Kamis, 30 Juli 2015

Mazmur 119 : 33 – 40, "Mengerti dan Menghidupi Firman Tuhan"

KERANGKA  SERMON EVANGELIUM MINGGU 23 Februari  2014
MINGGU SEXAGESIMA (60 Hari Sebelum Paskah)
Ev : Mazmur 119 : 33 – 40                      Ep : 1 Korintus 13 : 10 – 13                   Amsal 12 : 13
Mengerti dan Menghidupi Firman Tuhan

I.               Pendahuluan
Tema khotbah kita Minggu ini adalah mengerti dan menghidupi firman Tuhan. Dapat kita pahami bahwa sesungguhnya mengerti firman Tuhan belumlah cukup sebagai orang Kristen. Makna firman dapat terlihat ketika firman itu dimengerti dan dihidupi. Inilah yang menjadi cara hidup pemazmur dalam nats ini. Seorang yang senantiasa mempelajari firman Tuhan, menjalin hubungan yang intim (bergaul) dengan Tuhan. Pemazmur adalah orang yang memiliki pengenalan diri di hadapan Tuhan. Dia juga memiliki pengenalan akan kebaikan Tuhan. Sehingga melalui pengenalan yang benar akan keberadaannya yang senantiasa dikasihi Tuhan, maka dia memiliki sikap yang benar dalam melakukan kehendak Tuhan. Dia menjadikan firman Tuhan itu menjadi pusat/ centre yang mengatur kehidupannya. Dia menjadikan doa dan pujian sebagai jembatannya menjalin komunikasi yang indah bersama Tuhan. Pemazmur juga merupakan orang yang tunduk dan patuh akan firman Tuhan itu. Tidak seperti kebanyakan orang yang suka mengatur Tuhan dengan doa dan berbagai permintaannya, namun pemazmur malah mau diatur oleh firman Tuhan. Dengan demikian pemazmur semakin mengimani dan mengamini bahwa hidup penuh berkat dan sukacita itu hanya ada di dalam Tuhan yang Mahakasih.

II.            Penjelasan Nats
Ø  Ketika Firman Tuhan Menjadi Kesukaan (33-35)
Sebagai manusia biasa, pemazmur tentu melihat bagaimana manusia banyak yang jatuh ke dalam dosa ketika berada dalam kejayaannya. Ada banyak orang yang menjadi lupa kepada Tuhan ketika doanya sudah Tuhan kabulkan. Pemazmur “ingin tampil beda” dengan mereka. Dia ingin agar Tuhan yang tetap mengendalikan hidupnya dalam situasi dan kondisi apapun. Pemazmur memohon kepada Tuhan agar senantiasa memperlihatkan ketetapan-ketetapan-Nya, sehingga dia memegangnya sampai saat terakhir. Memegangnya berarti menggenggam dengan kuat dan teguh dan menyimpannya sampai akhir hidupnya. Pemazmur memiliki tekad dan komitmen yang jelas, bahwa apa yang menjadi ketetapan Tuhan akan menjadi pondasi hidupnya. Iman dan komitmen seperti inilah yang perlu dimiliki setiap orang Kristen, bukan iman yang “tergatung sikon (situasi dan kondisi)”. Artinya hanya berani menunjukkan identitas sebagai orang percaya pada saat tertentu dan kepada orang tertentu saja, seperti hanya saat sedang bersukacita atau juga hanya saat kesusahan sehingga butuh pertolongan Tuhan, namun melupakan Tuhan setelah mendapatkan apa yang diinginkan.
Sifat yang ditunjukkan pemazmur untuk menghadap Tuhan juga sangat luar biasa. Dia menempatkan dirinya sebagai orang yang tidak ada apa-apanya di hadapan Tuhan. Sehingga ketika dia menyampaikan permohonannya kepada Tuhan, dia selalu datang dengan kerendahdiriannya. Dia mohon pengertian untuk memahami Taurat Tuhan, sehingga Taurat itu dia jadikan sebagai senjata andalannya dalam memerangi setiap cobaan yang datang kepadanya. Inilah bukti adanya "ketergantungan kepada Tuhan”. Ketergantungan berarti tidak dapat hidup tanpa Tuhan. Sama seperti seorang bayi yang juga pasti ketergantungan terhadap ibunya. Pamazmur memohon agar Tuhan menuntunnya untuk hidup menurut petunjuk Tuhan, karena Taurat Tuhan adalah kesukaan bagi pemazmur. Artinya, pemazmur ingin mengatakan betapa ia menikmati hidup dalam Taurat Tuhan itu. Menikmati hidup dalam Taurat Tuhan adalah bukti bahwa ciri khas pemazmur terlihat pada kecintaannya kepada Tuhan dan ajaran-Nya.

