KERANGKA SERMON EVANGELIUM MINGGU 16 Maret 2014
MINGGU
REMINISCERE
Dilahirkan Kembali untuk Melihat Kerajaan Allah
I.
Pendahuluan
Injil
Yohanes adalah Injil yang ditulis oleh Yohanes anak Zebedeus, salah satu murid
Yesus. Yohanes menyatakan tujuannya menulis Injil ini, yaitu “supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias,
Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya” (Yoh.
20:31). Hidup kekal menjadi salah
satu penekanan Injil Yohanes, di mana Yohanes menuliskan bahwa hidup kekal itu
diperoleh dengan adanya pembaharuan di dalam Kristus. Yohanes juga mengangkat
bagaimana Yesus mengajarkan Nikodemus seorang Farisi yang adalah pemimpin agama
Yahudi tentang hidup baru. Melalui percakapan ini Yesus mengajarkan sesuatu
yang berbeda dengan pemikiran Nikodemus selama ini tentang Kerajaan Allah dan
bagaimana cara untuk menjadi bahagian dari Kerajaan Allah itu.
II.
Penjelasan Nats
Perikop ini menjelaskan kepada kita bahwa Tuhan Yesus sedang
berdialog dengan Nikodemus di malam hari. Kemungkinan Nikodemus mendatangi
Yesus pada malam hari karena dia tidak ingin ada tahu kalau ia juga tertarik
dengan ajaran Yesus, atau barangkali karena malam hari menjadi waktu yang
paling tepat untuk dapat berbincang-bincang dengan Yesus untuk waktu yang lama
karena siang hari Yesus selalu dikerumuni banyak orang.
Ø Kerajaan Allah Nyata bagi Orang
yang Mengalami Lahir Baru
Sebagai seorang tokoh agama,
tentu Nikodemus sudah terbiasa menggunakan bahasa yang sopan dan hati-hati
dalam berbicara. Nikodemus membuka pembicaraan dengan berkata, “"Rabi, kami tahu, bahwa Engkau datang
sebagai guru yang diutus Allah; sebab tidak ada seorang pun yang dapat
mengadakan tanda-tanda yang Engkau adakan itu, jika Allah tidak menyertainya”. Pernyataan
Nikodemus ini seolah-olah ingin mengatakan bahwa Yesuslah Mesias yang mereka
nantikan itu. Akan tetapi Yesus tahu apa yang ada di benak Nikodemus. Yesus
menjelaskan kepada Nikodemus bahwa untuk melihat Kerajaan Allah itu, manusia
perlu mengalami lahir baru. Pernyataan Yesus ternyata membuat Nikodemus semakin
tertarik, sehingga ia tidak dapat menyembunyikan rasa keingintahuannya. Lahir
kembali yang Yesus katakan sulit dipahami oleh Nikodemus, sehingga dia kembali
bertanya, “"Bagaimanakah mungkin
seorang dilahirkan, kalau ia sudah tua? Dapatkah ia masuk kembali ke dalam
rahim ibunya dan dilahirkan lagi?” Nikodemus berfikir bahwa lahir kembali
adalah proses lahir secara jasmani. Untuk itulah Yesus menjelaskan bagaimana
yang dinamakan lahir kembali. Tentu Yesus tidak berbicara tentang lahir secara
jasmani (kembali). Lahir kembali berarti ada pembaharuan (lahir secara rohani).
Pembaharuan harus dimiliki setiap orang percaya karena semua
manusia terlahir dengan watak yang sudah
berdosa. Adam adalah watak lama yang berdosa, yang terlahir bersama kita di
mana kita digerakkan oleh dosa asali. Tetapi manusia baru sepenuhnya merupakan
ciptaan Roh Kudus melalui firman yang berpuncak pada baptisan air dan Roh,
sehingga manusia itu layak masuk dalam Kerajaan Allah. 2 Korintus 5:17
dikatakan, “Jadi siapa yang ada di dalam
Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang
baru sudah datang”. Watak baru itu adalah awal pemulihan ‘citra Allah’ yang
di dalamnya manusia diciptakan pertama kali (Kej. 1:26). Jadi karena citra
Allah itu telah hilang seiring dengan jatuhnya manusia ke dalam dosa, maka saat
ini hidup baru itu dipandang sebagai hidup di mana ‘Kristus di dalam kita’.
