Kamis, 30 Juli 2015

Kejadian 2 : 16 – 17 + 3 : 1 – 7, "Tipu Daya Iblis dan (Maralohon) Keselamatan Allah"

KERANGKA  SERMON EVANGELIUM MINGGU 9 Maret  2014
MINGGU INVOCAVIT
Ev : Kejadian 2 : 16 – 17 +  3 :  1 – 7                  Ep : Roma 5 : 12 – 19                 S.Patik : Yakobus 4:7
Tipu Daya Iblis dan (Maralohon) Keselamatan Allah

I.               Pendahuluan
Kitab Kejadian terbagi dalam 2 bagian utama, yaitu (A) Pasal 1 – 11 memberi suatu pandangan yang luas mengenai permulaan manusia mulai dari Adam hingga Abraham dan berpusat pada lima peristiwa yang sangat penting. (1) Penciptaan : Allah menciptakan segala sesuatu, termasuk Adam dan Hawa dan ditempatkan-Nya di Taman Eden (Psl. 1-2). (2) Kejatuhan : Melalui pelanggaran mereka, Adam dan Hawa memasukkan kutukan dosa dan kematian ke dalam sejarah hidup manusia (Psl. 3). (3) Kain dan Habel (Psl. 4-5). (4) Air Bah : Dunia purbakala telah demikian jahat, sehingga Allah memusnahkannya dengan suatu banjir universal dengan hanya menyelamatkan Nuh dan keluarganya yang hidup benar di hadapan Tuhan (Psl. 6-10). (5) Menara Babel : Pasca air bah kembali manusia bersatu dan hidup dalam penyembahan berhala dan kecongkakan. Namun Allah membubarkan kesatuan mereka dengan mengacaukan bahasa mereka sehingga pembangunan menara Babel itu gagal dan mereka terserak-serak sampai ke seluruh penjuru dunia. (B) Pasal 12 – 50 mencatat permulaan umat Ibrani dan memusatkan perhatian kepada kesinambungan tujuan penebusan Allah melalui 4 bapak leluhur mereka, yaitu Abraham, Ishak, Yakup hingga kepada Yusuf. Melalui perikop ini, kita akan mendalami bagaimana manusia pertama yang Tuhan ciptakan itu jatuh ke dalam dosa dan bagaimana perkembangan hidup manusia sampai saat ini.

II.            Penjelasan Nats
Ø  Inilah Perintah Allah kepada Manusia
Sejak awal penciptaan, manusia terikat kepada Allah melalui iman dan ketaatan kepada firman-Nya sebagai kebenaran mutlak. Hidup dalam iman dan taat menjadi prinsip yang mengatur hubungan adam dengan Allah di Taman Eden. Ketika manusia itu Allah tempatkan di Taman Eden (ay. 15), Ia memberi perintah kepada manusia sebagai ujian moral. Perintah itu menempatkan di hadapannya suatu perintah yang tegas yang harus dipatuhi dan tidak dapat ditawar-tawar lagi. Selama Adam mau taat dan patuh akan perintah Allah, maka dia akan terus berada dalam hubungan yang baik dengan Allah. Namun jikalau dia melanggar perintah Allah, maka dia akan menuai bencana moral dan kematian. Peraturan yang sangat mudah, enak dan baik di mana manusia itu Tuhan kasih kehendak bebas menjadi mandataris Allah mengelola, mengusahakan dan memelihara ciptaan-Nya. Dalam perintah itu Allah ingin agar manusia itu hidup dalam ketaatan dan kesetiaan kepada Allah, karena Allah telah menyediakan jaminan kebahagiaan dalam kehidupan. Ini menunjukkan bahwa Adam harus mempertanggungjawabkan kehidupannya di hadapan Allah. Jika manusia itu menolak untuk mematuhi perintah Allah, ada ancaman serius yang akan dialaminya yaitu kematian. Akan tetapi, sebelum kematian datang, maka penderitaan dan kesusahan yang akan dihadapi.

