Jumat, 31 Juli 2015

Yesaya 44 : 6 – 8, "Tidak Ada Allah Selain dari TUHAN"

KERANGKA SERMON EVANGELIUM MINGGU 20 Juli 2014
Minggu V Setelah Trinitatis (Ketritunggalan Allah/ Hasitolusadaan Ni TUHAN)
Ev  :  Yesaya 44 : 6 – 8       Ep  : Matius 13 : 24 – 30 + 36 – 43         Patik : I – II (Lapatanna)
Tidak Ada Allah Selain dari TUHAN

I.              Pendahuluan
Menjadi bangsa pilihan Allah tidak membuat bangsa Israel menjadi bangsa yang pantas untuk diteladani. Kehidupan mereka sama sekali tidak membuat Allah senang, malah menduakan Tuhan dengan menyembah berhala dan melakukan berbagai macam dosa menjadi kebiasaan bagi mereka. Tuhan yang maha kasih tentu tidak ingin bangsa yang dikasihi-Nya hidup dalam lumuran dosa, sehingga Allah mengizinkan mereka mengalami penderitaan dan penjajahan. Penderitaan itu merupakan resiko bagi mereka yang tidak mengindahkan perintah Allah dan yang mendukakan hati Allah. Ganjaran dari ketidaksetiaan Israel kepada Tuhan adalah kesengsaraan yang sangat menyakitkan. Bangsa Israel sendiri sudah bagaikan domba yang tersesat dalam perangkap pemangsa yang tidak tahu lagi jalan keluar dan tidak tahu lagi kepada siapa mereka mengadu. Allah yang maha kasih itu melihat tangisan dan penderitaan umat-Nya, sehingga Dia mengutus Yesaya untuk menuntun mereka kembali ke jalan Allah dan menguatkan bangsa yang hilang harapan itu melalui penyampaian firman Allah. Melalui nabi Yesaya, Allah kembali mengingatkan bangsa itu akan pemilihan Allah terhadap mereka sebagai bangsa pilihan (Yesyurun[1] yang telah Kupilih, ay. 2) dan Allah senantiasa akan menolong mereka. Melalui nats ini, Allah sendiri mengambil inisiatif untuk memulihkan kehidupan bangsa Israel karena bangsa itu sudah hilang harapan dan sudah pasrah bahwa hidup mereka akan berakhir dalam penderitaan.

II.           Penjelasan Nats
  1. TUHAN adalah Satu-satunya Raja, Penebus dan TUHAN Semesta Alam (ay. 6)
Umat Allah yang di buang di Babel ini tidak ditempatkan di dalam penjara, melainkan di suatu tempat yang dekat dengan Babel. Mereka boleh mendirikan rumah, berdagang, bercocok tanam, memelihara adat-istiadatnya sendiri, dan juga tetap boleh memeluk agamanya. Namun mereka harus tetap patuh kepada perintah raja dan melakukan kerja paksa (rodi), serta patuh pada penguasa-penguasa Babel. Kondisi yang demikian ini menjadikan umat Allah (Israel) di Babel dapat berinteraksi secara bebas dan leluasa dengan penduduk asli Babel yang tentu juga dengan agama serta adat-istiadanya. Situasi inilah yang memungkinkan mereka ikut terseret untuk percaya kepada ilah-ilah orang Babel, sehingga iman mereka semakin kehilangan arah. Meskipun secara ekonomi mereka hidup berkecukupan, namun mereka tetap merasa tersiksa dan hidup dalam kehampaan, karena mereka tidak tinggal dekat dengan Bait Allah yang ada di Yerusalem.
Melihat keterpurukan iman bangsa Israel, maka Allah mengutus Yesaya untuk mengatakan firman Allah: “Akulah yang terdahulu dan Akulah yang terkemudian; tidak ada Allah selain dari pada-Ku”. Penegasan ini diungkapkan oleh Allah untuk meyakinkan umat-Nya juga segenap orang percaya bahwa semua yang ada di dunia ini bertekuk lutut di bawah kuasa Allah. Kuasa Allah itu menuntun umat pilihan-Nya saatnya kembali dari pembuangan ke negerinya Yerusalem. Dan walaupun saat mengalami penderitaan di pembuangan sesungguhnya Allah tidak meninggalkan bangsa itu. Saat bangsa itu telah menemui jalan buntu dan telah putus asa, maka Allah menjanjikan pemulihan. Artinya janji penyelamatan itu Tuhan berikan bukan karena bangsa itu melakukan yang baik di hadapan Tuhan, melainkan hasih kasih karunia semata dari Allah atas bangsa-Nya.
Ketidakmampuan manusia lepas dari jerat dosa menjadi penghalang bagi manusia untuk sampai ke dalam kemuliaan Bapa di sorga. Bahkan tidak hanya bangsa Israel, semua manusia tidak ada yang sanggup lepas dari belenggu dosa itu. Allah telah mengutus para nabi kepada bangsa Israel untuk menjadi perpanjangan lidah Allah menyuarakan pertobatan, namun tidak lama kemudian bangsa itu kembali lagi ke hidup lama. Jatuh bangun iman bangsa Israel dan umat manusia menegaskan betapa terbatasnya manusia itu untuk melakukan kehendak Allah, sehingga sebaik apapun manusia itu, tetap dia tidak dapat menjamin keselamatannya. Untuk itulah seperti yang telah dinubuatkan oleh para nabi dalam Perjanjian Lama, Allah mengutus Anak-Nya yang tunggal untuk menebus manusia itu, agar dosa tidak lagi menjadi penghalang untuk menjadi pewaris Kerajaan Allah. Kembali inisiatif Allahlah yang melayakkan dan membenarkan manusia untuk menjadi bagian dari kemuliaan-Nya. Untuk itu, manusia harus mempertahankan kemerdekaan iman yang telah Yesus berikan, agar kemerdekaan/ keselamatan itu tidak menjadi sia-sia.

