Jumat, 31 Juli 2015

Matius 22 : 1 – 14, "Memuji Tuhan Sang Perancang Ajaib"

KERANGKA SERMON EVANGELIUM MINGGU 12 Oktober 2014
Minggu XVII Setelah Trinitatis (Ketritunggalan ALLAH/ Hasitolusadaan Ni TUHAN)
Ev  :  Matius 22 : 1 – 14                 Ep  : Yesaya 25 : 1 – 9                    S. Patik : Matius 6 : 33
Memuji Tuhan Sang Perancang Ajaib

I.              Pendahuluan
YESUS sering memakai perumpamaan dalam pengajaran-Nya untuk menggambarkan seperti apakah Kerajaan Sorga (Kerajaan Allah) itu. Perumpamaan adalah pengajaran dalam bentuk cerita-cerita yg bermaksud untuk menjelaskan hal-hal yg tersembunyi; khususnya cerita-cerita yg mengandung hal-hal yg nyata dalam kehidupan manusia sehari-hari-hari yang dipakai Tuhan Yesus untuk menerangkan Kerajaan Sorga (Allah) dan rahasianya (Mat 13 : 11). Perumpamaan tentang perjamuan kawin ini disampaikan Yesus kepada imam-imam kepala dan orang-orang Farisi dan orang-orang Yahudi lainnya yang hadir di Bait Allah (Mat 21 : 23, 45), diperkirakan waktunya adalah minggu terakhir pelayanan Tuhan Yesus sebelum menghadapi salib. Perumpamaan ini menggambarkan undangan untuk menerima anugerah keselamatan dari Allah dalam Yesus Kristus, Mesias yang dinantikan-nantikan bangsa Israel (ay. 1 – 10) , dan menggambarkan tindakan Allah atas respon manusia terhadap anugerah keselamatan dari Allah itu (ay. 11 13). Untuk kesekian kalinya Yesus menegur para tokoh agama dan bangsa yang sombong rohani itu. Yesus memberi gambaran bahwa mereka (bangsa pilihan) tetap tidak layak masuk dalam Kerajaan Allah selama mereka masih hidup dalam kemunafikan, kecurangan, suap dan kejahatan lain. Bahkan Yesus menggambarkan bagaimana orang-orang yang selama ini dianggap sebagai orang yang tidak layak di hadapan Tuhan, justru beroleh keselamatan.

II.           Penjelasan Nats
1.      Reaksi Rakyat Terhadap Undangan Rajanya (ay. 1 – 6)
Dalam perumpamaan-Nya, Yesus menggambarkan Kerajaan Allah itu seumpama seorang raja yang mengadakan perjamuan kawin anaknya. Sebelumnya raja telah mengundang orang-orang untuk menghadiri pasta perkawinan anaknya. Namun meskipun sudah diundang, ia kembali menyuruh hamba-hambanya untuk memanggil mereka, namun mereka menolak untuk datang. Tentu respon seperti itu bukanlah respon yang diinginkan sang raja. Akan tetapi raja masih bersabar dan mengutus hambanya yang lain untuk kedua kalinya dengan pesan yang lebih jelas. “Katakanlah kepada orang-orang yang diundang itu: Sesungguhnya hidangan, telah kusediakan, lembu-lembu jantan dan ternak piaraanku telah disembelih; semuanya telah tersedia, datanglah ke perjamuan kawin ini.” Raja tentu berharap dengan diberitahukannya bahwa semua sudah lengkap, maka orang-orang akan dengan senang hati datang menghadiri pesta kawin anaknya. Namun apa yang dialami oleh para hambanya membuat raja marah besar. Orang-orang undangan itu tetap mengacuhkan panggilan hamba-hamba raja itu. Mereka membuat berbagai alasan. Ada yang pergi ke ladang, ada yang lebih mengutamakan usahanya dan memberi alasan lain. Bahkan yang lebih menggeramkan raja adalah para undangan itu malah menangkap hamba-hambanya yang tak bersalah itu, menyiksa mereka bahkan sebagian mati dibunuh. Maksud dari perikop ini adalah, raja itu adalah Allah sendiri, Undangan yang dimaksud melambangkan pemuka Israel / umat Israel yang menolak pemberitaan kebenaran Firman Allah yang adalah janji Allah dalam Perjanjian lama : kedatangan Mesias Anak Allah yang diberitakan para nabi Allah. Sementara hamba-hamba itu adalah para nabi yang diutus Allah untuk menyampaikan kabar keselamatan dan mengundang mereka masuk dan ikut dalam keselamtan itu. Namun, mereka tidak mau bertobat dan menolak panggilan Tuhan dengan alasan yang bermacam-macam, mereka menolak dan mengabaikan bahkan mereka menyiksa dan membunuh nabi utusan Allah itu. Jelas ini adalah pemberontakan kepada Allah yang telah menyediakan dan memberikan segala kebaikan dan berkat bagi umat-Nya.

