Jumat, 31 Juli 2015

Yesaya 55 : 1 – 5, "Datanglah Kepada Tuhan Supaya Kamu Hidup"

KERANGKA SERMON EVANGELIUM MINGGU 3 Agustus 2014
Minggu VII Setelah Trinitatis (Ketritunggalan Allah/ Hasitolusadaan Ni TUHAN)
Ev  :  Yesaya 55 : 1 – 5                     Ep  :  Efesus 2 : 4 – 9                   S. Patik  :  Matius 6 : 33
Datanglah Kepada Tuhan Supaya Kamu Hidup

I.              Pendahuluan
Yesaya 55 ini merupakan bagian dari Deutero Yesaya yang ditujukan kepada orang-orang Yehuda yang hidup dalam pembuangan di Babel. Mereka dalam keadaan hancur tanpa harapan dan mengalami degradasi iman yang luar biasa bahkan sampai meragukan kedaulatan Allah yang mampu melepaskan mereka dari perbudakan. Untuk itulah Allah mengambil insiatif untuk menyelamatkan bangsa itu dan mengembalikan mereka ke tanah perjanjian. Adapun gagasan tema Yesaya 55 ini adalah tentang keselamatan yang berhubungan dengan penebusan, pembebasan, pembenaran dan keadilan. Keselamatan yang Tuhan tawarkan itu adalah keselamatan yang cuma-cuma, bukan karena kebaikan atau kepantasan bangsa Israel untuk memperolehnya. Bangsa Israel yang merasa bahwa Allah tidak lagi sanggup menolong mereka akhirnya meninggalkan Allah dan menyembah berhala. Namun Allah yang adalah Pemurah dan Pengasih memberikan harapan baru bagi bangsa itu. Allah mengundang mereka untuk datang menerima pemulihan dan mengembalikan mereka ke dalam persekutuan untuk bisa menjadi berkat dan saksi bagi semua orang.

II.           Penjelasan Nats
  1. Tuhan Mengundang Umat-Nya ke Perjamuan-Nya (ay. 1 – 2)
Yesaya mengawali pasal ini dengan seruan kepada mereka yang haus. Air memang menjadi sumber kehidupan yang paling penting bagi seluruh ciptaan. Bagi bangsa Israel sendiri dalam Perjanjian Lama, musim kemarau/ kekeringan bukan hanya sekedar masalah besar, namun dianggap sebagai kutukan. Makanan dan minuman adalah kebutuhan dasar manusia. Manusia butuh makan dan minum agar hidup. Salah satu sungut-sungut bangsa Israel di perjalanan di padang gurun adalah persoalan makanan dan minuman yang membuat mereka sering berontak kepada Musa. Dalam perikop ini, Tuhan berfirman menggunakan kata kiasan makanan dan minuman untuk menyadarkan umatNya. Firman ini disampaikan Yesaya kepada umat Israel yang ada dalam pembuangan di Babel, mereka yang sedang berada dalam kelaparan dan kehausan bukan secara jasmani lagi, melainkan secara spiritual. Jiwa-jiwa mereka lapar dan dahaga merindukan kelepasan. Namun jiwa yang lapar dan haus itu tak menemukan apa yang diinginkannya, tak menemukan kepuasan dari apa yang dicarinya. Itulah yang dirasakan oleh orang Israel dalam pembuangan mereka di Babel. Keadaan mereka sama seperti kata sang Pemazmur dalam Mazmur 42 : 2 – 4, “Seperti rusa yang merindukan sungai yang berair, demikianlah jiwaku merindukan Engkau, ya Allah.  Jiwaku haus kepada Allah, kepada Allah yang hidup. Bilakah aku boleh datang melihat Allah? Air mataku menjadi makananku siang dan malam, karena sepanjang hari orang berkata kepadaku: "Di mana Allahmu?". Situasi yang mereka hadapi menunjukkan kekeringan dan kelaparan spriritual mereka, mereka bagaikan hidup di tanah yang gersang dan kering.
Nabi Yesaya menyerukan panggilan Tuhan kepada semua yang haus untuk datang kepada sumber air hidup, yaitu Allah sendiri. Allah melalui Yesaya tidak hanya menjanjikan air dan gandum, namun juga menjanjikan anggur dan susu bagi mereka yang mau datang kepada Allah. Allah berjanji akan melepaskan dahaga dan rasa lapar umat-Nya yang kembali kepada-Nya, bahkan lebih dari sekedar kenyang, mereka juga beroleh kesehatan dan sukacita. Susu termasuk bahan pokok (utama) dari bangsa-bangsa Timur (juga Barat), mengkiaskan hal kesuburan dan kebenaran yang asli (Kej. 49 : 12 ; Ibr. 5 : 12). Susu juga menjadi simbol kemakmuran (Yes. 60 : 16). Sementara anggur merupakan lambing anugerah Allah atau Injil dalam segala janji-Nya (Ye. 25 : 6). Semua itu Tuhan berikan dengan gratis tanpa bayaran (materi). Meskipun gratis, bukan berarti pemberian Allah itu murahan. Tuhan tidak meminta bayaran justru karena kita tidak mempunyai apapun yang bisa kita berikan untuk membayar pemberian Tuhan (keselamatan) itu. Artinya, pemberian Tuhan itu jauh lebih berharga dan tidak akan bisa dibandingkan dengan makanan dan minuman atau apapun yang bisa dibeli dengan uang/ materi.
Pada ayat ke-2 dikatakan mengapa harus membelanjakan uang untuk sesuatu yang bukan roti dan upah jerih payah kita kepada sesuatu yang tidak mengenyangkan? Mereka mengira bahwa dengan membeli sesuatu/ makanan dan mereka bisa menjadi kenyang itu sudah cukup. Ini merupakan gambaran dari orang-orang yang mengusahakan sendiri keselamatannya, dengan berbuat baik dsb, dan mengira bahwa ini bisa menyelamatkan mereka. Orang-orang yang berusaha dengan kekuatannya sendiri ini memang bisa saja merasa bahwa mereka berhasil. ‘Uang pembayaran’ ini menunjuk pada usaha/ perbuatan baik manusia yang pada akhirnya akan membawa kepada kesiasiaan. Apa yang terbaik dari dunia ini hanya dapat memberikan kita kepuasan sementara yang akan berakhir dengan kegetiran, kekecewaan, kecemasan dan penyesalan.

