Jumat, 31 Juli 2015

Markus 8 : 31 – 38, "Menyangkal Diri & Memikul Salib"

KERANGKA  SERMON EVANGELIUM MINGGU 01 Maret 2015
MINGGU REMINISCERE (Ingatlah Segala Rahmat dan Kasih Setia-Mu, Ya Tuhan)
Ev  : Markus 8 : 31 – 38           Ep  : Kejadian 17 : 1 – 7 + 15 – 16              S. Patik : Ibrani 12 : 2
Menyangkal Diri & Memikul Salib

I.              Pendahuluan
Kitab Markus adalah kitab terpendek dari keempat Injil dan merupakan sebuah kitab yang lebih terfokus pada perbuatan Yesus daripada perkataan-Nya. Injil Markus memberikan gambaran yang hidup atas Yesus dengan pengajaran, penyembuhan, dan pelayanan-Nya terhadap kebutuhan orang-orang. Yesus merupakan contoh dan teladan yang sempurna bagi manusia disepanjang masa. Pelayanan-Nya kepada umum termasuk ketika Ia memperlihatkan kekuasaan ilahi-Nya atas penyakit, alam, setan-setan dan bahkan maut. Namun, perlawanan dan kebencian terhadap Yesus bertumbuh dari pihak Imam Besar, orang-orang Farisi, dan Saduki. Pada akhirnya, Yesus ditangkapan dan disalibkan. Akan tetapi Ia bangkit untuk mengalahkan dosa dan maut, bahkan kebangkitan-Nya memateraikan kemenangan sebagai puncak bagi semua yang percaya kepada-Nya untuk menyelamatkan mereka. Kehadiran Yesus ke dunia bertujuan untuk memberikan jaminan keselamatan kepada setiap orang yang percaya kepada-Nya, sehingga iman mereka tidak sia-sia.

II.           Penjelasan Nats
1.      Pemberitahuan Pertama Tentang Penderitaan Yesus (ay. 31-32)
Inilah saat pertama kalinya Yesus memberitahukan tentang penderitaan yang akan dihadapinya di kayu salib. Yesus mengatakan bahwa diri-Nya akan menanggung banyak penderitaan, ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh, namun akan bangkit pada hari yang ketiga. Pada ayat ini kita dapat melihat bahwa penderitaan yang dihadapi oleh Yesus bukanlah penderitaan yang biasa-biasa saja, melainkan suatu penderitaan yang sangat berat yang mempertaruhkan nyawa-Nya. Apa yang Yesus ajarkan itu kontras sekali dengan konsep/ kepercayaan murid-murid tentang Mesias, sehingga menimbulkan reaksi dari para murid-Nya, Petrus. Petrus menarik Yesus ke samping untuk menegor Yesus agar Ia tidak melanjutkan perkataan-Nya kepada murid-murid-Nya.

2.      Syarat Mengikut Yesus (ay. 33-34)
Sikap Petrus menimbulkan kemarahan bagi Yesus. Sehingga di hadapan para murid-Nya, Yesus menghardik Petrus, “"Enyahlah Iblis, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia.” Yesus marah kepada Petrus karena perkataan Petrus menghalangi Yesus melakukan misi-Nya. Petrus berusaha mengarahkan Yesus untuk bertindak seperti konsep berfikirnya, sementara Yesus bertindak sesuai dengan konsep Allah. Maka Yesus menyatakan syarat utama mengikut Dia, yakni :
v  Menyangkal Diri : melupakan dan meninggalkan kepentingan sendiri (ego), adanya ketulusan dan penyerahan diri pada Tuhan. Penyangkalan diri berarti sebuah sikap yang diwujudkan dalam sebuah tekad, keinginan, komitmen, keberanian dan integritas.
v  Memikul Salib : Bahagian dari mengikut Yesus adalah siap menghadapi salib kehidupan (segala situasi yang terjadi karena iman kepada Kristus). Salib melambangkan beban berat yang harus ditanggung dan dipikul oleh pengikut Kristus, penderitaan (1 Ptr. 2:21), kematian (Kis. 10:39), kehinaan (Ibr. 12:2), cemoohan (Mat. 27:39), penolakan (1 Ptr. 2:4). Tentu saja kunci utamanya adalah SETIA
v  Ikut Dia : Mengikut yang dimaksud adalah tetap secara terus-menerus. Keputusan akhir yang tidak bisa ditawar dari seorang Kristen adalah MENGIKUT YESUS dalam Ketaatan.



