KERANGKA SERMON EVANGELIUM MINGGU 7 Juni 2015
MINGGU I SETELAH TRINITATIS (Pencurahan Roh
Kudus)
Ev : 2 Korintus 4 : 13 – 5 : 1 Ep : Kejadian 3 : 8 – 15
Manusia Batiniah
Dibaharui Hari Demi Hari
I.
Pendahuluan
Dalam suratnya yang kedua ke jemaat Korintus, Paulus ingin menegaskan
dan membela otoritas kerasulannya serta menentang ajaran guru-guru palsu. Pada
pasal 4 ini, Pulus menjelaskan kepada jemaat Korintus akan Harta Rohani orang
yang akan diterima oleh mereka yang senantiasa setia pada Tuhan bahkan dalam
kesusahan dan kelemahan mereka. Dengan jelas Paulus mengajarkan mengenai upah
dan jaminan keselamatan bagi yang senantiasa berpegang pada kebenaran firman
Tuhan. Secara umum, thema 2 Korintus ini adalah “Kemuliaan Melalui Penderitaan”.
Hal ini dapat kita lihat dari penjelasan Paulus tentang pengalaman rohaninya
dan orang-orang percaya, seperti : kelemahan, dukacita, air mata, bahaya,
kesukaran, penderitaan, penghiburan, kemegahan, kebenaran, pelayanan dan
kemuliaan menjadi kata-kata yang menegaskan bahwa sesungguhnya itulah bahagian
hidup dari pengikut Kristus. Dengan demikian Paulus mengajak semua orang
percaya agar menghadapi semua tantangan di dalam iman, jangan tiawar hati,
karena meskipun manusia jasmaniah ini mengalami kemerosotan, namun Tuhan akan
membaharui manusia batiniah orang percaya dari sehari ke sehari.
II.
Penjelasan Nats
Rasul Paulus mengajar dan mengajak setiap pengikut Kristus agar tetap
teguh iman, tidak tawar hati dan senantiasa berpengharapan pada Tuhan bahkan
saat tubuh mengalami kemerosotan (dimakan usia atau mengalami kesakitan karena
aniaya). Muncul pertanyaan, bagaimana kita dapat menerima kemerosotan tubuh dan
penderitaan mengikut Yesus dengan tidak tawar hati.? Bagaimana menemukan dan
menerima pembaharuan kekuatan batiniah untuk meneruskan perjalanan dengan
sukacita hingga akhirnya dengan penuh kesetiaan.? Melalui perikop ini, Paulus
memberi penjelasan :
1.
Tubuh Akan Dibangkitkan
dari Antara Orang Mati (ay. 13 – 15)
Kematian
berarti mengakhiri proses kehidupan di dunia ini. Namun bagi orang percaya,
kematian menjadi “akhir” menuju “awal”. Yaitu, akhir hidup di dunia menuju awal
hidup kekal di dalam Kerajaan Allah. Kebangkitan dan hidup kekal itu akan
diterima orang yang percaya karena Yesus sendiri telah dibangkitkan dari
kematian dan untuk itulah orang yang percayapun akan dibangkitkan sama seperti
Yesus. Inilah iman sejati yang harus dimiliki oleh orang percaya. Iman yang
harus dihidupi dan disuarakan sehingga orang lain mendengar dan menerimanya. Di
dalam iman yang sama, Paulus dan orang percaya mengatakan “Aku percaya, sebab itu aku berkata-kata”, maka kami juga percaya dan
sebab itu kami juga berkata-kata. Orang Kristen memang harus menyuarakan
yang dipercayainya, karena ia juga hidup seturut imannya kepada Kristus.
Melalui kesaksian ini, maka jelaslah bahwa kemerosotan tubuh (jasmani),
penderitaan dan aniaya tidak seberapa dibanding dengan kematian di luar
Kristus. Paulus menerangkan bahwa dia dan pengikut Kristus lainnya
mempersaksikan apa yang mereka percayai. Dan inilah tugas kita orang Kristen
hingga saat ini, yakni mengatakan dan mempersaksikan apa yang kita percayai dan
imani.
