Jumat, 31 Juli 2015

Yehezkiel 33 : 7 – 11, "Diutus Untuk Memberitakan Pertobatan"

KERANGKA SERMON EVANGELIUM MINGGU 7 September 2014
Minggu XII Setelah Trinitatis (Ketritunggalan ALLAH/ Hasitolusadaan Ni TUHAN)
Ev  :  Yehezkiel 33 : 7 – 11                                               Ep  : Roma 13 : 8 – 14
Diutus Untuk Memberitakan Pertobatan

I.              Pendahuluan
Tema kitab Yehezkiel ini adalah Hukuman dan Kemuliaan ALLAH. Latar belakang sejarah kitab Yehezkiel ini adalah pada masa pembuangan ke  Babel. Yehezkiel dipilih Tuhan menjadi nabi ketika ia berumur sekitar 30 tahun dan masa itu adalah salah satu masa paling suram dan gelap dalam sejarah kehidupan bangsa Israel. Nama Yehezkiel sendiri berarti “ALLAH Menguatkan”. Tugas yang harus diemban oleh Yehezkiel sebagai nabi yang Tuhan pilih, yaitu dia harus mampu menjadi penyambung lidah ALLAH dalam menyampaikan firman keselamatan yang bersumber dari ALLAH. Pengutusan ini merupakan bahagian dari kasih sayang Tuhan terhadap umat-Nya. Dia ingin agar umat-Nya mau berbalik kepada-Nya dan tidak mati dalam dosanya. Dalam Yehezkiel 33:11, “firman Tuhan ALLAH, Aku tidak berkenan kepada kematian orang fasik, melainkan Aku berkenan kepada pertobatan orang fasik itu dari kelakuannya supaya ia hidup. Bertobatlah, bertobatlah dari hidupmu yang jahat itu! Mengapakah kamu akan mati, hai kaum Israel. Firman ini menjelaskan bagaimana berharganya manusia itu di hadapan Tuhan, sehingga Ia ingin agar setiap orang mau kembali ke jalan-Nya.” Perikop ini menjelaskan apa yang harus Yehezkiel lakukan untuk membawa bangsa itu kembali kepada Tuhan.

II.           Penjelasan Nats
1.      Memberitakan Pertobatan adalah Tanggungjawab Orang Percaya (ay. 7 – 9)
Yehezkiel merupakan nabi yang memiliki iman yang teguh dalam pelayanannya. Meskipun banyak tantangan yang harus dihadapinya dalam membawa firman Tuhan, namun dia tetap berupaya  untuk kuat dan senantiasa mengandalkan Tuhan dalam pelayanannya. Sebahagian besar pesan ALLAH yang hendak disampaikan ke tengah-tengah bangsa Israel di dapat melalui penglihatan. Dalam nats ini, ALLAH mengingatkan Yehezkiel tentang tugas penggilannya sebagai imam dan nabi ALLAH. Tugas dan tanggungjawab Yehezkiel merupakan sebuah tugas yang sangat berat karena tugas ini bukan persoalan kepentingan pribadi Yehezkiel, namun menyangkut kepentingan hidup kekal semua umat Tuhan. Tuhan meletakkan tanggung jawab yang besar kepada Yehezkiel untuk mengingatkan dan menegur bangsa itu yang sudah menjuh dari Tuhan. Tuhan sama sekali tidak menginginkan bangsa itu mati dalam keberdosaannya. Tuhan memilih Yehezkiel menjadi penjaga atas bangsa itu untuk mengawasi, mengingatkan, menegur dan mengajar bangsa Israel agar tetap hidup dan berpengharapan kepada Tuhan sekalipun hidup mereka jauh dari apa yang mereka harapkan.
Syarat utama untuk bisa beroleh apa yang Tuhan janjikan adalah umat-Nya harus hidup dalam kesetiaan. Bagi orang yang tidak mengindahkan firman Tuhan dan hidup dalam kejahatan, tentu saja dia tidak layak di hadapan Tuhan dan ketika dia menghadapi kematian, maka kematian itu akan menjadi jalan baginya untuk menerima kematian kekal dalam hukuman Tuhan. Namun Tuhan tidak menginginkan umat-Nya menerima kematian kekal itu, sehingga tanggung jawab orang percaya adalah menegur dan mengingatkan mereka yang hidup dalam kejahatan di mata Tuhan agar meninggalkan kejahatannya. ALLAH dengan jelas mengatakan, “Kalau Aku berfirman kepada orang jahat: Hai orang jahat, engkau pasti mati! Dan engkau tidak berkata apa-apa untuk memperingatkan orang jahat itu supaya bertobat dari hidupnya, orang jahat itu akan mati dalam kesalahannya, tetapi Aku akan menuntut pertanggungan jawab atas nyawanya dari padamu.” Tentu dalam melakukan hal ini tidak semudah kita mengucapkannya. Yehezkiel yang kala itu masih cukup muda (30 tahun) harus menerima umpatan dan hinaan dari para tua-tua Israel yang merasa bahwa Yehezkiel tidak layak untuk menasihati dan menegur mereka.
Dalam hal ini ALLAH berfirman kepada-Nya bahwa jika mereka tidak mengindahkan peringatannya maka ketika mereka mati, mereka akan mati dalam keberdosaannya dan Yehezkiel telah menyelamatkan nyawanya, karena ia telah melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya. Untuk itu, Yehezkiel menekankan perlunya pembaharuan hati dan jiwa, serta tanggung jawab setiap orang atas dosa-dosanya sendiri bahkan dosa sesamanya, sehingga keselamatan itu bukan hanya untuk kalangan pribadi, namun harus menjadi milik semua orang. Pelaksanaan tugas pelayanan yang diberikan Tuhan bermaksud untuk penyelamatan umat dan pemeliharaan keselamatan hamba yang ditugaskan.

