Kamis, 30 Juli 2015

Yohanes 3 : 1 – 17, "Dilahirkan Kembali untuk Melihat Kerajaan Allah"

KERANGKA  SERMON EVANGELIUM MINGGU 16 Maret  2014
MINGGU REMINISCERE
Ev : Yohanes 3 :  1 – 17                                             Ep : Roma 4 : 1 – 5 + 13 – 17
Dilahirkan Kembali untuk Melihat Kerajaan Allah

I.               Pendahuluan
Injil Yohanes adalah Injil yang ditulis oleh Yohanes anak Zebedeus, salah satu murid Yesus. Yohanes menyatakan tujuannya menulis Injil ini, yaitu “supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya” (Yoh. 20:31). Hidup kekal menjadi salah satu penekanan Injil Yohanes, di mana Yohanes menuliskan bahwa hidup kekal itu diperoleh dengan adanya pembaharuan di dalam Kristus. Yohanes juga mengangkat bagaimana Yesus mengajarkan Nikodemus seorang Farisi yang adalah pemimpin agama Yahudi tentang hidup baru. Melalui percakapan ini Yesus mengajarkan sesuatu yang berbeda dengan pemikiran Nikodemus selama ini tentang Kerajaan Allah dan bagaimana cara untuk menjadi bahagian dari Kerajaan Allah itu.

II.            Penjelasan Nats
Perikop ini menjelaskan kepada kita bahwa Tuhan Yesus sedang berdialog dengan Nikodemus di malam hari. Kemungkinan Nikodemus mendatangi Yesus pada malam hari karena dia tidak ingin ada tahu kalau ia juga tertarik dengan ajaran Yesus, atau barangkali karena malam hari menjadi waktu yang paling tepat untuk dapat berbincang-bincang dengan Yesus untuk waktu yang lama karena siang hari Yesus selalu dikerumuni banyak orang.

