Kamis, 30 Juli 2015

1 Tesalonika 4 : 13 – 18, "Penghiburan di Dalam Tuhan"

KERANGKA  SERMON EVANGELIUM MINGGU 24 November  2013
MINGGU AKHIR TAHUN GEREJAWI (Ujung Taon Huria)
Ev : 1 Tesalonika 4 : 13 – 18                                                Ep : Wahyu 7 : 9 – 17
Penghiburan di Dalam Tuhan

I.                   Pendahuluan
Salah satu ajaran iman Kristen adalah, tentang: Hari Tuhan, Hari kedatangan Tuhan Yesus kedua kali atau sering juga dikatakan sebagai hari penghakiman terakhir (bd. Mat 7: 22; 24: 42-44; I Kor 1:8; I Tes 5:2). Di Jemaat Tesalonika bergumul tentang Hari Tuhan ini. Mereka bergumul tentang orang-orang yang telah meninggal sebelum kedatangan Kristus, apakah mereka juga akan menerima kebangkitan atau tidak. Kegelisahan ini muncul juga karena adanya ajaran dari aliran sesat gnostik yang mengajarkan keselamatan hanya dalam arti pelepasan jiwa dari tubuh. Sementara Aliran Yudaisme mengajarkan bahwa hanya mereka yang masih hidup yang akan dibawa ke surga, sedangkan mereka yang meninggal sebelum kedatangan Yesus akan dibangkitkan dan tetap tinggal di dunia ini. Ajaran ini membuat jemaat Tesalonika sangat mengharap agar hari Tuhan datang segera semasih mereka masih hidup. Untuk itulah Paulus memberikan penjelasan, penghiburan dan peneguhan iman melalui firman Tuhan. Paulus mengajarkan kepada jemaat itu bahwa pada Hari Tuhan setiap orang yang mati di dalam Kristus akan dibangkitkan lebih dulu, sementara yang masih hidup (di dalam Kristus) akan diangkat bersama-sama dan akan selama-lamanya bersama-sama dengan Tuhan dalam kemuliaan-Nya.

II.                Penjelasan Nats
Ø  Paulus berbicara tentang mereka yang sudah meninggal
Ditinggal mati oleh orang yang dikasihi dapat menimbulkan duka yang sangat dalam. Tidak terkecuali orang-orang yang di Tesalonika pada masa itu. Apalagi sebagian besar umat percaya yang menerima surat Paulus adalah berasal dari kekafiran, dari penyembah berhala. (1 Tesalonika 1:9), dimana pada umumnya orang kafir tidak memiliki harapan setelah kematian. Jadi Paulus mengatakan ini agar mereka tidak bersedih seperti orang-orang yang tidak mempunyai pengharapan. Ungkapan “kami tidak mau bahwa kamu tidak mengetahui...” merupakan salah satu ciri khas Paulus ketika ia ingin menyampaikan sesuatu yang penting (bd. Rom 1:13; 11:25; 1Kor 10:1; 12:1; 2Kor 1:8; Kol 2:1). Dalam bagian ini ia ingin membahas tentang nasib orang-orang yang mati dalam Kristus dalam hubungannya dengan parousia, walaupun jemaat Tesalonika kemungkinan besar sudah pernah diajar tentang parousia (bd. 5:1-2).
Nasehat Paulus di atas tidak berarti bahwa kita dilarang menangis ketika orang yang kita kasihi meninggal dunia. Yesus menangis di depan kubur Lazarus (Yoh 11:35), karena Dia begitu mengasihi Lazarus (Yoh 11:3, 36). Yang dimaksud sedih di sini adalah sedih yang berkepanjangan (terus-menerus bersedih”). Kesedihan akan menjadi dosa apabila meragukan kebaikan/keadilan Allah (Rom 8:28) atau kehilangan harapan terhadap pertemuan bersama dengan orang yang mati tersebut. Kesedihan yang berlarut-larut membuat orang Kristen tidak beda dengan orang lain dan tidak bisa menjadi teladan bagi mereka.
Ide tentang pengharapan bagi orang Kristen ini merupakan sesuatu yang revolusioner menurut konteks waktu itu, karena orang Yunani umumnya tidak percaya bahwa ada kehidupan kekal setelah kematian. Beberapa tulisan Yunani kuno menyebutkan bahwa pengharapan hanya bagi orang hidup, sedangkan orang mati tidak memilikinya. Filsuf lain mengajarkan, “jangan takut pada kematian, karena pada saat kita hidup kita tidak mati dan pada saat kita mati kita tidak hidup”. Isi nasehat Paulus ini adalah supaya mereka jangan seperti orang-orang lain itu ketika menghadapi kematian orang yang dikasihi. Yang dimaksud “orang-orang lain” adalah mereka yang berada di luar Kristus (Ef 2:3) yang tidak memiliki pengharapan (1Tes 4:13b; Ef 2:12).