  1. TUHAN Adalah Allah yang Kekal (ay. 7)
Allah melalui nabi Yesaya menegaskan kembali bahwa apapun dan siapapun tidak ada yang mampu seperti Allah. “Siapakah seperti Aku?” Allah menegur bangsa Israel agar mereka menyadari bahwa berhala yang mereka sembah tidak mampu dan tidak akan pernah bisa memberikan keselamatan bagi mereka karena yang mereka sembah itu sama sekali tidak punya kuasa apa-apa. Itu hanyalah patung buatan manusia. Sementara Allah yang Esa adalah Allah senantiasa setia mengiringi hidup bangsa Israel dan yang menjanjikan hal-hal yang akan datang kepada bangsa itu, yaitu keselamatan dan  hidup yang kekal bagi yang setia kepada-Nya. Yesaya menantang bangsa Israel untuk membuktikan apakah allah yang mereka sembah itu memiliki kuasa untuk menentukan masa depan bangsa itu. Melalui firman ini, Allah ingin agar setiap orang mampu mengatakan dan mengimani bahwa, “bagi kita hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa, yang dari pada-Nya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan satu Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus, yang oleh-Nya segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia kita hidup” (1 Kor. 8:6). Untuk itu, Allah katakan bahwa Dialah Allah yang mengabarkan dari dahulu kala hal-hal yang akan datang yaitu hidup yang kekal digenapi dalam diri Yesus Kristus, “Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus (Yoh. 17:3)”.
Allah itu kekal selama-lamanya dari penciptaan sampai kesudahannya, Ia adalah Tuhan diatas semuanya dan Ia yang telah menang mengalahkan kejahatan dan memerintah selama-lamaya, sehingga dosa dan maut tidak pernah bisa mengalahkan-Nya (I Kor 15 :55).

  1. TUHAN adalah Gunung Batu Pelindung Orang yang Percaya (ay. 8)
Allah tidak hanya memberi pengharapan kepada bangsa itu, namun Allah ingin bangsa itu juga mau bangkit dan menerima janji kebenaran itu. Tuhan ingin bangsa itu juga aktif dalam menghidupi keselamatan yang akan Tuhan berikan kepada mereka. Allah tahu bahwa orang yang akan menyuarakan dan melakukan firman Tuhan akan menghadapi tantangan yang mudah, apalagi bangsa Israel yang berada di tengah-tengah orang-orang yang tidak mengenal Allah Israel. Namun dengan tegas Allah memerintahkan mereka agar tidak gentar dan tidak takut. Karena sesungguhnya bangsa itu telah dipilih sejak dahulu untuk menjadi saksi Allah di dunia ini untuk menyatakan dan menyuarakan kebesaran dan keagungan Tuhan. Seharusnya bangsa Israel mampu mempersaksikan bagaimana perlindungan Tuhan dalam sejarah kehidupan mereka sejak Allah membebaskan bangsa itu dari berbagai kesulitan, termasuk mengeluarkan mereka dari tanah Mesir dan 40 tahun di padang gurun.
Menjadi saksi di tengah dunia yang penuh dengan dosa dan kejahatan ini tidaklah mudah sebab memerlukan integritas iman yang tinggi, karena itulah ada harga yang harus dibayar. Tetapi harga itu pasti dapat kita bayar sebab Tuhan akan memampukan kita. Harga itu dapat berupa masalah yang besar karena kita berbedea dengan dunia. Bahkan Iblis berusaha untuk mencari kelemahan kita dan mendatangkan masalah bagi kita supaya kita jatuh dalam dosa dan jauh dari hadirat Allah. Janganlah gentar dan janganlah takut (ay 8a), ungkapan ini merupakan suatu jaminan Allah bagi orang-orang percaya, maka Ia tetap setia menyertai dan menguatkan dan menolong bangsa itu. Dan perkatan ini juga di ucapkan oleh Yesus pada para murid-Nya saat perpisahan (Mat 28:20b). TUHAN sebagai pelindung bangsa itu menggambarkan diri-Nya sebagai Gunung Batu yang menjadi benteng pertahanan (iman) bangsa itu, sehingga tidak ada lagi alasan bagi bangsa itu untuk takut dan gentar untuk menjadi saksi-saksi kebenaran Allah dimanapun mereka berada.

III.        Aplikasi
Masalah, persoalan, kesulitan, tantangan sudah menjadi bahagian dari hidup manusia. Semua itu bermula ketika manusia pertama itu jatuh ke dalam dosa. Namun bagi orang Kristen, masalah, persoalan, kesulitan maupun tantangan adalah proses pembentukan iman yang lebih teruji. Seperti yang kita ketahui, bahwa sesungguhnya masalah, persoalan, kesulitan maupun tantangan bisa timbul karena 2 hal. Pertama, akibat/ konsekuensi/ resiko dari dosa yang kita lakukan atau perbuatan yang tidak berkenan kepada Tuhan. Penderitaan seperti inilah yang dihadapi bangsa Israel dalam perikop ini. Kedua, merupakan salib yang harus kita pikul. Yesus katakan kepada murid-murid-Nya: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku (Mat. 16:24; Mark. 8:34; Luk. 9:23).”
Akan tetapi kedua alasan ini adalah bagian membentuk iman yang lebih teguh. Tuhan ijinkan manusia yang melakukan kesalahan menderita karena kesalahannya agar ada pertobatan, pembaharuan hidup, mau memohon pengampunan kepada Allah dan menempa diri menjadi orang yang setia di hadapan Tuhan. Tuhan juga ijinkan orang yang setia menghadapi tantangan hidup dengan tujuan agar imannya semakin teruji. Dengan demikian, perlu kita pahami dan renungkan bahwa:
1.    Keselamatan yang kita peroleh adalah kasih kasih karunia, bukan karena kebaikan/ usaha kita (Ef. 2:8-9).
2.    Jangan fokus terhadap persoalan hidup, karena itu bisa melemahkan iman kita, namun fokuslah akan berkat Tuhan yang kita terima, maka sesungguhnya sesulit apapun kehidupan kita, kita mampu tetap bersyukur dan mengandalkan Tuhan mengatasi persoalan hidup kita (KJ. No. 438 – 439).
3.    Setialah senantiasa dalam iman, karena kita adalah saksi-saksi Tuhan. Kita menjadi saksi atas kebaikan Tuhan dalam hidup kita. Untuk itu, pengikut Kristus yang benar harus mempersaksikan imannya dan mengimani kesaksiannya sebagai buah kebaikan Tuhan.
4.    Jangan takut, jangan gentar. Memang dalam menegakkan kebenaran dan keadilan, kita akan bersentuhan dengan kecurangan, penipuan, ketidakadilan dsb. Namun Tuhan tidak sembarangan mengutus kita menjadi saksi-Nya, namun Dia juga akan memperlengkapi kita dengan persenjataan iman dan Dia menjadi Gunung Batu kita yang senantiasa membentengi kita (Ef. 4:11-13). Kita telah dipanggil, dipilih dan ditetapkan Tuhan untuk menjadi saksi-Nya untuk pergi dan menghasilkan buah dan buah itu tetap, sehingga apa yang kita minta kepada Bapa dalam nama Yesus, maka akan diberikan-Nya kepada kita (Yoh. 15:16).
Tuhan Yesus memberkati. Amin..
C.Pdt. Polma Hutasoit, S.Th

