Kamis, 30 Juli 2015

Lukas 7 : 40 – 50

KERANGKA  SERMON EVANGELIUM MINGGU 16 JUNI 2013
MINGGU III SETELAH TRINITATIS (Ketritunggalan Allah/ Hasitolusadaon ni TUHAN)
Ev : Lukas 7 : 40 – 50                         Ep : 2 Samuel 12 : 10 – 14

I.                Pendahuluan
Salah satu ciri khas Injil Lukas adalah Kasih Yesus kepada orang-orang lemah, berdosa, miskin dan yang terpinggirkan. Nats khotbah Lukas 7:40-50 ini menerangkan bahwa seorang Kaum Farisi yang bernama Simon mengundang Yesus makan di rumahnya. Yesus dianggap layak oleh orang Farisi untuk diundang dalam perjamuan makan (ay. 36). Hal ini sudah menjadi tradisi Yahudi bahwa seorang Rabbi layak untuk diundang makan ke rumah mereka. Kesediaan Yesus memenuhi undangan tersebut menunjukkan bahwa Ia dekat dengan kalangan dari manapun, baik dari golongan bawah maupun dari golongan atas. Dalam nats ini kita melihat ada tiga tokoh utama, yaitu Tuhan Yesus, orang Farisi yang bernama Simon dan seorang perempuan berdosa. Di kota itu ada seorang perempuan yang terkenal sebagai perempuan yang berkubang dalam lumpur dosa (ay. 37). Ketika ia mendengar kedatangan Yesus ke rumah Simon, dia pun datang membawa buli-buli pualam berisi minyak wangi. Dia menerobos masuk ke rumah Simon dan mendekati Yesus dari belakang, lalu menangis hingga air matanya membasahi kaki Yesus. Ia pun menyeka kaki Yesus dengan rambutnya. Lalu ia mencium kaki Yesus dan meminyaki dengan minyak wangi yang sudah ia bawa (ay. 38). Ada 3 hal yang dilakukan perempuan itu kepada Yesus
a.       ‘Mencium’
1.      Kata ‘mencium’ dalam nats ini berarti mencium dengan sungguh-sungguh/ penuh kasih sayang. Ciuman mempunyai beberapa makna yaitu: tanda kasih, penghormatan, permohonan, ketundukan, atau penyembahan, bukan seperti ciuman Yudas Iskariot kepada Yesus.
2.      Kata yang sama digunakan dalam Luk 15:20 (ciuman bapa kepada anak bungsu yang kembali).
b.      ‘Menyeka dengan Rambutnya’
Bagi orang-orang Yahudi merupakan sesuatu yang memalukan jika seorang perempuan menunjukkan rambutnya di depan umum, tetapi perempuan ini tidak peduli dengan tradisi tersebut. Maria dari Betania (saudara Marta dan Lazarus) melakukan pengorbanan yang serupa, karena kasihnya yang besar terhadap Yesus (Yoh. 12:3).
c.       ‘Meminyaki Kaki Yesus’
Perempuan itu meminyaki kaki Yesus dengan menggunakan minyak wangi, yang tentu saja mahal harganya. Dari sini dapat kita lihat bagaimana perempuan itu memberikan yang terbaik untuk Yesus.
Melihat apa yang dilakukan oleh perempuan itu, Simon berkata dalam hatinya (Ay. 39) : “Jika Ia ini nabi, tentu Ia tahu, siapakah dan orang apakah perempuan yang menjamahNya ini; tentu Ia tahu, bahwa perempuan itu adalah seorang berdosa”.
