KERANGKA SERMON EVANGELIUM MINGGU 9 November 2014
Minggu XXI Setelah Trinitatis (Ketritunggalan
ALLAH/ Hasitolusadaan Ni TUHAN)
Ev : Matius 25 : 1 – 13 Ep : Amos 5 : 18 – 24
Bawalah Pelita dan Minyak
I.
Pendahuluan
Injil Matius pasal
21 – 27 merupakan minggu terakhir Yesus berada di Jerusalem sebelum menghadapi
salib. Di minggu terakhir ini, Yesus mengajarkan banyak hal mengenai gambaran
Kerajaan Allah itu ke tengah-tengah murid-Nya dan kepada orang banyak. Yesus
mengajarkan bagaimana akhir zaman dan kedatangan-Nya yang kedua kalinya nanti
untuk menghakimi umat manusia. Diantara keempat Injil, hanya
Injil Matius yang mencatat perumpamaan tentang gadis-gadis yang bijaksana dan
gadis-gadis yang bodoh. Di bagian terakhir dari percakapan tersebut Yesus
berbicara tentang suatu pemisahan antara mereka yang dipilih dan yang tidak.
Seperti biasa, Yesus selalu berusaha agar para pendengar-Nya dapat dengan mudah
mengerti maksud dari ajaran Yesus. Untuk memberikan pemahaman mengenai Kerajaan
Allah itu, Yesus mengumpakan dengan suasana Pesta Pernikahan di dalam budaya
mereka, sehingga semua kalangan dapat memahami maksud Yesus. Pengajaran Yesus
ini sekaligus menjawab pergumulan mereka tentang akhir dari kehidupan di dunia
ini. Perikop ini juga menjelaskan kepada kita bahwa akhir zaman itu adalah rahasia
Allah dan tidak ada satu orangpun yang tahu, sekaligus menyangkal
ramalan-ramalan tentang akhir zaman.
II.
Penjelasan Nats
1.
Pemberitahuan Kedatangan Tuhan
(ay. 1 – 6)
Sebelum kita memasuki lebih
jauh nats ini, kita harus memahami budaya pernikahan pada waktu itu. Orang
Yahudi biasa melakukan pesta pernikahan pada malam hari. Biasanya pengantin
pria harus melakukan negosiasi dengan pihak keluarga perempuan dengan
tawar-menawar tentang mas kawin. Pembahasan mas kawin ini akan menghabiskan
banyak waktu dan berlarut-larut, sehingga wajar jika pengantin pria akan datang
terlambat. Itu sudah lumrah, karena pengantin pria tidak akan pergi sebelum
kontrak perkawinan ditanda-tangani pihak keluarga perempuan. Setelah semuanya
selesai barulah pengantin pria bersama beberapa temannya menghampiri rumah
pengantin wanita. Kapan datangnya tidak ada yang tahu. Yang pasti dalam waktu
dekat, karena pernikahan sudah diumumkan, tinggal menanti kedatangannya saja. Dalam
tradisi mereka, saat menanti kedatangan mempelai laki-laki, ada 10 orang yang
biasa menemani mempelai perempuan. Biasanya mempelai laki-laki akan datang di
malam hari, sehingga kesepuluh gadis itu harus selalu membawa pelita untuk
menyongsong mempelai laki-laki dan rombongannya. Kesepuluh gadis itu akan
mengenakan pakaian yang indah sambil memainkan alat musik dan menari-nari.
Dalam perumpamaan Yesus ini, dijelaskan bahwa diantara kesepuluh gadis itu ada
5 orang yang bodoh, mereka hanya membawa pelitanya namun tidak membawa minyak
persediaan. Sementara 5 gadis lainnya dikatakan sebagai gadis yang bijaksana
karena mereka mempersiapkan minyak supaya ada cadangan setidaknya sampai
matahari terbit. Tidak ada kepastian jam berapa mempelai laki-laki akan tiba,
sehingga ketika malam semakin larut kesepuluh perempuan itu mengantuk dan
semuanya tertidur. Dalam tradisi ini juga saat mempelai laki-laki sudah datang,
maka akan ada seseorang yang diutus untuk menyuarakan di sepanjang jalan, “Mempelai laki-laki datang! Songsonglah
dia”. Karena kedatangan mempelai laki-laki ini tidak bisa dipastikan, maka
pihak mempelai perempuan harus senantiasa siap sedia untuk menyongsong
kedatangan mempelai laki-lakinya.
Setiap orang Kristen pasti tahu
bahwa Yesus yang telah terangkat ke sorga itu akan datang untuk keduakalinya.
