Kamis, 16 Juli 2015

Amos 7 : 7 - 15 Mendengarkan dan Mentaati Nubuatan Tuhan

KERANGKA  SERMON EVANGELIUM MINGGU 12 Juli  2015
MINGGU VI SETELAH TRINITATIS
Ev : Amos 7 : 7 – 15                                 Ep : Efesus 1 : 3 – 14                      S. Patik : Yohanes 15 : 7
Mendengarkan dan Mentaati Nubuatan Tuhan

I.              Pendahuluan
Sering kita mendengar anggapan bahwa untuk menjadi pemberita Injil haruslah terlebih dahulu menjadi Pendeta, Penatua, Diaken/ Diakones, dsb. Namun tidak selamanya kita harus menerima pandangan ini. Setiap orang Kristen memiliki tanggung jawab dan tugas untuk membawa dan memberitakan Injil dalam di tempat dia berada. Karena Injil itu seharusnya merupakan segenap ruang lingkup hidup orang percaya. Sama halnya dengan Nabi Amos. Dia dipanggil dari latar belakang seorang gembala domba dan penanam pohon ara dari Tekoa. Allah memberikan sebuah penglihatan bagi Amos tentang apa yang akan terjadi dan mengutusnya memberitakan firman Allah bagi bangsa Israel, Kerajaan Utara. Secara politik ekonomi, Kerajaan Utara berada pada puncak kejayaan, namun kerohanian mereka mengalami degradasi (kemerosotan). Betel yang seharusnya menjadi pusat kegiatan penyembahan kepada Allah, malah mereka jadikan tempat untuk menyembah berhala-berhala. Untuk itulah Tuhan memanggil Amos, agar ia menyampaikan bahwa Tuhan akan menjatuhkan hukuman yang berat sebagai konsekuensi perbuatan mereka. Meskipun Amos tahu akan keterbatasannya sebagai gembala dan petani, namun sama sekali dia tidak menolak panggilan Tuhan, karena ia telah mendapat penglihatan dan dia punya keyakinan bahwa Tuhan yang akan memperlengkapinya dalam menyuarakan suara Tuhan.