Ø  Alasan orang parcaya untuk tidak berdukacita
1.      Kebangkitan Yesus menjadi jaminan bagi kebangkitan yang percaya kepada-Nya
Bagi Paulus, kebangkitan Yesus dari kematian merupakan sebuah jaminan bagi kebangkitan umat percaya pada saat kedatangan-Nya yang kedua.  Jika kita pecaya akan kematian dan kebangkitan Yesus, kita juga harus percaya akan kebangkitan orang-orang yang telah meninggal dalam Yesus. Kata “Jikalau kita percaya” menjadi sebuah penekanan yang penting dalam ayat 14 ini. Karena dengan percayalah orang Kristen dapat mengimani bahwa apa yang Tuhan firmankan melalui Paulus adalah sebuah kebenaran, yaitu setiap orang percaya akan dikumpulkan Allah bersama-sama dengan Dia. Ini merupakan solusi dan jawaban atas pergumulan orang-orang  yang tidak berpengharapan.

2.      Orang yang mati dalam Kristus akan lebih dahulu dibangkitkan
Orang yang mati dalam Kristus bukan hanya akan bersama-sama Dia ketika datangnya Parousia itu, tetapi mereka akan menjadi yang pertama menyongsong Dia, sesudah itu baru kita yang masih hidup. Paulus menggunakan kata untuk menekankan kronologi ini: “sekali-kali tidak akan mendahului mereka” (ayat 15), “lebih dahulu bangkit” (ayat 16), “sesudah itu...” (ayat 17). Walaupun perbedaan waktu antara dua peristiwa ini hanya terjadi dalam sekejap (1 Kor 15:51-52), namun Paulus tetap merasa perlu untuk menjelaskan kronologi parousia supaya jemaat Tesalonika memahami bahwa mereka yang sudah mati dalam Kristus justru adalah orang-orang yang mendapat prioritas saat parousia terjadi.
Pada saat kedatangan-Nya, Allah tidak turun ke dunia bersama orang Kristen yang telah dibangkitkan. Sebaliknya (seperti yang dilakukan kepada Yesus), Dia akan membangkitkan mereka dari kubur dan akan membawa mereka  ke sorga bersama dengan mereka yang masih hidup.  Sama seperti kebangkitan Yesus telah terjadi sebelum kenaikan-Nya ke surga, demikianlah yang akan terjadi pada pengikut-Nya yang setia. Orang benar yang telah mati dibangkitkan dan diberi kekekalan bersama dengan mereka yang hidup pada saat Dia kembali. Orang benar yang telah mati dibangkitkan dan diberi kekekalan bersama dengan mereka yang hidup pada saat Dia kembali. Kenyamanan yang diberikan Paulus adalah:  Agar mereka mengetahui bahwa kebangkitan akan mempersatukan mereka dengan semua orang yang mereka kasihi.