Adam lama tidak bisa lagi diperbaiki, dia hanya bisa
disalibkan. Dengan demikian Adam lama akan mati dalam diri orang percaya yang
mau menerima Yesus Kristus. Roma 6:4, “Dengan
demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam
kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang
mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru”.
Hidup baru adalah hidup yang tidak lagi berpegang pada upayanya sendiri,
melainkan hidup dalam kehendak Allah, sama seperti yang Yesus katakan dalam
Lukas 22:42b, “tetapi bukanlah
kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi”. Manusia baru tidak
lagi meminta untuk dihargai, dipuji, ditinggikan atau mencari kemuliaan bagi
dirinya, melainkan selalu mengupayakan hidup yang memuliakan Tuhan. Hal ini
dapat kita lihat dalam 1 Korintus 10:31, “Aku
menjawab: Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan
sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya
itu untuk kemuliaan Allah”. Manusia baru juga tidak mau membenarkan
diri sendiri, namun selalu mengakui dosa-dosanya, senantiasa memperbaharui
sikap hidup di hadapan Tuhan dan sesama, selalu hidup dai dalam iman seperti
yang tertulis dalam Roma 1:17, “"Orang
benar akan hidup oleh iman”. Jadi manusia baru tidak lagi mengandalkan
jerih payah, kuasa atau kebijaksanaannya sendiri, namun mengandalkan Tuhan dan
percaya pada-Nya dengan segenap hati (bd. Ams. 3:5).
Kasih Kristus menggerakkan manusia yang lahir kembali untuk
mau hidup berkorban demi Allah dan sesama untuk kemuliaan Tuhan. Sehingga orang
yang sudah mengalami lahir baru harus memiliki karakter Yesus, yakni hidup
dalam Kasih. Tentu kasih yang dimaksud adalah kasih yang tulus yang tertulis
dalam 1 Korintus 13:4-5. Jadi manusia baru akan semakin dikuatkan melalui
pendengaran firman Tuhan, merenungkannya dan menghidupinya senantiasa. Roh
Kudus akan menjadi Roh penguat bagi orang yang bertekat untuk hidup baru. Yesus
katakan, “Angin bertiup ke mana ia mau,
dan engkau mendengar bunyinya, tetapi engkau tidak tahu dari mana ia datang
atau ke mana ia pergi. Demikianlah halnya dengan tiap-tiap orang yang lahir
dari Roh.” Artinya Yesus mau menjelaskan bahwa sebagaimana angin, sekalipun
tidak tampak, namun dapat diketahui keberdaannya karena aktivitas dan
desirannya. Demikianlah halnya dengan Roh Kudus, yang meskipun tidak kelihatan,
namun kita dapat mengetahui kegiatan, karya dan efeknya bagi mereka yang telah
mengalami lahir baru di dalam Tuhan.
Untuk itu, lahir baru tidak sama
dengan lahir jasmani, karena hubungan Allah dengan orang percaya adalah
hubungan rohani (ay. 6). Jadi kalau dalam hubungan jasmani, antara bapak dan
anak tidak dapat dipisahkan, namun hubungan Allah dengan manusia dapat
terputus. Maka hubungan antara Bapa dengan anak (manusia) akan terjalin sesuai
dengan iman kita. Apakah iman itu dibarengi dengan kasih, kesetiaan dan
ketaatan atau tidak.
