KERANGKA SERMON
EVANGELIUM MINGGU 16 JUNI 2013
MINGGU III SETELAH TRINITATIS (Ketritunggalan
Allah/ Hasitolusadaon ni TUHAN)
Ev : Lukas 7 : 40 – 50 Ep : 2 Samuel 12 : 10 – 14
I.
Pendahuluan
Salah satu
ciri khas Injil Lukas adalah Kasih Yesus kepada orang-orang lemah, berdosa,
miskin dan yang terpinggirkan. Nats khotbah Lukas 7:40-50 ini menerangkan bahwa
seorang Kaum Farisi yang bernama Simon mengundang Yesus makan di rumahnya. Yesus dianggap layak oleh orang Farisi untuk diundang dalam perjamuan
makan (ay. 36). Hal ini sudah menjadi tradisi Yahudi bahwa seorang Rabbi layak
untuk diundang makan ke rumah mereka. Kesediaan Yesus memenuhi undangan
tersebut menunjukkan bahwa Ia dekat dengan kalangan dari manapun, baik dari
golongan bawah maupun dari golongan atas. Dalam nats ini kita melihat ada tiga
tokoh utama, yaitu Tuhan Yesus, orang Farisi yang bernama Simon dan seorang
perempuan berdosa. Di kota itu ada seorang perempuan yang terkenal sebagai
perempuan yang berkubang dalam lumpur dosa (ay. 37). Ketika ia mendengar
kedatangan Yesus ke rumah Simon, dia pun datang membawa buli-buli pualam berisi
minyak wangi. Dia menerobos masuk ke rumah Simon dan mendekati Yesus dari
belakang, lalu menangis hingga air matanya membasahi kaki Yesus. Ia pun menyeka
kaki Yesus dengan rambutnya. Lalu ia mencium kaki Yesus dan meminyaki dengan
minyak wangi yang sudah ia bawa (ay. 38). Ada 3 hal yang dilakukan perempuan itu kepada Yesus
a. ‘Mencium’
1.
Kata ‘mencium’
dalam nats ini berarti mencium dengan sungguh-sungguh/ penuh kasih sayang. Ciuman
mempunyai beberapa makna yaitu: tanda kasih, penghormatan, permohonan, ketundukan,
atau penyembahan,
bukan seperti ciuman Yudas Iskariot kepada Yesus.
2.
Kata yang sama
digunakan dalam Luk 15:20 (ciuman bapa kepada anak bungsu yang kembali).
b. ‘Menyeka dengan Rambutnya’
Bagi orang-orang Yahudi
merupakan sesuatu yang memalukan jika seorang perempuan menunjukkan rambutnya
di depan umum, tetapi perempuan ini tidak peduli dengan tradisi tersebut. Maria dari Betania
(saudara Marta dan Lazarus) melakukan pengorbanan yang serupa, karena kasihnya
yang besar terhadap Yesus (Yoh. 12:3).
c. ‘Meminyaki
Kaki Yesus’
Perempuan itu meminyaki
kaki Yesus dengan menggunakan minyak wangi, yang tentu saja mahal harganya. Dari sini dapat kita lihat bagaimana
perempuan itu memberikan yang terbaik untuk Yesus.
Melihat apa yang dilakukan
oleh perempuan itu, Simon berkata dalam hatinya (Ay. 39) : “Jika
Ia ini nabi, tentu Ia tahu, siapakah dan orang apakah perempuan yang
menjamahNya ini; tentu Ia tahu, bahwa perempuan itu adalah seorang berdosa”.
Ada 2 hal yang bisa kita bahas tentang kata-kata Simon dalam ay. 39 itu:
1.
Simon merendahkan
perempuan berdosa itu dan menganggapnya tidak layak untuk datang kepada Yesus. Anggapan seperti ini bisa timbul karena kesombongan dan
kurangnya introspeksi diri. Ia
menganggap dirinya sendiri jauh lebih layak masuk dalam Kerajaan Allah daripada perempuan malang itu. Ia tidak tahu bahwa sebenarnya
perempuan itu miskin dalam iman sedangkan ia
sombong dalam iman, sehingga perempuan itu jauh lebih dekat pada pintu masuk ke
dalam Kerajaan Allah dari pada dia. Orang yang merasa
dirinya lebih layak untuk datang
kepada Tuhan, sebetulnya justru adalah orang yang paling tidak layak untuk
datang kepada Tuhan! (Bnd. Luk 18:9-14).
2.
Melihat peristiwa itu,
Simon mulai meragukan Yesus. Dia mengira bahwa Yesus tidak mengenal siapa dan apa perempuan itu. Awalnya Simon
berpikir, sebagai seorang Guru dan Nabi, Yesus akan mengusir perempuan tersebut karena bersentuhan dengan orang berdosa merupakan kenajisan bagi seorang nabi. Tetapi kenyataannya, Yesus membiarkan perempuan itu menciumi kakiNya,
menyeka dengan rambutnya dan meminyaki kaki-Nya.
II.
Penjelasan Nats
Ø Respon Yesus Kepada Simon (Ay. 40 – 43)
Salah
satu ciri khas Yesus dalam memberikan pemahaman kepada orang lain adalah
melalui perumpamaan. Perumpamaan-perumpamaan yang diberikan Yesus selalu
perumpamaan yang kontekstual, gampang dimengerti dan menyentuh seluruh aspek
kehidupan pendengarnya. Untuk itu, untuk menerobos pemahaman Simon Orang Farisi
yang masih terkungkung oleh tradisi itu, maka Yesus memberikan sebuah
perumpamaan tentang dua orang yang berhutang kepada pelepas uang. Jumlah hutang
mereka berbeda jumlahnya. Yang satu hutangnya sebesar lima ratus dinar dan yang
seorang lagi berhutang lima puluh dinar. Namun mereka berdua memiliki persoalan
yang sama, yaitu sama-sama tidak mampu melunasi hutangnya kepada si pelepas
uang tersebut. Karena situasi itu si pelepas uang berbaik hati dan menghapuskan
hutang keduanya. Setelah itu Yesus bertanya kepada Simon, “Siapakah diantara mereka berdua yang lebih mengasihi si pelepas uang
tersebut?” Dan tanpa pikir panjang Simon menjawab, “Aku kira yang hutangnya lebih
banyak dihapuskan”. Dan Yesus membenarkan Simon.
Ø Bagaimana Memperlakukan Yesus dengan Benar.? (Ay. 44 – 47)
Sebagai seorang tokoh agama (orang Farisi),
Simon pasti langsung tahu apa maksud Yesus menyampaikan ilustrasi/ perumpamaan
itu. Dia juga pasti tahu bahwa perumpamaan Yesus tersebut juga melibatkan
dirinya. Yesus lalu mengalihkan pandangannya ke arah perempuan itu dan bertanya
kepada Simon, "Engkau lihat
perempuan ini?" Tentu saja Simon melihat wanita itu; tetapi Yesus
ingin Simon melihatnya dalam dimensi rohani. Mata Simon dibutakan oleh
pemahaman duniawi dan tradisi Yahudinya. Simon melihat wanita itu sebagai orang
berdosa, Simon gagal melihatnya sebagai orang berdosa yang sudah diampuni.
Pembenaran dirinya sendiri menutupi penglihatannya. Menurut pendapatnya, wanita
itu adalah seorang berdosa yang tidak layak diampuni atau dikasihani. Untuk itu
Yesus memberi pemahaman kepada Simon
dari perspektif rohani. Yesus memulai dari tradisi Yahudi. Tradisi mereka pada waktu seorang tamu memasuki
rumah seperti itu ada 3 hal yang selalu dilakukan.
1.
Tuan rumah meletakkan tangannya pada bahu dari sang tamu, dan
memberikannya ciuman damai. Itu merupakan tanda penghormatan bagi tamu
dalam tradisi Yahudi.
2.
Jalanan di sana merupakan jalan-jalan dari tanah dan sepatu hanya merupakan tapak/
alas sepatu yang diikatkan pada kaki, sehingga kaki setiap pejalan kaki
pastilah kotor penuh debu ketika berjalan. Jadi, tuan rumah selalu membersihkan
dan menyegarkannya kaki tamunya.
3.
Sedikit kemenyan/ dupa yang berbau wangi dibakar atau setetes minyak
wangi dari bunga mawar diberikan pada kepala sang tamu. Hal-hal ini dituntut
oleh kelakuan / tatakrama yang baik
Dalam
acara perjamuan ini tidak satupun dari ketiga tradisi itu dilakukan oleh Simon
kepada Yesus. Untuk itu, ada 3 pelajaran yang diberikan Yesus kepada Simon melalui sikap
perempuan tersebut :
1.
Aku masuk ke rumahmu, namun engkau tidak memberikan Aku air untuk membasuh
kaki-Ku, tetapi dia membasahi kaki-Ku dengan air mata dan menyekanya dengan
rambutnya.
Namun karena
Simon memiliki budak, maka budaknyalah yang melakukan itu. sementara perempuan
itu membasuh kaki Yesus dengan airmatanya dan menyeka kaki Yesus yang basah
dengan rambutnya. Airmata perempuan itu merupakan tanda tanda penyesalan yang
mendalam atas segala perbuatan dan dosa-dosanya. Airmata perempuan itu bisa
juga diartikan sebagai airmata memohon pengampunan dosa-dosanya. Tidak sampai
disitu saja, perempuan itu malah menyeka kaki Yesus dengan rambutnya. Rambut
yang seorang perempuan bagi mereka adalah mahkota dan kebanggaan bagi mereka.
Namun, perempuan itu malah menyeka kaki Yesus dengan rambutnya.
2.
Engkau tidak mencium Aku, tetapi sejak Aku masuk ia tiada henti-hentinya
mencium kaki-Ku.