2.      Respon Terhadap Peringatan dan Janji Tuhan (ay. 10 – 11)
Ada dua kemungkinan respon yang akan muncul ketika peringatan dan janji Tuhan itu disampaikan oleh Yehezkiel ke tengah-tengah bangsa Israel. Respon yang pertama adalah mematuhi dan menjalankan peringatan itu dengan penuh penyesalan. Namun bisa jadi bangsa itu akan memberi respon negatif berupa penolakan atau pesimisme yang berisi keputusasaan. Untuk respon yang kedua ini, ALLAH mengajari Yehezkiel bagaimana ia harus memberi jawaban kepada bangsa itu. Bangsa Israel tentu menyadari mengapa mereka harus mengalami penderitaan yang sangat berat dalam penguasaan bangsa Babel dan mereka juga berfikir bahwa mereka akan mengalami kematian di dalam kesengsaraan mereka itu. Mereka sebenarnya sadar bahwa mereka telah berdosa kepada Tuhan dan akibat daripada dosa itu adalah maut. Dalam hal ini, mereka hanya tinggal menunggu kapan kematian itu datang menjemput mereka. Ini merupakan pandangan yang menandakan keputusasaan yang luar biasa yang dialami oleh bangsa Israel karena situasi hidup mereka. Maka ALLAH yang Maha Kasih itu mengutus Yehezkiel untuk mengingatkan bangsa itu bahwa Tuhan senantiasa memberi waktu untuk bertobat dari kejahatan dan dosa mereka supaya terjadi pemulihan dan kehidupan baru dalam Tuhan.
Tuhan memerintahkan Yehezkiel untuk menyuarakan bahwa ketakutan dan kekuatiran mereka akan Tuhan ubah menjadi sukacita dan kemerdekaan jika mereka mau merespon dengan baik peringatan Tuhan yang disampaikan nabi-Nya dan berjanji untuk bertobat (berbalik arah dari kejahatan dan berjalan menuju keselamatan) untuk menerima janji setia Tuhan. Dengan tegas Tuhan katakan kepada Yehezkiel, “Demi Aku yang hidup, demikianlah firman Tuhan ALLAH, Aku tidak berkenan kepada kematian orang fasik, melainkan Aku berkenan kepada pertobatan orang fasik itu dari kelakuannya supaya ia hidup.” Tentu saja firman ini menjadi angin segar yang menyejukkan hati bangsa Israel yang mau percaya akan firman Tuhan. Mereka yang putus asa dan hilang harapan akan merasa dikuatkan kembali oleh janji Tuhan. Untuk itu, agar kebenaran firman ini menjadi milik mereka, maka syarat utama yang harus mereka lakukan adalah Bertobat. Inilah yang diperintahkan Tuhan untuk disuarakan oleh Yehezkiel. “Bertobatlah, bertobatlah dari hidupmu yang jahat itu! Mengapakah kamu akan mati, hai kaum Israel?”. Bertobat berarti
1.        Menyesal dan meninggalkan jalan/ hidup lama, kemudian berjalan menuju hidup baru yang penuh harapan.
2.        Merubah pandangan hidup. Jika dulu perbuatannya dianggap baik (menguntungkan diri sendiri), sekarang tidak karena orientasi hidupnya bukan lagi untuk kesenangan sendiri, namun untuk menyenangkan dan memuliakan Tuhan.
3.        Berputar, kembali ke jalan yang benar dan dengan aktif menjalani kehidupan di dalam Kristus dan kebenaran-Nya (Ef. 4 : 21 – 24).
Meskipun ALLAH sangat membenci dosa dan tidak berkenan kepada orang yang dikuasai dosa itu, namun bukan berarti ALLAH menginginkan kematian orang berdosa itu. Ayat 11 menjadi penegasan bahwa ALLAH justru menginginkan agar setiap orang yang melakukan dosa mau menyadari dan mengakui dosanya di hadapan Tuhan dan mengambil komitmen untuk tidak lagi terjerumus ke dalamnya. Maka dengan demikian kematian yang seharusnya menjadi bagiannya, akan Tuhan ganti menjadi keselamatan yang kekal.

