Jumat, 31 Juli 2015

Mazmur 145 : 8 – 14, "Tuhan Itu Pengasih dan Penyayang"

KERANGKA SERMON EVANGELIUM MINGGU 06 Juli 2014
Minggu III Setelah Trinitatis (Ketritunggalan Allah/ Hasitolusadaan Ni TUHAN)
Ev  :  Mazmur 145 : 8 – 14                        EP  : Wahyu 1 : 12 – 18
Tuhan Itu Pengasih dan Penyayang

I.              Pendahuluan
Secara umum, Mazmur merupakan pujian kepada Allah dan ungkapan iman atas segala kebaikan yang Tuhan nyatakan kepada pemazmur. Mazmur ini merupakan mazmur pujian yang mengumandangkan keagungan Tuhan di dalam kemurahanNya yang mengasihi dan setiaNya yang dicurahkan kepada yang diciptakanNya. Dalam Mazmur 145 ini, pemazmur secara keseluruhan memperlihatkan kesaksian (pengakuan) iman yang mengambarkan segala kemahakuasaan, kemahamuliaan, dan kemahamurahan hati Tuhan yang nyata di dalam seluruh kehidupan. Raja Daud yang telah menerima dan mengalami indahnya hidup bersama dengan Tuhan tidak henti-hentinya memuji-muji kemurahan Tuhan kepadanya. Hal ini terungkap dalam perkataan Daud, “Setiap hari aku hendak memuji Engkau, dan hendak memuliakan nama-Mu untuk seterusnya dan selamanya.” (ay. 2). Tentu saja hanya orang yang mengalami indahnya hidup dengan Tuhanlah yang mampu menyuarakan perkataan ini. Sikap Pemazmur menunjukkan bahwa tidak ada satu haripun yang boleh berlalu tanpa memuji dan bersyukur kepada Allah karena semua berkat, karunia dan kasih sayang-Nya. Secara khusus, nats kotbah ini, pemazmur menyatakan imannya bahwa Tuhan itu adalah Tuhan yang pengasih, penyabar, setia, dan Allah yang penuh rahmat kepada seluruh yang dijadikanNya, baik dalam perkataan maupun dalam perbuatan.

II.           Penjelasan Nats
  1. Tuhan Pengasih dan Penyayang (ay. 8 – 9)
Sifar hakiki Allah adalah Kasih. Kasih itu Dia nyatakan kepada semua ciptaan-Nya. TUHAN itu baik kepada semua orang, dan penuh rahmat terhadap segala yang dijadikan-Nya. Teks ini menunjukkan bahwa manusia adalah ciptaan Allah sendiri. Allah menciptakan manusia serupa dan segambar dengan Allah. Tentu ini adalah sesuatu yang mulia, ada relasi yang erat di dalamnya yang tidak dapat dicerna pemikiran manusia secara mendalam. Pemazmur mengimani bahwa semua yang dimilikinya, semua yang terjadi padanya tidak terlepas dari kasih sayang Tuhan Allah. Pemazmur menyadari dan mengalami kasih dan penyertaan Tuhan dalam kehidupannya. Jelas bahwa dalam kehidupan si pemazmur tentu ada masa-masa gelap ataupun masa-masa sulit yang di alaminya. Tetapi bagaimana si pemazmur, melihat dan merasakan bahwa segala yang terjadi dalam kehidupannya semuanya memiliki tujuan yang telah ditetapkan Tuhan dalam kehidupannya, dan itu adalah untuk kebaikannya. Teladan yang ditunjukkan raja Daud adalah, dia tidak hanya mengatakan Allah itu baik hanya saat hidupnya bahagia, namun dalam pergumulan dan dukapun dia selalu mengakui kebaikan Tuhan itu. Dia mengimani bahwa dalam kesesakan sekalipun, Tuhan akan membebaskannya, memberinya kekuatan dan menolongnya.
Sesungguhnya kasih Allah itu tidak memandang status, keberadaan, kondisi strata sosial dan tampilan jasmani lainnya, semuanya Tuhan kasihi dan sayangi. Bahkan orang yang tidak pernah percayapun tetap Tuhan kasihi. Buktinya, Yesus katakana, “Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar (Mat. 5 : 45).” Dia tetap memelihara dan merindukan orang-orang jahat (tidak percaya kepada Yesus) itu untuk bertobat. Dia bisa saja langsung menghanguskan orang jahat dalam seketika untuk hancur menjadi debu dan segera dilemparkan ke api dan belerang menyala-nyala di neraka, kita tahu pasti bahwa Tuhan lebih dari sanggup dan berhak untuk itu, namun kebaikan dan kasih Tuhan membuat-Nya untuk terus memberi kesempatan bagi orang-orang jahat untuk segera bertobat dan kembali ke dalam pangkuan-Nya (Yeh. 33 : 11).