Ø  Orang Percaya mampu menghibur orang lain yang mengalami kesedihan
Sebagai konklusi dari semua ajarannya di ayat 13-17, Paulus menasehatkan jemaat di Tesalonika untuk saling  menghiburkan (terus-menerus), saling menguatkan serta saling menopang satu dengan yang lain. Penghiburan ini harus dilakukan “dengan perkataan-perkataan” Firman Tuhan. Paulus mau menyampaikan kepada jemaat di Tesalonika bahwa Kematian bukanlah bab terakhir dari kehidupan pengikut Tuhan. Akan tetapi, kematian hanya  pemisah sementara yang memberikan jalan bagi pertemuan yang mulia pada hari kebangkitan yang besar. Jadi dengan demikian, jemaat Tesalonika tidak perlu lagi kuatir dan takut menghadapi kematian selama mereka mau percaya kepada Kristus, karena bersama Kristus dan di dalam Kristus tidak ada kematian yang kekal.

III.             Aplikasi
ü  Pengkhotbah 3:2a dikatakan, “ada waktu untuk lahir, ada waktu untuk meninggal”. Sama seperti kita sekarang, kita dilahirkan dan pada akhirnya akan menghadapi kematian. Tidak sedikit orang yang takut menghadapi kematian, termasuk orang Kristen. Bahkan banyak juga orang yang tidak siap ditinggalkan oleh orang yang dikasihinya. Banyak alasan yang membuat manusia takut menghadapi kematian, contoh, kalau sudah mati kemanakah dia.? Apakah masih bisa merasakan kenikmatan seperti ketika hidup.?
ü  Melalui nats ini, kita dihantar untuk mengetahui dan mengimani bahwa setiap orang yang mati dalam Kristus akan mendapat kebahagiaan dan sukacita jauh melebihi apa yang pernah dirasakan selama hidupnya. Untuk itu, bagi kita yang masih hidup di bumi, haruslah senantiasa hidup sesuai dengan perintah dan firman Tuhan, karena kita tidak pernah tahu kapan Tuhan akan menjemput kita. Dengan demikian, kapanpun Tuhan mau memanggil kita, maka kita tidak pernah takut karena kita sudah memiliki pengharapan bahwa kita akan menjadi bagian dari Kerajaan-Nya.
ü  Akan tetapi jika kita tidak mau hidup dalam firman Tuhan, maka kita akan mati dalam dosa dan tidak memiliki tempat di dalam Kerajaan-Nya ketika datangnya Parousia. Pertobatan dan pembaharuan hidup itu hanya bisa kita lakukan sekarang ketika kita masih hidup. Jika tidak, maka yang kita alami dan terima adalah hukuman yang tidak akan pernah berkesudahan. Sama seperti orang kaya (dalam cerita Yesus) yang tidak memiliki kasih kepada sesamanya (Lazarus) dan mati dalam keberdosaannya. Dia menderita sengsara di alam maut dan mengerang kesakitan di bakar oleh nyala api, sementara dia hanya bisa memandang Lazarus yang duduk di pangkuan Bapa Abraham dalam sukacita (Luk. 16:22-24).
ü  Untuk itu bagi kita yang percaya kepada Tuhan, mari kita imani bahwa kematian bukan lagi akhir dari segalanya, melainkan kemenangan karena Kristus. Pengharapan orang Kristen adalah nyata, bukan pengharapan yang sia-sia, bahwa :
§  Kematian dalam Tuhan Yesus, hidup kita telah dibayar oleh darah Kristus (I Pet 1: 18-19
§  Kematian dalam Tuhan Yesus ada keselamatan kekal. (Yoh 6:51)
§  Kematian dalam Tuhan Yesus akan diubah dan dibangkitkan (I Tes 3:16 ;2 Tim 4:8)
Tuhan Yesus memberkati. Amin.

C.Pdt. Polma Hutasoit

Tidak ada komentar:

Posting Komentar