Tradisi Yahudi
juga meyakini bahwa kaki merupakan bagian tubuh yang dianggap jorok dan kotor.
Namun bagian itulah yang dibersihkan, dicium oleh perempuan itu, karena dia
merasakan ketidaklayakan dan kekotoran hidupnya karena dosa-dosanya. Sementara
Simon? Mencium Yesus pun tidak.
3.
Engkau tidak meminyaki kepala-Ku dengan minyak, tetapi dia meminyaki
kaki-Ku dengan minyak wangi.
Hal lain yang perlu
diperhatikan dalam persoalan ini adalah bahwa perempuan itu mencurahkan minyak
wangi tersebut bukan pada kepala Yesus tetapi pada kaki Yesus
(ay 38b). Ia mengurapi kaki Yesus
dengan minyak wangi itu. Biasanya ini dicurahkan pada kepala. Penggunaannya
pada kaki merupakan suatu tanda kerendahan hati. Sesuatu yang luar biasa
dari perempuan ini adalah bahwa ia memberikan sesuatu yang berharga untuk
Yesus. Ia merasa tidak layak meminyaki kepala Yesus, sehingga ia mencurahkannya
ke kaki Yesus.
Ø Yesus Berkuasa Mengampuni Dosa yang Mengaku Dosanya (Ay. 48 – 50)
Melihat perbuatan perempuan itu, Yesus
mengatakan, “Dosamu telah diampuni”. Sekarang
Yesus menguatkan keyakinan wanita tersebut bahwa dia adalah orang berdosa yang
sudah diampuni dan karena perbuatannya itu dia semakin diperbarui. Perkataan
Yesus ini menimbulkan pertanyaan besar diantara orang-orang yang ikut makan di
rumah Simon. Dalam hati mereka bertanya-tanya, “siapakah Ia ini, sehingga Ia dapat mengampuni dosa”? Yesus malah
memperjelas perkataan-Nya kepada perempuan itu, “Imanmu telah menyelamatkan engkau, pergilah dengan selamat”. Perkataan
Yesus ini hendak menjelaskan kepada semua orang yang ada disana bahwa perempuan
itu diampuni dan diselamatkan bukan karena perempuan itu berbuat baik. Dia
telah menyatakan keyakinan ini dengan tindakan kasih dan ucapan syukurnya.
Dengan iman wanita itu datang mengungkapkan terima kasihnya kepada Yesus. Artinya
apa yang dia lakukan adalah buah dari anugrah yang dia terima dari Tuhan.
Dengan damai dari Allah di dalam hatinya, wanita itu dapat menghadapi dunia
lagi sebagai manusia yang sudah diperbarui. Dengan perkataan, "pergilah
dengan selamat," Yesus memberinya berkat pada waktu perpisahan.
III.
Aplikasi
ü Nats khotbah ini
mengajarkan kepada kita bahwa, iman tanpa perbuatan adalah sia-sia (Yak. 2:17).
Kita sering mengatakan kita adalah orang Kristen, namun perlakukan dan
perbuatan kita tidak meneladani Kristus. Sama seperti Simon yang hanya sebatas
konsep. Iman dan perbuatan tidak selaras. Ketahuilah bahwa bukan orang yang
berseru, “Tuhan, Tuhan” yang menjadi pewaris Kerajaan Allah, namun yang
melakukan kehendak Allah (Mat. 7:21). Sama seperti perempuan itu yang tidak
banyak berbicara, namun melakukan apa yang pantas dia lakukan kepada Tuhannya.
ü Sukacita sejati adalah mengakui betapa buruknya dan besarnya dosa-dosa
kita lalu membandingkannya dengan sebesar apa kita telah diampuni.
ü Perempuan yang diklaim
sebagai orang berdosa itu justru melakukan apa yang benar di mata Yesus.
Merendahkan dirinya di hadapan Yesus dan menangisi dosa-dosanya. Bagi dia tidak
ada yang terlalu mahal untuk dipersembahkan kepada Yesus. Sehingga dia
meminyaki kaki Yesus dengan minyak yang mahal. Pastilah di tahu bahwa secara
ekonomi dia akan rugi, namun untuk Tuhan tidak ada kata rugi. Tidak akan ada
seorangpun menjadi miskin ketika melakukan yang baik untuk Tuhan.
ü Memang, kalau seseorang betul-betul mengasihi
Yesus, ia akan mau mempersembahkan apapun juga, seakan-akan itu adalah
sesuatu yang tidak berharga. Bagaimana dengan saudara? Apakah saudara masih
sering merasa sayang dalam mempersembahkan sesuatu kepada Tuhan? Renungkanlah
hal ini: kalau Yesus, dengan tidak menyayangkan nyawaNya sendiri rela
menyerahkannya bagi saudara, pantaskah saudara merasa sayang untuk
mempersembahkan sesuatu bagi Dia? Tuhan Yesus memberkati. Amin.
C.Pdt. Polma
Hutasoit
Tidak ada komentar:
Posting Komentar