  1. Respon dan Komitmen Atas Kemurahan dan Kasih Sayang Tuhan (ay. 10 – 12)
Ayat 10-12, merupakan ajakan dari si pemazmur untuk semua orang bahkan semua makhluk untuk mengagungkan Tuhan oleh karena besar kasih setia-Nya sampai selama-lamanya. Pengakuan pemazmur tentang Allah bukanlah suatu pengakuan filosofis (berdasarkan pengetahuan) melainkan bukti karya nyata Allah. Salah satunya dalam kehidupan nyata, kebesaran dan keagungan Allah itu nampak ketika Allah peduli terhadap keadaan manusia yang rapuh dan segala ciptaan lainnya. “Segala yang Kau jadikan itu akan bersyukur kepada-Mu ya Tuhan.” Melalui pengakuan ini, Pemazmur mengemukakan bahwa segala ciptaan akan bersyukur dan memuji Tuhan; mengumumkan, membicarakan, memberitahukan kemuliaan kerajaan Allah. Melalui ucapan itu pemazmur hendak menyatakan bahwa oleh karena kasih setia Tuhan yang dilimpahkan kepada segala ciptaan, maka segala ciptaan itu akan bersaksi tentang kemuliaan Allah. Bersyukur dan bersaksi merupakan tugas penting yang seharusnya diperlihatkan oleh umat Tuhan disepanjang masa. Aktualisasi dan implementasi pemujaan dan kesaksisan kepada dan tentang Allah dapat direalisasikan melalui banyak cara seperti: nyanyian, doa, pemberian persembahan, pengakuan dan perbuatan.
Kita tidak bisa membandingkan antara orang yang percaya dan orang yang tidak percaya kepada Tuhan dengan ukuran-ukuran jasmaniah, karena itu hanya akan mendangkalkan iman. Karena letak perbedaannya adalah bagaimana respon manusia atas kebaikan Allah. Dalam hal ini raja Daud ingin agar semua yang merasakan kebaikan Tuhan itu harus berani mempersaksikan imannya. Bahkan dalam nats lain, Daud katakana, “Kecaplah dan lihatlah, betapa baiknya TUHAN itu! Berbahagialah orang yang berlindung pada-Nya (Maz. 34 : 9).” Seruan Daud ini mengingatkan kita agar tidak melupakan betapa baiknya Tuhan kepada kita. Tidak saja kita diminta agar mau terus melihat kebaikan Tuhan, tetapi Daud pun mengingatkan kita untuk merasakan sendiri pengalaman demi pengalaman mengenai hal ini. Kesulitan boleh hadir, tetapi itu bukan berarti karena Tuhan kejam atau jahat membiarkan kita menderita. Ada begitu banyak kebaikan Tuhan yang mungkin luput dari perhatian kita saat ini, padahal Dia sudah memberikan begitu banyak termasuk kehidupan yang masih diberikan kepada kita saat ini. Dari pengalaman itulah, orang mampu menyaksikan betapa indah hidup bersama dengan Tuhan. Keindahan itu memampukan kita untuk memuji Tuhan, mengumumkan kemuliaan-Nya, membicarakan keperkasaan-Nya dan orang tua akan mengajarkannya kepada anak-anaknya, guru-guru mengajarkannya kepada murid-muridnya dan pemimpin mengajarkannya kepada bawahannya, sehingga Tuhan yang penuh kebaikan itu akan dimuliakan senantiasa dalam segala situasi dan kondisi hidup.

