KERANGKA SERMON
EVANGELIUM MINGGU 08 Desember 2013
MINGGU ADVENT II
Ev
: Zakaria 9 : 9 – 10 Ep : Lukas 1 : 46 – 55 Mazmur 31 : 24 – 25
Dia Datang Dengan Adil dan Jaya
I.
Pendahuluan
Zakaria adalah seorang nabi yang dipilih Allah menjadi perpanjangan tangan-Nya
menyampaikan firman Tuhan ke tengah-tengah bangsa-Nya yang kembali dari
pembuangan ke Yerusalem. Bersama dengan Hagai, Zakaria sukses menggugah dan
mengarahkan bangsa itu untuk membangun kembali Bait Suci, di mana Bait Suci
tersebut ditahbiskan sekitar tahun 516/515 sM. Nabi Zakaria bernubuat kepada
50.000 orang yang kembali ke Yehuda pada tahap pertama pemulihan pasca
pembuangan. Jadi tujuan Allah memakai Zakaria menjadi nabi adalah mendorong
umat Allah yang tersisa itu untuk melanjutkan pembangunan Bait Suci (Pasal 1 –
8) serta memberi semangat kepada mereka yang telah berhasil membangun Bait Suci
tersebut. Zakaria juga menubuatkan akan datangnya Mesias yang akan membawa
kemerdekaan, kedamaian dan sukacita yang sesungguhnya (Pasal 9 – 14). Pasal 9 sendiri
terdiri dari 3 bagian nubuatan Zakaria, yaitu : Pertama, Zakaria menubuatkan tentang hukuman atas bangsa-bangsa di
sekitar Israel yang tidak melakukan ketetapan Allah (9:1-8). Kedua, Nubuatan akan datangnya Raja
Mesias pembawa damai dan keselamatan yang sempurna (9:9-10). Dan Ketiga, Penyelamatan Allah atas umat-Nya
yang hidup dalam firman-Nya (9:11-17). Nabi Zakaria juga mengarahkan umat Tuhan
untuk mempersiapkan diri dalam menyambut kedatangan Mesias dengan tetap hidup
dalam penyembahan kepada Tuhan dan hidup seturut dengan firman Tuhan yang
diajarkan Zakaria kepada mereka. Dengan kata lain, Zakaria menuntun mereka agar
tidak berpangkutangan dalam menantikan janji Tuhan, namun tetap aktif dalam
melakukan dan menghadirkan damai dalam hidup mereka.
II.
Penjelasan Nats
Bangsa Israel yang telah beroleh kebebasan dari penjajahan Babel
tentunya sangat bersyukur dan bersukacita karena Tuhan telah berkenan atas
mereka. Dan sebagai respon mereka atas anugerah Tuhan tersebut mereka
bersama-sama membangun kembali Bait Suci sebagai tempat mereka membangun
persekutuan dan memuji Tuhan. Untuk meneguhkan iman dan pengharapan bangsa itu,
Zakaria tetap membimbing mereka sesuai dengan firman Tuhan kepadanya. Ketika nubuatan-nubuatan itu diperdengarkan, orang-orang Israel sedang
menanti-nantikan seorang raja. Mereka sudah memiliki pengalaman beberapa raja
sebelumnya dan mereka juga mengalami penaklukan penguasa-penguasa lain. Mereka
merindukan keadilan dan kedamaian. Di tengah situasi seperti itulah seruan
untuk bersukacita menyambut seorang Raja diperdengarkan. Raja yang datang itu
amat berbeda dengan raja-raja atau penguasa dunia.
1. Raja itu yang datang melawat
umat-Nya. “Lihat, rajamu datang kepadamu” (ayat 9).
“Bersorak-soraklah dengan nyaring,
hai puteri Sion, bersorak-sorailah, hai puteri Yerusalem! Lihat, rajamu datang
kepadamu; ia adil dan jaya. Ia lemah lembut dan mengendarai seekor keledai,
seekor keledai beban yang muda.” Alasan yang paling
utama untuk bersukacita adalah nubuatan akan datangnya sang Raja. Raja yang dimaksud
oleh Zakaria bukanlah raja yang datang dengan kemegahan dan keperkasaannya.
