. Artinya hanya berani menunjukkan identitas
sebagai orang percaya pada saat tertentu dan kepada orang tertentu saja,
seperti hanya saat sedang bersukacita atau juga hanya saat kesusahan sehingga
butuh pertolongan Tuhan, namun melupakan Tuhan setelah mendapatkan apa yang
diinginkan.
Sifat yang ditunjukkan
pemazmur untuk menghadap Tuhan juga sangat luar biasa. Dia menempatkan dirinya
sebagai orang yang tidak ada apa-apanya di hadapan Tuhan. Sehingga ketika dia
menyampaikan permohonannya kepada Tuhan, dia selalu datang dengan
kerendahdiriannya. Dia mohon pengertian untuk memahami Taurat Tuhan, sehingga
Taurat itu dia jadikan sebagai senjata andalannya dalam memerangi setiap cobaan
yang datang kepadanya. Inilah bukti adanya "ketergantungan
kepada Tuhan”. Ketergantungan berarti tidak dapat hidup tanpa Tuhan. Sama
seperti seorang bayi yang juga pasti ketergantungan terhadap ibunya. Pamazmur
memohon agar Tuhan menuntunnya untuk hidup menurut petunjuk Tuhan, karena
Taurat Tuhan adalah kesukaan bagi pemazmur. Artinya, pemazmur ingin mengatakan
betapa ia menikmati hidup dalam Taurat Tuhan itu. Menikmati hidup dalam Taurat
Tuhan adalah bukti bahwa ciri khas pemazmur terlihat
pada kecintaannya kepada Tuhan dan ajaran-Nya.
Ø Hidup di Dunia
Namun Tidak Duniawi (36-40)
Pemazmur
sadar bahwa hidup di dunia itu tidaklah mudah untuk melakukan kehendak Tuhan,
karena dunia selalu menawarkan kenikmatan namun kenikmatan yang berlawanan
dengan kehendak Tuhan. Untuk itu, pemazmur sekali lagi ingin tampil beda. Dia
berusaha untuk menanggalkan dan meninggalkan tawaran-tawaran dunia ini dan
menerima Taurat Tuhan sebagai pedoman hidupnya. Pemazmur katakan, “condongkan hatiku kepada
peringatan-peringatanMu, dan jangan kepada laba”. Laba berarti keuntungan
dalam makna ketamakan dan egoisme. Banyak orang mencari laba untuk memperkaya
dirinya sendiri dan mencari untung yang besar, bahkan melakukan berbagai cara
untuk meraup keuntungan. Pemazmur lebih memilih “laba sorgawi” daripada laba duniawi yang suatu waktu akan lenyap
dan hilang.
Ay. 37, “Lalukanlah
mataku dari pada melihat hal yang hampa”. Yang dimaksud dengan hampa justru
adalah hal-hal yang justru berharga bagi dunia. Pemazmur memiliki pemahaman
bahwa yang berharga dan yang dikejar oleh manusia justru menjadi kesia-siaan dan
tidak ada gunanya ketika akan menghadap Tuhan. Sehingga pemazmur lebih senang
mengejar dan melakukan apa yang menjadi jalan dan ketetapan Tuhan. Namun yang
menarik adalah, pemazmur mengatakan kata “lalukanlah
mataku”, bukan, “tutuplah mataku”. Artinya
pemazmur sadar bahwa bagaimanapun “hal yang hampa” itu akan tetap diperhadapkan
kepadanya selama dia masih tinggal di dunia ini. Untuk itulah dia memohon
kepada Tuhan agar dia dimampukan untuk menolak dan mengabaikannya dan memilih
untuk hidup di jalan Tuhan meskipun kadang tidak sesuai dengan selera atau
keinginannya.