Akan
tetapi, tersirat ada dua hal yang sering membuat saksi Tuhan tidak dapat
melakukan tugas panggilannya dengan baik. Pertama, keinginan untuk memperoleh pujian (popularitas),
keuntungan duniawi dari pekerjaan sebagai pemberita Injil. Mungkin awalnya
tidak demikian, motivasinya sungguh-sungguh murni, namun karena “keadaan”
akhirnya terkontaminasi. Hal inilah yang disoroti Paulus dalam ayat 2. Orang yang
demikian akan menyembunyikan kebenaran Tuhan agar tidak menyinggung perasaan orang
lain. Paulus mengatakan bahwa hal ini perbuatan yang licik, yang memalsukan
Firman Tuhan (menerapkan secara salah) demi popularitas, demi keuntungan
duniawi. Kedua, penganiayaan. Penganiayaan dapat membuat tawar hati. Dapat
membuat orang menarik diri memperkatakan Firman Tuhan atau melakukan pelayanan
dengan sungguh-sungguh. Tetapi Paulus tidak demikian. Paulus melayani Tuhan
dengan setia, dengan penuh semangat sampai akhir hidupnya. Mengapa bisa
demikian? Pertama, karena Paulus memiliki pemahaman yang benar tentang
Kristus. Kedua, Paulus memiliki roh iman yang teguh. Dan kedua hal ini
saling berhubungan dan saling menyempurnakan seseorang untuk tetap setia
seperti Paulus. Pemahaman yang benar tanpa disemangati oleh roh iman tidak akan
mendorong seseorang untuk menjadi saksi yang setia, demikian juga roh iman yang
dimiliki tanpa pemahaman yang benar tidak akan dapat bertahan lama. Paulus
memiliki keduanya. Pemahamannya tentang Yesus Kristus sangat dalam.
Perhatikanlah ayat 14. Dalam ayat ini Paulus memahami bahwa orang yang
sungguh-sungguh percaya kepada Yesus Kristus akan mendapat bagian dalam
kebangkitan yang mulia itu. Pengharapan akan kebangkitan itulah yang menguatkan
Paulus dan orang-orang percaya untuk tetap setia memberitakan Injil walaupun
mereka sedang menghadapi berbagai penderitaan karena Kristus.
2. Tuhan
Membaharui Orang Percaya Dari Hari ke Hari (ay. 16 – 18)
Dalam nats ini Paulus
memakai kalimat yang antihesis, yaitu manusia lahiriah dan manusia bathiniah.
Paulus berkata bahwa tubuh lahiriah akan mengalami kemerosotan. Secara alamiah
manusia lahir, bertumbuh, dewasa, lanjut usia, lalu meninggal. Manusia lahiriah
merosot, namun manusia bathiniah terus-menerus dibaharui oleh Roh Kudus. Apa
yang disampikan oleh Paulus, merupakan kenyataan hidup yang dialaminya. Secara
lahiriah, ia semakin tua, kekuatannya semakin merosot, namun secara rohani
tidak, karena keadaan batin mereka, yaitu jiwa dan roh mereka dibaharui oleh Tuhan
hari lepas hari. Sekalipun daya fisiknya lemah, namun semangat untuk
memberitakan Injil tetap kuat. Ini bisa terjadi, karena Tuhan menyertai,
melindungi dan memberi kekuatan padanya (bnd. Flp. 4:13). Sehingga penderitaan
yang dialami tersebut dikatakan ringan dan hanya seketika lamanya, lagi pula
kesukaran itu mendatangkan kemuliaan yang kekal. Semua ini mereka lakukan
karena orientasi hidup mereka bukan lagi hal duniawi, tetapi hal sorgawi. Penekanan
pada iman yang memberi penghiburan tidaklah berarti Tuhan menginginkan kita
untuk membuang akal pikiran, penilaian yang baik dan logika kita. Justru
sebaliknya, Tuhan ingin kita mengakui bahwa lebih masuk akal untuk mempercayai
Allah yang membangkitkan Kristus dari kematian daripada mempercayai apa yang nampak
dari keadaan-keadaan kita yang kerap berubah-ubah. Ketika Paulus mengatakan
bahwa penderitaan itu ringa, bukan berarti mudah atau tidak sakit. Namun, dia
memperbandingkan penderitaan itu dengan kemuliaan yang akan diterima, “Sebab aku yakin, bahwa penderitaan zaman
sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan
kepada kita”. (Rom. 8:18).