III.        Aplikasi
1.      Amanat agung Yesus sebelum naik ke sorga adalah agar setiap yang menjadi murid-Nya mau mengajar semua orang tentang firman Tuhan dan kebenarannya. Akan tetapi, ternyata tidak cukup hanya mengajarkan saja melalui kata-kata, yang paling utama adalah mengajarkan apa yang kita lakukan dan melakukan apa yang kita ajarkan. Itulah pengajaran yang dilakukan oleh Nabi Yehezkiel ke tengah-tengah bangsa Israel. Kepatuhannya kepada Tuhan menjadi teladan bagi bangsa Israel.
2.      Di tengah-tengah hidup saat ini, tentu kita bisa melihat kejahatan yang sudah merajalela. Firman Tuhan ini mengajar kita untuk bisa berperan aktif dalam memerangi kejahatan. Firman ALLAH ini mengajar kita untuk mampu mengambil bagian dalam menujukkan kasih ALLAH dengan hidup benar di hadapan Tuhan, sehingga kita mampu menjadi teladan bagi orang lain. Tantangan kita tentu tidak mudah. Kita mungkin akan menerima respon yang tidak mengenakkan ketika kita menengakkan dan menyampaikan kebenaran. Namun jika kita membiarkan orang-orang yang setidaknya adalah bahagian dari kita tetap hidup dalam dosa, maka firman Tuhan mengatakan, dosa orang tersebut akan dituntut kepada kita, namun ketika kita memberi ajaran dan peringatan kepadanya, maka kita telah melakukan yang benar di hadapan Tuhan. Kalau kita ditolak, bukan berarti kita tidak peduli lagi kepadanya. Senantiasalah berdoa untuknya supaya di dalam dirinya ada perubahan yang lebih baik di dalam Tuhan.
3.      Sebagai orang Kristen, kita juga pasti memiliki banyak dosa dan kekurangan. Ketika kita diingatkan akan kesalahan dan dosa kita oleh sesama kita, terima dan renungkanlah. Jangan berdalih untuk berusaha membenarkan diri, atau menganggap orang lain tidak sepantasnya mengingatkan kita. Untuk itu, jangan pernah menunda waktu untuk bertobat ketika ada yang menyadarkan dan mengingatkan dan menyadarkan kita akan kesalahan kita. Firman Tuhan katakana, “"Pada hari ini, jika kamu mendengar suara-Nya, janganlah keraskan hatimu!” Karena siapa yang mau ditegur oleh kebenaran firman Tuhan, maka dia akan menerima janji Tuhan di dalam hidupnya. Tuhan Yesus memberkati. Amin.

C.Pdt. Polma Hutasoit, S.Th

Tidak ada komentar:

Posting Komentar