Jumat, 31 Juli 2015

Matius 10 : 24 – 39, "Mengakui Yesus di Depan Manusia"

KERANGKA  SERMON EVANGELIUM MINGGU 22 Juni  2014
Minggu I Setelah Trinitatis (Ketritunggalan Allah/ Hasitolusadaan ni TUHAN)
Ev : Matius 10 : 24 – 39                            Ep : Yeremia 20 : 7 – 13
Mengakui Yesus di Depan Manusia

I.              Pendahuluan
Matius menulis Injil ini untuk meyakinkan kepada semua orang bahwa Yesus adalah Anak Allah dan Mesias yang dinubuatkan para nabi dalam Perjanjian Lama. Selain itu, Matius ingin menunjukkan bahwa Kerajaan Allah di nyatakan dalam diri Yesus. Pada masa itu, bahkan sampai sekarang masih orang yang beragama Yahudi menolak Yesus sebagai Juruselamat. Mereka tidak mau menerima Yesus karena Yesus sama sekali tidak membebaskan mereka dari penjajahan dan tidak memberi kemerdekaan secara politis. Untuk itu Matius banyak berbicara tentang Kerajaan Allah yang akan datang di bawah kekuasaan Yesus yang memberi hidup kekal bagi orang percaya dan hukuman kekal bagi orang berdosa. Dalam nats ini, kita semakin dalam mengetahui dan memahami bahwa Yesus tidak pernah asal sembarangan mengutus para murid-Nya. Ada proses yang harus dijalani para murid sebelum terjun ke dunia pelayanan. Setelah Yesus memilih kedua belas murid-Nya, Dia memperlengkapi mereka dengan bekal iman, sehingga mereka memiliki keberanian dalam mempersaksikan kebenaran. Yesus mengajarkan kepada para murid-Nya untuk setia kepada-Nya dan tampil berani mempersaksikan imannya di hadapan dunia meskipun akan menghadapi banyak tantangan bahkan penderitaan. Namun Yesus menjanjikan bahwa dalam perjuangan mempersaksikan iman itu Bapa di sorga akan memberi kekuatan dan kemampuan.

II.           Penjelasan Nats
Penderitaan Bukan Resiko Mengikut Yesus, Melainkan Bagian dari Hidup dalam Dia (ay. 24-25)
Ketika mengambil keputusan untuk mengikut Yesus bukan berarti hidup menjadi bebas dari masalah dan persoalan. Dan Yesus sendiri tidak pernah menjanjikan bahwa para pengikut-Nya akan bebas dari persoalan. Namun Yesus memberi harapan yang pasti bahwa orang yang setia pada-Nya akan beroleh hidup kekal dalam Kerajaan Bapa di sorga dan kekuatan menghadapi segala pergumulannya. Secara manusiawi hidup di dalam Yesus bukanlah perkara yang mudah. Namun secara iman, tidak ada hidup yang lebih indah selain hidup di dalam Kristus. Hidup di dalam Kristus berarti hidup dalam kebenaran, keadilan dan kasih. Tentu ketiga hal ini sering bertentangan dengan sifat dunia, dimana dunia lebih cenderung mencari keuntungan sendiri, suka memutarbalikkan keadilan, diskriminasi dll. Karena itulah Yesus mengalami penolakan oleh dunia ini. Sehingga orang yang memilih untuk mengikut Yesus juga akan mengalami hal yang sama seperti Yesus, yaitu akan mengalami penolakan, atau bahkan penderitaan. Namun Yesus sebagai Guru meyakinkan para murid-Nya bahwa, “seorang murid tidak lebih dari pada gurunya atau seorang hamba tidak dari tuannya.” Artinya bahwa sekalipun para murid-Nya mengalami tantangan dan hambatan dalam pelayanan, sesungguhnya tantangan itu tidak lebih berat daripada yang dihadapi-Nya. Hal ini terbukti ketika Yesus benar-benar mengorbankan nyawa-Nya untuk dunia ini. Sehingga penderitaan tertinggi yang akan dialami oleh para murid-Nya juga adalah kematian.