3.
Arah &
Tujuan Akhir Kesetiaan Pada Kristus (5 : 1)
Hidup setia kepada
Kristus, rela menderita karena nama-Nya dan menyangkal diri demi Dia mungkin
akan menjadi kesiasiaan dan kebodohan bagi banyak orang. Namun, bagi orang
percaya, “kebodohan” itu justru adalah hikmat untuk menerima hidup kekal. Inilah
pemahaman Paulus, bahwa ketika bumi ini menghadapi penghakiman dan kebinasaan,
maka dia dan semua orang percaya tidak perlu kuatir, karena pengharapannya
tidak diletakkan pada dunia ini, namun pada Kristus yang telah menyediakan
tempat terindah bagi yang percaya pada-Nya. Orang yang memperhatikan yang tidak
kelihatan, dialah yang setia kepada Tuhan sampai akhir hidupnya dan beroleh
mahkota kehidupan (bnd. Why. 2:10b). Untuk itu, “Pikirkanlah perkara yang di
atas, bukan yang dibumi” (Kol. 3:2), sebab dari "yang di atas" datang
berkat, kebahagiaan, dan hidup yang kekal. Amin.
III.
Aplikasi
ü Arah dan tujuan pengikut Kristus
jelas, yaitu untuk beroleh mahkota kehidupan. Untuk itulah kita dituntut untuk
senantiasa hidup setia pada-Nya. Dunia ini hanyalah tempat persinggahan
sementara bagi kita. Apa yang kita bangun, harta milik yang fana ini, suatu
saat nanti akan kita tinggalkan, bahkan hidup kita kelak akan berakhir di dunia
ini. Karena tujuan hidup kita di kota kekekalan, maka seharusnya kita berpikir
dari akhir bukan berpikir dari akhir (dari kekekalan), maka kita akan tabah,
tahan, kuat, giat bekerja, sekalipun kita mengahadapi tantangan dan mengalmi
penderitaan.
ü Paulus tetap memegang teguh
imannya di tengah-tengah masa-masa yang paling berat, mengecewakan, dan
membingungkan (2 Kor. 4:8-10). Iman tersebut, yang diberdayakan oleh Roh-Nya,
memampukan Paulus untuk menjadi pelayan perkasa Allah, gigih dan berani
mengahadapi maut seperti yang kita kenal. Roh-Nya tidak hanya menguatkan
hatinya, tetapi juga memampukannya untuk dapat membagikan semangat penuh syukur
itu kepada orang lain juga (2 Kor. 4:15).
ü Bagaimana kita meraih hidup di tempat kediaman yang kekal
itu.?
1.
Memiliki
Pengharapan yang hidup kepada Tuhan
2.
Merindukan
hadirat Allah setiap saat (bukan hanya saat butuh)
3.
Memberi diri kita dibaharui setiap hari (bahkan saat dalam pergumulan
yang berat, beri ruang dalam hati kita untuk Tuhan)
4.
Percaya, Yakin dan Bergantung pada Pertolongan Tuhan. Tidak ada
seorangpun yang mampu melakukan perintah Tuhan tanpa campur tangan-Nya.
5.
Hidup kita menjadi kesaksian dan teladan bagi orang lain yang mampu
memotivasi, sehingga tidak hanya kita, namun setiap orang menerima keselamatan
itu dari iman yang kita persaksikan baik dari perkataan, tingkahlaku, kasih,
kesetiaan dan kesucian kita.
Pdt. Polma Hutasoit, S.Th
Tidak ada komentar:
Posting Komentar