KERANGKA
SERMON EVANGELIUM MINGGU 12 Oktober 2014
Minggu XVII Setelah Trinitatis (Ketritunggalan
ALLAH/ Hasitolusadaan Ni TUHAN)
Ev : Matius
22 : 1 – 14 Ep
: Yesaya 25 : 1 – 9 S. Patik : Matius 6 : 33
Memuji Tuhan Sang
Perancang Ajaib
I.
Pendahuluan
YESUS sering memakai perumpamaan
dalam pengajaran-Nya untuk menggambarkan seperti apakah Kerajaan Sorga
(Kerajaan Allah) itu. Perumpamaan adalah
pengajaran dalam bentuk cerita-cerita
yg bermaksud untuk menjelaskan hal-hal yg tersembunyi; khususnya cerita-cerita
yg mengandung hal-hal yg nyata dalam kehidupan manusia sehari-hari-hari yang dipakai Tuhan Yesus untuk menerangkan Kerajaan Sorga
(Allah) dan rahasianya (Mat 13 : 11). Perumpamaan tentang perjamuan kawin ini
disampaikan Yesus kepada imam-imam kepala dan orang-orang Farisi dan
orang-orang Yahudi lainnya yang hadir di Bait Allah (Mat 21 : 23, 45), diperkirakan waktunya adalah minggu terakhir pelayanan
Tuhan Yesus sebelum menghadapi salib.
Perumpamaan ini menggambarkan undangan untuk menerima anugerah keselamatan
dari Allah dalam Yesus Kristus, Mesias yang dinantikan-nantikan bangsa Israel (ay. 1 – 10) , dan menggambarkan tindakan Allah atas respon manusia terhadap anugerah keselamatan
dari Allah itu (ay.
11 – 13). Untuk kesekian
kalinya Yesus menegur para tokoh agama dan bangsa yang sombong rohani itu.
Yesus memberi gambaran bahwa mereka (bangsa pilihan) tetap tidak layak masuk
dalam Kerajaan Allah selama mereka masih hidup dalam kemunafikan, kecurangan,
suap dan kejahatan lain. Bahkan Yesus menggambarkan bagaimana orang-orang yang
selama ini dianggap sebagai orang yang tidak layak di hadapan Tuhan, justru
beroleh keselamatan.
II.
Penjelasan
Nats
1. Reaksi Rakyat Terhadap Undangan Rajanya (ay. 1 – 6)
Dalam
perumpamaan-Nya, Yesus menggambarkan Kerajaan Allah itu seumpama seorang raja
yang mengadakan perjamuan kawin anaknya. Sebelumnya raja telah mengundang
orang-orang untuk menghadiri pasta perkawinan anaknya. Namun meskipun sudah
diundang, ia kembali menyuruh hamba-hambanya untuk memanggil mereka, namun
mereka menolak untuk datang. Tentu respon seperti itu bukanlah respon yang
diinginkan sang raja. Akan tetapi raja masih bersabar dan mengutus hambanya
yang lain untuk kedua kalinya dengan pesan yang lebih jelas. “Katakanlah kepada orang-orang yang diundang
itu: Sesungguhnya hidangan, telah kusediakan, lembu-lembu jantan dan ternak
piaraanku telah disembelih; semuanya telah tersedia, datanglah ke perjamuan
kawin ini.” Raja tentu berharap dengan diberitahukannya bahwa semua sudah
lengkap, maka orang-orang akan dengan senang hati datang menghadiri pesta kawin
anaknya. Namun apa yang dialami oleh para hambanya membuat raja marah besar.
Orang-orang undangan itu tetap mengacuhkan panggilan hamba-hamba raja itu.
Mereka membuat berbagai alasan. Ada yang pergi ke ladang, ada yang lebih
mengutamakan usahanya dan memberi alasan lain. Bahkan yang lebih menggeramkan
raja adalah para undangan itu malah menangkap hamba-hambanya yang tak bersalah
itu, menyiksa mereka bahkan sebagian mati dibunuh. Maksud dari perikop ini
adalah, raja itu adalah Allah sendiri, Undangan yang dimaksud
melambangkan pemuka Israel / umat Israel yang menolak pemberitaan kebenaran
Firman Allah yang adalah janji Allah dalam Perjanjian lama : kedatangan Mesias
Anak Allah yang diberitakan para nabi Allah. Sementara hamba-hamba itu adalah para nabi yang diutus Allah untuk
menyampaikan kabar keselamatan dan mengundang mereka masuk dan ikut dalam
keselamtan itu. Namun, mereka tidak mau bertobat dan menolak panggilan Tuhan
dengan alasan yang bermacam-macam,
mereka menolak dan mengabaikan bahkan mereka menyiksa dan membunuh nabi utusan
Allah itu. Jelas ini adalah pemberontakan kepada Allah yang telah menyediakan
dan memberikan segala kebaikan dan berkat bagi umat-Nya.
