Jumat, 31 Juli 2015

2 Korintus 4 : 13 – 5 : 1, "Manusia Batiniah Dibaharui Hari Demi Hari"

KERANGKA  SERMON EVANGELIUM MINGGU 7 Juni  2015
MINGGU I SETELAH TRINITATIS (Pencurahan Roh Kudus)
Ev : 2 Korintus 4 : 13 – 5 : 1                                 Ep : Kejadian 3 : 8 – 15
Manusia Batiniah Dibaharui Hari Demi Hari

I.              Pendahuluan
Dalam suratnya yang kedua ke jemaat Korintus, Paulus ingin menegaskan dan membela otoritas kerasulannya serta menentang ajaran guru-guru palsu. Pada pasal 4 ini, Pulus menjelaskan kepada jemaat Korintus akan Harta Rohani orang yang akan diterima oleh mereka yang senantiasa setia pada Tuhan bahkan dalam kesusahan dan kelemahan mereka. Dengan jelas Paulus mengajarkan mengenai upah dan jaminan keselamatan bagi yang senantiasa berpegang pada kebenaran firman Tuhan. Secara umum, thema 2 Korintus ini adalah “Kemuliaan Melalui Penderitaan”. Hal ini dapat kita lihat dari penjelasan Paulus tentang pengalaman rohaninya dan orang-orang percaya, seperti : kelemahan, dukacita, air mata, bahaya, kesukaran, penderitaan, penghiburan, kemegahan, kebenaran, pelayanan dan kemuliaan menjadi kata-kata yang menegaskan bahwa sesungguhnya itulah bahagian hidup dari pengikut Kristus. Dengan demikian Paulus mengajak semua orang percaya agar menghadapi semua tantangan di dalam iman, jangan tiawar hati, karena meskipun manusia jasmaniah ini mengalami kemerosotan, namun Tuhan akan membaharui manusia batiniah orang percaya dari sehari ke sehari.

II.           Penjelasan Nats
Rasul Paulus mengajar dan mengajak setiap pengikut Kristus agar tetap teguh iman, tidak tawar hati dan senantiasa berpengharapan pada Tuhan bahkan saat tubuh mengalami kemerosotan (dimakan usia atau mengalami kesakitan karena aniaya). Muncul pertanyaan, bagaimana kita dapat menerima kemerosotan tubuh dan penderitaan mengikut Yesus dengan tidak tawar hati.? Bagaimana menemukan dan menerima pembaharuan kekuatan batiniah untuk meneruskan perjalanan dengan sukacita hingga akhirnya dengan penuh kesetiaan.? Melalui perikop ini, Paulus memberi penjelasan :