  1. Mendengar dan Memenuhi Panggilan Tuhan (ay. 3)
Agar bangsa itu memperoleh penebusan dan pemulihan atas krisis iman, Yesaya menyuarakan agar bangsa itu mau menyendengkan telinganya akan firman Tuhan. Artinya tidak hanya sekedar mendengar, tapi juga memperhatikan, merenungkan dan menyakini bahwa firman Tuhan itu pasti benar adanya. Yesaya menekankan bahwa mereka harus mendengar. Karena cara memakan makanan yang berasal dari Tuhan bukan dengan membayar, tetapi dengan mendengar. Untuk datang kepada Tuhan yang memberikan kepuasan, kedamaian bagi jiwa kita yang haus dan lapar adalah dengan mendengar Dia. Kita tidak dapat datang kepada Tuhan kalau kita tidak mau mendengar Dia. Kita tidak akan dapat memakan makanan dariNya, FirmanNya, kalau kita tidak mau mendengar. Dan kalau kita tidak mau mendengar, maka kita tidak akan hidup. Dengarkanlah maka kita akan hidup (ayat 3). Mengapa begitu penting sekali untuk mendengar? Kita harus mendengar karena Tuhan memberikan roti dan minum kekal ini, keselamatan kekal ini, dalam suatu perjanjian. Sama halnya ketika Tuhan memberikan perjanjian Hukum Taurat kepada Israel, Dia meminta mereka untuk mendengar dan menurutinya. “Maka dengarlah, hai orang Israel! Lakukanlah itu dengan setia, supaya baik keadaanmu, dan supaya kamu menjadi sangat banyak, seperti yang dijanjikan TUHAN, Allah nenek moyangmu, kepadamu di suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya (Ul. 6:3).”
Mendengar dan memenuhi panggilan Tuhan berarti bangsa Israel dituntut untuk melakukan pertobatan atas dosa yang mereka lakukan. Bangsa Israel harus sanggup mengembalikan citra mereka sebagai bangsa pilihan Allah yang senantiasa beroleh perlindungan dan penyertaan Allah. Perjanjian yang disampaikan Yesaya adalah suatu perjanjian baru karena ia mengatakan dalam kata ”hendak” yaitu dalam ayat 3: “Aku hendak mengikat perjanjian abadi dengan kamu, menurut kasih setia yang teguh yang Kujanjikan kepada Daud.” Kata hendak disini menunjukkan masa akan datang. Perjanjian akan datang yang akan dibuat Allah dengan manusia akan bersifat abadi. Perjanjian akan datang adalah suatu perjanjian kasih setia, suatu perjanjian kekal yang telah dijanjikan Tuhan kepada Daud. Ketika Tuhan berjanji kepada Daud, perjanjian itu belum terjadi. Ketika Yesaya berkata-kata, perjanjian itu juga belum diturunkan. Tuhan berjanji kepada Daud bahwa melalui keturunannya akan datang perjanjian kasih setia yang bersifat kekal. Apa yang Tuhan janjikan kepada Daud? Kita dapat membaca dalam 2 Samuel 7 : 12 – 16, “Apabila umurmu sudah genap dan engkau telah mendapat perhentian bersama-sama dengan nenek moyangmu, maka Aku akan membangkitkan keturunanmu yang kemudian, anak kandungmu, dan Aku akan mengokohkan kerajaannya. Dialah yang akan mendirikan rumah bagi nama-Ku dan Aku akan mengokohkan takhta kerajaannya untuk selama-lamanya. Aku akan menjadi Bapanya, dan ia akan menjadi anak-Ku. Apabila ia melakukan kesalahan, maka Aku akan menghukum dia dengan rotan yang dipakai orang dan dengan pukulan yang diberikan anak-anak manusia. Tetapi kasih setia-Ku tidak akan hilang dari padanya, seperti yang Kuhilangkan dari pada Saul, yang telah Kujauhkan dari hadapanmu. Keluarga dan kerajaanmu akan kokoh untuk selama-lamanya di hadapan-Ku, takhtamu akan kokoh untuk selama-lamanya."

