Jumat, 31 Juli 2015

Matius 25 : 1 – 13, "Bawalah Pelita dan Minyak"

KERANGKA SERMON EVANGELIUM MINGGU 9 November 2014
Minggu XXI Setelah Trinitatis (Ketritunggalan ALLAH/ Hasitolusadaan Ni TUHAN)
Ev  : Matius 25 : 1 – 13                                              Ep  : Amos 5 : 18 – 24

Bawalah Pelita dan Minyak
I.               Pendahuluan
Injil Matius pasal 21 – 27 merupakan minggu terakhir Yesus berada di Jerusalem sebelum menghadapi salib. Di minggu terakhir ini, Yesus mengajarkan banyak hal mengenai gambaran Kerajaan Allah itu ke tengah-tengah murid-Nya dan kepada orang banyak. Yesus mengajarkan bagaimana akhir zaman dan kedatangan-Nya yang kedua kalinya nanti untuk menghakimi umat manusia. Diantara keempat Injil, hanya Injil Matius yang mencatat perumpamaan tentang gadis-gadis yang bijaksana dan gadis-gadis yang bodoh. Di bagian terakhir dari percakapan tersebut Yesus berbicara tentang suatu pemisahan antara mereka yang dipilih dan yang tidak. Seperti biasa, Yesus selalu berusaha agar para pendengar-Nya dapat dengan mudah mengerti maksud dari ajaran Yesus. Untuk memberikan pemahaman mengenai Kerajaan Allah itu, Yesus mengumpakan dengan suasana Pesta Pernikahan di dalam budaya mereka, sehingga semua kalangan dapat memahami maksud Yesus. Pengajaran Yesus ini sekaligus menjawab pergumulan mereka tentang akhir dari kehidupan di dunia ini. Perikop ini juga menjelaskan kepada kita bahwa akhir zaman itu adalah rahasia Allah dan tidak ada satu orangpun yang tahu, sekaligus menyangkal ramalan-ramalan tentang akhir zaman.