Ø  Dosa Mengubah Kedamaian, Sukacita, Keabadian menjadi Malapetaka dan Kematian
Alkitab menyaksikan Allah menciptakan manusia dalam kondisi yang "sungguh amat baik" (Kej 1:31). Kondisi ini bukan hanya menunjukkan situasi di mana Allah menempatkan mereka yaitu di suatu taman yang indah dengan segala kenyamanannya (Kej 2:9-14). Allah juga "menumbuhkan" berbagai pohon yang menarik dan baik untuk dimakan buahnya. Mereka juga diberi kebebasan yang seluas-luasnya untuk menikmati semuanya itu, walaupun tetap dalam batas-batas yang Allah tentukan (Kej 2:17).
Pasal 3 dimulai dengan pernyataan, Adapun ular ialah yang paling cerdik dari segala binatang di darat yang yang dijadikan oleh TUHAN Allah”. Dalam episode ini, iblis tidak disinggung sama sekali bahwa yang menyusun taktik serta yang melancarkan serangan untuk menjatuhkan Adam dan Hawa ke dalam dosa adalah Iblis. Kejadian 3:1,4, hanya menyebut ular yang telah membangun taktik dan tipu dayanya untuk menjatuhkan mereka. Satu catatan yang kita dapatkan dari pasal 3:1, "Ular ialah yang paling cerdik dari segala binatang di darat yang dijadikan oleh Tuhan".
Siapakah sebenarnya ular itu? Kalau kita mencoba membandingkan dengan 2 Kor 11:3,14 di sana tertulis demikian: "Sebab Iblispun menyamar sebagai malaikat terang". Sehingga dapat disimpulkan bahwa Iblislah yang menyamar dalam bentuk ular. Hal ini sesuai dengan pengajaran doktrin tentang Iblis bahwa dia adalah makhluk roh yang tidak bertubuh (Ef 6:11-12) sehingga dimungkinkan untuk merasuki ular. Ular pada dirinya sendiri mustahil dapat menjalin suatu komunikasi dengan manusia, pasti ada suatu kekuatan lain di dalam dirinya yang mengontrol dan memungkinkan ular berdialog dengan manusia. Dalam perikop ini, ular menyerang Allah melalui ciptaan-Nya. Dia berusaha menyatakan dan meyakinkan kepada Hawa bahwa apa yang Tuhan katakan kepada Adam tidaklah benar.
Dengan kecerdikannya, ular tahu waktu yang tepat untuk memperdaya Hawa. Ular mengambil kesempatan itu ketika Hawa sedang berjalan di taman sendirian. Dengan kecerdikannya ular mencoba menguji dan mengecoh pengetahuan Hawa, katanya, “"Tentulah Allah berfirman: Semua pohon dalam taman ini jangan kamu makan buahnya, bukan?” Versi yang diucapkan ular kepada Hawa berbeda dengan yang Allah katakan kepada Adam (bd. Psl. 2:16-17), sehingga Haw menyangkal perkataan ular itu. Hawa katakan, “"Buah pohon-pohonan dalam taman ini boleh kami makan, tetapi tentang buah pohon yang ada di tengah-tengah taman, Allah berfirman: Jangan kamu makan ataupun raba buah itu, nanti kamu mati”. Tentu Adam yang memberitahukannya kepada Hawa karena ketika Allah mengucapkan perintah itu kepada Adam, Hawa belum ada. Dan ini juga bisa menjadi alasan mengapa ular lebih memilih Hawa dibanding Adam untuk digoda. Jawaban itu sudah merupakan kemenangan bagi Iblis. Karena memang tujuan iblis adalah untuk membuka suatu dialog dengan Hawa. Selain itu, iblis juga semakin tahu bahwa ternyata Hawa sendiri tidak sepenuhnya paham mengetahun perintah Allah. Hawa mengatakan "Allah berfirman: Jangan kamu makan atau raba buah itu...." maka di situ Hawa telah menambahkan satu kata yang tidak benar, yaitu kata “raba”. Begitu langkah yang pertama ini berhasil, Iblis akan berusaha untuk melancarkan serangannya lebih jauh. Sekarang ia berhasil menempatkan dirinya sebagai mitra dialog dengan manusia. Iblis mulai mempengaruhi Hawa dengan mengatakan bahwa sesungguhnya dia tidak akan mati dengan memakan buah itu. Iblis berusaha menghancurkan iman Hawa dan meyakinkannya bahwa Tuhan tidak sungguh-sungguh dalam mengatakannya. Bahkan iblis dengan beraninya menggaransi jikalau ia memakan buah itu, maka perubahan besar akan terjadi dalam dirinya. Iblis menambahkan bahwa, “"Sekali-kali kamu tidak akan mati, tetapi Allah mengetahui, bahwa pada waktu kamu memakannya matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat”.
Ibaratnya seorang petinju yang melihat lawannya sudah mulai sempoyongan pasti ia akan memakai kesempatan yang baik itu untuk memberikan pukulan yang mematikan. Demikian juga setelah Hawa berada dalam kondisi mulai goyah saat itulah Iblis yang dikatakan sebagai pembunuh (Yoh 8:44) memasukkan serangannya yang mematikan "Sekali-kali kamu tidak akan mati" (Kej 3:4). Sesuai dengan tabiatnya yang disebut sebagai pendusta (Yoh 8:44) ia telah berhasil mempengaruhi Hawa dengan pertanyaannya yang sedemikian rupa, sehingga tanpa disadarinya Hawa telah mulai "mengidentikkan" dirinya dengan Iblis sebagai pendusta ketika dia menambah, mengurangi, meremehkan firman Allah. "Bapa Pendusta" menjadikan obyek sasarannya mulai mirip dengan dirinya. Sampai di sini Iblis melalui ucapannya "Sekali-kali kamu tidak akan mati" secara tidak langsung telah memutarbalikkan fakta yang sangat penting, ia membuat Allah justru menjadi seolah-olah menjadi pendusta. Dengan cara yang ini Iblis menjatuhkan manusia agar pada akhirnya secara sadar atau tidak manusia akhirnya bertekuk lutut di bawah kaki Iblis. Puncak keinginan Iblis tentu ingin menjadikan dirinya dalam posisi Allah. Sebagaimana Iblis ingin menjadikan dirinya sebagai Allah dan itu adalah pangkal kegagalannya, begitu juga Iblis menyeret manusia untuk menjadikan dirinya sebagai pusat kehidupannya, menjadikan dirinya sebagai Allah.