2. Tindakan Raja Atas Pembangkangan Rakyat-Nya (ay. 7 – 14)
Perbuatan
dan respon undangan itu membuat raja menjadi murka. Sehingga dia mengerahkan
pasukannya untuk membinasakan orang-orang yang telah membunuh hamba-hamba yang
dikasihinya, dan membakar kota yang mereka banggakan itu. Ini merupakan pesan
bahwa kota Yerusalem yang disucikan dan orang-orang yang merasa pewaris
keselamatan yang dari Tuhan akan mengalami kehancuran oleh Tuhan sendiri.
Bahkan bait Allah yang dibanggakan bangsa itupun akan dihancurkan dan
dibinasakan. Penduduk Yerusalem yang sombong, berpuas
diri dan juga sangat yakin dengan jaminan keselamatan mereka selalu menolak
pesan keselamatan yang disampaikan oleh para nabi bahkan dari Yesus sendiri. Dalam perumpamaan ini, Yesus menggambarkan bagaimana
Allah lebih memprioritaskan bangsa Israel untuk hadir dalam undangan
keselamatan itu. Allah kembali mengulang panggilan-Nya dengan mengutus hamba
yang lain karena bagi Allah mereka adalah umat/ undangan yang sangat spesial
(umat pilihan Tuhan). Namun mereka yang Tuhan prioritaskan itu malah lebih memprioritaskan
ladangnya, usahanya dan perkerjaannya, sehingga mereka mengabaikan dengan
sengaja undangan/ panggilan Tuhan. Mereka tidak melihat undangan
raja sebagai prioritas utama.
Tentu saja
penolakan orang-orang Israel tidak akan membatalkan sukacita sukacita yang
diadakan oleh keluarga raja itu. Pesta tetap akan berjalan dan suasana akan
tetap gembira dan segala yang disediakan tetap akan dihidangkan. Untuk itu,
raja memerintahkan agar para hambanya pergi
ke persimpangan jalan artinya pergi ke luar Yerusalem dan mengundang
orang-orang yang di luar Israel yang selama ini dianggap sebagai orang berdosa,
tidak layak di hadapan Tuhan, dimarjinalkan, pemungut cukai dan orang-orang
berdosa lainnya untuk hadir di acara sukacita itu. Ternyata justru merekalah yang
memenuhi undangan raja dan hadir di pesta itu hingga ruangan itu menjadi penuh.
Hal ini menandakan bagaimana Allah tidak pernah menolak siapapun datang dalam
sukacita Kerajaan-Nya, bahkan penjahat paling jahat sekalipun. Selama dia mau
meninggalkan kejahatannya dan mau datang kepada Tuhan, maka Tuhan menyediakan
keselamatan dan menghidangkan segala berkat baginya. Perlu juga kita pahami
bahwa status sebagai bangsa pilihan sama sekali tidak menjadi jaminan untuk
masuk dalam sukacita Kerajaan Allah itu. Justru beban dan tanggung jawab
sebagai bangsa pilihan jauh lebih besar dibanding mereka yang yang belum
mengenal Allah, karena melalui merekalah seharusnya semakin banyak orang yang
masuk dalam sukacita dan jamuan Allah itu. Inilah kesalahan bangsa Israel dan
para pemuka agamanya. Mereka begitu nyaman dengan status mereka sebagai bangsa
pilihan, sehingga mereka berpikir status itu akan membawa mereka secara
otomatis dalam Kerajaan Allah. Itulah sebabnya Yesus pernah katakan kepada
mereka, bahwa yang duduk makan dan minum dalam Kerajaan Sorga bersama Abraham,
Ishak dan Yakub justru adalan orang-orang diluar bangsa pilihan yang tentu saja
telah mengalami pertobatan, sedangkan anak-anak Kerajaan itu akan dicampakkan
ke dalam kegelapan yang paling gelap, di sanalah akan terdapat ratap dan kertak
gigi (Mat. 8 : 11 – 12).
Ingatlah dalam perumpamaan itu,
Raja masih tetap melakukan inspeksi. Dalam pesta, raja mendapati ada seorang undangan yang tidak
mengenakan pakaian pesta. Lalu, raja
menegurnya mengapa ia bisa masuk dengan tidak menggunakan pakaian pesta. Orang itu tidak mampu memberi jawaban mengapa ia tidak
menggunakan pakaian pesta, maka raja memerintahkan hamba-hambanya untuk membinasakan
orang itu. Ternyata, meskipun mereka telah
memenuhi undangan raja itu untuk masuk ke dalam sukacita, namun bukan berarti
mereka sudah bisa berbuat sesuka hatinya. Yang terpanggil belum tentu menjadi
pilihan. Perikop ini ditutup dengan ucapan, “Banyak
yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih.” Artinya, dalam pesta itu
tidak hanya satu orang saja yang melanggar aturan pesta. Dia hanya salah satu
yang ditemukan yang tidak mengikuti peraturan dalam pesta kerajaan. Itulah
sebabnya di dalam Kristus, semua orang diundang untuk masuk dalam keselamatan
karena keselamatan yang Yesus adakan adalah untuk dunia. Namun jika ada yang
menolak, maka dia tidak akan mampu menghindari hukuman. Tidak hanya yang
menolak, yang menerima, namun melepas atribut dan pakaian sebagai pengikut
Kristuspun akan mendapat perlakukan yang sama. Tentu atribut/ pakaian kita
sebagai pengikut Kristus bukan hanya sebagai orang Kristen saja, namun harus
dibungkus oleh ketaatan, hidup dalam keadilan dan kebenaran serta
memprioritaskan Kristus dalam hidup kita. Seperti halnya dituliskan dalam Yesaya 61:10, “Aku bersukaria di dalam TUHAN, jiwaku
bersorak-sorai di dalam Allahku, sebab Ia mengenakan pakaian keselamatan
kepadaku dan menyelubungi aku dengan jubah kebenaran, seperti pengantin
laki-laki yang mengenakan perhiasan kepala dan seperti pengantin perempuan yang
memakai perhiasannya”
III.
Aplikasi
1.
Seorang pemimpin sangat
senang ketika yang dipimpinnya patuh pada aturan dan perintahnya, namun dia bisa
begitu marah bahkan tidak segan-segan memecat ketika bawahannya melakukan
pelanggaran apalagi membangkang. Yesus dalam perikop ini ingin mengarahkan
semua orang yang mendengarnya, termasuk para imam-imam kepala, orang Farisi,
ahli Taurat untuk memahami dan merenungkan kembali panggilan Allah kepada
mereka. Mereka dipanggil untuk menjadi alat Tuhan di dunia menyampaikan firman Tuhan
kepada semua orang. Sementara orang Israel sebagai bangsa pilihan harus mampu
menunjukkan mereka sebagai pilihan Tuhan. Jadi baik tokoh agama, maupun
jemaatnya harus mampu menjadikan Allah sebagai prioritas utama mereka dalam
hidupnya.
2.
Firman ini sampai kepada
kita.
a. Hamba Tuhan.
Tuhan memanggil dan memilih kita menjadi
hamba-Nya sebenarnya bukan karena kelayakan kita, namun karena anugerah-Nya
semata. Dan perlu kita pahami entah kita dari latar belakang apa dan bagaimana,
yang pasti Tuhan punya rencana yang luar biasa saat memanggil dan memilih kita
sebagai hamba-Nya. Sebagai hamba-Nya, sudahkah kita memprioritaskan Tuhan dalam
hidup dan pelayanan kita.?
b. Jemaat
Murka Tuhan kepada bangsa Israel adalah
ketika bangsa itu menolak panggilan Tuhan dengan alasan kesibukan, pekerjaan
dan sebagainya. Benarkan karena kesibukan, waktu untuk Tuhan harus
dikorbankan.?
3.
Kita semua telah Tuhan
panggil untuk menjadi bahagian dari keluarga Kerajaan Allah, bahkan melalui
pengorbanan Yesus semua orang telah menjadi bagian dari kerajaan itu, tugas
kita adalah bagaimana kita mampu mempertahankan jatidiri kita sebagai bagian
dari keluarga Kerajaan Tuhan itu. Tentu kita harus menjadikan Tuhan Yesus
sebagai prioritas utama kita. Tentu kita tidak ingin dipanggil, namun harus binasa
karena gagal mempertahankan jatidiri. Namun kita ingin, sebagai umat yang telah
diselamatkan dan dipanggil menjadi keluarga Kerajaan Allah sekaligus tetap
menjadi pilihan-pilihan Tuhan yang ikut dalam sukacita Tuhan. Tuhan Yesus
memberkati. Amin.
C.Pdt. Polma Hutasoit, S.Th
Tidak ada komentar:
Posting Komentar