Dia tidak akan dilahirkan lagi di tempat hina, namun akan datang dengan
kemuliaan-Nya. Dia tidak lagi datang untuk menyelamatkan manusia, namun Dia
datang untuk menghakimi manusia untuk memisahkan orang yang setia kepada-Nya
dan yang hidup dalam pelanggaran. Dia pasti akan datang, namun tidak seorangpun
tahu kapan dia akan datang kembali, untuk itu butuh kesiapan dari setiap orang
untuk menyongsong-Nya. Kedua tipe gadis dalam perikop ini merupakan gambaran
manusia dalam menanti kedatangan Tuhan. Kesepuluh gadis itu adalah semua orang
yang percaya kepada Kristus dan percaya akan hari penghakiman. Namun 5 gadis
bodoh itu adalah gambaran orang yang percaya, namun tidak menghidupi apa yang
mereka percaya itu. Banyak orang percaya akan kedatangan Tuhan yang kedua kali,
namun tidak semua orang mempersiapkan dirinya dengan benar dalam menanti Yesus.
Masih banyak yang berleha-leha menikmati indahnya perkembangan zaman dan
modernisasi yang sayang untuk dilewatkan, sehingga kenyamanan di dunia
membuatnya terbuai dan seolah tertidur dan lupa mempersiapkan dirinya dan
imannya. Sementara 5 gadis yang bijaksana itu merupakan gambaran orang Kristen
yang sudah tahu bahwa Yesus akan datang untuk menghakimi dunia, maka perlu
persiapan khusus. Mereka juga ikut tertidur, mereka juga ikut menikmati
indahnya segala pemberian Tuhan, namun mereka telah lebih dahulu melakukan apa
yang penting untuk Tuhan. Orang yang bijaksana tidak serta merta menjadi
terbuai dan lupa apa yang menjadi tujuan hidupnya. Sama seperti 5 gadis bijaksana
dalam perikop ini. Mereka ditunjuk untuk mendampingi mempelai perempuan, maka
mereka siapkan segala yang perlu untuk itu, kemudian mereka mau melakukan apa
yang menyenangkan hatinya. Menanti bukan berarti kita harus berpangku tangan
dan duduk manis. Penantian akan kedatangan Tuhan itu adalah penantian yang
aktif, bukan pasif (diam). Menanti bukan berarti meninggalkan pekerjaan dan
aktivitas sehari-hari, justru sembari kita beraktivitaslah kita juga menjaga
dan memelihara iman dan pengharapan kepada Kristus. Dengan demikian, kapanpun
Dia datang, tidak ada yang terkejut dan kelabakan atau merasa tidak siap.
2.
Kesempatan
yang Disiasiakan Tidak Akan Pernah Kembali (ay. 7 – 12)
“Kerajinan di kemudian hari tidak bisa menebus kelalaian pada masa
lalu”. Perkataan ini sangat tepat untuk kelima gadis bodoh itu. Begitu ada
seruan yang mengatakan bahwa mempelai laki-laki telah datang, mereka baru sadar
bahwa pelita mereka tidak akan bertahan lebih lama lagi karena minyaknya hampir
habis. Mengetahui pelitanya akan padam, mereka meminta minyak kelima gadis
bijaksana itu. Namun mereka tidak mendapatkannya karena kelima gadis bijaksana
itu tidak memberikannya. Mereka menjawab, “Tidak,
nanti tidak cukup untuk kami dan untuk kamu. Lebih baik kamu pergi kepada
penjual minyak dan beli di situ”. Tidak percuma Yesus menyebut mereka
bijaksana, karena cara berfikir dan bertindak mereka menjadi bukti
kebijaksanaan mereka. Bukannya mereka tidak mau memberi, namun mereka memiliki
pertimbangan yang matang. Jika mereka membagi minyaknya, maka ketika menunggu
rombongan pengantin laki-laki datang dan berjalan menuju rumah pengantin
perempuan, kemungkinan pelita mereka semua juga akan padam di tengah jalan.
Untuk itu mereka menyuruh kelima gadis bodoh itu pergi membeli minyak dengan segera
sebelum rombongan itu tiba. Namun apa boleh buat, rombongan pengantin laki-laki
sudah tiba ketika kelima gadis itu pergi untuk membeli minyak, sehingga hanya
kelima gadis yang bijaksana itulah yang menyongsong mereka dan mengiringi ke
perjamuan kawin. Setelah semua orang masuk, pintu ditutup dan mereka makan
bersama dan bersuka cita. Kelima gadis bodoh itu memang kembali membawa pelita
dan minyak yang mereka beli, namun kerajinan mereka tidak bisa lagi menebus
kelalaian mereka. Ketika mereka memohon agar pintu dibukakan bagi mereka, si
empunya pesta menjawab, “Aku berkata
kepadamu, sesungguhnya aku tidak mengenal kamu.” Yesus memang pernah mengatakan, “Ketoklah, maka pintu akan dibukakan
bagimu” (Mat 7:7). Namun dalam konteks ini, pintu tidak lagi dibuka
bagi orang-orang seperti ini. Semua
orang yang selama hidupnya mengabaikan ketokan Tuhan Yesus pada pintu hati
mereka (bdk. Wah 3:20), pada akhir jaman akan mengalami penolakan pada saat
mereka mengetok pintu Kerajaan Sorga.