2.      Tindakan Raja Atas Pembangkangan Rakyat-Nya (ay. 7 – 14)
Perbuatan dan respon undangan itu membuat raja menjadi murka. Sehingga dia mengerahkan pasukannya untuk membinasakan orang-orang yang telah membunuh hamba-hamba yang dikasihinya, dan membakar kota yang mereka banggakan itu. Ini merupakan pesan bahwa kota Yerusalem yang disucikan dan orang-orang yang merasa pewaris keselamatan yang dari Tuhan akan mengalami kehancuran oleh Tuhan sendiri. Bahkan bait Allah yang dibanggakan bangsa itupun akan dihancurkan dan dibinasakan. Penduduk Yerusalem yang sombong, berpuas diri dan juga sangat yakin dengan jaminan keselamatan mereka selalu menolak pesan keselamatan yang disampaikan oleh para nabi bahkan dari Yesus sendiri. Dalam perumpamaan ini, Yesus menggambarkan bagaimana Allah lebih memprioritaskan bangsa Israel untuk hadir dalam undangan keselamatan itu. Allah kembali mengulang panggilan-Nya dengan mengutus hamba yang lain karena bagi Allah mereka adalah umat/ undangan yang sangat spesial (umat pilihan Tuhan). Namun mereka yang Tuhan prioritaskan itu malah lebih memprioritaskan ladangnya, usahanya dan perkerjaannya, sehingga mereka mengabaikan dengan sengaja undangan/ panggilan Tuhan. Mereka tidak melihat undangan raja sebagai prioritas utama.
Tentu saja penolakan orang-orang Israel tidak akan membatalkan sukacita sukacita yang diadakan oleh keluarga raja itu. Pesta tetap akan berjalan dan suasana akan tetap gembira dan segala yang disediakan tetap akan dihidangkan. Untuk itu, raja memerintahkan agar para hambanya pergi  ke persimpangan jalan artinya pergi ke luar Yerusalem dan mengundang orang-orang yang di luar Israel yang selama ini dianggap sebagai orang berdosa, tidak layak di hadapan Tuhan, dimarjinalkan, pemungut cukai dan orang-orang berdosa lainnya untuk hadir di acara sukacita itu. Ternyata justru merekalah yang memenuhi undangan raja dan hadir di pesta itu hingga ruangan itu menjadi penuh. Hal ini menandakan bagaimana Allah tidak pernah menolak siapapun datang dalam sukacita Kerajaan-Nya, bahkan penjahat paling jahat sekalipun. Selama dia mau meninggalkan kejahatannya dan mau datang kepada Tuhan, maka Tuhan menyediakan keselamatan dan menghidangkan segala berkat baginya. Perlu juga kita pahami bahwa status sebagai bangsa pilihan sama sekali tidak menjadi jaminan untuk masuk dalam sukacita Kerajaan Allah itu. Justru beban dan tanggung jawab sebagai bangsa pilihan jauh lebih besar dibanding mereka yang yang belum mengenal Allah, karena melalui merekalah seharusnya semakin banyak orang yang masuk dalam sukacita dan jamuan Allah itu. Inilah kesalahan bangsa Israel dan para pemuka agamanya. Mereka begitu nyaman dengan status mereka sebagai bangsa pilihan, sehingga mereka berpikir status itu akan membawa mereka secara otomatis dalam Kerajaan Allah. Itulah sebabnya Yesus pernah katakan kepada mereka, bahwa yang duduk makan dan minum dalam Kerajaan Sorga bersama Abraham, Ishak dan Yakub justru adalan orang-orang diluar bangsa pilihan yang tentu saja telah mengalami pertobatan, sedangkan anak-anak Kerajaan itu akan dicampakkan ke dalam kegelapan yang paling gelap, di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi (Mat. 8 : 11 – 12).
Ingatlah dalam perumpamaan itu, Raja masih tetap melakukan inspeksi. Dalam pesta, raja mendapati ada seorang undangan yang tidak mengenakan pakaian pesta. Lalu, raja menegurnya mengapa ia bisa masuk dengan tidak menggunakan pakaian pesta. Orang itu tidak mampu memberi jawaban mengapa ia tidak menggunakan pakaian pesta, maka raja memerintahkan hamba-hambanya untuk membinasakan orang itu. Ternyata, meskipun mereka telah memenuhi undangan raja itu untuk masuk ke dalam sukacita, namun bukan berarti mereka sudah bisa berbuat sesuka hatinya. Yang terpanggil belum tentu menjadi pilihan. Perikop ini ditutup dengan ucapan, “Banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih.” Artinya, dalam pesta itu tidak hanya satu orang saja yang melanggar aturan pesta. Dia hanya salah satu yang ditemukan yang tidak mengikuti peraturan dalam pesta kerajaan. Itulah sebabnya di dalam Kristus, semua orang diundang untuk masuk dalam keselamatan karena keselamatan yang Yesus adakan adalah untuk dunia. Namun jika ada yang menolak, maka dia tidak akan mampu menghindari hukuman. Tidak hanya yang menolak, yang menerima, namun melepas atribut dan pakaian sebagai pengikut Kristuspun akan mendapat perlakukan yang sama. Tentu atribut/ pakaian kita sebagai pengikut Kristus bukan hanya sebagai orang Kristen saja, namun harus dibungkus oleh ketaatan, hidup dalam keadilan dan kebenaran serta memprioritaskan Kristus dalam hidup kita. Seperti halnya dituliskan dalam Yesaya 61:10, “Aku bersukaria di dalam TUHAN, jiwaku bersorak-sorai di dalam Allahku, sebab Ia mengenakan pakaian keselamatan kepadaku dan menyelubungi aku dengan jubah kebenaran, seperti pengantin laki-laki yang mengenakan perhiasan kepala dan seperti pengantin perempuan yang memakai perhiasannya”