3.      Upah Pengikut Yesus (ay. 35-38)
Yesus mengangkat 2 tipe manusia, yaitu Pertama, orang yang takut menderita demi Yesus dan Kedua, berani menderita bahkan mempertaruhkan nyawanya demi Yesus. ‘Menyelamatkan nyawa’ berarti mencari aman, tidak mau menghadapi resiko demi Kristus, tidak mau berkorban bagi Kristus. Ini jelas merupakan orang yang tidak cinta kepada Tuhan. Tidak ada cinta tanpa pengorbanan. Kehilangan nyawa sebagai wujud  cinta kasih kepada Kristus justru merupakan bagian dari jalan untuk memperoleh hidup yang kekal. Sebaliknya orang yang mempertahankan nyawanya untuk kesenangannya dan mengejar segala yang ada di dunia, bahkan yang menyangkal Yesus justru sedang berjalan menuju kekelaman.
Hidup yang diberikan Tuhan adalah sesuatu yang berharga untuk kita hargai dan syukuri. Namun bagaimanapun juga hidup di dunia ada batasnya, sehingga dalam ucapan Yesus selanjutnya ditegaskan: "Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia kehilangan nyawanya". Maka esensi kehidupan tidak hanya untuk bertahan hidup, tetapi jauh lebih dari itu adalah bertahan untuk tetap hidup bersama Dia yang memberi kehidupan. Jika hanya sekedar menyelamatkan nyawa, maka kita sedang mengejar hidup yang akan segera binasa, kita sedang mencari dan menikmati kebahagiaan yang palsu yang dengan sekejap akan lenyap. Bagi orang yang malu dan menyangkal Yesus, maka Yesuspun tidak akan mengakui mereka. Matius 7 : 23, “Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!”

III.        Refleksi & Aplikasi
v  Sebagai pengikut Kristus, hendaklah kita berfikir dan bertindak sebagaimana yang Tuhan inginkan dari kita, bukan malah mengarahkan Tuhan melakukan sesuatu yang kita pikirkan, seperti yang dilakukan Petrus.
v  Syarat mutlak yang harus kita miliki sebagai pengikut Kristus adalah kesiapan kita untuk menyangkal diri kita, siap memikul salib dan mengikut Dia. Tidak mudah memang, tapi bukan berarti tidak bisa. Jika Allah di pihak kita, maka Dialah yang akan memampukan kita untuk mengikut-Nya. Janji-Nya jelas, “Lalu firman-Nya: "Bukankah Aku akan menyertai engkau?” (Kel. 3 : 12).
v  Ciri khas orang percaya adalah hidup dalam iman percayanya dan berjalan di jalan Tuhan yang ia percayai. Berarti orang percaya tidak akan menggadaikan imannya demi kepentingannya sendiri, akan tetapi ia akan memperjuangkan iman percayanya dan siap berkorban demi Kristus yang diimaninya sebagai Juruselamat. Maka, komitmen kita adalah, “Saya mau ikut Yesus, saya mau ikut Yesus sampai s’lama-lamanya. Meskipun saya susah, menderita dalam dunia, saya mau ikut Yesus sampai s’lama-lamanya.” (KJ. No. 375). Amin..
C.Pdt. Polma Hutasoit, S.Th

Tidak ada komentar:

Posting Komentar