KERANGKA
SERMON EVANGELIUM MINGGU 7 September 2014
Minggu XII Setelah Trinitatis (Ketritunggalan
ALLAH/ Hasitolusadaan Ni TUHAN)
Ev : Yehezkiel
33 : 7 – 11 Ep
: Roma 13 : 8 – 14
Diutus Untuk Memberitakan Pertobatan
I.
Pendahuluan
Tema kitab Yehezkiel ini adalah Hukuman
dan Kemuliaan ALLAH. Latar belakang sejarah kitab Yehezkiel ini adalah
pada masa pembuangan ke Babel. Yehezkiel
dipilih Tuhan menjadi nabi ketika ia berumur sekitar 30 tahun dan masa itu
adalah salah satu masa paling suram dan gelap dalam sejarah kehidupan bangsa
Israel. Nama Yehezkiel sendiri berarti “ALLAH Menguatkan”. Tugas yang harus
diemban oleh Yehezkiel sebagai nabi yang Tuhan pilih, yaitu dia harus mampu
menjadi penyambung lidah ALLAH dalam menyampaikan firman keselamatan yang bersumber
dari ALLAH. Pengutusan ini merupakan bahagian dari kasih sayang Tuhan terhadap
umat-Nya. Dia ingin agar umat-Nya mau berbalik kepada-Nya dan tidak mati dalam
dosanya. Dalam Yehezkiel 33:11, “firman
Tuhan ALLAH, Aku tidak berkenan kepada kematian orang fasik, melainkan Aku
berkenan kepada pertobatan orang fasik itu dari kelakuannya supaya ia hidup.
Bertobatlah, bertobatlah dari hidupmu yang jahat itu! Mengapakah kamu akan
mati, hai kaum Israel. Firman ini menjelaskan bagaimana berharganya manusia itu
di hadapan Tuhan, sehingga Ia ingin agar setiap orang mau kembali ke jalan-Nya.”
Perikop ini menjelaskan apa yang harus Yehezkiel lakukan untuk membawa
bangsa itu kembali kepada Tuhan.
II.
Penjelasan
Nats
1. Memberitakan
Pertobatan adalah Tanggungjawab Orang Percaya (ay. 7 – 9)
Yehezkiel
merupakan nabi yang memiliki iman yang teguh dalam pelayanannya. Meskipun
banyak tantangan yang harus dihadapinya dalam membawa firman Tuhan, namun dia
tetap berupaya untuk kuat dan senantiasa
mengandalkan Tuhan dalam pelayanannya. Sebahagian besar pesan ALLAH yang hendak
disampaikan ke tengah-tengah bangsa Israel di dapat melalui penglihatan. Dalam
nats ini, ALLAH mengingatkan Yehezkiel tentang tugas penggilannya sebagai imam
dan nabi ALLAH. Tugas dan tanggungjawab Yehezkiel merupakan sebuah tugas yang
sangat berat karena tugas ini bukan persoalan kepentingan pribadi Yehezkiel,
namun menyangkut kepentingan hidup kekal semua umat Tuhan. Tuhan meletakkan
tanggung jawab yang besar kepada Yehezkiel untuk mengingatkan dan menegur bangsa
itu yang sudah menjuh dari Tuhan. Tuhan sama sekali tidak menginginkan bangsa
itu mati dalam keberdosaannya. Tuhan memilih Yehezkiel menjadi penjaga atas
bangsa itu untuk mengawasi, mengingatkan, menegur dan mengajar bangsa Israel
agar tetap hidup dan berpengharapan kepada Tuhan sekalipun hidup mereka jauh
dari apa yang mereka harapkan.
