KERANGKA SERMON
EVANGELIUM MINGGU 22 Juni 2014
Minggu I Setelah Trinitatis (Ketritunggalan Allah/ Hasitolusadaan ni
TUHAN)
Ev : Matius 10 : 24 – 39 Ep : Yeremia 20 : 7 – 13
Mengakui Yesus di Depan Manusia
I.
Pendahuluan
Matius menulis Injil
ini untuk meyakinkan kepada semua orang bahwa Yesus adalah Anak Allah dan
Mesias yang dinubuatkan para nabi dalam Perjanjian Lama. Selain itu, Matius
ingin menunjukkan bahwa Kerajaan Allah di nyatakan dalam diri Yesus. Pada masa
itu, bahkan sampai sekarang masih orang yang beragama Yahudi menolak Yesus
sebagai Juruselamat. Mereka tidak mau menerima Yesus karena Yesus sama sekali
tidak membebaskan mereka dari penjajahan dan tidak memberi kemerdekaan secara
politis. Untuk itu Matius banyak berbicara tentang Kerajaan Allah yang akan
datang di bawah kekuasaan Yesus yang memberi hidup kekal bagi orang percaya dan
hukuman kekal bagi orang berdosa. Dalam nats ini, kita semakin dalam mengetahui
dan memahami bahwa Yesus tidak pernah asal sembarangan mengutus para murid-Nya.
Ada proses yang harus dijalani para murid sebelum terjun ke dunia pelayanan.
Setelah Yesus memilih kedua belas murid-Nya, Dia memperlengkapi mereka dengan
bekal iman, sehingga mereka memiliki keberanian dalam mempersaksikan kebenaran.
Yesus mengajarkan kepada para murid-Nya untuk setia kepada-Nya dan tampil
berani mempersaksikan imannya di hadapan dunia meskipun akan menghadapi banyak
tantangan bahkan penderitaan. Namun Yesus menjanjikan bahwa dalam perjuangan
mempersaksikan iman itu Bapa di sorga akan memberi kekuatan dan kemampuan.
II.
Penjelasan
Nats
Penderitaan Bukan Resiko Mengikut Yesus, Melainkan
Bagian dari Hidup dalam Dia (ay. 24-25)
Ketika mengambil keputusan untuk mengikut Yesus bukan berarti hidup
menjadi bebas dari masalah dan persoalan. Dan Yesus sendiri tidak pernah
menjanjikan bahwa para pengikut-Nya akan bebas dari persoalan. Namun Yesus
memberi harapan yang pasti bahwa orang yang setia pada-Nya akan beroleh hidup
kekal dalam Kerajaan Bapa di sorga dan kekuatan menghadapi segala
pergumulannya. Secara manusiawi hidup di dalam Yesus bukanlah perkara yang
mudah. Namun secara iman, tidak ada hidup yang lebih indah selain hidup di
dalam Kristus. Hidup di dalam Kristus berarti hidup dalam kebenaran, keadilan
dan kasih. Tentu ketiga hal ini sering bertentangan dengan sifat dunia, dimana
dunia lebih cenderung mencari keuntungan sendiri, suka memutarbalikkan
keadilan, diskriminasi dll. Karena itulah Yesus mengalami penolakan oleh dunia
ini. Sehingga orang yang memilih untuk mengikut Yesus juga akan mengalami hal
yang sama seperti Yesus, yaitu akan mengalami penolakan, atau bahkan
penderitaan. Namun Yesus sebagai Guru meyakinkan para murid-Nya bahwa, “seorang murid tidak lebih dari pada gurunya
atau seorang hamba tidak dari tuannya.” Artinya bahwa sekalipun para
murid-Nya mengalami tantangan dan hambatan dalam pelayanan, sesungguhnya
tantangan itu tidak lebih berat daripada yang dihadapi-Nya. Hal ini terbukti
ketika Yesus benar-benar mengorbankan nyawa-Nya untuk dunia ini. Sehingga
penderitaan tertinggi yang akan dialami oleh para murid-Nya juga adalah
kematian.
Jangan Takut
Mempersaksikan Iman di Hadapan Manusia (Mereka) (ay. 26-28; 32-33)
Pelayanan para
murid dalam memberitakan kabar keselamatan sekaligus memerangi kuasa iblis
membuka peluang bagi iblis untuk menyerang mereka kembali. Untuk itulah Yesus
meyakinkan mereka bahwa Bapa di sorga akan menyertai dan memberi kekuatan bagi
para murid-Nya. Untuk itu, para murid harus senantiasa setia kepada kebenaran
firman Allah, berani menegakkan kebenaran dan keadilan serta memelihara kasih. Yesus
memperkenalkan dunia pelayanan kepada para murid-Nya sebagai persiapan bagi
mereka agar mereka mampu menghadapi tantangan yang akan menghadang mereka.