Ø  Kerajaan Allah Nyata bagi Orang yang Mengalami Lahir Baru
Sebagai seorang tokoh agama, tentu Nikodemus sudah terbiasa menggunakan bahasa yang sopan dan hati-hati dalam berbicara. Nikodemus membuka pembicaraan dengan berkata, “"Rabi, kami tahu, bahwa Engkau datang sebagai guru yang diutus Allah; sebab tidak ada seorang pun yang dapat mengadakan tanda-tanda yang Engkau adakan itu, jika Allah tidak menyertainya”. Pernyataan Nikodemus ini seolah-olah ingin mengatakan bahwa Yesuslah Mesias yang mereka nantikan itu. Akan tetapi Yesus tahu apa yang ada di benak Nikodemus. Yesus menjelaskan kepada Nikodemus bahwa untuk melihat Kerajaan Allah itu, manusia perlu mengalami lahir baru. Pernyataan Yesus ternyata membuat Nikodemus semakin tertarik, sehingga ia tidak dapat menyembunyikan rasa keingintahuannya. Lahir kembali yang Yesus katakan sulit dipahami oleh Nikodemus, sehingga dia kembali bertanya, “"Bagaimanakah mungkin seorang dilahirkan, kalau ia sudah tua? Dapatkah ia masuk kembali ke dalam rahim ibunya dan dilahirkan lagi?” Nikodemus berfikir bahwa lahir kembali adalah proses lahir secara jasmani. Untuk itulah Yesus menjelaskan bagaimana yang dinamakan lahir kembali. Tentu Yesus tidak berbicara tentang lahir secara jasmani (kembali). Lahir kembali berarti ada pembaharuan (lahir secara rohani).
Pembaharuan harus dimiliki setiap orang percaya karena semua manusia  terlahir dengan watak yang sudah berdosa. Adam adalah watak lama yang berdosa, yang terlahir bersama kita di mana kita digerakkan oleh dosa asali. Tetapi manusia baru sepenuhnya merupakan ciptaan Roh Kudus melalui firman yang berpuncak pada baptisan air dan Roh, sehingga manusia itu layak masuk dalam Kerajaan Allah. 2 Korintus 5:17 dikatakan, “Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang”. Watak baru itu adalah awal pemulihan ‘citra Allah’ yang di dalamnya manusia diciptakan pertama kali (Kej. 1:26). Jadi karena citra Allah itu telah hilang seiring dengan jatuhnya manusia ke dalam dosa, maka saat ini hidup baru itu dipandang sebagai hidup di mana ‘Kristus di dalam kita’.
Adam lama tidak bisa lagi diperbaiki, dia hanya bisa disalibkan. Dengan demikian Adam lama akan mati dalam diri orang percaya yang mau menerima Yesus Kristus. Roma 6:4, “Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru”. Hidup baru adalah hidup yang tidak lagi berpegang pada upayanya sendiri, melainkan hidup dalam kehendak Allah, sama seperti yang Yesus katakan dalam Lukas 22:42b, “tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi”. Manusia baru tidak lagi meminta untuk dihargai, dipuji, ditinggikan atau mencari kemuliaan bagi dirinya, melainkan selalu mengupayakan hidup yang memuliakan Tuhan. Hal ini dapat kita lihat dalam 1 Korintus 10:31, “Aku menjawab: Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah”. Manusia baru juga tidak mau membenarkan diri sendiri, namun selalu mengakui dosa-dosanya, senantiasa memperbaharui sikap hidup di hadapan Tuhan dan sesama, selalu hidup dai dalam iman seperti yang tertulis dalam Roma 1:17, “"Orang benar akan hidup oleh iman”. Jadi manusia baru tidak lagi mengandalkan jerih payah, kuasa atau kebijaksanaannya sendiri, namun mengandalkan Tuhan dan percaya pada-Nya dengan segenap hati (bd. Ams. 3:5).
Kasih Kristus menggerakkan manusia yang lahir kembali untuk mau hidup berkorban demi Allah dan sesama untuk kemuliaan Tuhan. Sehingga orang yang sudah mengalami lahir baru harus memiliki karakter Yesus, yakni hidup dalam Kasih. Tentu kasih yang dimaksud adalah kasih yang tulus yang tertulis dalam 1 Korintus 13:4-5. Jadi manusia baru akan semakin dikuatkan melalui pendengaran firman Tuhan, merenungkannya dan menghidupinya senantiasa. Roh Kudus akan menjadi Roh penguat bagi orang yang bertekat untuk hidup baru. Yesus katakan, “Angin bertiup ke mana ia mau, dan engkau mendengar bunyinya, tetapi engkau tidak tahu dari mana ia datang atau ke mana ia pergi. Demikianlah halnya dengan tiap-tiap orang yang lahir dari Roh.” Artinya Yesus mau menjelaskan bahwa sebagaimana angin, sekalipun tidak tampak, namun dapat diketahui keberdaannya karena aktivitas dan desirannya. Demikianlah halnya dengan Roh Kudus, yang meskipun tidak kelihatan, namun kita dapat mengetahui kegiatan, karya dan efeknya bagi mereka yang telah mengalami lahir baru di dalam Tuhan.
Untuk itu, lahir baru tidak sama dengan lahir jasmani, karena hubungan Allah dengan orang percaya adalah hubungan rohani (ay. 6). Jadi kalau dalam hubungan jasmani, antara bapak dan anak tidak dapat dipisahkan, namun hubungan Allah dengan manusia dapat terputus. Maka hubungan antara Bapa dengan anak (manusia) akan terjalin sesuai dengan iman kita. Apakah iman itu dibarengi dengan kasih, kesetiaan dan ketaatan atau tidak.

