KERANGKA SERMON EVANGELIUM MINGGU 20
Oktober 2013
MINGGU XXI SETELAH TRINITATIS (Ketritunggalan
Allah/ Hasitolusadaon ni TUHAN)
Mengasihi Allah dan Sesama
Manusia
Ev : Markus 12 : 28 – 34 Ep
: Ulangan 6 : 4 – 9
I.
Pendahuluan
Injil Markus
berisi pengajaran, penyembuhan dan juga pelayanan Yesus ketika Dia datang ke
dunia. Semua Yesus lakukan sebagai wujud kasih-Nya kepada Allah yang
mengutus-Nya agar setiap orang beroleh hidup dan semakin mengenal akan
kebenaran Allah di tengah-tengah dunia yang penuh dengan pelanggaran dan dosa.
Semakin hari semakin banyak yang datang kepada Yesus untuk mendengarkan
ajaran-Nya. Tidak hanya rakyat biasa yang datang kepada-Nya, namun juga para
tokoh agama dan orang-orang yang dituakan. Ada berbagai alasan sehingga mereka
datang mendengar Yesus. Ada yang benar-benar rindu untuk mendengar dan
mengetahui firman Tuhan, ada yang datang membawa penyakit dengan harapan Yesus
dapat menyembuhkan. Namun ada juga orang datang mendengar Yesus hanya untuk
menganalisa ajaran Yesus dan berusaha mencari kesalahan-Nya. Bahkan ada yang
dengan sengaja bertanya hanya untuk menguji, mencobai dan menjebak Yesus dengan
pertanyaan-pertanyaan. Pada umumnya orang-orang yang berusaha mencari kesalahan
Yesus justru adalah orang-orang yang seharusnya menjadi rekan sekerja Yesus,
yaitu orang-orang yang sudah paham dengan firman (Taurat) Tuhan dan orang-orang
yang dituakan dalam agama maupun para imam. Sebenarnya nats ini adalah lanjutan
dari percakapan Yesus dengan tokoh-tokoh agama itu. Perbincangan Yesus dengan
mereka dimulai saat mereka tiba di Yerusalem, di halaman Bait Allah (Mark.
11:27). Sebelumnya Yesus telah membungkam imam-imam kepala, ahli-ahli Taurat
dan tua-tua (11:27 – 12:12). Mereka belum menyerah, sehingga mereka menyuruh
orang Farisi dan Herodian untuk menjerat Dia dengan pertanyaan. Namun
kebijaksanaan Yesus kembali membuat mereka terheran-heran (12:13-17). Kemudian
datang lagi orang Saduki yang tidak percaya akan kebangkitan untuk mencobai
Yesus. Dan dengan tegas Yesus menyebut mereka sebagai orang sesat (12:18-27).
Dan terakhir datanglah seorang Ahli Taurat yang juga datang bertanya kepada
Yesus perihal hukum yang terutama.
II.
Penjelasan Nats
Ø Hukum
yang paling utama (ay. 28 – 31)
Ketika para tokoh agama
itu memberi pertanyaan kepada-Nya, Yesus selalu memberikan jawaban yang
sederhana dan mudah untuk dipahami, sehingga tak satupun diantara mereka yang
mampu menemukan kesalahan atau kekurangan Yesus, justru mereka yang menyingkir
satu persatu dari hadapan Yesus. Dan seorang ahli Taurat yang mendengarkan
perkataan dan penjelasan-penjelasan Yesus itu mengajukan pertanyaan kepada
Yesus, “Hukum manakah yang paling utama”?
Mendengar pertanyaan itu, Yesus mengutip firman Allah dalam Ulangan 6:4-5, “Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah
kita, Tuhan itu esa”. Orang Israel sendiri menyebut Ulangan 6:4-9 sebagai syema.
Syema merupakan perintah penting yang harus sungguh-sungguh diperhatikan.
Kata syema memiliki pengertian “mendengar dengan sungguh-sungguh dan
menaatinya”. Syema ini sangat penting, sehingga mereka menuliskannya
dalam potongan-potongan kecil perkamen, lalu dimasukan ke
dalam kotak kulit kecil yang disebut filakteria. Filakteria
ini diikatkan di lengan kanan dan dahi saat seorang pria Israel berdoa pada
pagi hari dan ditempelkan di tiang pintu rumah. Tuhan Yesus sendiri menyebut syema
sebagai hukum yang terutama dan pertama dalam hukum Taurat (bd. Mat. 22:36-38).
Jawaban Yesus ini merupakan suatu pengakuan yang sangat penting bagi orang
Israel. Perkataan “Allah yang Esa” berarti tidak ada ilah lain atau apapun yang
bisa dibandingkan dengan Allah. Allah itu adalah Tuhan yang Mahakuasa dan penuh
kasih yang membebaskan bangsa Israel dari tanah perbudakan. Untuk itulah Yesus
menerangkan hukum yang terutama kepada ahli Taurat itu, yaitu dengan mengasihi
Allah dan sesama manusia.
1.
“Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap
hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan
segenap kekuatanmu”.
Mengasihi Allah yang
dimaksud Yesus adalah mengasihi dengan totalitas hidup, yaitu dengan segenap
hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan segenap kekuatan. Kata “Kasihilah
Tuhan Allahmu”, berarti menuruti segala perintah-Nya dengan tekad yang
bulat, bahwa kasih juga berarti menaruh perhatiannya penuh kepada kepentingan-kepentingan
Tuhan, dengan mengutamakan apa yang Tuhan kehendaki. Hati, jiwa, akal budi, dan
kekuatan merangkum seluruh diri manusia, karena hidup manusia yang berlandaskan
kasih ditopang oleh hati, jiwa, akal budi dan juga kekuatan dirinya dalam hidup
itu. Itu artinya mencintai Tuhan tidak boleh setengah-setengah.
“Dengan
segenap hati” berarti : menyerahkan segala proses pemikiran manusia, perasaan serta keputusan hanya kepada Tuhan untuk dituntun dan dimanfaatkan
demi tercapainya kehendak Tuhan.
“Dengan
segenap jiwamu” berarti : menundukkan serta mengabdikan segala perkara nafsu keinginan kepada
kehendak Tuhan sehingga segenap potensi serta perasaan yang ada di dalam diri manusia menjadi sarana
kehendak Tuhan.
“Dengan segenap akal budimu” berarti : akal budi yang juga adalah
pemberian Tuhan harus kita gunakan untuk memikirkan segala sesuatu yang
berkenan kepada Tuhan, bukan berfikir untuk mencari keuntungan diri sendiri.
“Dengan segenap kekuatanmu” berarti : bertindak
sekuat tenaga untuk menegakkan hal-hal yang dituntut oleh firman Tuhan serta
membatasi hal-hal yang dilarang olehNya.
2.
“Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu
sendiri”.
Hukum yang sejalan dan
tidak terpisahkan dengan itu adalah mengasihi sesama manusia seperti diri
sendiri. Secara logika saja perkataan Yesus ini sangat mudah untuk dimengerti.
Karena mustahil seseorang mampu mengasihi dan menghormati orang lain jika
dirinya sendiri tidak dikasihi. Siapakah sesama manusia yang dimaksudkan Tuhan
melalui nats ini.? Tentu Yesus juga ingin menegur para tokoh agama itu yang
tidak menjalankan perintah Tuhan dengan benar. Menurut pemahaman orang Yahudi
bahwa sesama itu adalah sesama Yahudi, sementara di luar itu adalah kafir yang
tidak layak untuk dikasihi. Yang lebih menyedihkan lagi adalah ketika mereka
salah menerapkan kasih yang benar dengan hanya mengasihi orang-orang tertentu
sesuai dengan jabatan dan status sosialnya. Orang-orang yang hidup dalam garis
kemiskinan, yang sakit serta para janda seharusnya menjadi fokus utama yang
harus dikasihi dan diusahakan kesejahteraannya. Namun yang terjadi justru
sebaliknya, mereka seolah-olah menutup mata terhadap orang-orang yang
terpinggirkan itu. Mereka malah bungkam ketika pemerintah dan orang kaya
menindas rakyat kecil. Dengan demikian, firman ini memberi pemahaman bahwa
sesama kita adalah setiap orang. Mengasihi mereka seperti diri sendiri berarti
memposisikan mereka sebagai orang yang berharga di dalam hidup kita. Bahkan
Yesus sendiri mengatakan bahwa kita harus tetap mengasihi sesama yang meskipun
dia membenci atau memusuhi kita dengan tetap mendoakannya. Untuk itu, Yesus
simpulkan bahwa : Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini.
