KERANGKA SERMON EVANGELIUM MINGGU 12 Juli 2015
MINGGU VI SETELAH TRINITATIS
Ev : Amos 7 : 7 – 15 Ep
: Efesus 1 : 3 – 14 S. Patik : Yohanes 15 : 7
Mendengarkan dan
Mentaati Nubuatan Tuhan
I.
Pendahuluan
Sering kita mendengar anggapan bahwa untuk menjadi pemberita Injil
haruslah terlebih dahulu menjadi Pendeta, Penatua, Diaken/ Diakones, dsb. Namun
tidak selamanya kita harus menerima pandangan ini. Setiap orang Kristen
memiliki tanggung jawab dan tugas untuk membawa dan memberitakan Injil dalam di
tempat dia berada. Karena Injil itu seharusnya merupakan segenap ruang lingkup
hidup orang percaya. Sama halnya dengan Nabi Amos. Dia dipanggil dari latar
belakang seorang gembala domba dan penanam pohon ara dari Tekoa. Allah
memberikan sebuah penglihatan bagi Amos tentang apa yang akan terjadi dan
mengutusnya memberitakan firman Allah bagi bangsa Israel, Kerajaan Utara.
Secara politik ekonomi, Kerajaan Utara berada pada puncak kejayaan, namun
kerohanian mereka mengalami degradasi (kemerosotan). Betel yang seharusnya
menjadi pusat kegiatan penyembahan kepada Allah, malah mereka jadikan tempat
untuk menyembah berhala-berhala. Untuk itulah Tuhan memanggil Amos, agar ia
menyampaikan bahwa Tuhan akan menjatuhkan hukuman yang berat sebagai
konsekuensi perbuatan mereka. Meskipun Amos tahu akan keterbatasannya sebagai
gembala dan petani, namun sama sekali dia tidak menolak panggilan Tuhan, karena
ia telah mendapat penglihatan dan dia punya keyakinan bahwa Tuhan yang akan
memperlengkapinya dalam menyuarakan suara Tuhan.
II.
Penjelasan Nats
1.
Firman Tuhan Sebagai Tali Sipat (ay. 7 – 9)
Tugas yang diemban oleh Amos tidak tanggung-tanggung. Dia diutus tidak
hanya menengur dan mengingatkan bangsa Israel, namun dia juga harus menegur
pola hidup raja yang berkuasa saat itu, yakni Raja Yerobeam, yang telah membawa
bangsa itu jauh dari Tuhan dan menyembah berhala. Bahkan ia dengan berani
menyampaikan dan menyuarakan hukuman yang akan mereka terima sesuai dengan
penglihatan yang dialaminya. Sebelumnya Amos telah mengalami 3 penglihatan. Penglihatan
Pertama, yaitu belalang yang
menghabisi tumbuh-tumbuhan (7 : 1 – 3). Kedua, Tampak Tuhan memanggil api untuk
menghanguskan (7 : 4 – 6). Dan Ketiga, Tali
Sipat (7 : 7 – 9). Dalam penglihatannya yang ketiga ini, Amos melihat Tuhan
berdiri di dekat sebuah tembok yang tegak lurus sembari memegang tali sipat.
Tali ini yang dipakai tukang bangunan untuk melihat tingkat kelurusan sebuah
bangunan. Sebuah bangunan yang tidak lurus, akan mudah roboh dan tidak memiliki
kekuatan, sehingga dengan membuat tali sipat sebagai ukuran, maka tukang akan
tahu bagaimana tingkat kelurusan atau kemiringan sebuah bangunan dan dapat
memperbaikinya sehingga menjadi bangunan yang kuat.