Ø  Kasih Allah yang Besar Menjadi Jalan bagi Manusia Melihat Kerajaan Allah
Perkataan Yesus ini mengungkap isi hati dan tujuan Allah, yakni kasih Allah itu universal dan menjangkau semua orang (dunia). Tuhan mengaruniakan Anak-Nya sebagai korban penghapus dosa manusia di atas kayu salib. Pendamaian itu lahir dari inisiatif Allah sendiri yang penuh kasih. Sehingga dapat dikatakan bahwa pengorbanan Yesus bukan karena suatu paksaan, melainkan karena kasih karunia Allah akan dunia ini. Tujuan Allah jelas, bahwa melalui pengorbanan Anak-Nya di kayu salib, maka orang yang percaya beroleh kepastian akan keselamatan baginya.  Orang percaya yang beroleh hidup kekal yang Yesus maksud adalah : Pertama, Memiliki keyakinan yang kokoh bahwa Yesus adalah Anak Allah dan satu-satunya Juruselamat bagi manusia. Kedua, orang yang hidup dalam persekutuan yang berkualitas, yaitu taat kepada firman Tuhan. Ketiga, Persekutuan yang mampu membuktikan bahwa Yesus adalah Juruselamat dan yang memberikan hidup kekal bagi yang percaya pada-Nya. Upah orang percaya adalah ‘Hidup Kekal’. Hidup kekal merupakan karunia yang dianugerahkan Tuhan kepada kita ketika kita sudah menerima pembaharuan hidup dan lahir kembali dalam Kristus.
Di ayat 17 Yesus memperjelas tujuan pengutusan Allah atas diri-Nya, yaitu Dia datang bukan untuk menghakimi dunia, namun untuk menyelamatkan dunia melalui karya penebusan. Dan tentu saja karya penebusan itu akan diterima setiap orang yang mau menerimanya dengan iman sebagai anugerah dari Tuhan. Penghakiman yang akan Yesus adalah adalah ketika Dia datang pada kali kedua ke dunia ini. Di mana pada saat itu, Kristus dalam kemuliaan-Nya akan memisahkan orang yang mempertahankan keselamatannya dengan orang yang memilih kematian kekal.

III.          Aplikasi
Keselamatan bukanlah hasil keringat maupun atas kemampuan manusia, melainkan pemberian dari Allah kepada manusia. Namun meskipun demikian, tidak serta merta semua orang secara otomatis beroleh tempat dalam Kerajaan Allah itu. Yang layak untuk melihat dan menjadi bagian dari Kerajaan Allah itu adalah dia yang mempertanggungjawabkan keselamatan yang telah Tuhan berikan kepadanya, yaitu dengan hidup setia, kasih (kepada Allah dan sesama).
Keselamatan adalah karunia. “Dilahirkan kembali” bukan masalah masuk ke dalam rahim ibu, melainkan hidup terarah total kepada Bapa dengan menanggalkan, meninggalkan dan mematikan pola hidup lama untuk menjalani hidup dalam pola yang baru bersama dengan Tuhan. Siapa yang mau dan bisa melakukannya? Hanya orang memiliki iman dan pengharapan yang teguhlah yang sanggup menghidupinya.
Kelahiran baru merupakan pintu gerbang untuk masuk dalam kehidupan yang baru yaitu kehidupan bersama dengan Allah. Meskipun ia mempraktekkan agama dengan baik dan punya keinginan yang besar untuk datang pada Allah seperti Nikodemus, tapi tanpa dilahirkan kembali manusia pada dasarnya mati karena manusia telah berbuat dosa.
Dalam epistel jelas dikatakan bahwa Abraham sendiri diangkat Allah menjadi bapa orang percaya adalah karena dia memiliki iman yang besar. Iman percaya Abraham kepada Allah diperhitungkan sebagai kebenaran. Jadi Abraham menjadi bapa orang percaya kepada Tuhan sehingga dia menjadi bapa orang percaya. Hidup baru adalah  hidup dalam iman. Dan iman itu ditunjukan lewat perbuatan kita (Yak 2 : 17) dan kepatuhan kepada siapa kita beriman.
Beriman kepada Yesus sebagai Juruselamat adalah hidup orang Kristen sejati. Sebagai orang Kristen, kita harus mampu mengatakan, “Namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku” (Galatia 2:20).


C.Pdt. Polma Hutasoit, S.Th

Tidak ada komentar:

Posting Komentar