Namun sebaliknya, Raja itu adalah Raja yang datang dengan kerendahan hati (bd.
Flp. 2:5-8). Dia tidak naik kuda perang yang gagah, melainkan naik keledai
muda. Nubuatan itu
dipenuhi dalam diri Yesus. Yesus mengendarai keledai memasuki Yerusalem di mana
orang banyak menyambut-Nya dan berseru, "Hosana! Diberkatilah Dia yang
datang dalam nama Tuhan, Raja Israel!" (Yohanes 12:13; Mat. 21:1-5).
Dengan memakai keledai Yesus memasuki kota kudus serta menyatakan diri-Nya
sebagai Mesias dan Juruselamat yang siap mengadakan karya luar biasa yaitu
penyelamatan terhadap dosa manusia. Ia sendiri yang mengambil prakarsa untuk datang karena
kasih-Nya. Allah tahu keadaan umat-Nya. Ia peduli pada umatNya. Kenyataan
inilah yang boleh meneguhkan kita untuk tetap beriman teguh kepadaNya. Perlu kita resapkan dalam hati bahwa Tuhan
mengetahui setiap detil kehidupan kita, khususnya keadaan kita yang tidak dapat
lepas dari kuasa maut karena dosa-dosa kita. Ia tahu yang terbaik dalam hidup
kita. Dan, lebih dari itu, Ia menghendaki agar kita selamat dan hidup dalam
pemeliharaan-Nya. Itu sebabnya tidak ada kata ‘putus asa’ dalam kamus orang
yang percaya kepada Tuhan. Tuhan memberi kesempatan kepada kita bersukacita
meskipun gelombang terkadang menghadang.
Karakter Raja
yang akan datang itu adalah adil, jaya (menyelamatkan), dan lemah lembut. Semuanya
ini merupakan kebutuhan umat manusia dari dulu hingga hari ini yang hanya dapat
diberikan oleh Tuhan dengan sempurna. Ia adalah adil, memberikan yang terbaik
untuk umat manusia. Kualitas seperti itulah yang semestinya dimiliki oleh
seorang raja, bukan memberatkan atau menuntut di luar kemampuan orang lain.
Raja itu ‘jaya’ atau ‘menyelamatkan’, bukan mencelakakan. Kita tahu bahwa Yesus
memberi diri-Nya menjadi korban untuk menyelamatkan umat manusia. Berbeda
dengan penguasa dunia yang dengan mudah mengorbankan orang lain untuk
‘menyelamatkan’ dirinya. Raja itu juga lemah lembut, sesuatu yang bertolak
belakang dengan keangkuhan manusia. Raja atau penguasa dunia dan para
pengagumnya menghendaki ‘wibawa’ yang identik dengan ‘sedikit seram’ dan
ditakuti. Berbeda dengan sang Raja itu yang lemah-lembut. dan kita tahu bahwa
kelemahlembutan berulangkali ditekankan di dalam Alkitab. Itu berarti karakter
Sang raja itu hendaklah menjadi karakter para pengikut-Nya.
2.
Tugas Sang Raja yang akan datang itu adalah melenyapkan
perangkat-perangkat perang.
“Ia
akan melenyapkan kereta-kereta dari Efraim dan kuda-kuda dari Yerusalem; busur
perang akan dilenyapkan, dan ia akan memberitakan damai kepada bangsa-bangsa.
Wilayah kekuasaannya akan terbentang dari laut sampai ke laut dan dari sungai
Efrat sampai ke ujung-ujung bumi.”