Ø  Dosa Lahir dari Melihat sehingga Menimbulkan Rasa Ingin Menikmatinya
Dosa terjadi bukan karena buah itu sudah dimakan, tetapi dosa sudah terjadi karena Hawa sudah memikirkan bagaimana enaknya buah itu kalau dimakan. Perempuan mengambil buah karena perempuan itu mencita-citakan otonomi (autos= sendiri, dan nomos=hukum) untuk menentukan sendiri apa yang baik dan apa yang jahat. Ia tidak mau hidupnya dibatasi dari luar oleh perintah Allah itu.
Perempuan tak hanya melanggar perintah, tetapi jugamenentang Pemberi larangan dan memberontak terhadap Dia. Laki-laki tidak mengangkat suara untuk memperingatkan perempuan. Ia menerima saja dan ikut-ikutan pada tindakan perempuan itu. Ketika Perempuan itu memberikan buah terlarang itu pada laki-laki, Adam pun tanpa penilaian menerima saja. Seharusnya laki-laki menaklukkan dunia, tapi malah laki-laki takluk pada perempuan. Dan akibatnya adalah bencana! Mata mereka terbuka tentang tipu muslihat iblis. Apa yang mereka lakukan tidak akan bisa lagi mengembalikan hidup mereka yang semula. Maka terbukalah mata mereka dan mendapati diri mereka dalama keadaan telanjang. Mereka melihat kebodohan mereka. Mereka melihat kebahagiaan telah menjauhi mereka, rupa dan gambar Allah hilang karena ketamakan mereka. Mandat untuk menaklukkan dan memelihara bumi hilang dan menjadi perusak bumi. Manusiapun kehilangan kemuliaan Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar