KERANGKA SERMON EVANGELIUM MINGGU 9 Maret 2014
MINGGU
INVOCAVIT
Tipu Daya Iblis dan (Maralohon) Keselamatan Allah
I.
Pendahuluan
Kitab Kejadian terbagi dalam 2
bagian utama, yaitu (A) Pasal 1 – 11 memberi suatu pandangan
yang luas mengenai permulaan manusia mulai dari Adam hingga Abraham dan
berpusat pada lima peristiwa yang sangat penting. (1) Penciptaan : Allah menciptakan segala sesuatu, termasuk Adam
dan Hawa dan ditempatkan-Nya di Taman Eden (Psl. 1-2). (2) Kejatuhan : Melalui pelanggaran mereka, Adam dan Hawa
memasukkan kutukan dosa dan kematian ke dalam sejarah hidup manusia (Psl. 3). (3) Kain dan Habel (Psl. 4-5). (4) Air Bah : Dunia purbakala telah
demikian jahat, sehingga Allah memusnahkannya dengan suatu banjir universal
dengan hanya menyelamatkan Nuh dan keluarganya yang hidup benar di hadapan
Tuhan (Psl. 6-10). (5) Menara Babel
: Pasca air bah kembali manusia bersatu dan hidup dalam penyembahan berhala dan
kecongkakan. Namun Allah membubarkan kesatuan mereka dengan mengacaukan bahasa
mereka sehingga pembangunan menara Babel itu gagal dan mereka terserak-serak
sampai ke seluruh penjuru dunia. (B)
Pasal 12 – 50 mencatat permulaan umat Ibrani dan memusatkan perhatian kepada
kesinambungan tujuan penebusan Allah melalui 4 bapak leluhur mereka, yaitu
Abraham, Ishak, Yakup hingga kepada Yusuf. Melalui perikop ini, kita akan
mendalami bagaimana manusia pertama yang Tuhan ciptakan itu jatuh ke dalam dosa
dan bagaimana perkembangan hidup manusia sampai saat ini.
II.
Penjelasan Nats
Ø Inilah
Perintah Allah kepada Manusia
Sejak awal penciptaan, manusia
terikat kepada Allah melalui iman dan ketaatan kepada firman-Nya sebagai
kebenaran mutlak. Hidup dalam iman dan taat menjadi prinsip yang mengatur
hubungan adam dengan Allah di Taman Eden. Ketika manusia itu Allah tempatkan di
Taman Eden (ay. 15), Ia memberi perintah kepada manusia sebagai ujian moral.
Perintah itu menempatkan di hadapannya suatu perintah yang tegas yang harus
dipatuhi dan tidak dapat ditawar-tawar lagi. Selama Adam mau taat dan patuh
akan perintah Allah, maka dia akan terus berada dalam hubungan yang baik dengan
Allah. Namun jikalau dia melanggar perintah Allah, maka dia akan menuai bencana
moral dan kematian. Peraturan yang sangat mudah, enak dan baik di mana manusia
itu Tuhan kasih kehendak bebas menjadi mandataris Allah mengelola, mengusahakan
dan memelihara ciptaan-Nya. Dalam perintah itu Allah ingin agar manusia itu
hidup dalam ketaatan dan kesetiaan kepada Allah, karena Allah telah menyediakan
jaminan kebahagiaan dalam kehidupan. Ini menunjukkan bahwa Adam harus
mempertanggungjawabkan kehidupannya di hadapan Allah. Jika manusia itu menolak
untuk mematuhi perintah Allah, ada ancaman serius yang akan dialaminya yaitu
kematian. Akan tetapi, sebelum kematian datang, maka penderitaan dan kesusahan
yang akan dihadapi.