“Bagi orang Kristen, SETIA itu tidak dibatasi situasi, suasana, tempat maupun waktu.
SETIA itu harus menjadi Karakter Orang Kristen”.



[1] “Yesyurun” : Nama Kuno untuk Yakub atau Israel, yang artinya: “Yang Benar” (bd. Ulangan 32:15; 33:5, 26)

1 komentar:

  1. Shalom bapak, ibu dan saudara/i yang dikasihi oleh Tuhan. Apakah ada diantara bapak, ibu maupun saudara/i yang pernah mendengar tentang Shema Yisrael dan V'ahavta? Kalimat pernyataan keesaan YHWH ( Adonai/ Hashem ) dan perintah untuk mengasihiNya yang dapat kita temukan dalam Ulangan/ דברים/ Devarim 6 : 4 - 6 yang juga pernah dikutip oleh Yeshua/ ישוע/ Yesus di dalam Injil khususnya dalam Markus 12 : 29 - 31, sementara perintah untuk mengasihi sesama manusia dapat kita temukan dalam Imamat/ ויקרא/ Vayikra 19 : 18. Mari kita pelajari cara membacanya satu-persatu seperti yang akan dijabarkan di bawah ini :

    Ulangan/ דברים/ Devarim 6 : 4 - 6, " שְׁמַ֖ע יִשְׂרָאֵ֑ל יְהֹוָ֥ה אֱלֹהֵ֖ינוּ יְהֹוָ֥ה ׀ אֶחָֽד׃. וְאָ֣הַבְתָּ֔ אֵ֖ת יְהֹוָ֣ה אֱלֹהֶ֑יךָ בְּכׇל־לְבָבְךָ֥ וּבְכׇל־נַפְשְׁךָ֖ וּבְכׇל־מְאֹדֶֽךָ׃. "

    Cara membacanya dengan mengikuti aturan tata bahasa Ibrani yang berlaku, " Shema Yisrael! YHWH [ Adonai ] Eloheinu, YHWH [ Adonai ] ekhad. V'ahavta e YHWH [ Adonai ] Eloheikha bekol levavkha uvkol nafshekha uvkol me'odekha

    Imamat/ ויקרא/ Vayikra 19 : 18, " וְאָֽהַבְתָּ֥ לְרֵעֲךָ֖ כָּמ֑וֹךָ. "

    Cara membacanya dengan mengikuti aturan tata bahasa Ibrani yang berlaku, " V'ahavta l'reakha kamokha "

    Untuk artinya dapat dilihat pada Alkitab LAI.

    Terkadang pula ada sisipan kalimat Barukh seperti ini setelah diucapkannya Shema

    " . בָּרוּךְ שֵׁם כְּבוֹד מַלְכוּתוֹ לְעוֹלָם וָעֶד. "
    ( Barukh Shem kevod malkuto, le'olam va'ed, artinya Diberkatilah Nama yang mulia, KerajaanNya untuk selamanya )

    Semoga bermanfaat.
    🕎✡️🐟🤚🏻👁️📜🕯️🤴🏻👑🗝️🛡️🗡️🏹⚖️⚓🕍✝️🗺️🌫️☀️🌒⚡🌈🌌🔥💧🌊🌬️❄️🌱🌾🍇🍎🍏🌹🍷🥛🍯🐏🐑🐐🐂🐎🦌🐪🐫🦁🦅🕊️🐍₪🇮🇱

    BalasHapus