Yesus mengingatkan agar mereka tidak ragu dan takut dalam menghadapi mereka (pelawan Kristus
atau orang yang menolak Kristus sebagai Juruselamat atau orang
yang dikuasai iblis).
Peringatan ini sebagai antisipasi agar para murid tidak terkejut ketika mereka
menghadapi tantangan, termasuk dari para ahli/ tokoh-tokoh agama yang seharusnya
menjadi rekan mereka dalam mengabarkan kabar sukacita. Yesus mempersiapkan
mereka tidak hanya sekedar bersiap menghadapi penolakan, namun lebih dari itu,
Yesus mempersiapkan mereka untuk senantiasa siap menghadapi hal yang buruk
yaitu cacian, aniaya, penyiksaan bahkan kematian. Untuk itu, Yesus katakan, “Dan janganlah kamu takut kepada mereka yang
dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa; takutlah
terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam
neraka.” Yesus mengingatkan agar dalam pelayanannya para murid-Nya tidak
gentar kepada mereka (pelawan Kristus atau orang yang menolak Kristus sebagai
Juruselamat atau orang yang dikuasai iblis). Meskipun mereka mampu membunuh para
murid, yang mati hanyalah tubuh, sementara mereka tidak mampu membunuh jiwa dan
roh, karena Tuhanlah pemiliki jiwa dan roh setiap manusia. Yesus mengingatkan
agar mereka lebih takut kepada Allah karena Dia berkuasa membinasakan jiwa dan
tubuh di neraka tempat bagi orang-orang yang menentang Kristus. Neraka dalam
nats ini menunjuk kepada tempat penyiksaan abadi yang Tuhan persiapkan bagi
orang-orang yang tidak percaya (Mark. 9:43,48). Alkitab menggambarkan neraka
itu sebagai tempat yang sangat mengerikan, tempat yang penuh ratapan dan gertak
gigi (Mat. 13:42,50), tempat kaki tangan diikat dalam kegelapan yang paling
gelap (Mat. 22:13) serta sengsara dan derita (Luk. 16:23).
Untuk itu tidak
ada alasan untuk takut membuktikan iman di hadapan dunia, bahwa Yesus adalah
satu-satunya Tuhan dan Juruselamat yang menjamin para pengikut-Nya beroleh hidup
kekal dalam Kerajaan-Nya. Mengaku tidak cukup hanya dari kata-kata, tetapi
lebih utama terwujud dari sikap dan pola hidup yang benar di hadapan Tuhan dan
manusia. Matius 7:21, “Bukan setiap orang
yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga,
melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga.” Maka Yesus
juga akan mengakuinya di hadapan Bapa. Sementara orang yang menyangkal Yesus
atau yang meninggikan segala perbuatannya di hadapan Tuhan, maka Yesus akan
menyangkal mereka juga bahkan mengenyahkannya. Matius 7:23, “Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka
dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu
sekalian pembuat kejahatan!”
Manusia Lebih Berharga di Hadapan Tuhan
Dibanding Ciptaan Lain (ay. 29-31)
Sesungguhnya
semua orang berharga bagi Tuhan, untuk itulah Dia datang dan menebus kita dari
dosa. Akan tetapi manusia sendiri membuat dirinya tidak berharga di hadapan Tuhan.
Tuhan telah menebus dosa-dosanya, namun manusia masih banyak yang nyaman dalam
hidup lamanya, sehingga keselamatan itu tidak lagi dimilikinya. Yesus memberi
ilustrasi tentang burung pipit yang harganya murah dipelihara oleh Allah. Tidak
ada sesuatupun terjadi kepada burung pipit itu tanpa sepengetahuan dan seijin
Allah. Apalagi manusia yang Tuhan ciptakan sebagai ciptaan yang sungguh amat baik, dan sebagai
mandataris Allah di dunia ini dan jauh lebih berharga dibanding burung pipit
itu. Begitu berharganya manusia di hadapan Allah, sehingga tidak ada alasan
bagi manusia untuk takut dalam melakukan mandat Allah yaitu untuk menyampaikan
kebenaran firman Allah, karena Allah akan senantiasa menjaga dan melindungi
para hamba-Nya. Tidak ada satu kejadianpun yang kita alami tanpa seijin Tuhan.
Yesus Datang Membawa “Pemisahan” (ay.