1.      Tubuh Akan Dibangkitkan dari Antara Orang Mati (ay. 13 – 15)
Kematian berarti mengakhiri proses kehidupan di dunia ini. Namun bagi orang percaya, kematian menjadi “akhir” menuju “awal”. Yaitu, akhir hidup di dunia menuju awal hidup kekal di dalam Kerajaan Allah. Kebangkitan dan hidup kekal itu akan diterima orang yang percaya karena Yesus sendiri telah dibangkitkan dari kematian dan untuk itulah orang yang percayapun akan dibangkitkan sama seperti Yesus. Inilah iman sejati yang harus dimiliki oleh orang percaya. Iman yang harus dihidupi dan disuarakan sehingga orang lain mendengar dan menerimanya. Di dalam iman yang sama, Paulus dan orang percaya mengatakan “Aku percaya, sebab itu aku berkata-kata”, maka kami juga percaya dan sebab itu kami juga berkata-kata. Orang Kristen memang harus menyuarakan yang dipercayainya, karena ia juga hidup seturut imannya kepada Kristus. Melalui kesaksian ini, maka jelaslah bahwa kemerosotan tubuh (jasmani), penderitaan dan aniaya tidak seberapa dibanding dengan kematian di luar Kristus. Paulus menerangkan bahwa dia dan pengikut Kristus lainnya mempersaksikan apa yang mereka percayai. Dan inilah tugas kita orang Kristen hingga saat ini, yakni mengatakan dan mempersaksikan apa yang kita percayai dan imani.
Akan tetapi, tersirat ada dua hal yang sering membuat saksi Tuhan tidak dapat melakukan tugas panggilannya dengan baik. Pertama, keinginan untuk memperoleh pujian (popularitas), keuntungan duniawi dari pekerjaan sebagai pemberita Injil. Mungkin awalnya tidak demikian, motivasinya sungguh-sungguh murni, namun karena “keadaan” akhirnya terkontaminasi. Hal inilah yang disoroti Paulus dalam ayat 2. Orang yang demikian akan menyembunyikan kebenaran Tuhan agar tidak menyinggung perasaan orang lain. Paulus mengatakan bahwa hal ini perbuatan yang licik, yang memalsukan Firman Tuhan (menerapkan secara salah) demi popularitas, demi keuntungan duniawi. Kedua, penganiayaan. Penganiayaan dapat membuat tawar hati. Dapat membuat orang menarik diri memperkatakan Firman Tuhan atau melakukan pelayanan dengan sungguh-sungguh. Tetapi Paulus tidak demikian. Paulus melayani Tuhan dengan setia, dengan penuh semangat sampai akhir hidupnya. Mengapa bisa demikian? Pertama, karena Paulus memiliki pemahaman yang benar tentang Kristus. Kedua, Paulus memiliki roh iman yang teguh. Dan kedua hal ini saling berhubungan dan saling menyempurnakan seseorang untuk tetap setia seperti Paulus. Pemahaman yang benar tanpa disemangati oleh roh iman tidak akan mendorong seseorang untuk menjadi saksi yang setia, demikian juga roh iman yang dimiliki tanpa pemahaman yang benar tidak akan dapat bertahan lama. Paulus memiliki keduanya. Pemahamannya tentang Yesus Kristus sangat dalam. Perhatikanlah ayat 14. Dalam ayat ini Paulus memahami bahwa orang yang sungguh-sungguh percaya kepada Yesus Kristus akan mendapat bagian dalam kebangkitan yang mulia itu. Pengharapan akan kebangkitan itulah yang menguatkan Paulus dan orang-orang percaya untuk tetap setia memberitakan Injil walaupun mereka sedang menghadapi berbagai penderitaan karena Kristus.

2.      Tuhan Membaharui Orang Percaya Dari Hari ke Hari (ay. 16 – 18)
Dalam nats ini Paulus memakai kalimat yang antihesis, yaitu manusia lahiriah dan manusia bathiniah. Paulus berkata bahwa tubuh lahiriah akan mengalami kemerosotan. Secara alamiah manusia lahir, bertumbuh, dewasa, lanjut usia, lalu meninggal. Manusia lahiriah merosot, namun manusia bathiniah terus-menerus dibaharui oleh Roh Kudus. Apa yang disampikan oleh Paulus, merupakan kenyataan hidup yang dialaminya. Secara lahiriah, ia semakin tua, kekuatannya semakin merosot, namun secara rohani tidak, karena keadaan batin mereka, yaitu jiwa dan roh mereka dibaharui oleh Tuhan hari lepas hari. Sekalipun daya fisiknya lemah, namun semangat untuk memberitakan Injil tetap kuat. Ini bisa terjadi, karena Tuhan menyertai, melindungi dan memberi kekuatan padanya (bnd. Flp. 4:13). Sehingga penderitaan yang dialami tersebut dikatakan ringan dan hanya seketika lamanya, lagi pula kesukaran itu mendatangkan kemuliaan yang kekal. Semua ini mereka lakukan karena orientasi hidup mereka bukan lagi hal duniawi, tetapi hal sorgawi. Penekanan pada iman yang memberi penghiburan tidaklah berarti Tuhan menginginkan kita untuk membuang akal pikiran, penilaian yang baik dan logika kita. Justru sebaliknya, Tuhan ingin kita mengakui bahwa lebih masuk akal untuk mempercayai Allah yang membangkitkan Kristus dari kematian daripada mempercayai apa yang nampak dari keadaan-keadaan kita yang kerap berubah-ubah. Ketika Paulus mengatakan bahwa penderitaan itu ringa, bukan berarti mudah atau tidak sakit. Namun, dia memperbandingkan penderitaan itu dengan kemuliaan yang akan diterima, “Sebab aku yakin, bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita”. (Rom. 8:18).

