KERANGKA SERMON
EVANGELIUM MINGGU 23 JUNI 2013
MINGGU IV SETELAH TRINITATIS (Ketritunggalan
Allah/ Hasitolusadaon ni TUHAN)
Roh Allah Memberi Kekuatan
untuk Bersaksi
Ev : Matius 10 : 16 – 22 Ep : Galatia 4 : 4 – 9
I.
Pendahuluan
«
Matius pasal
10 berisi 4 pokok penting, yaitu : Pertama,
berisi tentang pemanggilan ke-12 murid (10:1 – 4). Kedua, pengutusan ke-12 rasul (10:6 – 8). Ketiga, pemberitahuan tentang tantangan yang akan dihadapi para
pengikut Yesus dalam menyampaikan Injil (10:16 – 32). Keempat, Bagaimana mengikut Yesus (10:34-42). Khusus dalam nats
Matius 10:16 – 22 ini, Yesus menjelaskan tentang pelbagai tantangan yang akan
dihadapi para pengikut Yesus di tempat mereka mengadakan pelayanan. Yesus
mempersiapkan para muridNya untuk menyampaikan kabar sukacita ke sekitar
Galilea yang pada saat itu dikuasai oleh Pemerintahan Romawi yang juga
mengontrol kegiatan keagamaan mereka. Yesus mengingatkan para muridNya bahwa
yang menjadi penghalang mereka tidak hanya para penguasa, namun juga para tokoh
agama yang pro terhadap pemerintah dan bahkan keluarga mereka sendiri.
II.
Penjelasan Nats
Ø Tantangan Mengikut Yesus (Ay. 16 – 18)
Pengutusan para pengikut Yesus dalam
mengabarkan kabar sukacita bukanlah pekerjaan mudah. Yesus mengumpamakan mereka
seperti domba yang diutus ke tengah-tengah serigala. Dapat diartikan bahwa
mereka tidak memiliki perlindungan secara hukum kenegaraan maupun hukum agama.
Sama artinya dengan mereka harus berani mempertaruhkan nyawa mereka dalam
pelayanan. Perkataan Yesus merupakan tanda bahwa mengikut Kristus harus siap
menghadapi setiap tantangan yang datang menghadang.
Yesus mengumpamakan mereka seperti domba di
tengah-tengah serigala. Kita tahu bahwa domba adalah hewan yang lemah,
sementara serigala merupakan hewan pemangsa yang buas. Bagaimana mungkin seekor
domba lemah dapat bergaul dan bergabung dengan kumpulan serigala buas yang
kelaparan? Jangankan untuk bergabung, hanya mendekat sajapun mungkin dia sudah
dimangsa. Yesus mengingatkan bahwa yang menjadi serigala itu adalah:
1.
Negara/ Pemerintah.
Kemayoritasan agama Yahudi di Galilea dan
sekitarnya menjadi alasan utama pemerintahan Romawi menolak ada agama/ ajaran
baru. Agama Yahudi pasti akan melakukan aksi protes jika pemerintah mengakui
dan menerima ajaran baru di tengah-tengah mereka. Jika hal ini terjadi, maka
secara politik dan ekonomi mereka akan mengalami masalah bahkan kerugian.
Seperti kita ketahui bahwa pemerintahan Romawi memiliki “hubungan baik” dengan
para tokoh agama Yahudi. Maka jika pemerintah Romawi tahu perbuatan para pengikut
Kristus, maka mereka akan digiring ke muka para penguasa-penguasa dan raja-raja
untuk dihakimi.
2.
Tokoh Agama dan agama mayoritas
Ternyata zaman Yesus agama mayoritas juga telah
menjadi tantangan besar. Mereka tidak terima kehadiran ajaran baru. Agama Yahudi
sebagai agama mayoritas pada masa itu bahkan mengklaim bahwa agama merekalah
yang paling benar dan merekalah umat pilihan Allah. Di luar mereka/ kepercayaan
mereka adalah kafir dan berdosa. Bahkan Yesus mengatakan dengan jelas bahwa
mereka akan disesah di rumah-rumah ibadat karena dianggap sebagai pembawa
ajaran yang melawan Allah dan menghina adat Yahudi. Pergumulan yang sama juga
masih dihadapi oleh para pengikut Yesus hingga saat ini oleh beberapa agama
mayoritas. Yang menjadi tantangan berat adalah larangan beribadah dan
mendirikan rumah ibadah.
3.