34-36)
Tidak dapat disangkal bahwa Yesus datang membawa
damai. Namun dalam perikop ini dikatakan bahwa Yesus datang bukan membawa
damai, melainkan pedang untuk memisahkan. Dalam sebuah keluarga, tidak
selamanya keluarga secara keseluruhan menerima Yesus sebagai Tuhan dan
Juruselamat. Sesungguhnya, Yesus itu :
1. Memberikan damai di hati
orang yang percaya (Yoh 14:27 Gal 5:22).
2. Mendamaikan orang yang
percaya dengan Allah (Ro 5:1 2Kor 5:19-21).
3. Mendamaikan orang percaya
dengan orang percaya (Ef 2:14-18).
Tetapi antara orang yang percaya dengan orang yang tidak
percaya, bukan terjadi damai, tetapi terjadi perpecahan dan pertentangan karena
Yesus! (Ay 34-36 Yoh 7:40-43). Di dalam dunia ini akan selalu ada pertentangan antara orang percaya
dengan yang yang tidak percaya kepada Kristus, termasuk dalam beberapa keluarga.
Kita Harus Mengasihi Yesus
Lebih Dari Semua (ay. 37-39)
Mengasihi sesama, termasuk orang tua dan saudara
adalah tugas dan tanggungjawab yang sangat penting bagi kita. Akan tetapi
ketika kita mengasihi mereka biarlah didasari oleh kasih kepada Tuhan, dan
kasih kita kepada mereka tidak lebih besar daripada kasih kepada Allah. Karena
prioritas kasih orang percaya adalah tetap kepada Allah dan yang sejalan dengan
itu adalah kasih kepada sesama manusia.
Yesus menyatakan: “Barangsiapa
mempertahankan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa
kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya” (Mat. 10:39). Dalam
hal ini Tuhan Yesus tidak mengatakan bahwa hidup atau nyawa seseorang itu tidak
bernilai sehingga tidak perlu diperjuangkan dan dipertahankan. Tuhan Yesus
justru mau menegaskan bahwa hidup atau nyawa manusia begitu bernilai, karena
itu janganlah hidup itu dipertahankan dengan cara-cara yang merugikan nilai dan
martabat dirinya. Karena betapa sering manusia berupaya untuk “mempertahankan
nyawa” (hidupnya) dengan cara-cara yang tidak etis, tidak bermoral dan bersifat
egosentris. Karena keadaan yang sulit, seseorang merasa berhak untuk merampas
hak milik orang lain. Karena kemiskinan, seseorang merasa berhak melakukan
perbuatan tercela. Karena merasa dirinya kuat dan berkuasa, maka seseorang
sering merasa berhak untuk menindas dan menekan sesamanya yang lemah. Sikap mereka
secara duniawi tampaknya berhasil mempertahankan hidup, tetapi
sesungguhnya mereka telah menghancurkan nilai-nilai dan makna dari hidupnya
yang paling esensial. Tetapi hidup mereka akan berubah secara drastis dan dapat
menjadi manusia baru di dalam Kristus, ketika mereka mau menanggalkan pola
hidupnya yang lama dengan cara mempersekutukan diri secara personal dengan
Kristus. Mereka bersedia menolak godaan dan tawaran duniawi dengan tetap
konsisten berjalan di jalan Kristus. Jadi dalam persekutuan dengan Kristus, seseorang yang
kehilangan hidupnya secara duniawi justru bertujuan supaya mereka dapat
mengalami suatu kehidupan yang bermakna dan kekal.
III.
Aplikasi
Â
Yohanes 15:16, “Bukan kamu yang
memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu,
supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang
kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu.” Inilah dasar pemilihan Tuhan kepada setiap orang percaya bahwa Tuhan
tidak sembarangan dalam memilih kita untuk menjadi umat-Nya. Selain dipilih,
kita dipersiapkan dan ditetapkan untuk menghasilkan buah iman di hadapan Tuhan
dan manusia. Janji Tuhan jelas bahwa doa dan permohonan orang percaya akan
Tuhan kabulkan tepat pada waktunya.
Â
Tantangan kita dalam mewujudkan iman bisa datang dari
orang yang tidak mencintai kebenaran dan keadilan, agama lain, atau bahkan dari
diri sendiri seperti dari keluarga atau juga dari tengah-tengah pelayanan kita.
Untuk itu, perintah Tuhan Yesus jelas, yaitu
1.
Berserah Penuh Kepada Tuhan.
2.
Kita Harus Berani Melupakan Kepentingan Diri/
Memprioritaskan Tuhan.
3.
Yakin Akan Pemeliharaan Tuhan akan Hidup Kita.
4.
Tidak Kompromi dengan Dosa.
5. Berani Berkorban Untuk Tuhan.
Tuhan Yesus memberkati. Amin.
C.Pdt. Polma Hutasoit, S.Th
Tidak ada komentar:
Posting Komentar