  1. Umat Tuhan Menjadi Saksi bagi Dunia (ay. 4 – 5)
Dalam ayat 4, dikatakan, “Sesungguhnya, Aku telah menetapkan dia menjadi saksi bagi bangsa-bangsa, menjadi seorang raja dan pemerintah bagi suku-suku bangsa” Yesus adalah saksi perjanjian Allah dengan manusia. Yesus adalah jaminan Allah untuk menolong manusia menepati janji perjanjian itu. Yesaya menggunakan kata saksi dan penjamin, “Itu akan menjadi tanda kesaksian bagi TUHAN semesta alam di tanah Mesir: apabila mereka berseru kepada TUHAN oleh karena orang-orang penindas, maka Ia akan mengirim seorang juruselamat kepada mereka, yang akan berjuang dan akan melepaskan mereka (Yes. 19:20).” Lebih dari itu, Juruselamat itu akan menjadi Raja yang memerintah atas semua suku bangsa di dunia ini dengan adil dan benar. Untuk itu, setiap orang yang telah Tuhan bebaskan dari segala persoalannya yang menguasainya, maka dialah yang akan menjadi saksi untuk orang lain, bahkan saksi bagi orang yang tidak dikenalnya. Orang yang tidak mengenal Allahpun akan datang kepada mereka yang percaya untuk mendengar kebaikan Tuhan dan menerima Tuhan sebagai Penyelamat baginya. Dunia akan mengagumi Allah Israel melalui kehidupan bangsa yang akan Tuhan pulihkan itu, karena setiap umat-Nya berharga bagi Allah.

III.        Aplikasi
1.    Apa yang menjadi jaminan bagi seseorang untuk kepastian keselamatannya? Bagi orang yang sudah sekian lama menderita atau mengalami kesusahan, tentu tidak akan sembarang mempercayai janji keselamatan tanpa bukti nyata. Sama halnya dengan bangsa Israel yang sudah putus harapan karena getirnya kesengsaraan yang mereka alami secara jasmani dan rohani mereka pun gersang. Tak ada satu pun yang bisa mereka lakukan untuk melepaskan diri dari keputusasaan. Namun kita harus percaya bahwa Tuhan Allah menggaransi dan menjamin keselamatan bagi yang bertahan dalam kesetiaan iman kepada-Nya.
2.      Janji itu akan nyata bagi orang yang benar-benar punya tekad dan komitmen yang sungguh-sungguh, bukan tekad yang suam-suam kuku yang gampang goyah dan ragu. Kesungguhan itu akan terbukti ketika kita mau menyendengkan telinga kita kepada Tuhan. Menyendengkan telinga tidak hanya sekedar mendengar firman Tuhan itu, namun juga meyakininya sebagai kebenaran, merenungkannya dan membuktikannya melalui perbuatan dan perkataan.
3.    Orang yang mau mengambil bagian dalam air hidup itu, pertama-tama dia harus merasa haus (bertobat), kemudian bersedia (beriman) untuk datang kepada sang Juruselamat (Yoh. 7:37). Tuhan tidak hanya mengenyangkan dan melepaskan dahaga orang yang datang  pada-Nya, namun juga memberikan sukacita dan menambahkan segala kebaikan baginya. Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu (Mat. 6:33)”
4.      Sama seperti Yesus berkata kepada sang perempuan Samaria, "Barangsiapa minum air ini, ia akan haus lagi, tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal (Yoh. 4 : 13 – 14)."
5.   Janji Allah kepada Daud telah digenapi bagi kita, di mana Dia telah menjadi saksi akan kebaikan Tuhan kepada manusia dengan mengorbankan dirinya demi kita. Kini saatnya kita membuktikan bahwa kita juga siap untuk menjadi saksi Tuhan dalam menyatakan kebenaran firman dan kebaikan-Nya melalui iman dan percaya kita dalam hidup sehari-hari. Tuhan Yesus memberkati. Amin..

C.Pdt. Polma Hutasoit, S.Th

3 komentar:

  1. Terima kasih, saya marasa terberkati...
    Tuhan kiranya menambah nambahkan hikmat bagi bapak Pendeta

    BalasHapus
  2. Trims sangat membantu untuk bahan khotbah.

    BalasHapus
  3. Terimakasih, khotbah memberkati dan menginspirasi...

    BalasHapus