Keluarga Sendiri
Bukan sesuatu yang mengejutkan lagi ketika kita
mendengar ada orang yang dibenci anggota keluarganya karena memilih untuk
mengikut Yesus. Hal yang sama pastilah juga dialami oleh para pengikut Yesus.
Banyak diantara mereka yang beragama Yahudi memilih untuk mengikut Yesus, maka
bisa saja mereka akan dibenci oleh keluarganya bahkan dikucilkan dari keluarga
mereka.
Meskipun mengikut Yesus banyak tantangannya,
akan tetapi Yesus tidak ingin para pengikutnya “mati konyol” dalam melayani.
Dia mengajar agar mereka pandai memposisikan diri. Cerdik seperti ular dan
tulus seperti merpati. Kita sudah mengetahui bagaimana kecerdikan ular dalam
memanfaatkan situasi dan kesempatan. Jadi cerdik yang dimaksudkan Yesus bukan
berarti para pengikutNya harus menipu orang-orang. Namun bagaimana supaya Injil
sampai ke tengah-tengah orang banyak tanpa menimbulkan masalah besar. Berarti
mereka harus mampu beradaptasi dengan lingkungan dan berbaur dengan mereka sehingga
para pengikutNya bisa menerapkan ajaran Yesus melalui tindakan kasih, saling
menolong dengan penuh ketulusan. Inilah alasan mengapa Yesus juga mengatakan
agar mereka memiliki hati setulus merpati. Merpati terkenal dengan kesetiaan,
ketulusannya serta kesuciannya, dan merpati juga dilambangkan sebagai Roh Kudus
(bd. Mat. 3:16; Luk. 3:22). Yesus ingin agar mereka lebih dulu melakukan dan
menghidupi kabar sukacita itu, sehingga orang dapat meneladaninya dan mereka
dapat diterima di tempat dimana mereka melayani.
Ø Jangan Kuatir, Roh Tuhan yang Menolong dan Menyertai kita(Ay. 19 – 22)
Perkataan Yesus pasti menimbulkan dilema di
tengah-tengah para pengikutNya. Mereka pasti menyadari bahwa berani membawa
Injil berarti harus siap mati martir. Mereka bahkan harus siap dikucilkan dari
keluarga. Menjadi pengikut Kristus harus siap menyangkal diri (Mat. 16:24; Mark.
8:34; Luk. 9:23). Yesus memang telah menyuarakan tantangan dan rintangan yang
akan dihadapi oleh para pengikutNya dalam memberitakan Injil. Namun bukan berarti
Yesus lepas tangan dan membiarkan mereka pergi begitu saja. Tetapi Dia juga
memberi motivasi dan membakar semangat mereka dalam melayani. Yesus menguatkan
mereka lewat firmanNya, “Jangan kuatir
akan bagaimana dan apa yang harus kamu katakan, karena semuanya itu akan
dikaruniakan kepadamu pada saat itu juga. Karena bukan kamu yang berkata-kata,
melainkan Roh Bapamu; Dia yang akan berkata-kata di dalam kamu”. Salah satu
sifat yang pasti dimiliki oleh setiap manusia adalah rasa kuatir dan takut
ketika berada dalam masalah. Bahkan tidak sedikit orang sudah dihantui rasa
kuatir padalah dia belum melakukan apa-apa. Apalagi ketika Yesus sudah
menerangkan tantangan yang akan mereka hadapi. Pastilah rasa kuatir mereka
timbul, atau mungkin saja ada yang mundur dan belum siap untuk bermisi. Belum
lagi mereka harus berhadapan dengan anggota keluarga mereka. Bisa saja justru
anggota keluarga mereka yang melaporkan/ membawa mereka ke pengadilan agama
karena menyimpang dari ajaran Yahudi. Namun Yesus meyakinkan mereka bahwa Roh
Tuhan yang akan memberi mereka hikmat dan kesanggupan untuk memberitakan
kebenaran Injil. Karena itulah karya Roh Kudus. Dia yang memampukan para
pengikut Yesus dalam bersaksi dan melayani di tempat dimana mereka berada. Perkataan
Yesus ini merupakan penghiburan, berkat sekaligus sebagai jaminan bagi yang
benar-benar percaya kepadaNya. Suatu jaminan bagi setiap orang yang percaya dan
hidup dalam kebenaran firmanNya maka akan menjadi anak Allah dan menjadi
pewaris sorga (Mat. 19:21; Rom. 8:14&18).
III.