II.            Penjelasan Nats
1.      Pemberitahuan Kedatangan Tuhan (ay. 1 – 6)
Sebelum kita memasuki lebih jauh nats ini, kita harus memahami budaya pernikahan pada waktu itu. Orang Yahudi biasa melakukan pesta pernikahan pada malam hari. Biasanya pengantin pria harus melakukan negosiasi dengan pihak keluarga perempuan dengan tawar-menawar tentang mas kawin. Pembahasan mas kawin ini akan menghabiskan banyak waktu dan berlarut-larut, sehingga wajar jika pengantin pria akan datang terlambat. Itu sudah lumrah, karena pengantin pria tidak akan pergi sebelum kontrak perkawinan ditanda-tangani pihak keluarga perempuan. Setelah semuanya selesai barulah pengantin pria bersama beberapa temannya menghampiri rumah pengantin wanita. Kapan datangnya tidak ada yang tahu. Yang pasti dalam waktu dekat, karena pernikahan sudah diumumkan, tinggal menanti kedatangannya saja. Dalam tradisi mereka, saat menanti kedatangan mempelai laki-laki, ada 10 orang yang biasa menemani mempelai perempuan. Biasanya mempelai laki-laki akan datang di malam hari, sehingga kesepuluh gadis itu harus selalu membawa pelita untuk menyongsong mempelai laki-laki dan rombongannya. Kesepuluh gadis itu akan mengenakan pakaian yang indah sambil memainkan alat musik dan menari-nari. Dalam perumpamaan Yesus ini, dijelaskan bahwa diantara kesepuluh gadis itu ada 5 orang yang bodoh, mereka hanya membawa pelitanya namun tidak membawa minyak persediaan. Sementara 5 gadis lainnya dikatakan sebagai gadis yang bijaksana karena mereka mempersiapkan minyak supaya ada cadangan setidaknya sampai matahari terbit. Tidak ada kepastian jam berapa mempelai laki-laki akan tiba, sehingga ketika malam semakin larut kesepuluh perempuan itu mengantuk dan semuanya tertidur. Dalam tradisi ini juga saat mempelai laki-laki sudah datang, maka akan ada seseorang yang diutus untuk menyuarakan di sepanjang jalan, “Mempelai laki-laki datang! Songsonglah dia”. Karena kedatangan mempelai laki-laki ini tidak bisa dipastikan, maka pihak mempelai perempuan harus senantiasa siap sedia untuk menyongsong kedatangan mempelai laki-lakinya.
Setiap orang Kristen pasti tahu bahwa Yesus yang telah terangkat ke sorga itu akan datang untuk keduakalinya. Dia tidak akan dilahirkan lagi di tempat hina, namun akan datang dengan kemuliaan-Nya. Dia tidak lagi datang untuk menyelamatkan manusia, namun Dia datang untuk menghakimi manusia untuk memisahkan orang yang setia kepada-Nya dan yang hidup dalam pelanggaran. Dia pasti akan datang, namun tidak seorangpun tahu kapan dia akan datang kembali, untuk itu butuh kesiapan dari setiap orang untuk menyongsong-Nya. Kedua tipe gadis dalam perikop ini merupakan gambaran manusia dalam menanti kedatangan Tuhan. Kesepuluh gadis itu adalah semua orang yang percaya kepada Kristus dan percaya akan hari penghakiman. Namun 5 gadis bodoh itu adalah gambaran orang yang percaya, namun tidak menghidupi apa yang mereka percaya itu. Banyak orang percaya akan kedatangan Tuhan yang kedua kali, namun tidak semua orang mempersiapkan dirinya dengan benar dalam menanti Yesus. Masih banyak yang berleha-leha menikmati indahnya perkembangan zaman dan modernisasi yang sayang untuk dilewatkan, sehingga kenyamanan di dunia membuatnya terbuai dan seolah tertidur dan lupa mempersiapkan dirinya dan imannya. Sementara 5 gadis yang bijaksana itu merupakan gambaran orang Kristen yang sudah tahu bahwa Yesus akan datang untuk menghakimi dunia, maka perlu persiapan khusus. Mereka juga ikut tertidur, mereka juga ikut menikmati indahnya segala pemberian Tuhan, namun mereka telah lebih dahulu melakukan apa yang penting untuk Tuhan. Orang yang bijaksana tidak serta merta menjadi terbuai dan lupa apa yang menjadi tujuan hidupnya. Sama seperti 5 gadis bijaksana dalam perikop ini. Mereka ditunjuk untuk mendampingi mempelai perempuan, maka mereka siapkan segala yang perlu untuk itu, kemudian mereka mau melakukan apa yang menyenangkan hatinya. Menanti bukan berarti kita harus berpangku tangan dan duduk manis. Penantian akan kedatangan Tuhan itu adalah penantian yang aktif, bukan pasif (diam). Menanti bukan berarti meninggalkan pekerjaan dan aktivitas sehari-hari, justru sembari kita beraktivitaslah kita juga menjaga dan memelihara iman dan pengharapan kepada Kristus. Dengan demikian, kapanpun Dia datang, tidak ada yang terkejut dan kelabakan atau merasa tidak siap.
2.      Kesempatan yang Disiasiakan Tidak Akan Pernah Kembali (ay. 7 – 12)
Kerajinan di kemudian hari tidak bisa menebus kelalaian pada masa lalu”. Perkataan ini sangat tepat untuk kelima gadis bodoh itu. Begitu ada seruan yang mengatakan bahwa mempelai laki-laki telah datang, mereka baru sadar bahwa pelita mereka tidak akan bertahan lebih lama lagi karena minyaknya hampir habis. Mengetahui pelitanya akan padam, mereka meminta minyak kelima gadis bijaksana itu. Namun mereka tidak mendapatkannya karena kelima gadis bijaksana itu tidak memberikannya. Mereka menjawab, “Tidak, nanti tidak cukup untuk kami dan untuk kamu. Lebih baik kamu pergi kepada penjual minyak dan beli di situ”. Tidak percuma Yesus menyebut mereka bijaksana, karena cara berfikir dan bertindak mereka menjadi bukti kebijaksanaan mereka. Bukannya mereka tidak mau memberi, namun mereka memiliki pertimbangan yang matang. Jika mereka membagi minyaknya, maka ketika menunggu rombongan pengantin laki-laki datang dan berjalan menuju rumah pengantin perempuan, kemungkinan pelita mereka semua juga akan padam di tengah jalan. Untuk itu mereka menyuruh kelima gadis bodoh itu pergi membeli minyak dengan segera sebelum rombongan itu tiba. Namun apa boleh buat, rombongan pengantin laki-laki sudah tiba ketika kelima gadis itu pergi untuk membeli minyak, sehingga hanya kelima gadis yang bijaksana itulah yang menyongsong mereka dan mengiringi ke perjamuan kawin. Setelah semua orang masuk, pintu ditutup dan mereka makan bersama dan bersuka cita. Kelima gadis bodoh itu memang kembali membawa pelita dan minyak yang mereka beli, namun kerajinan mereka tidak bisa lagi menebus kelalaian mereka. Ketika mereka memohon agar pintu dibukakan bagi mereka, si empunya pesta menjawab, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya aku tidak mengenal kamu.” Yesus memang pernah mengatakan, “Ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu” (Mat 7:7). Namun dalam konteks ini, pintu tidak lagi dibuka bagi orang-orang seperti ini.  Semua orang yang selama hidupnya mengabaikan ketokan Tuhan Yesus pada pintu hati mereka (bdk. Wah 3:20), pada akhir jaman akan mengalami penolakan pada saat mereka mengetok pintu Kerajaan Sorga.
Ketidakbersediaan perempuan bijaksana untuk memberikan minyak kepada gadis-gadis bodoh itu bukan merupakan egoisme. Memang ada ha-hal yang tidak bisa kita berikan/ bagikan kepada orang lain, seperti iman, keselamatan (bdk. Kel 32:31-32  Ro 9:3), ketaatan, hubungan/ persekutuan dengan Tuhan, maupun persiapan menghadapi kedatangan Yesus yang keduakalinya. Sama halnya dengan kita, kita tidak dapat membagi ketaatan, namun kita dapat mengajarkan kepada sesama bagaimana untuk taat kepada Tuhan. Kita tidak dapat berbagi iman, namun tugas kita adalah bagaimana supaya semakin banyak orang yang beriman kepada Kristus, sehingga keselamatan itu menjadi bahagian semua orang. Maka ketika tiba saatnya Yesus datang ke dunia untuk menghakimi kita, semua siap menyongsong-Nya, semua layak masuk dalam perjamuan Tuhan dalam Kerajaan-Nya dan semua bersukacita.

