KERANGKA
SERMON EVANGELIUM MINGGU 3 Agustus 2014
Minggu VII
Setelah Trinitatis (Ketritunggalan Allah/
Hasitolusadaan Ni TUHAN)
Ev :
Yesaya 55 : 1 – 5 Ep
: Efesus 2 : 4 – 9 S. Patik
: Matius 6 : 33
Datanglah Kepada Tuhan Supaya Kamu Hidup
I.
Pendahuluan
Yesaya 55 ini merupakan bagian dari Deutero
Yesaya yang ditujukan kepada orang-orang Yehuda yang hidup dalam pembuangan di
Babel. Mereka dalam keadaan hancur tanpa harapan dan mengalami degradasi iman
yang luar biasa bahkan sampai meragukan kedaulatan Allah yang mampu melepaskan
mereka dari perbudakan. Untuk itulah Allah mengambil insiatif untuk
menyelamatkan bangsa itu dan mengembalikan mereka ke tanah perjanjian. Adapun gagasan
tema Yesaya 55 ini adalah tentang keselamatan yang berhubungan dengan penebusan,
pembebasan, pembenaran dan keadilan. Keselamatan yang Tuhan tawarkan itu adalah
keselamatan yang cuma-cuma, bukan karena kebaikan atau kepantasan bangsa Israel
untuk memperolehnya. Bangsa Israel yang merasa bahwa Allah tidak lagi sanggup
menolong mereka akhirnya meninggalkan Allah dan menyembah berhala. Namun Allah
yang adalah Pemurah dan Pengasih memberikan harapan baru bagi bangsa itu. Allah
mengundang mereka untuk datang menerima pemulihan dan mengembalikan mereka ke
dalam persekutuan untuk bisa menjadi berkat dan saksi bagi semua orang.
II.
Penjelasan
Nats
- Tuhan Mengundang Umat-Nya ke
Perjamuan-Nya (ay. 1 – 2)
Yesaya mengawali pasal ini dengan seruan
kepada mereka yang haus. Air memang menjadi sumber kehidupan
yang paling penting bagi seluruh ciptaan. Bagi bangsa Israel sendiri dalam
Perjanjian Lama, musim kemarau/ kekeringan bukan hanya sekedar masalah besar,
namun dianggap sebagai kutukan. Makanan dan minuman adalah kebutuhan dasar
manusia. Manusia butuh makan dan minum agar hidup. Salah satu sungut-sungut
bangsa Israel di perjalanan di padang gurun adalah persoalan makanan dan
minuman yang membuat mereka sering berontak kepada Musa. Dalam perikop ini,
Tuhan berfirman menggunakan kata kiasan makanan dan minuman untuk menyadarkan
umatNya. Firman ini disampaikan Yesaya kepada umat Israel yang ada dalam
pembuangan di Babel, mereka yang sedang berada dalam kelaparan dan kehausan bukan
secara jasmani lagi, melainkan secara spiritual. Jiwa-jiwa mereka lapar dan
dahaga merindukan kelepasan. Namun jiwa yang lapar dan haus itu tak menemukan
apa yang diinginkannya, tak menemukan kepuasan dari apa yang dicarinya. Itulah
yang dirasakan oleh orang Israel dalam pembuangan mereka di Babel. Keadaan
mereka sama seperti kata sang Pemazmur dalam Mazmur 42 : 2 – 4, “Seperti rusa yang merindukan sungai yang
berair, demikianlah jiwaku merindukan Engkau, ya Allah. Jiwaku haus kepada Allah, kepada Allah yang
hidup. Bilakah aku boleh datang melihat Allah? Air mataku menjadi makananku siang
dan malam, karena sepanjang hari orang berkata kepadaku: "Di mana
Allahmu?". Situasi yang mereka hadapi menunjukkan kekeringan dan
kelaparan spriritual mereka, mereka bagaikan hidup di tanah yang gersang dan
kering.
Nabi Yesaya menyerukan panggilan Tuhan kepada
semua yang haus untuk datang kepada sumber air hidup, yaitu Allah sendiri. Allah
melalui Yesaya tidak hanya menjanjikan air dan gandum, namun juga menjanjikan
anggur dan susu bagi mereka yang mau datang kepada Allah. Allah berjanji akan
melepaskan dahaga dan rasa lapar umat-Nya yang kembali kepada-Nya, bahkan lebih
dari sekedar kenyang, mereka juga beroleh kesehatan dan sukacita. Susu termasuk
bahan pokok (utama) dari bangsa-bangsa Timur (juga Barat), mengkiaskan hal kesuburan
dan kebenaran yang asli (Kej. 49 : 12 ; Ibr. 5 : 12). Susu juga menjadi simbol
kemakmuran (Yes. 60 : 16). Sementara anggur merupakan lambing anugerah Allah
atau Injil dalam segala janji-Nya (Ye. 25 : 6). Semua itu Tuhan berikan dengan
gratis tanpa bayaran (materi). Meskipun gratis, bukan berarti pemberian Allah
itu murahan. Tuhan tidak meminta bayaran justru karena kita tidak mempunyai
apapun yang bisa kita berikan untuk membayar pemberian Tuhan (keselamatan) itu.
Artinya, pemberian Tuhan itu jauh lebih berharga dan tidak akan bisa
dibandingkan dengan makanan dan minuman atau apapun yang bisa dibeli dengan
uang/ materi.
Pada ayat ke-2 dikatakan mengapa harus
membelanjakan uang untuk sesuatu yang bukan roti dan upah jerih payah kita
kepada sesuatu yang tidak mengenyangkan? Mereka mengira bahwa dengan membeli
sesuatu/ makanan dan mereka bisa menjadi kenyang itu sudah cukup. Ini merupakan
gambaran dari orang-orang yang mengusahakan sendiri keselamatannya, dengan
berbuat baik dsb, dan mengira bahwa ini bisa menyelamatkan mereka. Orang-orang
yang berusaha dengan kekuatannya sendiri ini memang bisa saja merasa bahwa
mereka berhasil. ‘Uang pembayaran’ ini menunjuk pada usaha/ perbuatan baik
manusia yang pada akhirnya akan membawa kepada kesiasiaan. Apa yang terbaik
dari dunia ini hanya dapat memberikan kita kepuasan sementara yang akan
berakhir dengan kegetiran, kekecewaan, kecemasan dan penyesalan.
- Mendengar dan Memenuhi Panggilan Tuhan
(ay. 3)
Agar bangsa itu
memperoleh penebusan dan pemulihan atas krisis iman, Yesaya menyuarakan agar
bangsa itu mau menyendengkan telinganya akan firman Tuhan. Artinya tidak hanya
sekedar mendengar, tapi juga memperhatikan, merenungkan dan menyakini bahwa
firman Tuhan itu pasti benar adanya. Yesaya menekankan bahwa mereka harus
mendengar. Karena cara memakan makanan yang berasal dari Tuhan bukan dengan
membayar, tetapi dengan mendengar. Untuk datang kepada Tuhan yang memberikan
kepuasan, kedamaian bagi jiwa kita yang haus dan lapar adalah dengan mendengar
Dia. Kita tidak dapat datang kepada Tuhan kalau kita tidak mau mendengar Dia.
Kita tidak akan dapat memakan makanan dariNya, FirmanNya, kalau kita tidak mau
mendengar. Dan kalau kita tidak mau mendengar, maka kita tidak akan hidup.
Dengarkanlah maka kita akan hidup (ayat 3). Mengapa begitu penting sekali untuk
mendengar? Kita harus mendengar karena Tuhan memberikan roti dan minum kekal
ini, keselamatan kekal ini, dalam suatu perjanjian. Sama halnya ketika Tuhan
memberikan perjanjian Hukum Taurat kepada Israel, Dia meminta mereka untuk
mendengar dan menurutinya. “Maka
dengarlah, hai orang Israel! Lakukanlah itu dengan setia, supaya baik
keadaanmu, dan supaya kamu menjadi sangat banyak, seperti yang dijanjikan
TUHAN, Allah nenek moyangmu, kepadamu di suatu negeri yang berlimpah-limpah
susu dan madunya (Ul. 6:3).”
Mendengar dan
memenuhi panggilan Tuhan berarti bangsa Israel dituntut untuk melakukan
pertobatan atas dosa yang mereka lakukan. Bangsa Israel harus sanggup
mengembalikan citra mereka sebagai bangsa pilihan Allah yang senantiasa beroleh
perlindungan dan penyertaan Allah. Perjanjian yang disampaikan Yesaya adalah
suatu perjanjian baru karena ia mengatakan dalam kata ”hendak” yaitu dalam ayat
3: “Aku hendak mengikat perjanjian abadi
dengan kamu, menurut kasih setia yang teguh yang Kujanjikan kepada Daud.”
Kata hendak disini menunjukkan masa akan datang. Perjanjian akan datang yang
akan dibuat Allah dengan manusia akan bersifat abadi. Perjanjian akan datang
adalah suatu perjanjian kasih setia, suatu perjanjian kekal yang telah
dijanjikan Tuhan kepada Daud. Ketika Tuhan berjanji kepada Daud, perjanjian itu
belum terjadi. Ketika Yesaya berkata-kata, perjanjian itu juga belum
diturunkan. Tuhan berjanji kepada Daud bahwa melalui keturunannya akan datang
perjanjian kasih setia yang bersifat kekal. Apa yang Tuhan janjikan kepada Daud?
Kita dapat membaca dalam 2 Samuel 7 : 12 – 16, “Apabila umurmu sudah genap dan engkau telah mendapat perhentian
bersama-sama dengan nenek moyangmu, maka Aku akan membangkitkan keturunanmu
yang kemudian, anak kandungmu, dan Aku akan mengokohkan kerajaannya. Dialah
yang akan mendirikan rumah bagi nama-Ku dan Aku akan mengokohkan takhta
kerajaannya untuk selama-lamanya. Aku akan menjadi Bapanya, dan ia akan menjadi
anak-Ku. Apabila ia melakukan kesalahan, maka Aku akan menghukum dia dengan
rotan yang dipakai orang dan dengan pukulan yang diberikan anak-anak manusia.