Jangan Takut Mempersaksikan Iman di Hadapan Manusia (Mereka) (ay. 26-28; 32-33)
Pelayanan para murid dalam memberitakan kabar keselamatan sekaligus memerangi kuasa iblis membuka peluang bagi iblis untuk menyerang mereka kembali. Untuk itulah Yesus meyakinkan mereka bahwa Bapa di sorga akan menyertai dan memberi kekuatan bagi para murid-Nya. Untuk itu, para murid harus senantiasa setia kepada kebenaran firman Allah, berani menegakkan kebenaran dan keadilan serta memelihara kasih. Yesus memperkenalkan dunia pelayanan kepada para murid-Nya sebagai persiapan bagi mereka agar mereka mampu menghadapi tantangan yang akan menghadang mereka. Yesus mengingatkan agar mereka tidak ragu dan takut dalam menghadapi mereka (pelawan Kristus atau orang yang menolak Kristus sebagai Juruselamat atau orang yang dikuasai iblis). Peringatan ini sebagai antisipasi agar para murid tidak terkejut ketika mereka menghadapi tantangan, termasuk dari para ahli/ tokoh-tokoh agama yang seharusnya menjadi rekan mereka dalam mengabarkan kabar sukacita. Yesus mempersiapkan mereka tidak hanya sekedar bersiap menghadapi penolakan, namun lebih dari itu, Yesus mempersiapkan mereka untuk senantiasa siap menghadapi hal yang buruk yaitu cacian, aniaya, penyiksaan bahkan kematian. Untuk itu, Yesus katakan, “Dan janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa; takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka.” Yesus mengingatkan agar dalam pelayanannya para murid-Nya tidak gentar kepada mereka (pelawan Kristus atau orang yang menolak Kristus sebagai Juruselamat atau orang yang dikuasai iblis). Meskipun mereka mampu membunuh para murid, yang mati hanyalah tubuh, sementara mereka tidak mampu membunuh jiwa dan roh, karena Tuhanlah pemiliki jiwa dan roh setiap manusia. Yesus mengingatkan agar mereka lebih takut kepada Allah karena Dia berkuasa membinasakan jiwa dan tubuh di neraka tempat bagi orang-orang yang menentang Kristus. Neraka dalam nats ini menunjuk kepada tempat penyiksaan abadi yang Tuhan persiapkan bagi orang-orang yang tidak percaya (Mark. 9:43,48). Alkitab menggambarkan neraka itu sebagai tempat yang sangat mengerikan, tempat yang penuh ratapan dan gertak gigi (Mat. 13:42,50), tempat kaki tangan diikat dalam kegelapan yang paling gelap (Mat. 22:13) serta sengsara dan derita (Luk. 16:23).
Untuk itu tidak ada alasan untuk takut membuktikan iman di hadapan dunia, bahwa Yesus adalah satu-satunya Tuhan dan Juruselamat yang menjamin para pengikut-Nya beroleh hidup kekal dalam Kerajaan-Nya. Mengaku tidak cukup hanya dari kata-kata, tetapi lebih utama terwujud dari sikap dan pola hidup yang benar di hadapan Tuhan dan manusia. Matius 7:21, “Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga.” Maka Yesus juga akan mengakuinya di hadapan Bapa. Sementara orang yang menyangkal Yesus atau yang meninggikan segala perbuatannya di hadapan Tuhan, maka Yesus akan menyangkal mereka juga bahkan mengenyahkannya. Matius 7:23, “Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!”

Manusia Lebih Berharga di Hadapan Tuhan Dibanding Ciptaan Lain (ay. 29-31)
Sesungguhnya semua orang berharga bagi Tuhan, untuk itulah Dia datang dan menebus kita dari dosa. Akan tetapi manusia sendiri membuat dirinya tidak berharga di hadapan Tuhan. Tuhan telah menebus dosa-dosanya, namun manusia masih banyak yang nyaman dalam hidup lamanya, sehingga keselamatan itu tidak lagi dimilikinya. Yesus memberi ilustrasi tentang burung pipit yang harganya murah dipelihara oleh Allah. Tidak ada sesuatupun terjadi kepada burung pipit itu tanpa sepengetahuan dan seijin Allah. Apalagi manusia yang Tuhan ciptakan sebagai ciptaan yang sungguh amat baik, dan sebagai mandataris Allah di dunia ini dan jauh lebih berharga dibanding burung pipit itu. Begitu berharganya manusia di hadapan Allah, sehingga tidak ada alasan bagi manusia untuk takut dalam melakukan mandat Allah yaitu untuk menyampaikan kebenaran firman Allah, karena Allah akan senantiasa menjaga dan melindungi para hamba-Nya. Tidak ada satu kejadianpun yang kita alami tanpa seijin Tuhan.