Ada 2 hal yang bisa kita bahas tentang kata-kata Simon dalam ay. 39 itu:
1.      Simon merendahkan perempuan berdosa itu dan menganggapnya tidak layak untuk datang kepada Yesus. Anggapan seperti ini bisa timbul karena kesombongan dan kurangnya introspeksi diri. Ia menganggap dirinya sendiri jauh lebih layak masuk dalam Kerajaan Allah daripada perempuan malang itu. Ia tidak tahu bahwa sebenarnya perempuan itu miskin dalam iman sedangkan ia sombong dalam iman, sehingga perempuan itu jauh lebih dekat pada pintu masuk ke dalam Kerajaan Allah dari pada dia. Orang yang merasa dirinya lebih layak untuk datang kepada Tuhan, sebetulnya justru adalah orang yang paling tidak layak untuk datang kepada Tuhan! (Bnd. Luk 18:9-14).
2.      Melihat peristiwa itu, Simon mulai meragukan Yesus. Dia mengira bahwa Yesus tidak mengenal siapa dan apa perempuan itu. Awalnya Simon berpikir, sebagai seorang Guru dan Nabi, Yesus akan mengusir perempuan tersebut karena bersentuhan dengan orang berdosa merupakan kenajisan bagi seorang nabi. Tetapi kenyataannya, Yesus membiarkan perempuan itu menciumi kakiNya, menyeka dengan rambutnya dan meminyaki kaki-Nya.

II.             Penjelasan Nats
Ø  Respon Yesus Kepada Simon (Ay. 40 – 43)
Salah satu ciri khas Yesus dalam memberikan pemahaman kepada orang lain adalah melalui perumpamaan. Perumpamaan-perumpamaan yang diberikan Yesus selalu perumpamaan yang kontekstual, gampang dimengerti dan menyentuh seluruh aspek kehidupan pendengarnya. Untuk itu, untuk menerobos pemahaman Simon Orang Farisi yang masih terkungkung oleh tradisi itu, maka Yesus memberikan sebuah perumpamaan tentang dua orang yang berhutang kepada pelepas uang. Jumlah hutang mereka berbeda jumlahnya. Yang satu hutangnya sebesar lima ratus dinar dan yang seorang lagi berhutang lima puluh dinar. Namun mereka berdua memiliki persoalan yang sama, yaitu sama-sama tidak mampu melunasi hutangnya kepada si pelepas uang tersebut. Karena situasi itu si pelepas uang berbaik hati dan menghapuskan hutang keduanya. Setelah itu Yesus bertanya kepada Simon, “Siapakah diantara mereka berdua yang lebih mengasihi si pelepas uang tersebut?” Dan tanpa pikir panjang Simon menjawab, “Aku kira  yang hutangnya lebih banyak dihapuskan”. Dan Yesus membenarkan Simon.
Ø  Bagaimana Memperlakukan Yesus dengan Benar.? (Ay. 44 – 47)
Sebagai seorang tokoh agama (orang Farisi), Simon pasti langsung tahu apa maksud Yesus menyampaikan ilustrasi/ perumpamaan itu. Dia juga pasti tahu bahwa perumpamaan Yesus tersebut juga melibatkan dirinya. Yesus lalu mengalihkan pandangannya ke arah perempuan itu dan bertanya kepada Simon, "Engkau lihat perempuan ini?" Tentu saja Simon melihat wanita itu; tetapi Yesus ingin Simon melihatnya dalam dimensi rohani. Mata Simon dibutakan oleh pemahaman duniawi dan tradisi Yahudinya. Simon melihat wanita itu sebagai orang berdosa, Simon gagal melihatnya sebagai orang berdosa yang sudah diampuni. Pembenaran dirinya sendiri menutupi penglihatannya. Menurut pendapatnya, wanita itu adalah seorang berdosa yang tidak layak diampuni atau dikasihani. Untuk itu Yesus memberi pemahaman kepada  Simon dari perspektif rohani. Yesus memulai dari tradisi Yahudi. Tradisi mereka pada waktu seorang tamu memasuki rumah seperti itu ada 3 hal yang selalu dilakukan.
1.      Tuan rumah meletakkan tangannya pada bahu dari sang tamu, dan memberikannya ciuman damai. Itu merupakan tanda penghormatan bagi tamu dalam tradisi Yahudi.