Tuhan melihat bahwa hidup orang Israel yang Ia bangun dalam kasih-Nya,
kini Allah melihat bahwa dosa dan ketamakan bangsa itu membuat hidup mereka
tidak lurus lagi kepada Tuhan. Segala penyimpangan terjadi saat itu. Terjadi
perbudakan, pemerasan terhadap kaum miskin, pemberian pajak yang tinggi
sehingga terjadi penyitaan dan penyerobotan harta dan tanah karena tidak mampu
membayar pajak. Untuk itu, firman Tuhan menjadi tali sipat yang akan diletakkan
di tengah-tengah orang Israel (umat Tuhan). Tidak ada lagi pengampunan bagi
mereka yang hidupnya tidak lurus. Allah sendirilah yang akan meluruskan Israel.
Bukit-bukit pengorbanan akan dilicintandaskan, tempat-tempat kuduspun akan
diruntuhkan dan diratakan karena tidak lagi dipakai untuk kekudusan. Bahkan
Allah sendiri akan bangkit melawan keluarga raja Yerobeam dengan pedang. Tuhan
akan memakai bangsa lain untuk meluluhlantakkan kerajaan itu beserta bangsa
itu.
Tujuan Tuhan jelas. Dia bukan hendak memusnahkan bangsa itu, namun ingin
memulihkannya dan meluruskannya. Hukuman ini akan menjadi teguran dan cambuk
bagi bangsa itu, sehingga mereka menyadari bahwa Tuhan lebih besar dari segala
apa yang dimiliki manusia. Bahkan Tuhan tetap di atas segala harta dan kekayaan
yang dimiliki setiap orang, meskipun kita mencarinya dengan susah payah dan
kerja keras. Sehingga tidak ada alasan untuk menyombongkannya. Karena semua
yang kita miliki itu tetap bersumber dari kasih setia Tuhan. Jangan pernah
mempertuhankan (memberhalakan) apapun, selain memperTuhankan Yesus Kristus agar
ketamakan menjauh dari kita. Firman Tuhan kiranya tetap menjadi tali sipat yang
menuntun hidup kita senantiasa lurus dan terarah pada-Nya. Jika Tuhan memakai
tali sipat itu dan mendapati tembok itu tidak rata, maka Dia yang akan
merobohkannya (Yes. 28 : 17).
2.
Penolakan Tidak Menyurutkan Semangat Memenuhi Panggilan Tuhan (ay. 10 –
15)
Kehadiran Nabi Amos membawa
firman Tuhan dan menyampaikan nubuatan akan kehancuran Kerajaan Israel ternyata
mendapat respon negatif. Yang lebih parah adalah sikap imam Amazia. Sebagai
seorang imam, ia seharusnya mendengar berita yang dibawa Amos dan mengarahkan bangsa
itu untuk bertobat. Namun sebaliknya, dia malah menyuruh orang menghadap raja
Yerobeam untuk mengatakan, “Amos telah
mengadakan persepakatan melawan tuanku di tengah-tengah kaum Israel; negeri ini
tidak dapat lagi menahan segala perkataannya. Sebab beginilah dikatakan Amos:
Yerobeam akan mati terbunuh oleh pedang dan Israel pasti pergi dari tanahnya
sebagai orang buangan.” Sementara itu, ia memerintahkan agar Amos
meninggalkan Betel dan mencari tempat lain untuk bernubuat dan mencari makan.
Amazia sebagai seorang imam juga telah dibutakan oleh harta, jabatan yang
diperoleh dari bangsa yang penuh dosa itu. Dia tahu bahwa semua korban
persembahan yang diberikan bangsa itu adalah dari hasil kejahatan. Bukannya
menegur bangsa itu, dia malah ikut menikmati semua itu tanpa ada rasa bersalah
sebagai seorang imam. Inilah mengapa ia juga mengatakan kepada Amos agar ia
pergi dan mencari makan di tempat lain. Ia beranggapan bahwa Amos juga sama
seperti dirinya yang mencari keuntungan (makan) dari pelayanannya. Ia menganggap
perkataan dan nubuatan Amos menjadi gangguan atas “kenyamanan” bangsa itu. Namun
dengan tegas Amos menyatakan motivasi pelayanannya yang tentu bertolak belakang
dengan motivasi pelayanan imam Amazia. Kalau imam Amazia berbicara atas nama
kerajaan, maka Amos datang atas nama Tuhan Allah. Imam Amazia memanfaatkan
pelayanannya untuk mencari keuntungan baginya tanpa peduli lagi akan hukuman
Tuhan. Berkat membutakan mata imannya. Bagi
nabi Amos, pelayanan adalah sarana menegakkan kebenaran dan menyampaikan firman
Tuhan. Jadi bukan persoalan apa yang akan diterimanya, melainkan apa yang akan
diberikannya untuk Tuhan dan umat yang dilayaninya.