Ø Yang mengetahui firman Tuhan berarti tidak jauh
dari Kerajaan Allah, namun yang masuk ke Kerajaan Allah adalah dia yang
mengimani firman Tuhan itu dan menghidupinya (ay. 32 – 34)
Setelah
mendengar jawaban Yesus, ahli Taurat itu mengiyakannya dan menambahkan bahwa “mengasihi Allah itu jauh lebih utama dari
pada semua korban bakaran dan korban sembelihan”. Pengetahuannya tentang
firman Tuhan memang baik, sehingga Yesus mengatakan kepadanya, “Engkau tidak jauh dari Kerajaan Allah”! Seorang
yang memiliki kerinduan mempelajari firman Tuhan dan berusaha untuk memahaminya
adalah langkah awal untuk masuk menuju Kerajaan Allah. Sama halnya dengan ahli
Taurat ini. Sejak remaja, dia (dan golongannya) telah mempelajari hukum Taurat
Tuhan beserta pembagiannya. Yesus memang mengatakan bahwa karena pemahamannya
tentang hukum Taurat, maka dia tidak jauh dari Kerajaan Allah. Namun perlu kita
pahami bahwa kata “tidak jauh” berarti
belum masuk (berada) dalam Kerajaan Allah. Ini menandakan bahwa mengetahui dan
mempelajari firman Tuhan tidaklah cukup jika tidak dibarengi dengan penerapan
dalam hidup sehari-hari. Jadi meskipun ahli Taurat itu tidak jauh dari Kerajaan
Allah, bisa saja dia tidak masuk ke dalamnya jika yang dipahami dan dipelajari
itu tidak diwujudnyatakan dalam hidupnya sehari-hari. Dengan demikian, yang
layak masuk dalam Kerajaan Allah itu adalah yang mengetahui dan melakukan firman
Tuhan, yaitu mengasihi Allah dengan totalitas hidupnya dan mengasihi sesama
dengan ketulusan seperti mengasihi diri sendiri. Tidak ada hukum lain yang
lebih utama dari pada kedua hukum itu yang mampu membawa manusia masuk ke dalam
Kerajaan yang kekal. Jawaban Yesus ini sekaligus mengakhiri perbincangan mereka
karena tidak ada lagi yang berani bertanya kepada-Nya.
III.
Refleksi/
Renungan
ü Sejak kita anak-anak (Sekolah Minggu), Remaja
bahkan sampai saat ini, kita sudah banyak mendengar, membaca bahkan mempelajari
firman Tuhan. Dengan demikian, kita telah mengetahui kehendak Tuhan dalam hidup
kita yang harus kita lakukan. Diantaranya adalah hidup dalam kasih. Mengasihi
Allah yang telah lebih dulu mengasihi kita dan mengasihi sesama manusia seperti
diri sendiri.
ü Mengasihi Allah haruslah dengan memberikan
totalitas hidup kita (dengan hati, jiwa, akal budi dan kekuatan). Berarti tetap
mengutamakan Tuhan dalam hidup kita dan memberikan tempat bagi Tuhan untuk
berkarya dalam setiap aspek hidup kita, sehingga Dia memampukan kita untuk
mengasihi sesama kita meskipun sesama kita belum tentu mengasihi kita.
ü Begitu pentingnya kasih, sehingga Yohanes mengatakan “Barangsiapa tidak
mengasihi, ia tetap di dalam maut.” (1Yoh 3:14b). “Jikalau seorang berkata: “Aku mengasihi Allah,”
dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak
mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak
dilihatnya. Dan perintah ini kita terima dari Dia:
Barangsiapa mengasihi Allah, ia harus juga mengasihi saudaranya” (1Yoh 4:20-21). Dengan memahami hal
demikian, maka kita tidak jauh dari
(sudah dekat dengan) Kerajaan Allah. Namun pengharapan
kita adalah kita tidak hanya dekat dengan Kerajan itu, akan tetapi kita harus
masuk dan menjadi bagian dari Kerajaan itu, sehingga sukacita kita penuh di
dalam Tuhan. Orang yang layak menjadi warga Kerajaan Allah adalah dia yang
mengetahui kebenaran firman Tuhan dan melakukannya dalam hidupnya. Tuhan Yesus memberikati.
Amin.
C.Pdt. Polma Hutasoit
uraian yang sangat inspiratif
BalasHapusMohon di bumbui dgn cerita2 lucu yg inspiratig yg berkaitan dgn nats
BalasHapusTerima kasih, mauliate pak Pendeta. TUHAN memberkati
BalasHapusTerima kasih
BalasHapusAllah itu esa, dan yesus itu adalah utusan Allah. Pnjelsan yg sngat smpurna bhwa tuhan itu allah, dia esa,
BalasHapus