Ø Dosa
Mengubah Kedamaian, Sukacita, Keabadian menjadi Malapetaka dan Kematian
Alkitab menyaksikan Allah
menciptakan manusia dalam kondisi yang "sungguh amat baik" (Kej
1:31). Kondisi ini bukan hanya menunjukkan situasi di mana Allah menempatkan
mereka yaitu di suatu taman yang indah dengan segala kenyamanannya (Kej
2:9-14). Allah juga "menumbuhkan" berbagai pohon yang menarik dan
baik untuk dimakan buahnya. Mereka juga diberi kebebasan yang seluas-luasnya
untuk menikmati semuanya itu, walaupun tetap dalam batas-batas yang Allah
tentukan (Kej
2:17).
Pasal 3 dimulai dengan pernyataan,
“Adapun
ular ialah yang paling cerdik dari segala binatang di darat yang yang dijadikan
oleh TUHAN Allah”. Dalam episode ini, iblis tidak disinggung sama sekali bahwa yang
menyusun taktik serta yang melancarkan serangan untuk menjatuhkan Adam dan Hawa
ke dalam dosa adalah Iblis. Kejadian
3:1,4, hanya menyebut ular yang telah membangun taktik dan tipu dayanya
untuk menjatuhkan mereka. Satu catatan yang kita dapatkan dari pasal 3:1, "Ular ialah yang paling cerdik dari segala binatang di darat yang
dijadikan oleh Tuhan".
Siapakah sebenarnya ular itu? Kalau kita mencoba
membandingkan dengan 2 Kor 11:3,14 di sana tertulis
demikian: "Sebab Iblispun menyamar
sebagai malaikat terang". Sehingga dapat disimpulkan bahwa Iblislah
yang menyamar dalam bentuk ular. Hal ini sesuai dengan pengajaran doktrin
tentang Iblis bahwa dia adalah makhluk roh yang tidak bertubuh (Ef
6:11-12) sehingga dimungkinkan untuk merasuki ular. Ular pada dirinya
sendiri mustahil dapat menjalin suatu komunikasi dengan manusia, pasti ada
suatu kekuatan lain di dalam dirinya yang mengontrol dan memungkinkan ular
berdialog dengan manusia. Dalam perikop ini, ular menyerang Allah melalui
ciptaan-Nya. Dia berusaha menyatakan dan meyakinkan kepada Hawa bahwa apa yang
Tuhan katakan kepada Adam tidaklah benar.
Dengan kecerdikannya, ular tahu
waktu yang tepat untuk memperdaya Hawa. Ular mengambil kesempatan itu ketika
Hawa sedang berjalan di taman sendirian. Dengan kecerdikannya ular mencoba
menguji dan mengecoh pengetahuan Hawa, katanya, “"Tentulah Allah berfirman: Semua pohon dalam taman ini jangan
kamu makan buahnya, bukan?” Versi yang diucapkan ular kepada Hawa berbeda
dengan yang Allah katakan kepada Adam (bd. Psl. 2:16-17), sehingga Haw
menyangkal perkataan ular itu. Hawa katakan, “"Buah pohon-pohonan dalam taman ini boleh kami makan, tetapi
tentang buah pohon yang ada di tengah-tengah taman, Allah berfirman: Jangan
kamu makan ataupun raba buah itu, nanti kamu mati”. Tentu Adam yang
memberitahukannya kepada Hawa karena ketika Allah mengucapkan perintah itu
kepada Adam, Hawa belum ada. Dan ini juga bisa menjadi alasan mengapa ular
lebih memilih Hawa dibanding Adam untuk digoda. Jawaban itu sudah merupakan
kemenangan bagi Iblis. Karena memang tujuan iblis adalah untuk membuka suatu
dialog dengan Hawa. Selain itu, iblis juga semakin tahu bahwa ternyata Hawa
sendiri tidak sepenuhnya paham mengetahun perintah Allah. Hawa mengatakan
"Allah berfirman: Jangan kamu makan atau raba buah itu...." maka di
situ Hawa telah menambahkan satu kata yang tidak benar, yaitu kata “raba”. Begitu langkah yang pertama ini
berhasil, Iblis akan berusaha untuk melancarkan serangannya lebih jauh.
Sekarang ia berhasil menempatkan dirinya sebagai mitra dialog dengan manusia. Iblis
mulai mempengaruhi Hawa dengan mengatakan bahwa sesungguhnya dia tidak akan
mati dengan memakan buah itu. Iblis berusaha menghancurkan iman Hawa dan
meyakinkannya bahwa Tuhan tidak sungguh-sungguh dalam mengatakannya. Bahkan
iblis dengan beraninya menggaransi jikalau ia memakan buah itu, maka perubahan
besar akan terjadi dalam dirinya. Iblis menambahkan bahwa, “"Sekali-kali kamu tidak akan mati, tetapi Allah mengetahui, bahwa
pada waktu kamu memakannya matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti
Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat”.
Ibaratnya seorang petinju yang
melihat lawannya sudah mulai sempoyongan pasti ia akan memakai kesempatan yang
baik itu untuk memberikan pukulan yang mematikan. Demikian juga setelah Hawa
berada dalam kondisi mulai goyah saat itulah Iblis yang dikatakan sebagai
pembunuh (Yoh
8:44) memasukkan serangannya yang mematikan "Sekali-kali kamu tidak
akan mati" (Kej
3:4). Sesuai dengan tabiatnya yang disebut sebagai pendusta (Yoh
8:44) ia telah berhasil mempengaruhi Hawa dengan pertanyaannya yang
sedemikian rupa, sehingga tanpa disadarinya Hawa telah mulai
"mengidentikkan" dirinya dengan Iblis sebagai pendusta ketika dia
menambah, mengurangi, meremehkan firman Allah. "Bapa Pendusta"
menjadikan obyek sasarannya mulai mirip dengan dirinya. Sampai di sini Iblis
melalui ucapannya "Sekali-kali kamu tidak akan mati" secara tidak
langsung telah memutarbalikkan fakta yang sangat penting, ia membuat Allah
justru menjadi seolah-olah menjadi pendusta. Dengan cara yang ini Iblis
menjatuhkan manusia agar pada akhirnya secara sadar atau tidak manusia akhirnya
bertekuk lutut di bawah kaki Iblis. Puncak keinginan Iblis tentu ingin
menjadikan dirinya dalam posisi Allah. Sebagaimana Iblis ingin menjadikan
dirinya sebagai Allah dan itu adalah pangkal kegagalannya, begitu juga Iblis
menyeret manusia untuk menjadikan dirinya sebagai pusat kehidupannya,
menjadikan dirinya sebagai Allah.
Ø Dosa Lahir dari Melihat sehingga Menimbulkan Rasa
Ingin Menikmatinya
Dosa terjadi bukan karena buah
itu sudah dimakan, tetapi dosa sudah terjadi karena Hawa sudah memikirkan
bagaimana enaknya buah itu kalau dimakan. Perempuan mengambil buah karena
perempuan itu mencita-citakan otonomi (autos=
sendiri, dan nomos=hukum) untuk
menentukan sendiri apa yang baik dan apa yang jahat. Ia tidak mau hidupnya
dibatasi dari luar oleh perintah Allah itu.
Perempuan tak hanya melanggar
perintah, tetapi jugamenentang Pemberi larangan dan memberontak terhadap Dia.
Laki-laki tidak mengangkat suara untuk memperingatkan perempuan. Ia menerima
saja dan ikut-ikutan pada tindakan perempuan itu. Ketika Perempuan itu
memberikan buah terlarang itu pada laki-laki, Adam pun tanpa penilaian menerima
saja. Seharusnya laki-laki menaklukkan dunia, tapi malah laki-laki takluk pada
perempuan. Dan akibatnya adalah bencana! Mata mereka terbuka tentang tipu
muslihat iblis. Apa yang mereka lakukan tidak akan bisa lagi mengembalikan
hidup mereka yang semula. Maka terbukalah mata mereka dan mendapati diri mereka
dalama keadaan telanjang. Mereka melihat kebodohan mereka. Mereka melihat
kebahagiaan telah menjauhi mereka, rupa dan gambar Allah hilang karena
ketamakan mereka. Mandat untuk menaklukkan dan memelihara bumi hilang dan
menjadi perusak bumi. Manusiapun kehilangan kemuliaan Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar