Kamis, 30 Juli 2015

Zakaria 9 : 9 – 10, "Dia Datang Dengan Adil dan Jaya"

KERANGKA  SERMON EVANGELIUM MINGGU 08 Desember  2013
MINGGU ADVENT II
Ev : Zakaria 9 : 9 – 10                      Ep : Lukas 1 : 46 – 55                       Mazmur 31 : 24 – 25
Dia Datang Dengan Adil dan Jaya

I.                   Pendahuluan
Zakaria adalah seorang nabi yang dipilih Allah menjadi perpanjangan tangan-Nya menyampaikan firman Tuhan ke tengah-tengah bangsa-Nya yang kembali dari pembuangan ke Yerusalem. Bersama dengan Hagai, Zakaria sukses menggugah dan mengarahkan bangsa itu untuk membangun kembali Bait Suci, di mana Bait Suci tersebut ditahbiskan sekitar tahun 516/515 sM. Nabi Zakaria bernubuat kepada 50.000 orang yang kembali ke Yehuda pada tahap pertama pemulihan pasca pembuangan. Jadi tujuan Allah memakai Zakaria menjadi nabi adalah mendorong umat Allah yang tersisa itu untuk melanjutkan pembangunan Bait Suci (Pasal 1 – 8) serta memberi semangat kepada mereka yang telah berhasil membangun Bait Suci tersebut. Zakaria juga menubuatkan akan datangnya Mesias yang akan membawa kemerdekaan, kedamaian dan sukacita yang sesungguhnya (Pasal 9 – 14). Pasal 9 sendiri terdiri dari 3 bagian nubuatan Zakaria, yaitu : Pertama, Zakaria menubuatkan tentang hukuman atas bangsa-bangsa di sekitar Israel yang tidak melakukan ketetapan Allah (9:1-8). Kedua, Nubuatan akan datangnya Raja Mesias pembawa damai dan keselamatan yang sempurna (9:9-10). Dan Ketiga, Penyelamatan Allah atas umat-Nya yang hidup dalam firman-Nya (9:11-17). Nabi Zakaria juga mengarahkan umat Tuhan untuk mempersiapkan diri dalam menyambut kedatangan Mesias dengan tetap hidup dalam penyembahan kepada Tuhan dan hidup seturut dengan firman Tuhan yang diajarkan Zakaria kepada mereka. Dengan kata lain, Zakaria menuntun mereka agar tidak berpangkutangan dalam menantikan janji Tuhan, namun tetap aktif dalam melakukan dan menghadirkan damai dalam hidup mereka.

II.                Penjelasan Nats
Bangsa Israel yang telah beroleh kebebasan dari penjajahan Babel tentunya sangat bersyukur dan bersukacita karena Tuhan telah berkenan atas mereka. Dan sebagai respon mereka atas anugerah Tuhan tersebut mereka bersama-sama membangun kembali Bait Suci sebagai tempat mereka membangun persekutuan dan memuji Tuhan. Untuk meneguhkan iman dan pengharapan bangsa itu, Zakaria tetap membimbing mereka sesuai dengan firman Tuhan kepadanya. Ketika nubuatan-nubuatan itu diperdengarkan, orang-orang Israel sedang menanti-nantikan seorang raja. Mereka sudah memiliki pengalaman beberapa raja sebelumnya dan mereka juga mengalami penaklukan penguasa-penguasa lain. Mereka merindukan keadilan dan kedamaian. Di tengah situasi seperti itulah seruan untuk bersukacita menyambut seorang Raja diperdengarkan. Raja yang datang itu amat berbeda dengan raja-raja atau penguasa dunia.
1.      Raja itu yang datang melawat umat-Nya. “Lihat, rajamu datang kepadamu” (ayat 9).
Bersorak-soraklah dengan nyaring, hai puteri Sion, bersorak-sorailah, hai puteri Yerusalem! Lihat, rajamu datang kepadamu; ia adil dan jaya. Ia lemah lembut dan mengendarai seekor keledai, seekor keledai beban yang muda.Alasan yang paling utama untuk bersukacita adalah nubuatan akan datangnya sang Raja. Raja yang dimaksud oleh Zakaria bukanlah raja yang datang dengan kemegahan dan keperkasaannya. Namun sebaliknya, Raja itu adalah Raja yang datang dengan kerendahan hati (bd. Flp. 2:5-8). Dia tidak naik kuda perang yang gagah, melainkan naik keledai muda. Nubuatan itu dipenuhi dalam diri Yesus. Yesus mengendarai keledai memasuki Yerusalem di mana orang banyak menyambut-Nya dan berseru, "Hosana! Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, Raja Israel!" (Yohanes 12:13; Mat. 21:1-5). Dengan memakai keledai Yesus memasuki kota kudus serta menyatakan diri-Nya sebagai Mesias dan Juruselamat yang siap mengadakan karya luar biasa yaitu penyelamatan terhadap dosa manusia. Ia sendiri yang mengambil prakarsa untuk datang karena kasih-Nya. Allah tahu keadaan umat-Nya. Ia peduli pada umatNya. Kenyataan inilah yang boleh meneguhkan kita untuk tetap beriman teguh kepadaNya. Perlu kita resapkan dalam hati bahwa Tuhan mengetahui setiap detil kehidupan kita, khususnya keadaan kita yang tidak dapat lepas dari kuasa maut karena dosa-dosa kita. Ia tahu yang terbaik dalam hidup kita. Dan, lebih dari itu, Ia menghendaki agar kita selamat dan hidup dalam pemeliharaan-Nya. Itu sebabnya tidak ada kata ‘putus asa’ dalam kamus orang yang percaya kepada Tuhan. Tuhan memberi kesempatan kepada kita bersukacita meskipun gelombang terkadang menghadang.
Karakter Raja yang akan datang itu adalah adil, jaya (menyelamatkan), dan lemah lembut. Semuanya ini merupakan kebutuhan umat manusia dari dulu hingga hari ini yang hanya dapat diberikan oleh Tuhan dengan sempurna. Ia adalah adil, memberikan yang terbaik untuk umat manusia. Kualitas seperti itulah yang semestinya dimiliki oleh seorang raja, bukan memberatkan atau menuntut di luar kemampuan orang lain. Raja itu ‘jaya’ atau ‘menyelamatkan’, bukan mencelakakan. Kita tahu bahwa Yesus memberi diri-Nya menjadi korban untuk menyelamatkan umat manusia. Berbeda dengan penguasa dunia yang dengan mudah mengorbankan orang lain untuk ‘menyelamatkan’ dirinya. Raja itu juga lemah lembut, sesuatu yang bertolak belakang dengan keangkuhan manusia. Raja atau penguasa dunia dan para pengagumnya menghendaki ‘wibawa’ yang identik dengan ‘sedikit seram’ dan ditakuti. Berbeda dengan sang Raja itu yang lemah-lembut. dan kita tahu bahwa kelemahlembutan berulangkali ditekankan di dalam Alkitab. Itu berarti karakter Sang raja itu hendaklah menjadi karakter para pengikut-Nya.

2.      Tugas Sang Raja yang akan datang itu adalah melenyapkan perangkat-perangkat perang.
Ia akan melenyapkan kereta-kereta dari Efraim dan kuda-kuda dari Yerusalem; busur perang akan dilenyapkan, dan ia akan memberitakan damai kepada bangsa-bangsa. Wilayah kekuasaannya akan terbentang dari laut sampai ke laut dan dari sungai Efrat sampai ke ujung-ujung bumi. Mesias yang dinubuatkan Zakaria itu adalah Raja Damai yang akan membawa dan memberitakan damai kepada seluruh bangsa. Mereka yang mau mengikut Dia akan merasakan sukacita yang sesungguhnya dan yang tida semu. Putri Sion merupakan gambaran jemaat-Nya yang ditebus dan dibebaskan. Dialah Raja ilahi yang memerintah bukan dengan tangan besi, bukan pula dengan senjata perang. Namun kunci Kerajaan-Nya terletak pada kasih, kelemahlembutan, semangat dalam menghadapi pergumulan dan sukacita yang melimpah. Puncaknya, Ia mati di kayu salib untuk mendamaikan kita orang-orang berdosa dengan Allah. Damai itu juga yang Ia kehendaki diwujudkan oleh para pengikut-Nya dalam kehidupan di dunia ini. Ia berfirman, “Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah” (Matius 5:9).
Dalam hal ini tugas kita adalah membawa damai. Kita diutus ‘membawa’ damai. Artinya, kita harus terlebih dahulu memiliki damai itu sebelum membawa damai kepada orang lain. Hal ini juga menegaskan bahwa tugas pemberitaan Injil bukan dengan pedang atau senjata dan sikap arogansi, melainkan dengan kerendahan hati dan semangat damai.

III.             Aplikasi
ü  Zakaria dalam nubuatannya dengan jelas mengajarkan akan datangnya Raja Mesias Raja Damai dan Juruselamat manusia. Dia mempersiapkan bangsa Israel untuk menyongsong kedatangan-Nya (kelahiran-Nya) dengan semakin mendekatkan diri kepada Tuhan, membangun kembali Bait Suci sebagai tempat bersekutu memuji Tuhan. Jadi dalam penantiaannya mereka tidak berdiam diri, namun tetap bekerja, berkarya dan selalu siap dalam menanti Sang Raja.
ü  Kita sering mendengar bahkan mengucapkan kalimat, “Menunggu adalah perkerjaan yang paling membosankan”. Menunggu membuat seolah-olah waktu berjalan sangat lambat sehingga ketika yang kita tunggu tak kunjung datang kita merasa bosan, bahkan bisa jadi kita merasa jengkel dan ragu apakah dia benar-benar mau datang atau tidak. Namun berbeda halnya dengan menanti kedatangan Tuhan yang kedua, Penantian di sini berkaitan dengan 'siapa' dan 'bagaimana'. Yang dinantikaan adalah Mesias, sang Raja. 'Bagaimana' sikap penantian? Dikatakan supaya 'bersorak-sorak dengan nyaring', yang artinya dengan penuh sukacita. Kita memang tidak tahu kapan Dia akan datang, namun pengharapan kita sebagai orang Kristen, Dia pasti akan datang seperti yang telah dijanjikannya. Untuk itu yang perlu kita lakukan adalah mempersiapkan diri kita senantiasa dengan hidup di dalam kasih-Nya. Menciptakan perdamaian dan sukacita dimanapun kita berada dan mampu menjadi berkat bagi sesama kita. Ibarat seorang pelajar yang baik, dia harus selalu siap untuk diuji oleh gurunya dan dia tidak mulai belajar ketika ujian akan tiba. Kiranya Tuhan memperlengkapi kita dengan kasih-Nya untuk mempersiapkan diri kita menyambut kedatangan-Nya. Tuhan Yesus memberkati. Amin.

C.Pdt. Polma Hutasoit

3 komentar:

  1. Terima Kasih Bapak Pendeta Bahan Renungannya. Tuhan memberkati Bapak Selalu dalam Tugas dan Pelayanan di Ladang Tuhan.

    BalasHapus
  2. Terima Kasih Bpk Pdt dengan renungan yg sangat dasyat ini. Tuhan berkati Bpk dalam Tugas melayani Tuhan

    BalasHapus
  3. Terimah kasih atas renungan yg begitu sistimatika ,TUHAN YESUS sumber hikmat senantiasa Makai hambah-Nya semakin heran

    BalasHapus