KERANGKA SERMON EVANGELIUM MINGGU 17 MARET 2013
MINGGU JUDIKA
(Berilah Keadilan Kepadaku/ Luluhon Ahu
Ale Jahowa)
Mazmur
126 : 1 – 6
I.
Pendahuluan
Mazmur 126 ini merupakan ungkapan kesaksian atas keselamatan yang
dilakukan oleh Allah kepada bangsa Israel. Nyanyian-nyanyian seperti ini
biasanya dinyanyikan dengan gembira dan dengan tempo yang cepat. Mazmur ini berlatar belakang keadaan umat Israel
yang baru kembali dari pembuangan Babel dan menjalani kahidupan baru di
Yerusalem.
II.
Penjelasan Nats
1. Tuhan memulihkan keadaan umat-Nya (ay.1 – 3).
Pemazmur
mengungkapkan sebuah deklarasi, statement atau pengakuan bahwa kebebasan (dari
penjajahan Babel) yang mereka alami adalah berkat campur tangan Tuhan. Bangsa
Israel yang telah bertahun-tahun tinggal dalam penderitaan, kini telah kembali
ke kampung halamannya. Bahkan mereka masih merasa bahwa kemerdekaan yang mereka
peroleh seakan-akan seperti mimpi. Mereka yang sehari-harinya harus kerja
paksa, kini menjadi bersukacita dan penuh dengan tawa kebahagiaan. Mereka sangat
sadar bahwa Allah senantiasa menyertai mereka dan telah memulihkan keadaan
mereka menjadi lebih baik. Mereka mungkin telah pasrah akan mati di tempat
mereka di jajah, namun karena Tuhan yang bekerja, maka mereka beroleh
kebebasan. Sehingga mereka mengaku bahwa mujijat yang Tuhan adakan bagi mereka
seolah-olah sebuah mimpi. Dengan kata lain, mereka berfikir bahwa keselamatan
yang mereka peroleh itu sebenarnya sangat mustahil terjadi. Mereka telah pasrah
akan mengalami penderitaan dan bahkan akan mati di tanah Babel seperti yang
terjadi kepada sesama mereka yang telah mati lebih dahulu. Namun karena Tuhan yang berkarya, maka sekuat dan
sebanyak apapun bangsa Babel, Allah mampu membebaskan mereka. Bahkan tidak
hanya bangsa Israel yang takjub atas berkat Tuhan tersebut. Orang-orang yang
tidak mengenal Allah Israel (angka parbegu) yang dulunya mengolok-olok mereka dengan
berkata, “Dimana Allah mereka? (Maz.
79 : 10; 115 : 2)” kini menjadi terkagum-kagum
menyaksikan kebebasan yang mereka terima, sehingga mereka berkata, “Tuhan telah melakukan perkara besar kepada
orang-orang ini!” Bangsa Israel menyadari dengan sepenuhnya bahwa perkara
yang besar yang dilakukan Allah kepada mereka patut mereka syukuri dan
selayaknyalah mereka bergembira dan bersukacita. Sama halnya dalam hidup kita,
jika kita mau sadar, banyak berkat Tuhan yang kita terima dan Allah sering
melepaskan kita dari bala dan kematian. Bahkan banyak mujijat yang terjadi
dalam hidup kita. Sesuatu yang tidak mungkin lagi terpulihkan menurut rasio
kita (penyakit, masalah keluarga, pekerjaan, dsb), namun karena kuasa Allah
semua menjadi mungkin, sehingga kita juga sering merasa mujijat itu seperti
sebuah mimpi.
2. Allah menyertai
mereka yang diselamatkan-Nya (ay. 4).
Pengalaman rohani
(keselamatan) yang dialami bangsa Israel menginspirasi mereka untuk kembali
berseru, “Pulihkanlah keadaan kami ya
Tuhan, seperti memulihkan batang air kering di Tanah Negeb (bhs. Batak: Sai togihon ma mulak, ale Jahowa, angka na tarbuang sian hami, songon
angka sunge di tano tungkan dangsina.)”. Ada perbedaan
makna dari bahasa batak dan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia mengatakan, “Pulihkanlah keadaan kami....” dan
bahasa Batak, “Sai togihon ma mulak, ale
Jahowa, angka na tarbuang sian hami,...” Namun jika kita perhatikan,
ternyata tidak semua bangsa Israel mau kembali ke Yerusalem. Mereka memilih
tetap tinggal di Babel karena disana kehidupan mereka telah mapan dan tidak
lagi sebagai budak. Mereka telah diangkat menjadi pegawai-pegawai di istana
yang telah memiliki kedudukan, sehingga mereka enggan kembali. Mereka yakin
jika kembali ke Yerusalem, hidup mereka akan susah karena Yerusalem telah
mengalami keruntuhan. Untuk itulah bangsa Israel berdoa supaya Allah memulihkan
keadaan mereka dan Allah juga memanggil dan menyadarkan mereka yang masih
tinggal di tanah Babel. Mereka sadar bahwa hanya Tuhan yang mampu memulihkan
keadaan mereka. Mereka yakin bahwa Allah juga mampu mengembalikan kebahagiaan
yang selama ini hilang dari mereka. Mereka sadar bahwa tidak ada kuasa dari
siapapun yang mampu mendatangkan air di padang pasir Negeb kecuali Tuhan
sendiri. Mereka yakin hanya Tuhan yang mampu memulihkan batang air yang kering
menjadi sumber mata air yang berlimpah-limpah. Airnya menjadi sumber kehidupan
bagi orang-orang dan yang mengairi tanah yang ada di sekitarnya, sehingga tanah
di sekitarnya pun menjadi subur dan menumbuhkan pohon-pohon yang berbuah untuk
makanan bangsa itu.