Ø Kasih Allah yang Besar Menjadi
Jalan bagi Manusia Melihat Kerajaan Allah
Perkataan Yesus ini mengungkap
isi hati dan tujuan Allah, yakni kasih Allah itu universal dan menjangkau semua
orang (dunia). Tuhan mengaruniakan Anak-Nya sebagai korban penghapus dosa
manusia di atas kayu salib. Pendamaian itu lahir dari inisiatif Allah sendiri
yang penuh kasih. Sehingga dapat dikatakan bahwa pengorbanan Yesus bukan karena
suatu paksaan, melainkan karena kasih karunia Allah akan dunia ini. Tujuan
Allah jelas, bahwa melalui pengorbanan Anak-Nya di kayu salib, maka orang yang
percaya beroleh kepastian akan keselamatan baginya. Orang percaya yang beroleh hidup kekal yang
Yesus maksud adalah : Pertama, Memiliki keyakinan yang
kokoh bahwa Yesus adalah Anak Allah dan satu-satunya Juruselamat bagi manusia.
Kedua, orang yang hidup dalam persekutuan yang berkualitas, yaitu taat
kepada firman Tuhan. Ketiga, Persekutuan yang mampu membuktikan bahwa Yesus adalah
Juruselamat dan yang memberikan hidup kekal bagi yang percaya pada-Nya. Upah
orang percaya adalah ‘Hidup Kekal’. Hidup
kekal merupakan karunia yang dianugerahkan Tuhan kepada kita ketika kita sudah
menerima pembaharuan hidup dan lahir kembali dalam Kristus.
Di ayat 17 Yesus memperjelas
tujuan pengutusan Allah atas diri-Nya, yaitu Dia datang bukan untuk menghakimi
dunia, namun untuk menyelamatkan dunia melalui karya penebusan. Dan tentu saja
karya penebusan itu akan diterima setiap orang yang mau menerimanya dengan iman
sebagai anugerah dari Tuhan. Penghakiman yang akan Yesus adalah adalah ketika
Dia datang pada kali kedua ke dunia ini. Di mana pada saat itu, Kristus dalam
kemuliaan-Nya akan memisahkan orang yang mempertahankan keselamatannya dengan
orang yang memilih kematian kekal.
III.
Aplikasi
Keselamatan
bukanlah hasil keringat maupun atas kemampuan manusia, melainkan pemberian dari
Allah kepada manusia. Namun meskipun demikian, tidak serta merta semua orang
secara otomatis beroleh tempat dalam Kerajaan Allah itu. Yang layak untuk
melihat dan menjadi bagian dari Kerajaan Allah itu adalah dia yang
mempertanggungjawabkan keselamatan yang telah Tuhan berikan kepadanya, yaitu
dengan hidup setia, kasih (kepada Allah dan sesama).
Keselamatan
adalah karunia. “Dilahirkan kembali” bukan masalah masuk ke dalam rahim ibu,
melainkan hidup terarah total kepada Bapa dengan menanggalkan, meninggalkan dan
mematikan pola hidup lama untuk menjalani hidup dalam pola yang baru bersama
dengan Tuhan. Siapa yang mau dan bisa melakukannya? Hanya orang memiliki iman
dan pengharapan yang teguhlah yang sanggup menghidupinya.
Kelahiran
baru merupakan pintu gerbang untuk masuk dalam kehidupan yang baru yaitu
kehidupan bersama dengan Allah. Meskipun ia mempraktekkan agama dengan baik dan
punya keinginan yang besar untuk datang pada Allah seperti Nikodemus, tapi tanpa
dilahirkan kembali manusia pada dasarnya mati karena manusia telah berbuat
dosa.
Dalam
epistel jelas dikatakan bahwa Abraham sendiri diangkat Allah menjadi bapa orang
percaya adalah karena dia memiliki iman yang besar. Iman percaya Abraham kepada
Allah diperhitungkan sebagai kebenaran. Jadi Abraham menjadi bapa orang percaya
kepada Tuhan sehingga dia menjadi bapa orang percaya. Hidup baru adalah hidup dalam iman. Dan iman itu ditunjukan
lewat perbuatan kita (Yak 2 : 17) dan kepatuhan kepada siapa kita beriman.
Beriman
kepada Yesus sebagai Juruselamat adalah hidup orang Kristen sejati. Sebagai
orang Kristen, kita harus mampu mengatakan, “Namun
aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang
hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah
hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya
untuk aku” (Galatia 2:20).
C.Pdt. Polma Hutasoit, S.Th
Tidak ada komentar:
Posting Komentar