Ø  Hidup di Dunia Namun Tidak Duniawi (36-40)
Pemazmur sadar bahwa hidup di dunia itu tidaklah mudah untuk melakukan kehendak Tuhan, karena dunia selalu menawarkan kenikmatan namun kenikmatan yang berlawanan dengan kehendak Tuhan. Untuk itu, pemazmur sekali lagi ingin tampil beda. Dia berusaha untuk menanggalkan dan meninggalkan tawaran-tawaran dunia ini dan menerima Taurat Tuhan sebagai pedoman hidupnya. Pemazmur katakan, “condongkan hatiku kepada peringatan-peringatanMu, dan jangan kepada laba”. Laba berarti keuntungan dalam makna ketamakan dan egoisme. Banyak orang mencari laba untuk memperkaya dirinya sendiri dan mencari untung yang besar, bahkan melakukan berbagai cara untuk meraup keuntungan. Pemazmur lebih memilih “laba sorgawi” daripada laba duniawi yang suatu waktu akan lenyap dan hilang.
Ay. 37, “Lalukanlah mataku dari pada melihat hal yang hampa”. Yang dimaksud dengan hampa justru adalah hal-hal yang justru berharga bagi dunia. Pemazmur memiliki pemahaman bahwa yang berharga dan yang dikejar oleh manusia justru menjadi kesia-siaan dan tidak ada gunanya ketika akan menghadap Tuhan. Sehingga pemazmur lebih senang mengejar dan melakukan apa yang menjadi jalan dan ketetapan Tuhan. Namun yang menarik adalah, pemazmur mengatakan kata “lalukanlah mataku”, bukan, “tutuplah mataku”. Artinya pemazmur sadar bahwa bagaimanapun “hal yang hampa” itu akan tetap diperhadapkan kepadanya selama dia masih tinggal di dunia ini. Untuk itulah dia memohon kepada Tuhan agar dia dimampukan untuk menolak dan mengabaikannya dan memilih untuk hidup di jalan Tuhan meskipun kadang tidak sesuai dengan selera atau keinginannya.
Pemazmur juga tahu bahwa Tuhan memiliki janji keselamatan bagi setiap orang yang takut kepada-Nya, sehingga dia memohon agar janji itu juga diteguhkan kepadanya agar dia juga beroleh hidup dan sukacita yang dari Tuhan. Pemazmur menutup pengakuan imannya ini dengan mengatakan, “Hidupkanlah aku dengan keadilan-Mu”. Memang hidup (kekal) itu hanya ada di dalam Tuhan. Dan orang yang akan menerima hidup itu adalah orang yang mau masuk ke dalamnya dengan mengikuti aturan pemilik kehidupan itu sendiri. Pemazmur rindu untuk mendapatkan hidup itu, sehingga dia memohon kemampuan dari Tuhan untuk melakukan hukum Tuhan sebagai tugas dan tanggung jawabnya sebagai hamba Tuhan.

III.          Aplikasi
ü  Pengenalan yang benar akan firman Tuhan akan menghasilkan pemahaman dan pengertian yang benar tentang firman Tuhan. Pengertian yang benar akan firman Tuhan akan menghasilkan sikap/ respon yang benar terhadap firman Tuhan. Dan sikap/ respon yang benar akan firman Tuhan akan menghasilkan tindakan dan perilaku yang benar sesuai firman Tuhan yang telah diterima/ dimengerti.
ü  Mengerti dan menghidupi firman Tuhan. Mengerti lahir dari mendengar, melihat, memahami dan merasakan. Kita akan mengerti firman Tuhan ketika kita mendengar, melihat/ membaca, memahami dan merasakan firman Tuhan itu. Namun sebagai orang Kristen, hanya mengerti tidaklah cukup. Apa yang kita mengerti itu harus juga kita aplikasikan dalam kehidupann sehari-hari. Sama seperti pemazmur yang begitu mengerti akan firman Tuhan, dia juga memohon kepada Tuhan agar Tuhan memampukan dia untuk melakukan firman-Nya. Berarti sama halnya dengan kita, kita harus memohon kepada Tuhan agar kita mampu menjadi pelaku firman.
ü  Pemazmur adalah orang yang taat dan mau diatur oleh Tuhan untuk kepentingannya. Lagu kita yang mengatakan, “Tiap Langkahku Diatur Oleh Tuhan” merupakan suatu pengakuan iman bahwa orang yang mau diatur oleh Tuhan, maka “ke tempat tinggi ku dihantarnya, hingga sekali nanti aku tiba, di rumah Bapa, Sorga yang baka”. Artinya, meskipun sulit melakukan ketetapan Allah itu, namun jika tetap teguh dalam iman, maka yakinlah tidak ada perbuatan baik dan ketaatan kita sia-sia di hadapan Tuhan, meskipun bagi manusia itu adalah suatu kebodohan.
ü  Mencintai Tuhan dan firman-Nya berarti kita sedang berjalan menuju hidup kekal. Ketergantungan kepada Tuhan berarti kita siap menerima kasih setia Tuhan yang murni. Seperti bayi yang ketergantungan kepada ibunya akan hidup melalui ASI yang murni dan sehat. Jadi ketika kasih murni Tuhan itu sudah kita terima dan kita miliki, maka yakin dan percayalah bahwa tingkap-tingkap berkat Tuhan itu senantiasa mengaliri hidup kita. Untuk itu, biarlah firman Tuhan menjadi kesukaan bagi kita. Jangan pernah mengatur Tuhan dengan segala permohonan kita untuk kepentingan kita, namun biarlah hidup kita diatur oleh firman Tuhan. Karena dengan demikianlah, Tuhan akan semakin berkenan kepada kita. Tuhanlah yang memampukan kita menjadi generasi yang senantiasa hidup bergaul dengan Tuhan, sehingga janji Tuhan tidak hanya diteguhkan kepada pemazmur, namun juga kepada kita. Amin.

C.Pdt. Polma Hutasoit, S.Th

Tidak ada komentar:

Posting Komentar