II.           Penjelasan Nats
1.        Firman Tuhan Sebagai Tali Sipat (ay. 7 – 9)
Tugas yang diemban oleh Amos tidak tanggung-tanggung. Dia diutus tidak hanya menengur dan mengingatkan bangsa Israel, namun dia juga harus menegur pola hidup raja yang berkuasa saat itu, yakni Raja Yerobeam, yang telah membawa bangsa itu jauh dari Tuhan dan menyembah berhala. Bahkan ia dengan berani menyampaikan dan menyuarakan hukuman yang akan mereka terima sesuai dengan penglihatan yang dialaminya. Sebelumnya Amos telah mengalami 3 penglihatan. Penglihatan Pertama, yaitu belalang yang menghabisi  tumbuh-tumbuhan (7 : 1 – 3). Kedua, Tampak Tuhan memanggil api untuk menghanguskan (7 : 4 – 6). Dan Ketiga, Tali Sipat (7 : 7 – 9). Dalam penglihatannya yang ketiga ini, Amos melihat Tuhan berdiri di dekat sebuah tembok yang tegak lurus sembari memegang tali sipat. Tali ini yang dipakai tukang bangunan untuk melihat tingkat kelurusan sebuah bangunan. Sebuah bangunan yang tidak lurus, akan mudah roboh dan tidak memiliki kekuatan, sehingga dengan membuat tali sipat sebagai ukuran, maka tukang akan tahu bagaimana tingkat kelurusan atau kemiringan sebuah bangunan dan dapat memperbaikinya sehingga menjadi bangunan yang kuat.
Tuhan melihat bahwa hidup orang Israel yang Ia bangun dalam kasih-Nya, kini Allah melihat bahwa dosa dan ketamakan bangsa itu membuat hidup mereka tidak lurus lagi kepada Tuhan. Segala penyimpangan terjadi saat itu. Terjadi perbudakan, pemerasan terhadap kaum miskin, pemberian pajak yang tinggi sehingga terjadi penyitaan dan penyerobotan harta dan tanah karena tidak mampu membayar pajak. Untuk itu, firman Tuhan menjadi tali sipat yang akan diletakkan di tengah-tengah orang Israel (umat Tuhan). Tidak ada lagi pengampunan bagi mereka yang hidupnya tidak lurus. Allah sendirilah yang akan meluruskan Israel. Bukit-bukit pengorbanan akan dilicintandaskan, tempat-tempat kuduspun akan diruntuhkan dan diratakan karena tidak lagi dipakai untuk kekudusan. Bahkan Allah sendiri akan bangkit melawan keluarga raja Yerobeam dengan pedang. Tuhan akan memakai bangsa lain untuk meluluhlantakkan kerajaan itu beserta bangsa itu.
Tujuan Tuhan jelas. Dia bukan hendak memusnahkan bangsa itu, namun ingin memulihkannya dan meluruskannya. Hukuman ini akan menjadi teguran dan cambuk bagi bangsa itu, sehingga mereka menyadari bahwa Tuhan lebih besar dari segala apa yang dimiliki manusia. Bahkan Tuhan tetap di atas segala harta dan kekayaan yang dimiliki setiap orang, meskipun kita mencarinya dengan susah payah dan kerja keras. Sehingga tidak ada alasan untuk menyombongkannya. Karena semua yang kita miliki itu tetap bersumber dari kasih setia Tuhan. Jangan pernah mempertuhankan (memberhalakan) apapun, selain memperTuhankan Yesus Kristus agar ketamakan menjauh dari kita. Firman Tuhan kiranya tetap menjadi tali sipat yang menuntun hidup kita senantiasa lurus dan terarah pada-Nya. Jika Tuhan memakai tali sipat itu dan mendapati tembok itu tidak rata, maka Dia yang akan merobohkannya (Yes. 28 : 17).
2.        Penolakan Tidak Menyurutkan Semangat Memenuhi Panggilan Tuhan (ay. 10 – 15)
Kehadiran Nabi Amos membawa firman Tuhan dan menyampaikan nubuatan akan kehancuran Kerajaan Israel ternyata mendapat respon negatif. Yang lebih parah adalah sikap imam Amazia. Sebagai seorang imam, ia seharusnya mendengar berita yang dibawa Amos dan mengarahkan bangsa itu untuk bertobat. Namun sebaliknya, dia malah menyuruh orang menghadap raja Yerobeam untuk mengatakan, “Amos telah mengadakan persepakatan melawan tuanku di tengah-tengah kaum Israel; negeri ini tidak dapat lagi menahan segala perkataannya. Sebab beginilah dikatakan Amos: Yerobeam akan mati terbunuh oleh pedang dan Israel pasti pergi dari tanahnya sebagai orang buangan.” Sementara itu, ia memerintahkan agar Amos meninggalkan Betel dan mencari tempat lain untuk bernubuat dan mencari makan. Amazia sebagai seorang imam juga telah dibutakan oleh harta, jabatan yang diperoleh dari bangsa yang penuh dosa itu. Dia tahu bahwa semua korban persembahan yang diberikan bangsa itu adalah dari hasil kejahatan. Bukannya menegur bangsa itu, dia malah ikut menikmati semua itu tanpa ada rasa bersalah sebagai seorang imam. Inilah mengapa ia juga mengatakan kepada Amos agar ia pergi dan mencari makan di tempat lain. Ia beranggapan bahwa Amos juga sama seperti dirinya yang mencari keuntungan (makan) dari pelayanannya. Ia menganggap perkataan dan nubuatan Amos menjadi gangguan atas “kenyamanan” bangsa itu. Namun dengan tegas Amos menyatakan motivasi pelayanannya yang tentu bertolak belakang dengan motivasi pelayanan imam Amazia. Kalau imam Amazia berbicara atas nama kerajaan, maka Amos datang atas nama Tuhan Allah. Imam Amazia memanfaatkan pelayanannya untuk mencari keuntungan baginya tanpa peduli lagi akan hukuman Tuhan. Berkat membutakan mata imannya. Bagi nabi Amos, pelayanan adalah sarana menegakkan kebenaran dan menyampaikan firman Tuhan. Jadi bukan persoalan apa yang akan diterimanya, melainkan apa yang akan diberikannya untuk Tuhan dan umat yang dilayaninya.
Ketika Amazia mengusirnya dengan kesombongan, Amos member jawab dengan kerendahan yang penuh keberanian, “Aku ini bukan nabi dan aku ini tidak termasuk golongan nabi, melainkan aku ini seorang peternak dan pemungut buah ara hutan. Tetapi TUHAN mengambil aku dari pekerjaan menggiring kambing domba, dan TUHAN berfirman kepadaku: Pergilah, bernubuatlah terhadap umat-Ku Israel.” Ia memperbandingkan dirinya yang adalah orang biasa, tidak memiliki latar belakang sebagai seorang nabi, namun Tuhan pakai untuk menyadarkan bangsa yang dipenuhi orang-orang pintar dan berilmu, bahkan kepada imam seperti Amazia yang sudah sangat paham akan perintah dan hukum-hukum Tuhan. Ungkapan ini menegaskan kepada kita bahwa apapun profesi kita dan sekecil apapun penghasilan kita, Tuhan selalu pakai kita untuk menyatakan firman-Nya yang semestinya terlihat dari hidup kita. Tuhan tidak memandang pekerjaan dan penghasilan kita menjadi penghalang terhadap pemanggilan kita. Jika kita memang berjalan di jalan Tuhan, tanggung jawab besar Tuhan siapkan bagi kita. Kalau Tuhan memampukan Amos, maka Tuhan juga pasti akan memampukan kita bahkan saat kita ditolak atau tidak diperhitungkan. Intinya, jangan pernah mencari keuntungan untuk diri sendiri atas apa yang kita kerjakan di dalam melayani Tuhan. Karena Tuhan juga menyiapkan berkat-Nya bagi yang setia pada mendengarkan dan mentaati perintah-Nya dengan setia.