3.      Berjagalah Senantiasa Menantikan Ketangan Tuhan (ay. 13)
“Karena itu, berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu akan hari maupun akan saatnya.” Pesan Yesus jelas bahwa semua orang harus siap kapanpun Dia datang lagi. Seperti dalam banyak perumpamaan Yesus, perumpamaan ini mengingatkan dan menegur segenap orang Yahudi sebagai bangsa yang telah mendengar akan nubuatan para nabi yang diutus Allah. Mereka adalah bangsa pilihan, sudah seharusnya seluruh sejarah hidup mereka merupakan persiapan bagi kedatangan Anak Allah. Mereka seharusnya bersiap menyambut Mesias yang lahir di Betlehem (Mikha 5 : 1), bukan malah membunuh-Nya. Mereka harusnya siap sedia menyongsong kedatangan-Nya yang kedua, bukan malah menantikan Mesias yang membebaskan mereka dari penjajahan (politik). Kenyataannya, mereka yang meskipun adalah pilihan Allah, namun jika tidak berjaga dalam menanti kedatangan Yesus yang kedua, mereka tidak akan dibiarkan masuk dalam Kerajaan-Nya.

III.          Aplikasi
1.         Apakah kita sudah dan masih bertekun dalam mencari Firman Tuhan, mentaati Firman Tuhan? Melakukan ibadah dan pelayanan, berdoa, memberitakan Injil sebagai bentuk kesiapan kita dalam menyongsong kedatangan-Nya? Atau kemalasan dan penundaan masih menguasai kita? Apalah persiapan kita sudah memadai? Ingat bahwa 5 gadis yang bodoh itu bukannya tidak melakukan persiapan sama sekali. Mereka melakukan persiapan, yaitu membawa pelita dengan minyak di dalamnya. Tetapi persiapan mereka tidak memadai karena mereka tidak membawa cadangan minyak. Artinya tidak ada kata “cukup” dalam persiapan dalam menyongsong Tuhan, namun setiap hari kita harus membekali diri kita dengan apa yang Tuhan inginkan, baik dalam doa, perenungan firman dan melakukan apa yang benar bagi Tuhan.
2.         Penyesalan selalu hadir di kemudian hari atau di akhir sebuah perbuatan. Yesus mengingatkan agar tidak ada penyesalan bagi kita, maka kuatkan iman dan berjagalah senantiasa untuk menyambut kedatangan-Nya. Ketika Tuhan datang, tidak ada waktu untuk meminjam iman orang lain, tidak ada waktu untuk memperbaiki perbuatan, tidak ada waktu untuk mengaku dosa. Yang ada adalah sukacita bagi yang melakukan kehendak Bapa di sorga, ratapan dan tangisan bagi yang mengabaikan perintah-Nya.
3.         Berjaga-jaga itu memiliki arti Memiliki hubungan yang baik dengan Tuhan. Memiliki relasi yang baik, yaitu dengan senantiasa mencari kehendak Tuhan dan tentu saja senantiasa berseru dan berharap kepadaNya. Kiranya kita dimampukan untuk senantiasa berjaga-jaga dan hidup dalam kasih-Nya sehingga kita dilayakkan dalam perjamuan Tuhan dalam Kerajaan-Nya. Tuhan Yesus memberkati. Amin.

C.Pdt. Polma Hutasoit, S.Th

Tidak ada komentar:

Posting Komentar