Aplikasi
ü Sesudah Yesus
terangkat ke sorga, semakin banyak yang percaya kepadaNya melalui kesaksian
para pengikut Yesus yang telah menyaksikan dan merasakan secara langsung
pelayanan Yesus. Namun bukan berarti perjalanan mereka lancar dan mulus. Dalam
pengabaran Injil, mereka bagaikan menjalani jalan yang dipenuhi kerikil tajam.
Tidak sedikit yang kehilangan nyawa dan tidak sedikit yang murtad karena tidak
tahan dengan penderitaan. Tantangan dan penderitaan yang dialami oleh para
pengikut Kristus sangat menyedihkan bahkan sadis. Banyak yang dibakar,
disalibkan, dipenggal, di adu dengan singa yang lapar, dimasukkan ke dalam
kuali besar berisi air mendidih/ minyak goreng mendidih. Namun “Semakin
dibabat, semakin merambat”. Roh Kudus tetap bekerja untuk menguatkan dan
memampukan yang setia kepada Tuhan dan memakai mereka menjadi alat Tuhan
membawa kebenaran Injil sampai ke seluruh penjuru dunia. Perjuangan orang
Kristen yang tetap setia kepada Tuhan membawa banyak berkah bagi kita. Meskipun
masih banyak tantangan dalam peribadahan, namun tantangan itu tidak seberat
yang dihadapi para murid Yesus.
ü Saat ini kita juga
melihat dan merasa bahwa masih banyak tantangan yang kita hadapi ketika kita
memutuskan mengikut jalan Yesus. Baik tantangan dari segi pekerjaan, segi
keagamaan, maupun dalam keluarga. Nats ini mengajar kita agar bisa menjadi
orang yang cerdik (bukan untuk menipu), yaitu mampu menggunakan kesempatan dan
situasi dengan baik dan benar. Ketika ada masalah, ada kalanya kita harus diam,
tenang, atau bahkan menyingkir untuk sementara waktu. Dan ketika ada
kesempatan/ peluang, maka pada saat itulah kita menunjukkan identitas seorang
Kristen yang senantiasa berhikmat dan membawa kasih, kedamaian dan ketenangan.
Dalam hal ini kita telah menunjukkan bagaimana seorang yang cerdik berhati
tulus pembawa berkat dan kedamaian.
ü Kecerdikan yang diberikan tersebut haruslah dirangkai dengan kata
ketulusan. Artinya ketika kita hanya mengandalkan kecerdikan maka kita
cenderung mengandalkan diri sendiri/kemampuan bahkan ke “aku” an kita yang
berdampak kepada kegagalan missi yang harus kita lakukan. Ketulusan dihubungkan
dengan pengakuan yang berhubungan juga dengan menempatkan posisi Allah menjadi
yang utama. Kita harus menyadari bahwa melakukan kehendak Allah berarti pekerjaan
Allahlah yang kita lakukan yang tentu saja kemuliaan itu adalah milik Allah.
Ketika kita melakukan kehendak Allah maka disanalah kemegahan kita. Yesus mengatakan agar kita
tidak perlu kuatir untuk itu. Sebaliknya Ketulusan tanpa kecerdikan adalah Kenaifan dan Kepicikan
yang akan membuat kita menjadi korban yang sia-sia. Yang Yesus Kehendaki dalam
hidup orang percaya adalah menjadi domba di tengah serigala. Mungkin kecil dan
lemah tapi pantang menyerah!!. Jujur,dan rendah hati tapi tidak rendah diri. Slalu
siap untuk mengalah dimana perlu, tapi bukan karena dikuasai perasaan kalah.
ü Bagaimana caranya
agar kita mampu menjadi orang yang cerdik dan berhati tulus dalam mengatasi
pergumulan dan kekuatiran kita.? Filipi 4:6, “Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa
pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam
doa dan permohonan dengan ucapan syukur”. Yakinlah bukan kita lagi yang berkuasa atas
pergumulan dan kekuatiran kita tersebut, melainkan Roh Kudus yang memampukan
kita untuk mengatasi setiap pergumulan dan kekuatiran kita. Untuk itu, tidak
ada alasan kita untuk meragukan kuasa Tuhan dalam hidup kita. Milikilah iman
yang tahan uji. Dan jadikanlah setiap tantangan dan ujian iman menjadi peluang
memperteguh iman dak kepercayaan kepada Kristus Yesus. Tuhan Yesus memberkati.
Amin.
C. Pdt. Polma Hutasoit
Tidak ada komentar:
Posting Komentar