KERANGKA
SERMON EVANGELIUM MINGGU 19 Oktober 2014
Minggu XVIII Setelah Trinitatis (Ketritunggalan
ALLAH/ Hasitolusadaan Ni TUHAN)
Ev : Matius
22 : 15 – 22 Ep
: Yesaya 45 : 1 – 7 S. Patik : 1 Petrus 2 : 17
Yang Wajib Kita Berikan
Kepada Allah
I.
Pendahuluan
Salah satu
tantangan yang harus dihadapi Yesus dalam perjalanan pelayanan-Nya saat berada
di Yerusalem justru datang dari para pemuka agama Yahudi. Dalam Mat
21:28 – 22:14, Yesus
menegur para tokoh Yahudi dengan menggunakan 3 buah perumpamaan berturut-turut.
Dalam perumpamaan tentang dua orang anak (21 : 28 – 32), para pemimpin
Yahudi digambarkan sebagai anak yang tidak melakukan kehendak bapanya. Dalam
perumpamaan tentang penggarap-penggarap yang jahat(21 : 33 – 46), mereka
digambarkan sebagai penggarap itu. Dan dalam perumpamaan tentang pesta
perjamuan makan yang diadakan raja (22 : 1 – 14), mereka digambarkan sebagai
undangan yang menolak panggilan raja, sehingga mereka dihukum. Teguran itu
bukannya membuat mereka bertobat, tetapi sebaliknya membuat mereka menjadi
marah/ benci kepada Yesus (21:45-46). Dan dalam nats ini mereka berusaha menyerang balik Yesus dengan membuat sebuah pertanyaan jebakan.
II.
Penjelasan
Nats
1. Persekongkolan Merancang Rencana Busuk (ay. 15 – 17)
Perikop ini
diawali dengan kalimat, “Kemudian
pergilah orang-orang Farisi; mereka berunding bagaimana mereka dapat menjerat
Yesus dengan suatu pertanyaan.” Orang-orang Farisi yang sangat anti kepada
Yesus membuat diskusi singkat setelah Yesus menegur mereka di hadapan orang
banyak. Mereka merancang sebuah pertanyaan yang bertujuan membuat Yesus
terpojok bahkan berusaha agar Yesus bisa ditangkap karena perkataan-Nya
sendiri. Saat Yesus menegur mereka di hadapan orang banyak, maka merekapun
mengajukan pertanyaan di hadapan mereka semua. Mereka begitu yakin bahwa Yesus
akan terjebak dengan pertanyaan yang telah mereka rancang. Orang Farisi
memanfaatkan situasi bangsa Yahudi yang saat itu berada dalam kekuasaan Romawi.
Mereka diharuskan membayar berbagai pajak kepada bangsa Romawi. Yang menarik adalah
bukan pemuka agama itu yang tampil menghadap kepada Yesus. Mereka hanya
berunding, dan ada dua hasil dari perundingan itu. Pertama mereka ingin tahu
bagaimana pandangan Yesus terhadap peraturan yang mengharuskan bangsa Yahudi
membayar pajak kepada Kaisar dan keputusan kedua adalah, mereka mengutus para
muridnya bersama dengan orang-orang Herodian untuk bertanya kepada Yesus, “"Guru, kami tahu, Engkau adalah
seorang yang jujur dan dengan jujur mengajar jalan Allah dan Engkau tidak takut
kepada siapa pun juga, sebab Engkau tidak mencari muka. Katakanlah kepada kami
pendapat-Mu: Apakah diperbolehkan membayar
pajak kepada Kaisar atau tidak?” Yang menarik adalah orang Farisi
bersatu dengan orang Herodian untuk menjebak Yesus. Dua kubu yang sebenarnya
berlawanan mau bersatu hanya untuk melawan kebenaran yang Yesus bawa. Orang
Farisi menolak dengan keras pembayaran pajak kepada Kaisar karena dianggap
sebagai pelanggaran terhadap hak ilahi Allah, sebab mereka hanya mau patuh
kepada Allah, bukan kepada Kaisar. Sementara orang Herodian adalah pengikut
Herodes, raja Galilea yang memiliki dan menerima kuasa dari Kaisar Romawi.
Semua kebencian diantara mereka dilupakan sejenak demi menentang Yesus dan
menyingkirkan-Nya.