3.      Arah & Tujuan Akhir Kesetiaan Pada Kristus (5 : 1)
Hidup setia kepada Kristus, rela menderita karena nama-Nya dan menyangkal diri demi Dia mungkin akan menjadi kesiasiaan dan kebodohan bagi banyak orang. Namun, bagi orang percaya, “kebodohan” itu justru adalah hikmat untuk menerima hidup kekal. Inilah pemahaman Paulus, bahwa ketika bumi ini menghadapi penghakiman dan kebinasaan, maka dia dan semua orang percaya tidak perlu kuatir, karena pengharapannya tidak diletakkan pada dunia ini, namun pada Kristus yang telah menyediakan tempat terindah bagi yang percaya pada-Nya. Orang yang memperhatikan yang tidak kelihatan, dialah yang setia kepada Tuhan sampai akhir hidupnya dan beroleh mahkota kehidupan (bnd. Why. 2:10b). Untuk itu, “Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang dibumi” (Kol. 3:2), sebab dari "yang di atas" datang berkat, kebahagiaan, dan hidup yang kekal. Amin.

III.      Aplikasi
ü  Arah dan tujuan pengikut Kristus jelas, yaitu untuk beroleh mahkota kehidupan. Untuk itulah kita dituntut untuk senantiasa hidup setia pada-Nya. Dunia ini hanyalah tempat persinggahan sementara bagi kita. Apa yang kita bangun, harta milik yang fana ini, suatu saat nanti akan kita tinggalkan, bahkan hidup kita kelak akan berakhir di dunia ini. Karena tujuan hidup kita di kota kekekalan, maka seharusnya kita berpikir dari akhir bukan berpikir dari akhir (dari kekekalan), maka kita akan tabah, tahan, kuat, giat bekerja, sekalipun kita mengahadapi tantangan dan mengalmi penderitaan.
ü  Paulus tetap memegang teguh imannya di tengah-tengah masa-masa yang paling berat, mengecewakan, dan membingungkan (2 Kor. 4:8-10). Iman tersebut, yang diberdayakan oleh Roh-Nya, memampukan Paulus untuk menjadi pelayan perkasa Allah, gigih dan berani mengahadapi maut seperti yang kita kenal. Roh-Nya tidak hanya menguatkan hatinya, tetapi juga memampukannya untuk dapat membagikan semangat penuh syukur itu kepada orang lain juga (2 Kor. 4:15).
ü  Bagaimana kita meraih hidup di tempat kediaman yang kekal itu.?
1.        Memiliki Pengharapan yang hidup kepada Tuhan
2.        Merindukan hadirat Allah setiap saat (bukan hanya saat butuh)
3.        Memberi diri kita dibaharui setiap hari (bahkan saat dalam pergumulan yang berat, beri ruang dalam hati kita untuk Tuhan)
4.        Percaya, Yakin dan Bergantung pada Pertolongan Tuhan. Tidak ada seorangpun yang mampu melakukan perintah Tuhan tanpa campur tangan-Nya.
5.        Hidup kita menjadi kesaksian dan teladan bagi orang lain yang mampu memotivasi, sehingga tidak hanya kita, namun setiap orang menerima keselamatan itu dari iman yang kita persaksikan baik dari perkataan, tingkahlaku, kasih, kesetiaan dan kesucian kita.
Pdt. Polma Hutasoit, S.Th

Tidak ada komentar:

Posting Komentar