III.      Kesimpulan dan Refleksi
ü  Dunia saat ini sudah dipenuhi oleh berbagai macam dosa. Tidak jarang kita melihat orang yang hidupnya hanya berorientasi terhadap harta, jabatan dan segala yang berhubungan dengan ego. Penipuan, KKN, sogok, bersatu untuk membangun koalisi untuk mengeruk keuntungan kelompok maupun pribadi (pada saat ketahuan akan saling menuduh dan menyalahkan), mengadu domba dsb. Sebagai orang yang telah ditebus Yesus, hendaknya kita menegaskan apa yang menjadi orientasi hidup kita. Untuk Tuhankah.? Atau untuk kepentingan diri sendiri.? Sehingga ketika Tuhan membawa “tali sipat”-Nya untuk melihat hidup kita, maka kita tidak menjadi bagian dari yang akan dirobohkan.
ü  Tentu bukan tugas yang mudah untuk mempertahankan identitas kita sebagai  pengikut Kristus. Tugas kita adalah mendengarkan dan mentaati firman Tuhan. Bisa saja untuk mendengar bukanlah hal yang sulit, namun ketika kita diperhadapkan dalam proses mentaatinya, kita akan terbentur oleh kondisi dan keadaan sekitar kita. Kita bisa saja dianggap sebagai pengganggu yang sok suci atau bahkan dianggap sebagai pengganggu “kenyamanan” mereka. Namun mari kita  teladani Amos, yang walaupun dia ditolak, bahkan oleh imam yang seharusnya rekan sepelayanannya, namun dia tetap menjalankan tugasnya sesuai perintah Tuhan.

Pdt. Polma Hutasoit, S.Th

Tidak ada komentar:

Posting Komentar