Pemazmur juga tahu bahwa
Tuhan memiliki janji keselamatan bagi setiap orang yang takut kepada-Nya,
sehingga dia memohon agar janji itu juga diteguhkan kepadanya agar dia juga
beroleh hidup dan sukacita yang dari Tuhan. Pemazmur menutup pengakuan imannya
ini dengan mengatakan, “Hidupkanlah aku
dengan keadilan-Mu”. Memang hidup (kekal) itu hanya ada di dalam Tuhan. Dan
orang yang akan menerima hidup itu adalah orang yang mau masuk ke dalamnya dengan
mengikuti aturan pemilik kehidupan itu sendiri. Pemazmur rindu untuk
mendapatkan hidup itu, sehingga dia memohon kemampuan dari Tuhan untuk
melakukan hukum Tuhan sebagai tugas dan tanggung jawabnya sebagai hamba Tuhan.
III.
Aplikasi
ü Pengenalan yang benar akan firman Tuhan
akan menghasilkan pemahaman dan pengertian yang benar tentang firman Tuhan.
Pengertian yang benar akan firman Tuhan akan menghasilkan sikap/ respon yang
benar terhadap firman Tuhan. Dan sikap/ respon yang benar akan firman Tuhan
akan menghasilkan tindakan dan perilaku yang benar sesuai firman Tuhan yang
telah diterima/ dimengerti.
ü Mengerti dan menghidupi firman Tuhan.
Mengerti lahir dari mendengar, melihat, memahami dan merasakan. Kita akan
mengerti firman Tuhan ketika kita mendengar, melihat/ membaca, memahami dan
merasakan firman Tuhan itu. Namun sebagai orang Kristen, hanya mengerti
tidaklah cukup. Apa yang kita mengerti itu harus juga kita aplikasikan dalam
kehidupann sehari-hari. Sama seperti pemazmur yang begitu mengerti akan firman
Tuhan, dia juga memohon kepada Tuhan agar Tuhan memampukan dia untuk melakukan
firman-Nya. Berarti sama halnya dengan kita, kita harus memohon kepada Tuhan
agar kita mampu menjadi pelaku firman.
ü Pemazmur adalah orang yang taat dan mau
diatur oleh Tuhan untuk kepentingannya. Lagu kita yang mengatakan, “Tiap Langkahku Diatur Oleh Tuhan” merupakan
suatu pengakuan iman bahwa orang yang mau diatur oleh Tuhan, maka “ke tempat tinggi ku dihantarnya, hingga
sekali nanti aku tiba, di rumah Bapa, Sorga yang baka”. Artinya, meskipun
sulit melakukan ketetapan Allah itu, namun jika tetap teguh dalam iman, maka
yakinlah tidak ada perbuatan baik dan ketaatan kita sia-sia di hadapan Tuhan,
meskipun bagi manusia itu adalah suatu kebodohan.
ü Mencintai Tuhan dan firman-Nya berarti
kita sedang berjalan menuju hidup kekal. Ketergantungan kepada Tuhan berarti
kita siap menerima kasih setia Tuhan yang murni. Seperti bayi yang
ketergantungan kepada ibunya akan hidup melalui ASI yang murni dan sehat. Jadi
ketika kasih murni Tuhan itu sudah kita terima dan kita miliki, maka yakin dan
percayalah bahwa tingkap-tingkap berkat Tuhan itu senantiasa mengaliri hidup
kita. Untuk itu, biarlah firman Tuhan menjadi kesukaan bagi kita. Jangan pernah
mengatur Tuhan dengan segala permohonan kita untuk kepentingan kita, namun
biarlah hidup kita diatur oleh firman Tuhan. Karena dengan demikianlah, Tuhan
akan semakin berkenan kepada kita. Tuhanlah yang memampukan kita menjadi
generasi yang senantiasa hidup bergaul dengan Tuhan, sehingga janji Tuhan tidak
hanya diteguhkan kepada pemazmur, namun juga kepada kita. Amin.
C.Pdt. Polma Hutasoit, S.Th
Tidak ada komentar:
Posting Komentar