Yesus Datang Membawa “Pemisahan” (ay. 34-36)
Tidak dapat disangkal bahwa Yesus datang membawa damai. Namun dalam perikop ini dikatakan bahwa Yesus datang bukan membawa damai, melainkan pedang untuk memisahkan. Dalam sebuah keluarga, tidak selamanya keluarga secara keseluruhan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Sesungguhnya, Yesus itu :
1.      Memberikan damai di hati orang yang percaya (Yoh 14:27  Gal 5:22).
2.      Mendamaikan orang yang percaya dengan Allah (Ro 5:1  2Kor 5:19-21).
3.      Mendamaikan orang percaya dengan orang percaya (Ef 2:14-18).
Tetapi antara orang yang percaya dengan orang yang tidak percaya, bukan terjadi damai, tetapi terjadi perpecahan dan pertentangan karena Yesus! (Ay 34-36 Yoh 7:40-43). Di dalam dunia ini akan selalu ada pertentangan antara orang percaya dengan yang yang tidak percaya kepada Kristus, termasuk dalam beberapa keluarga.

Kita Harus Mengasihi Yesus Lebih Dari Semua (ay. 37-39)
Mengasihi sesama, termasuk orang tua dan saudara adalah tugas dan tanggungjawab yang sangat penting bagi kita. Akan tetapi ketika kita mengasihi mereka biarlah didasari oleh kasih kepada Tuhan, dan kasih kita kepada mereka tidak lebih besar daripada kasih kepada Allah. Karena prioritas kasih orang percaya adalah tetap kepada Allah dan yang sejalan dengan itu adalah kasih kepada sesama manusia.
Yesus menyatakan: “Barangsiapa mempertahankan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya” (Mat. 10:39). Dalam hal ini Tuhan Yesus tidak mengatakan bahwa hidup atau nyawa seseorang itu tidak bernilai sehingga tidak perlu diperjuangkan dan dipertahankan. Tuhan Yesus justru mau menegaskan bahwa hidup atau nyawa manusia begitu bernilai, karena itu janganlah hidup itu dipertahankan dengan cara-cara yang merugikan nilai dan martabat dirinya. Karena betapa sering manusia berupaya untuk “mempertahankan nyawa” (hidupnya) dengan cara-cara yang tidak etis, tidak bermoral dan bersifat egosentris. Karena keadaan yang sulit, seseorang merasa berhak untuk merampas hak milik orang lain. Karena kemiskinan, seseorang merasa berhak melakukan perbuatan tercela. Karena merasa dirinya kuat dan berkuasa, maka seseorang sering merasa berhak untuk menindas dan menekan sesamanya yang lemah. Sikap mereka secara duniawi tampaknya berhasil mempertahankan hidup, tetapi sesungguhnya mereka telah menghancurkan nilai-nilai dan makna dari hidupnya yang paling esensial. Tetapi hidup mereka akan berubah secara drastis dan dapat menjadi manusia baru di dalam Kristus, ketika mereka mau menanggalkan pola hidupnya yang lama dengan cara mempersekutukan diri secara personal dengan Kristus. Mereka bersedia menolak godaan dan tawaran duniawi dengan tetap konsisten berjalan di jalan Kristus. Jadi dalam persekutuan dengan Kristus, seseorang yang kehilangan hidupnya secara duniawi justru bertujuan supaya mereka dapat mengalami suatu kehidupan yang bermakna dan kekal.

III.        Aplikasi
  Yohanes  15:16, “Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu.” Inilah dasar pemilihan Tuhan kepada setiap orang percaya bahwa Tuhan tidak sembarangan dalam memilih kita untuk menjadi umat-Nya. Selain dipilih, kita dipersiapkan dan ditetapkan untuk menghasilkan buah iman di hadapan Tuhan dan manusia. Janji Tuhan jelas bahwa doa dan permohonan orang percaya akan Tuhan kabulkan tepat pada waktunya.
  Tantangan kita dalam mewujudkan iman bisa datang dari orang yang tidak mencintai kebenaran dan keadilan, agama lain, atau bahkan dari diri sendiri seperti dari keluarga atau juga dari tengah-tengah pelayanan kita. Untuk itu, perintah Tuhan Yesus jelas, yaitu
1.   Berserah Penuh Kepada Tuhan.
2.   Kita Harus Berani Melupakan Kepentingan Diri/ Memprioritaskan Tuhan.
3.   Yakin Akan Pemeliharaan Tuhan akan Hidup Kita.
4.   Tidak Kompromi dengan Dosa.
5.   Berani Berkorban Untuk Tuhan.
Tuhan Yesus memberkati. Amin.

C.Pdt. Polma Hutasoit, S.Th

Tidak ada komentar:

Posting Komentar