Syarat utama
untuk bisa beroleh apa yang Tuhan janjikan adalah umat-Nya harus hidup dalam
kesetiaan. Bagi orang yang tidak mengindahkan firman Tuhan dan hidup dalam kejahatan,
tentu saja dia tidak layak di hadapan Tuhan dan ketika dia menghadapi kematian,
maka kematian itu akan menjadi jalan baginya untuk menerima kematian kekal
dalam hukuman Tuhan. Namun Tuhan tidak menginginkan umat-Nya menerima kematian
kekal itu, sehingga tanggung jawab orang percaya adalah menegur dan
mengingatkan mereka yang hidup dalam kejahatan di mata Tuhan agar meninggalkan
kejahatannya. ALLAH dengan jelas mengatakan, “Kalau Aku berfirman kepada orang jahat: Hai orang jahat, engkau pasti
mati! Dan engkau tidak berkata apa-apa untuk memperingatkan orang jahat itu
supaya bertobat dari hidupnya, orang jahat itu akan mati dalam kesalahannya,
tetapi Aku akan menuntut pertanggungan jawab atas nyawanya dari padamu.” Tentu
dalam melakukan hal ini tidak semudah kita mengucapkannya. Yehezkiel yang kala
itu masih cukup muda (30 tahun) harus menerima umpatan dan hinaan dari para
tua-tua Israel yang merasa bahwa Yehezkiel tidak layak untuk menasihati dan
menegur mereka.
Dalam hal ini ALLAH
berfirman kepada-Nya bahwa jika mereka tidak mengindahkan peringatannya maka
ketika mereka mati, mereka akan mati dalam keberdosaannya dan Yehezkiel telah
menyelamatkan nyawanya, karena ia telah melaksanakan tugas dan
tanggungjawabnya. Untuk itu, Yehezkiel menekankan perlunya pembaharuan hati dan jiwa, serta
tanggung jawab setiap orang atas dosa-dosanya sendiri bahkan dosa sesamanya,
sehingga keselamatan itu bukan hanya untuk kalangan pribadi, namun harus
menjadi milik semua orang. Pelaksanaan tugas pelayanan yang diberikan Tuhan
bermaksud untuk penyelamatan umat dan pemeliharaan keselamatan hamba yang
ditugaskan.
2. Respon
Terhadap Peringatan dan Janji Tuhan (ay. 10 – 11)
Ada dua kemungkinan respon yang akan muncul
ketika peringatan dan janji Tuhan itu disampaikan oleh Yehezkiel ke
tengah-tengah bangsa Israel. Respon yang pertama adalah mematuhi dan
menjalankan peringatan itu dengan penuh penyesalan. Namun bisa jadi bangsa itu
akan memberi respon negatif berupa penolakan atau pesimisme yang berisi
keputusasaan. Untuk respon yang kedua ini, ALLAH mengajari Yehezkiel bagaimana
ia harus memberi jawaban kepada bangsa itu. Bangsa Israel tentu menyadari
mengapa mereka harus mengalami penderitaan yang sangat berat dalam penguasaan
bangsa Babel dan mereka juga berfikir bahwa mereka akan mengalami kematian di
dalam kesengsaraan mereka itu. Mereka sebenarnya sadar bahwa mereka telah
berdosa kepada Tuhan dan akibat daripada dosa itu adalah maut. Dalam hal ini,
mereka hanya tinggal menunggu kapan kematian itu datang menjemput mereka. Ini
merupakan pandangan yang menandakan keputusasaan yang luar biasa yang dialami
oleh bangsa Israel karena situasi hidup mereka. Maka ALLAH yang Maha Kasih itu
mengutus Yehezkiel untuk mengingatkan bangsa itu bahwa Tuhan senantiasa memberi
waktu untuk bertobat dari kejahatan dan dosa mereka supaya terjadi pemulihan
dan kehidupan baru dalam Tuhan.
Tuhan memerintahkan Yehezkiel untuk menyuarakan
bahwa ketakutan dan kekuatiran mereka akan Tuhan ubah menjadi sukacita dan
kemerdekaan jika mereka mau merespon dengan baik peringatan Tuhan yang
disampaikan nabi-Nya dan berjanji untuk bertobat (berbalik arah dari kejahatan
dan berjalan menuju keselamatan) untuk menerima janji setia Tuhan. Dengan tegas
Tuhan katakan kepada Yehezkiel, “Demi Aku
yang hidup, demikianlah firman Tuhan ALLAH, Aku tidak berkenan kepada kematian
orang fasik, melainkan Aku berkenan kepada pertobatan orang fasik itu dari
kelakuannya supaya ia hidup.” Tentu saja firman ini menjadi angin segar
yang menyejukkan hati bangsa Israel yang mau percaya akan firman Tuhan. Mereka
yang putus asa dan hilang harapan akan merasa dikuatkan kembali oleh janji
Tuhan. Untuk itu, agar kebenaran firman ini menjadi milik mereka, maka syarat
utama yang harus mereka lakukan adalah Bertobat. Inilah yang diperintahkan
Tuhan untuk disuarakan oleh Yehezkiel. “Bertobatlah,
bertobatlah dari hidupmu yang jahat itu! Mengapakah kamu akan mati, hai kaum
Israel?”. Bertobat berarti
1.