III.        Aplikasi
1.        Seorang pemimpin sangat senang ketika yang dipimpinnya patuh pada aturan dan perintahnya, namun dia bisa begitu marah bahkan tidak segan-segan memecat ketika bawahannya melakukan pelanggaran apalagi membangkang. Yesus dalam perikop ini ingin mengarahkan semua orang yang mendengarnya, termasuk para imam-imam kepala, orang Farisi, ahli Taurat untuk memahami dan merenungkan kembali panggilan Allah kepada mereka. Mereka dipanggil untuk menjadi alat Tuhan di dunia menyampaikan firman Tuhan kepada semua orang. Sementara orang Israel sebagai bangsa pilihan harus mampu menunjukkan mereka sebagai pilihan Tuhan. Jadi baik tokoh agama, maupun jemaatnya harus mampu menjadikan Allah sebagai prioritas utama mereka dalam hidupnya.
2.        Firman ini sampai kepada kita.
a.       Hamba Tuhan.
Tuhan memanggil dan memilih kita menjadi hamba-Nya sebenarnya bukan karena kelayakan kita, namun karena anugerah-Nya semata. Dan perlu kita pahami entah kita dari latar belakang apa dan bagaimana, yang pasti Tuhan punya rencana yang luar biasa saat memanggil dan memilih kita sebagai hamba-Nya. Sebagai hamba-Nya, sudahkah kita memprioritaskan Tuhan dalam hidup dan pelayanan kita.?
b.      Jemaat
Murka Tuhan kepada bangsa Israel adalah ketika bangsa itu menolak panggilan Tuhan dengan alasan kesibukan, pekerjaan dan sebagainya. Benarkan karena kesibukan, waktu untuk Tuhan harus dikorbankan.?
3.        Kita semua telah Tuhan panggil untuk menjadi bahagian dari keluarga Kerajaan Allah, bahkan melalui pengorbanan Yesus semua orang telah menjadi bagian dari kerajaan itu, tugas kita adalah bagaimana kita mampu mempertahankan jatidiri kita sebagai bagian dari keluarga Kerajaan Tuhan itu. Tentu kita harus menjadikan Tuhan Yesus sebagai prioritas utama kita. Tentu kita tidak ingin dipanggil, namun harus binasa karena gagal mempertahankan jatidiri. Namun kita ingin, sebagai umat yang telah diselamatkan dan dipanggil menjadi keluarga Kerajaan Allah sekaligus tetap menjadi pilihan-pilihan Tuhan yang ikut dalam sukacita Tuhan. Tuhan Yesus memberkati. Amin.

C.Pdt. Polma Hutasoit, S.Th

Tidak ada komentar:

Posting Komentar