Ketika Amazia mengusirnya
dengan kesombongan, Amos member jawab dengan kerendahan yang penuh keberanian, “Aku ini bukan nabi dan aku ini tidak
termasuk golongan nabi, melainkan aku ini seorang peternak dan pemungut buah
ara hutan. Tetapi TUHAN mengambil aku dari pekerjaan menggiring kambing domba,
dan TUHAN berfirman kepadaku: Pergilah, bernubuatlah terhadap umat-Ku Israel.”
Ia memperbandingkan dirinya yang adalah orang biasa, tidak memiliki latar
belakang sebagai seorang nabi, namun Tuhan pakai untuk menyadarkan bangsa yang
dipenuhi orang-orang pintar dan berilmu, bahkan kepada imam seperti Amazia yang
sudah sangat paham akan perintah dan hukum-hukum Tuhan. Ungkapan ini menegaskan
kepada kita bahwa apapun profesi kita dan sekecil apapun penghasilan kita,
Tuhan selalu pakai kita untuk menyatakan firman-Nya yang semestinya terlihat
dari hidup kita. Tuhan tidak memandang pekerjaan dan penghasilan kita menjadi
penghalang terhadap pemanggilan kita. Jika kita memang berjalan di jalan Tuhan,
tanggung jawab besar Tuhan siapkan bagi kita. Kalau Tuhan memampukan Amos, maka
Tuhan juga pasti akan memampukan kita bahkan saat kita ditolak atau tidak
diperhitungkan. Intinya, jangan pernah mencari keuntungan untuk diri sendiri
atas apa yang kita kerjakan di dalam melayani Tuhan. Karena Tuhan juga menyiapkan berkat-Nya bagi yang setia pada
mendengarkan dan mentaati perintah-Nya dengan setia.
III.
Kesimpulan dan Refleksi
ü Dunia saat ini sudah dipenuhi
oleh berbagai macam dosa. Tidak jarang kita melihat orang yang hidupnya hanya
berorientasi terhadap harta, jabatan dan segala yang berhubungan dengan ego. Penipuan,
KKN, sogok, bersatu untuk membangun koalisi untuk mengeruk keuntungan kelompok
maupun pribadi (pada saat ketahuan akan saling menuduh dan menyalahkan),
mengadu domba dsb. Sebagai orang yang telah ditebus Yesus, hendaknya kita
menegaskan apa yang menjadi orientasi hidup kita. Untuk Tuhankah.? Atau untuk
kepentingan diri sendiri.? Sehingga ketika Tuhan membawa “tali sipat”-Nya untuk
melihat hidup kita, maka kita tidak menjadi bagian dari yang akan dirobohkan.
ü
Tentu bukan tugas yang mudah untuk mempertahankan identitas kita
sebagai pengikut Kristus. Tugas kita
adalah mendengarkan
dan mentaati firman Tuhan. Bisa saja untuk mendengar bukanlah hal yang sulit,
namun ketika kita diperhadapkan dalam proses mentaatinya, kita akan terbentur
oleh kondisi dan keadaan sekitar kita. Kita bisa saja dianggap sebagai
pengganggu yang sok suci atau bahkan dianggap sebagai pengganggu “kenyamanan” mereka. Namun mari
kita teladani Amos, yang walaupun dia
ditolak, bahkan oleh imam yang seharusnya rekan sepelayanannya, namun dia tetap
menjalankan tugasnya sesuai perintah Tuhan.
Pdt. Polma Hutasoit, S.Th
Tidak ada komentar:
Posting Komentar