Mesias yang dinubuatkan Zakaria itu adalah Raja Damai yang akan membawa dan
memberitakan damai kepada seluruh bangsa. Mereka yang mau mengikut Dia akan
merasakan sukacita yang sesungguhnya dan yang tida semu. Putri Sion merupakan
gambaran jemaat-Nya yang ditebus dan dibebaskan. Dialah Raja ilahi yang
memerintah bukan dengan tangan besi, bukan pula dengan senjata perang. Namun
kunci Kerajaan-Nya terletak pada kasih, kelemahlembutan, semangat dalam
menghadapi pergumulan dan sukacita yang melimpah. Puncaknya, Ia mati di kayu salib untuk mendamaikan
kita orang-orang berdosa dengan Allah. Damai itu juga yang Ia kehendaki
diwujudkan oleh para pengikut-Nya dalam kehidupan di dunia ini. Ia berfirman,
“Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak
Allah” (Matius 5:9).
Dalam hal ini tugas kita adalah membawa damai.
Kita diutus ‘membawa’ damai. Artinya, kita harus terlebih dahulu memiliki damai
itu sebelum membawa damai kepada orang lain. Hal ini juga menegaskan bahwa
tugas pemberitaan Injil bukan dengan pedang atau senjata dan sikap arogansi, melainkan
dengan kerendahan hati dan semangat damai.
III.
Aplikasi
ü Zakaria dalam nubuatannya
dengan jelas mengajarkan akan datangnya Raja Mesias Raja Damai dan Juruselamat
manusia. Dia mempersiapkan bangsa Israel untuk menyongsong kedatangan-Nya
(kelahiran-Nya) dengan semakin mendekatkan diri kepada Tuhan, membangun kembali
Bait Suci sebagai tempat bersekutu memuji Tuhan. Jadi dalam penantiaannya
mereka tidak berdiam diri, namun tetap bekerja, berkarya dan selalu siap dalam
menanti Sang Raja.
ü Kita sering mendengar bahkan
mengucapkan kalimat, “Menunggu adalah
perkerjaan yang paling membosankan”. Menunggu membuat seolah-olah waktu
berjalan sangat lambat sehingga ketika yang kita tunggu tak kunjung datang kita
merasa bosan, bahkan bisa jadi kita merasa jengkel dan ragu apakah dia
benar-benar mau datang atau tidak. Namun berbeda halnya dengan menanti
kedatangan Tuhan yang kedua, Penantian di sini berkaitan dengan 'siapa' dan 'bagaimana'.
Yang dinantikaan adalah Mesias, sang Raja. 'Bagaimana' sikap penantian?
Dikatakan supaya 'bersorak-sorak dengan nyaring', yang artinya dengan penuh
sukacita. Kita memang tidak tahu kapan Dia akan datang, namun pengharapan kita
sebagai orang Kristen, Dia pasti akan datang seperti yang telah dijanjikannya.
Untuk itu yang perlu kita lakukan adalah mempersiapkan diri kita senantiasa
dengan hidup di dalam kasih-Nya. Menciptakan perdamaian dan sukacita dimanapun
kita berada dan mampu menjadi berkat bagi sesama kita. Ibarat seorang
pelajar yang baik, dia harus selalu siap untuk diuji oleh gurunya dan dia tidak
mulai belajar ketika ujian akan tiba. Kiranya Tuhan memperlengkapi kita dengan
kasih-Nya untuk mempersiapkan diri kita menyambut kedatangan-Nya. Tuhan Yesus
memberkati. Amin.
C.Pdt. Polma Hutasoit
Terima Kasih Bapak Pendeta Bahan Renungannya. Tuhan memberkati Bapak Selalu dalam Tugas dan Pelayanan di Ladang Tuhan.
BalasHapusTerima Kasih Bpk Pdt dengan renungan yg sangat dasyat ini. Tuhan berkati Bpk dalam Tugas melayani Tuhan
BalasHapusTerimah kasih atas renungan yg begitu sistimatika ,TUHAN YESUS sumber hikmat senantiasa Makai hambah-Nya semakin heran
BalasHapus