Tetapi kasih setia-Ku tidak akan hilang dari padanya, seperti yang Kuhilangkan
dari pada Saul, yang telah Kujauhkan dari hadapanmu. Keluarga dan kerajaanmu
akan kokoh untuk selama-lamanya di hadapan-Ku, takhtamu akan kokoh untuk
selama-lamanya."
- Umat Tuhan Menjadi Saksi bagi Dunia (ay.
4 – 5)
Dalam ayat 4, dikatakan, “Sesungguhnya, Aku telah menetapkan dia menjadi saksi bagi
bangsa-bangsa, menjadi seorang raja dan pemerintah bagi suku-suku bangsa” Yesus
adalah saksi perjanjian Allah dengan manusia. Yesus adalah jaminan Allah untuk
menolong manusia menepati janji perjanjian itu. Yesaya menggunakan kata saksi
dan penjamin, “Itu akan menjadi tanda
kesaksian bagi TUHAN semesta alam di tanah Mesir: apabila mereka berseru kepada
TUHAN oleh karena orang-orang penindas, maka Ia akan mengirim seorang
juruselamat kepada mereka, yang akan berjuang dan akan melepaskan mereka (Yes.
19:20).” Lebih dari itu, Juruselamat itu akan menjadi Raja yang memerintah
atas semua suku bangsa di dunia ini dengan adil dan benar. Untuk itu, setiap
orang yang telah Tuhan bebaskan dari segala persoalannya yang menguasainya,
maka dialah yang akan menjadi saksi untuk orang lain, bahkan saksi bagi orang
yang tidak dikenalnya. Orang yang tidak mengenal Allahpun akan datang kepada
mereka yang percaya untuk mendengar kebaikan Tuhan dan menerima Tuhan sebagai
Penyelamat baginya. Dunia akan mengagumi Allah Israel melalui kehidupan bangsa
yang akan Tuhan pulihkan itu, karena setiap umat-Nya berharga bagi Allah.
III.
Aplikasi
1. Apa yang menjadi jaminan bagi seseorang untuk kepastian
keselamatannya? Bagi orang yang sudah sekian lama menderita atau mengalami kesusahan, tentu tidak akan sembarang mempercayai
janji keselamatan tanpa bukti nyata. Sama halnya
dengan bangsa Israel yang sudah putus harapan karena getirnya kesengsaraan yang
mereka alami secara
jasmani dan rohani mereka pun gersang. Tak ada satu pun
yang bisa mereka lakukan untuk melepaskan diri dari keputusasaan. Namun kita harus percaya bahwa Tuhan Allah menggaransi dan menjamin
keselamatan bagi yang bertahan dalam kesetiaan iman kepada-Nya.
2. Janji itu akan nyata
bagi orang yang benar-benar punya tekad dan komitmen yang sungguh-sungguh,
bukan tekad yang suam-suam kuku yang gampang goyah dan ragu. Kesungguhan itu akan
terbukti ketika kita mau menyendengkan telinga kita kepada Tuhan. Menyendengkan
telinga tidak hanya sekedar mendengar firman Tuhan itu, namun juga meyakininya
sebagai kebenaran, merenungkannya dan membuktikannya melalui perbuatan dan
perkataan.
3. Orang yang mau mengambil bagian dalam air hidup itu, pertama-tama
dia harus merasa haus (bertobat), kemudian bersedia (beriman) untuk datang
kepada sang Juruselamat (Yoh. 7:37). Tuhan tidak hanya
mengenyangkan dan melepaskan dahaga orang yang datang pada-Nya, namun juga
memberikan sukacita dan menambahkan segala kebaikan baginya. “Tetapi
carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan
ditambahkan kepadamu (Mat. 6:33)”
4. Sama seperti Yesus berkata kepada sang
perempuan Samaria, "Barangsiapa minum
air ini, ia akan haus lagi, tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan
kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan
Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus
memancar sampai kepada hidup yang kekal (Yoh. 4 : 13 – 14)."
5. Janji Allah kepada Daud
telah digenapi bagi kita, di mana Dia telah menjadi saksi akan kebaikan Tuhan
kepada manusia dengan mengorbankan dirinya demi kita. Kini saatnya kita
membuktikan bahwa kita juga siap untuk menjadi saksi Tuhan dalam menyatakan
kebenaran firman dan kebaikan-Nya melalui iman dan percaya kita dalam hidup
sehari-hari. Tuhan
Yesus memberkati. Amin..
C.Pdt. Polma Hutasoit, S.Th
Terima kasih, saya marasa terberkati...
BalasHapusTuhan kiranya menambah nambahkan hikmat bagi bapak Pendeta
Trims sangat membantu untuk bahan khotbah.
BalasHapusTerimakasih, khotbah memberkati dan menginspirasi...
BalasHapus