3.
Janji Allah bagi
mereka yang berpengharapan pada Tuhan (ay. 5 – 6).
Dari pengalaman
iman yang bangsa itu, timbullah kesadaran bagi mereka. Mereka sadar bahwa hidup
bersama Tuhan itu memiliki banyak tantangan dan rintangan, namun jika mampu
bertahan dalam tantangan itu, mereka akan mendapat kehidupan yang penuh
sukacita. Mereka dengan sadar mengatakan, “Orang-orang yang
menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan bersorak-sorai. Orang
yang berjalan maju dengan menangis sambil menabur benih, pasti pulang dengan
sorak-sorai sambil membawa berkas-berkasnya”. Orang-orang percaya yang sejati
"menabur" sambil menangis, meratap dan berkabung. Mengapa mereka harus berkabung dan
menangis? Jelas bahwa persediaan makanan mereka sangat sedikit. Gandum yang
hendak mereka tanam sebenarnya sangat diperlukan untuk makanan sehari-hari.
Mereka juga pasti kuatir apabila benih itu tidak tumbuh, maka pastilah mereka
akan mati kelaparan. Ayat ini menjelaskan kepada kita bahwa berkat dan
pertolongan Tuhan itu juga terjadi melalui proses. Secara berangsur-angsur
Allah menunjukkan kepada mereka proses pertolongan Allah itu. Benih itu mulai
bertunas, tumbuh dan berbuah bahkan tiba waktunya untuk dituai. Perjuangan dan
pengharapan mereka ditambah berkat Tuhan mendatangkan hasil yang memuaskan bagi
mereka. Benih yang ditabur dengan cucuran air mata, berubah menjadi berkat
melimpah yang dituai dengan tangis kebahagiaan dan sukacita yang besar.
Pemazmur mengajak kita untuk hidup seperti petani dalam nats ini. Menabur
dengan pengharapan kepada Tuhan. Banyak orang menangis meratapi nasibnya, namun
tidak mau bergerak memperbaiki nasibnya. Akan tetapi, pemazmur mengajak kita
untuk tidak hanya meratapi keadaan, tetapi tetap berusaha sekuat mungkin dan
bersandar pada firman Tuhan, maka yakinlah, usaha dan kerja keras itu akan
mendatangkan hasil yang berlipat ganda. Keadaan tidak membuat mereka menyerah
atau tawar hati, justru semakin giat bekerja. Dan hasilnya adalah “menuai dengan sorak-sorai”.
III.
Aplikasi
ü Setiap orang pasti
pernah mengalami persoalan hidup yang berat. Namun setiap orang juga pasti
mengalami mujijat Tuhan yang luar biasa dalam hidupnya. Kadang persoalan yang
kita hadapi sering membawa kita kepada keputusasaan karena kita menganggap
bahwa masalah itu tidak akan bisa lagi terselesaikan. Namun kita juga sering
terperangah dan takjub ketika Allah melepaskan kita dari pergumulan yang mustahil
terselesaikan. Sehingga kita mengatakan, “sai
songon na marnipi do au di halongangan na pinatupa ni Debata tu au”. Ada
rasa seperti tidak percaya bahwa ternyata masalah yang membebani kita selama
ini, telah dituntaskan oleh Tuhan.
ü Hidup bersama
Tuhan itu indah. Namun hidup bersama Tuhan itu memiliki banyak tantangan. Siapa
yang bertahan dalam setiap tangtangan hidup yang dialami, akan mendapat upah
yang besar dari Tuhan. Sama seperti petani dalam nats ini. Dengan tangisan,
pengharapan dan iman mereka melakukan pekerjaan mereka (menabur benih).
Hasilnya mereka dapatkan tuaian yang berlipat ganda dan sukacita yang besar.
Mereka tidak mau larut dalam kesedihan dan tidak pasrah dengan keadaan. Mereka
berdoa dan berusaha, sehingga Allah berkenan kepada mereka dan memberkati
pekerjaan mereka. Mereka tetap optimis bahwa Allah akan bekerja bagi mereka.
ü Nats ini
mengajarkan kepada kita bahwa untuk mendapat berkat Tuhan, tidak cukup hanya
doa dan pengharapan, harus ada usaha dan kerja keras. Bahkan kadang kita harus
menangis dan bersusah payah untuk memperoleh berkat Allah tersebut. Untuk itu,
perlu kita pahami, tidak selamanya berkat Tuhan itu dapat kita peroleh dengan
gratis. Perlu kita bayar dengan DUIT, yaitu (Doa, Usaha, Iman, dan Taat). Maka
kita akan menuai berkat-berkat Tuhan dengan penuh sukacita dan sorak-sorai.
Tuhan Yesus memberkati. Amin.
C.Pdt. Polma Hutasoit,
S.Th
Tidak ada komentar:
Posting Komentar