Pertanyaan
yang mereka ajukan dimulai dengan pujian kepada Yesus. Mereka mengungkapkan
bahwa Yesus adalah Guru (Rabbi) yang baik selalu berbicara benar dan jujur, mengajar jalan Allah (keselamatan). Ini menunjukkan bahwa seorang guru yang baik
tidak membelokkan arti dari Firman Tuhan, baik demi keuntungan pribadi, maupun
karena sungkan, takut, malu dsb. Mereka juga mengatakan bahwa Yesus tidak takut kepada siapapun dan tidak
mencari muka. Ini
menunjukkan bahwa seorang guru yang baik tidak takut kepada manusia, tidak
berusaha menyenangkan manusia dan tak membeda-bedakan / bersikap tak adil /
berat sebelah. Namun tentu saja ini adalah strategi mereka.
Sesungguhnya pujian yang mereka sampaikan itu bukanlah bersumber dari iman yang
benar. Ini jelas
merupakan tindakan yang munafik (bnd. Luk
20:20-21). Orang munafik adalah orang yang berpura-pura melakukan satu hal,
tetapi bermaksud untuk melakukan hal yang lain. Mereka
mengataka dan memuji bahwa Yesus ‘tidak takut pada
siapapun’. Tetapi sebetulnya, tujuan mereka adalah: supaya Yesus berani
mengucapkan sesuatu yang menentang pajak/ pemerintah Roma.
2. Kemahatahuan, Hikmat dan Ketegasan Yesus (ay. 18)
Pada
dasarnya ada 3 pajak yang harus diberikan kepada pemerintah Romawi. Pertama, Pajak Bumi. Rakyat harus
membayar sepersepuluh hasil gandum, seperlima dari minyak dan anggur yang
dihasilkan ladang/ kebunnya. Pajak ini dapat dibayar dengan hasil panen atau
diuangkan senilai harganya. Kedua, Pajak
Penghasilan. Pajak yang harus dibayar
sebesar satu persen dari penghasilannya. Dan Ketiga, Pajak Kepala. Pajak ini harus dibayar oleh setiap laki-laki
sejak berumur 14 tahun sampai 65 tahun, semetara perempuan sejak umur 12 tahun
sampai 65 tahun sebesar 1 dinar. Pajak yang dipersoalkan khusus dalam nats ini
adalah pajak yang ketiga, yaitu Pajak Kepala. Namun Yesus tahu maksud dan
tujuan mereka mempertanyakan itu, bahkan dikatakan, “Yesus mengetahui kejahatan hati mereka” (ay. 18). Dengan keras
Yesus kembali menegur mereka di hadapan semua orang, “"Mengapa kamu mencobai Aku, hai orang-orang munafik?” Yesus
menyebut mereka orang munafik karena tampaknya mereka adalah orang yang percaya
kepada-Nya ketika mereka memuji Yesus, namun sesungguhnya pujian itu hanya cara
untuk menjebak Yesus. Lagi-lagi Yesus dengan tegas menyebut mereka dengan
sebutan “munafik” yang tentu membuat telinga panas.
Sesungguhnya,
pertanyaan dari orang Farisi dan orang Herodian itu lebih mengarah kepada
apakah mereka boleh tunduk, patuh, menghormati Kaisar sebagai pemimpin mereka
atau tidak. Salah satu bentuk kepatuhan yang mereka pertanyakan adalah mengenai
pembayaran pajak kepada Kaisar. Yesus tahu apabila Ia mengatakan “Tidak boleh
patuh kepada Kaisar (membayar pajak)”, maka orang Herodian punya alasan kuat
untuk melapor kepada Kaisar bahwa Yesus telah menghasut orang-orang untuk
melawan Kaisar. Sementara jika Yesus katakan “Boleh patuh kepada Kaisar
(membayar pajak)”, maka Yesus akan ditolak dan dianggap merendahkan Allah dan
takut kepada Kaisar. Mereka yang bertanya berfikir bahwa jawaban manapun yang
Yesus pilih, tetap akan menyulitkan-Nya.
3. Hak Manusia (Pemerintah/ Pemimpin) dan Hak Allah (ay. 19 – 22)
Namun dengan
bijaksana, Yesus menanggapi pertanyaan mereka. Yesus meminta mata uang yang
dipakai untuk membayar pajak. Setiap raja/ kaisar terpilih pasti akan membuat
koin bergambar dirinya sebagai tanda dialah yang berkuasa di wilayah itu. Yesus
bertanya kepada orang banyak sambil menunjukkan koin itu, “"Gambar dan tulisan siapakah ini?” Serentak mereka menjawab, “"Gambar dan tulisan Kaisar.” Berdasarkan
jawaban orang banyak itu, Yesus memberikan jawaban yang sama sekali tidak
terpikirkan oleh semua orang, termasuk orang Farisi dan orang Herodian itu.