Ketidakbersediaan perempuan
bijaksana untuk memberikan minyak kepada gadis-gadis bodoh itu bukan merupakan
egoisme. Memang ada ha-hal yang tidak bisa
kita berikan/ bagikan kepada orang lain, seperti iman, keselamatan (bdk. Kel
32:31-32 Ro 9:3), ketaatan, hubungan/
persekutuan dengan Tuhan, maupun persiapan menghadapi kedatangan Yesus
yang keduakalinya. Sama halnya dengan kita, kita tidak dapat membagi ketaatan,
namun kita dapat mengajarkan kepada sesama bagaimana untuk taat kepada Tuhan.
Kita tidak dapat berbagi iman, namun tugas kita adalah bagaimana supaya semakin
banyak orang yang beriman kepada Kristus, sehingga keselamatan itu menjadi
bahagian semua orang. Maka ketika tiba saatnya Yesus datang ke dunia untuk
menghakimi kita, semua siap menyongsong-Nya, semua layak masuk dalam perjamuan
Tuhan dalam Kerajaan-Nya dan semua bersukacita.
3.
Berjagalah Senantiasa
Menantikan Ketangan Tuhan (ay. 13)
“Karena
itu, berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu akan hari maupun akan saatnya.” Pesan
Yesus jelas bahwa semua orang harus siap kapanpun Dia datang lagi. Seperti
dalam banyak perumpamaan Yesus, perumpamaan ini mengingatkan dan menegur
segenap orang Yahudi sebagai bangsa yang telah mendengar akan nubuatan para
nabi yang diutus Allah. Mereka adalah bangsa pilihan, sudah seharusnya seluruh
sejarah hidup mereka merupakan persiapan bagi kedatangan Anak Allah. Mereka
seharusnya bersiap menyambut Mesias yang lahir di Betlehem (Mikha 5 : 1), bukan
malah membunuh-Nya. Mereka harusnya siap sedia menyongsong kedatangan-Nya yang
kedua, bukan malah menantikan Mesias yang membebaskan mereka dari penjajahan
(politik). Kenyataannya, mereka yang meskipun adalah pilihan Allah, namun jika
tidak berjaga dalam menanti kedatangan Yesus yang kedua, mereka tidak akan
dibiarkan masuk dalam Kerajaan-Nya.
III.
Aplikasi
1.
Apakah kita sudah dan masih bertekun dalam
mencari Firman Tuhan, mentaati Firman Tuhan? Melakukan ibadah dan pelayanan,
berdoa, memberitakan Injil sebagai bentuk kesiapan kita dalam menyongsong
kedatangan-Nya? Atau kemalasan dan penundaan masih menguasai kita? Apalah persiapan kita sudah
memadai? Ingat bahwa 5 gadis yang bodoh itu bukannya tidak melakukan persiapan
sama sekali. Mereka melakukan persiapan, yaitu membawa pelita dengan minyak di
dalamnya. Tetapi persiapan mereka tidak memadai karena mereka tidak membawa
cadangan minyak. Artinya tidak ada kata “cukup” dalam persiapan dalam
menyongsong Tuhan, namun setiap hari kita harus membekali diri kita dengan apa
yang Tuhan inginkan, baik dalam doa, perenungan firman dan melakukan apa yang
benar bagi Tuhan.
2.
Penyesalan selalu hadir di kemudian
hari atau di akhir sebuah perbuatan. Yesus mengingatkan agar tidak ada
penyesalan bagi kita, maka kuatkan iman dan berjagalah senantiasa untuk
menyambut kedatangan-Nya. Ketika Tuhan datang, tidak ada waktu untuk meminjam iman
orang lain, tidak ada waktu untuk memperbaiki perbuatan, tidak ada waktu untuk
mengaku dosa. Yang ada adalah sukacita bagi yang melakukan kehendak Bapa di
sorga, ratapan dan tangisan bagi yang mengabaikan perintah-Nya.
3.
Berjaga-jaga itu memiliki arti Memiliki hubungan
yang baik dengan Tuhan. Memiliki relasi yang baik, yaitu dengan senantiasa
mencari kehendak Tuhan dan tentu saja senantiasa berseru dan berharap
kepadaNya. Kiranya kita dimampukan untuk senantiasa
berjaga-jaga dan hidup dalam kasih-Nya sehingga kita dilayakkan dalam perjamuan
Tuhan dalam Kerajaan-Nya. Tuhan Yesus memberkati. Amin.
C.Pdt. Polma Hutasoit, S.Th
Tidak ada komentar:
Posting Komentar