  1. Kesetiaan Tuhan yang Kekal bagi yang Percaya Pada-Nya (ay. 13)
Kasih setia Tuhan bagi kita yang mengenal kuasaNya adalah kasih yang kekal, kebaikan Tuhan tidak hanya akan dirasakan dalam hidup kita di dunia namun adalah kekal sampai selama-lamanya. Kebaikan Tuhan terbuka kepada siapa saja dan semakin kita dekat kepada Tuhan, maka semakin lagi kita dekat dengan kebaikanNya. Raja daud mengenang bagaimana kesetiaan Tuhan bagi bangsa Israel. Meskipun bangsa itu tegar tengkuk dan selalu melakukan yang jahat di mata Tuhan, sehingga mereka sering dihukum karena kejahatannya, namun Tuhan tidak pernah meninggalkan bangsa itu. Justru ada kalanya Tuhan menghukum mereka agar mereka senantiasa menyadari bahwa hanya dengan Tuhanlah mereka akan aman dan nyaman. Kesetiaan Tuhan itu disempurnakan melalui Anak-Nya yang Tunggal, yaitu Yesus Kristus sang Juruselamat. Kesetiaan Allah itu diwujudnyatakan dalam 2 penyataan, yaitu “Penyataan Umum” dan “Penyataan Khusus”. Penyataan Umum yaitu Allah menyatakan/ memperkenalkan kasih dan kesetiaan-Nya secara umum melalui seluruh ciptaan-Nya, sejarah bangsa-bangsa, kesegambaran dan keserupaan manusia dengan Allah. Sementara penyataan khusus yaitu Allah menyatakan/ memperkenalkan kasih dan kesetiaan-Nya secara khusus melalui Yesus Kristus. Dari kedua penyataan inilah, maka setiap orang dapat mengenal Allah dan karya serta kebaikan-Nya, sehingga tidak ada lagi alasan untuk meragukan kebaikan dan segenap janji-Nya. Setiap yang Tuhan janjikan akan diterima oleh orang yang percaya pada-Nya.

III.        Aplikasi
Melalui nats ini, kita diajak oleh Pemazmur untuk mengingat, merenungkan, merasakan, menghidupi dan mempersaksikan indahnya hidup bersama dengan Tuhan. Nats ini mengingatkan kita agar kita tidak fokus terhadap penderitaan, kesulitan, pergumulan dan persoalan hidup kita, namun fokuslah akan berkat, kemurahan dan kasih sayang Tuhan kepada kita agar kita mampu bersyukur.
Nats ini juga mengajar kita bahwa setiap orang Kristen harus membangun dan menjalin 3 persekutuan dalam hidupnya, yaitu
  1. Persekutuan dengan Tuhan dan Merenungkan Kebaikan Tuhan.
Bagi Pemazmur, Tuhan adalah yang pertama dan yang terutama, sehingga setiap yang dia lakukan yang seijin Tuhan akan mendatangkan kebaikan. Namun ketika Daud mencoba mengambil tindakan sendiri tanpa izin Allah, maka hukuman yang berat serta duka yang dalam harus dia terima (kisah Daud – Betsyeba – Uria – anak yang mati hasil perselingkuhan Daud dan Betsyeba).
  1. Persekutuan dengan Keluarga
Bukti mengasihi Allah adalah mengasihi sesama manusia. Wujud mengasihi sesama harus diawali dengan keluarga (yang terkecil), yaitu dengan mengasihi orang tua (Kel. 20 : 12) dan saudara-saudara kita (1 Yoh. 2 : 10)
  1. Persekutuan dengan Komunitas
Mengasihi sesama adalah bagian dari inti hukum Taurat yang dirangkum oleh Yesus (Mat. 22 : 39). Namun sesuai dengan ajaran Paulus, bahwa kita tetap harus mengutamakan orang yang seiman (Gal. 6 : 10).
Ketika persekutuan ini tetap dengan tujuan demi kemuliaan Tuhan dan pewujudnyataan kasih dari Allah. Melalui nats ini, Pemazmur tidak hanya mengajar kita untuk meneladani sikap Tuhan yang penuh kasih sayang, namun dia telah lebih dahulu membuktikannya dalam hidupnya. Untuk itulah dia berani mempersaksikan apa yang telah dihidupinya. Kiranya pengalaman iman yang demikianlah hendaknya kita miliki, di mana kita mampu mempersaksikan apa yang telah kita hidupi dan apa komitmen kita di hadapan Tuhan yang setia dan di hadapan manusia. Saksikanlah iman tidak hanya dari perkataan, namun dari perbuatan, pola hidup, tingkah laku, kesetiaan dan kasih yang benar di hadapan Tuhan. Tuhanlah yang menguatkan dan memampukan kita dalam menghidupi kasih Allah dan memampukan kita mempersaksikan iman kita. Tuhan Yesus memberkati. Amin.


C.Pdt. Polma Hutasoit, S.Th

Tidak ada komentar:

Posting Komentar