Yesus mengatakan, “Berikanlah kepada
Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang
wajib kamu berikan kepada Allah.” Sekalipun Yesus tak secara terang-terangan
menjawab ‘boleh’, tetapi jelas bahwa Ia bukan hanya mengijinkan, namun malah mengharuskan setiap orang untuk membayar pajak kepada pemerintah (bdk. Rom. 13 : 6 – 7). Dengan hikmat-Nya, Yesus sama sekali tidak menetapkan hukum atau peraturan
untuk dilakukan, namun Dia meletakkan prinsip yang jelas sebagai pedoman bagi
setiap orang. Yesus menjelaskan bahwa sebagai manusia (warga negara), mereka
punya kewajiban untuk negeri dimana mereka tinggal. Sebagai ciptaan, mereka
juga punya kewajiban kepada Penciptanya. Yesus menggunakan kata wajib/ harus
menjelaskan bahwa penghormatan kepada Allah dan pemerintah itu wajib hukumnya. Penjelasan
Yesus menunjukkan
adanya pembatasan di antara kedua kewajiban itu. Kita tidak boleh memberikan
kepada kaisar apa yang menjadi hak dari Allah. Kalau kaisar menuntut sesuatu
yang menjadi hak Allah, misalnya untuk di sembah atau dituhankan, maka harus ditolak dan tidak ada toleransi untuk
itu (Kis. 5 : 29). Dan
sebaliknya, kita juga tidak boleh memberikan kepada Allah apa yang menjadi hak
kaisar (misalnya: memberikan pajak kepada Tuhan/ gereja). Dengan demikian setiap orang harus menunjukkan kepatuhan
kepada Allah dengan totalitas hidupnya, dan kepatuhan kepada pemerintah sesuai
dengan ketetapan dan peraturan yang berlaku.
Jawaban
Yesus yang benar-benar di luar dugaan itu membuat mereka tidak mampu
menyembunyikan kekagumannya sampai-sampai mereka tidak dapat lagi memberi
tanggapan atas jawaban Yesus. Sekali lagi mereka harus menanggung malu di
hadapan banyak orang karena kedegilan mereka sendiri. Namun, semua itu tidak
cukup untuk membuat mereka jera untuk mencari cara untuk menangkap Yesus.
Mereka pergi meninggalkan Yesus dan orang banyak itu bukan untuk mengoreksi
diri, namun justru untuk merancang rencana lain untuk menangkap Yesus.
III.
Aplikasi
1.
Pernahkah anda melihat
dua orang (kubu) yang bertentangan/ bermusuhan
bergabung untuk mencegah ditegakkannya kebenaran dan keadilan.? Inilah
yang terjadi dalam perikop kita ini. Segala cara dilakukan oleh pemuka agama Yahudi
untuk mencegah pelayanan Yesus. Bahkan mereka yang pada dasarnya adalah
kelompok yang saling sikut-menyikut, mau bersatu untuk tujuan yang justru
menentang kebenaran, padahal sebenarnya tugas mereka adalah membela kebenaran
dan keadilan bagi umat Tuhan. Bagaimana dengan kita orang Kristen yang memiliki
tugas dan tanggungjawab untuk menunjukkan jatidiri kita sebagai pengikut
Kristus, sudahkan kita mampu membela dan menegakkan kebenaran dalam aspek hidup
kita atau justru masih bagian dari penentang dan penolak kebenaran itu.?
2.
Ketika Yesus diserang
dengan pertanyaan tentang bagaimana bersikap terhadap pemerintah/ Kaisar, Yesus
memberi pemahaman dan prinsip yang selama ini tidak dimiliki oleh orang Yahudi
yang berada dalam kekuasaan Romawi. Yesus tidak hanya memperbolehkan mereka
mematuhi raja, namun mengharuskan mereka untuk patuh kepada Kaisar. Sebagai
orang Kristen, kita memiliki dwi-kewarganegaraan. Sebagai warga negara, kita
harus juga harus memiliki kepatuhan akan peraturan yang ditetapkan oleh pemerintah,
termasuk memenuhi kewajiban kita sebagai warga negara. Perangkat pemerintah
adalah orang-orang yang Tuhan pilih dan berasal dari Allah (Rom. 13 : 1 – 7), inilah
alasan mengapa kita harus mematuhi mereka dan aturan yang mereka buat. Namun
kepatuhan kepada aturan pemerintah jangan sampai menghilangkan identitas kita sebagai
warga Kerajaan Allah. Paulus mengingatkan kita “Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu
seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia” (Kol. 3:23). Tuhan Yesus
memberkati. Amin.
C.Pdt. Polma Hutasoit, S.Th
Tidak ada komentar:
Posting Komentar