Menyesal dan meninggalkan jalan/ hidup lama, kemudian berjalan
menuju hidup baru yang penuh harapan.
2.
Merubah pandangan hidup. Jika dulu perbuatannya dianggap baik
(menguntungkan diri sendiri), sekarang tidak karena orientasi hidupnya bukan
lagi untuk kesenangan sendiri, namun untuk menyenangkan dan memuliakan Tuhan.
3.
Berputar, kembali ke jalan yang benar dan dengan aktif menjalani
kehidupan di dalam Kristus dan kebenaran-Nya (Ef. 4 : 21 – 24).
Meskipun ALLAH sangat membenci dosa dan tidak
berkenan kepada orang yang dikuasai dosa itu, namun bukan berarti ALLAH
menginginkan kematian orang berdosa itu. Ayat 11 menjadi penegasan bahwa ALLAH
justru menginginkan agar setiap orang yang melakukan dosa mau menyadari dan
mengakui dosanya di hadapan Tuhan dan mengambil komitmen untuk tidak lagi
terjerumus ke dalamnya. Maka dengan demikian kematian yang seharusnya menjadi
bagiannya, akan Tuhan ganti menjadi keselamatan yang kekal.
III.
Aplikasi
1. Amanat agung
Yesus sebelum naik ke sorga adalah agar setiap yang menjadi murid-Nya mau
mengajar semua orang tentang firman Tuhan dan kebenarannya. Akan tetapi,
ternyata tidak cukup hanya mengajarkan saja melalui kata-kata, yang paling
utama adalah mengajarkan apa yang kita lakukan dan melakukan apa yang kita
ajarkan. Itulah pengajaran yang dilakukan oleh Nabi Yehezkiel ke tengah-tengah
bangsa Israel. Kepatuhannya kepada Tuhan menjadi teladan bagi bangsa Israel.
2. Di
tengah-tengah hidup saat ini, tentu kita bisa melihat kejahatan yang sudah
merajalela. Firman Tuhan ini mengajar kita untuk bisa berperan aktif dalam
memerangi kejahatan. Firman ALLAH ini mengajar kita untuk mampu mengambil
bagian dalam menujukkan kasih ALLAH dengan hidup benar di hadapan Tuhan,
sehingga kita mampu menjadi teladan bagi orang lain. Tantangan kita tentu tidak
mudah. Kita mungkin akan menerima respon yang tidak mengenakkan ketika kita
menengakkan dan menyampaikan kebenaran. Namun jika kita membiarkan orang-orang
yang setidaknya adalah bahagian dari kita tetap hidup dalam dosa, maka firman
Tuhan mengatakan, dosa orang tersebut akan dituntut kepada kita, namun ketika
kita memberi ajaran dan peringatan kepadanya, maka kita telah melakukan yang
benar di hadapan Tuhan. Kalau kita ditolak, bukan berarti kita tidak peduli
lagi kepadanya. Senantiasalah berdoa untuknya supaya di dalam dirinya ada
perubahan yang lebih baik di dalam Tuhan.
3. Sebagai
orang Kristen, kita juga pasti memiliki banyak dosa dan kekurangan. Ketika kita
diingatkan akan kesalahan dan dosa kita oleh sesama kita, terima dan
renungkanlah. Jangan berdalih untuk berusaha membenarkan diri, atau menganggap
orang lain tidak sepantasnya mengingatkan kita. Untuk itu, jangan pernah
menunda waktu untuk bertobat ketika ada yang menyadarkan dan mengingatkan dan
menyadarkan kita akan kesalahan kita. Firman Tuhan katakana, “"Pada hari ini, jika kamu mendengar
suara-Nya, janganlah keraskan hatimu!” Karena siapa yang mau ditegur oleh kebenaran
firman Tuhan, maka dia akan menerima janji Tuhan di dalam hidupnya. Tuhan Yesus
memberkati. Amin.
C.Pdt. Polma Hutasoit, S.Th
Tidak ada komentar:
Posting Komentar