2.      Jalanan di sana merupakan jalan-jalan dari tanah dan sepatu hanya merupakan tapak/ alas sepatu yang diikatkan pada kaki, sehingga kaki setiap pejalan kaki pastilah kotor penuh debu ketika berjalan. Jadi, tuan rumah selalu membersihkan dan menyegarkannya kaki tamunya.
3.      Sedikit kemenyan/ dupa yang berbau wangi dibakar atau setetes minyak wangi dari bunga mawar diberikan pada kepala sang tamu. Hal-hal ini dituntut oleh kelakuan / tatakrama yang baik
Dalam acara perjamuan ini tidak satupun dari ketiga tradisi itu dilakukan oleh Simon kepada Yesus. Untuk itu, ada 3 pelajaran yang diberikan Yesus kepada Simon melalui sikap perempuan tersebut :
1.      Aku masuk ke rumahmu, namun engkau tidak memberikan Aku air untuk membasuh kaki-Ku, tetapi dia membasahi kaki-Ku dengan air mata dan menyekanya dengan rambutnya.
Namun karena Simon memiliki budak, maka budaknyalah yang melakukan itu. sementara perempuan itu membasuh kaki Yesus dengan airmatanya dan menyeka kaki Yesus yang basah dengan rambutnya. Airmata perempuan itu merupakan tanda tanda penyesalan yang mendalam atas segala perbuatan dan dosa-dosanya. Airmata perempuan itu bisa juga diartikan sebagai airmata memohon pengampunan dosa-dosanya. Tidak sampai disitu saja, perempuan itu malah menyeka kaki Yesus dengan rambutnya. Rambut yang seorang perempuan bagi mereka adalah mahkota dan kebanggaan bagi mereka. Namun, perempuan itu malah menyeka kaki Yesus dengan rambutnya.
2.      Engkau tidak mencium Aku, tetapi sejak Aku masuk ia tiada henti-hentinya mencium kaki-Ku.
Tradisi Yahudi juga meyakini bahwa kaki merupakan bagian tubuh yang dianggap jorok dan kotor. Namun bagian itulah yang dibersihkan, dicium oleh perempuan itu, karena dia merasakan ketidaklayakan dan kekotoran hidupnya karena dosa-dosanya. Sementara Simon? Mencium Yesus pun tidak.
3.      Engkau tidak meminyaki kepala-Ku dengan minyak, tetapi dia meminyaki kaki-Ku dengan minyak wangi.
Hal lain yang perlu diperhatikan dalam persoalan ini adalah bahwa perempuan itu mencurahkan minyak wangi tersebut bukan pada kepala Yesus tetapi pada kaki Yesus (ay 38b). Ia mengurapi kaki Yesus dengan minyak wangi itu. Biasanya ini dicurahkan pada kepala. Penggunaannya pada kaki merupakan suatu tanda kerendahan hati. Sesuatu yang luar biasa dari perempuan ini adalah bahwa ia memberikan sesuatu yang berharga untuk Yesus. Ia merasa tidak layak meminyaki kepala Yesus, sehingga ia mencurahkannya ke kaki Yesus.
Ø  Yesus Berkuasa Mengampuni Dosa yang Mengaku Dosanya (Ay. 48 – 50)
Melihat perbuatan perempuan itu, Yesus mengatakan, “Dosamu telah diampuni”. Sekarang Yesus menguatkan keyakinan wanita tersebut bahwa dia adalah orang berdosa yang sudah diampuni dan karena perbuatannya itu dia semakin diperbarui. Perkataan Yesus ini menimbulkan pertanyaan besar diantara orang-orang yang ikut makan di rumah Simon. Dalam hati mereka bertanya-tanya, “siapakah Ia ini, sehingga Ia dapat mengampuni dosa”? Yesus malah memperjelas perkataan-Nya kepada perempuan itu, “Imanmu telah menyelamatkan engkau, pergilah dengan selamat”. Perkataan Yesus ini hendak menjelaskan kepada semua orang yang ada disana bahwa perempuan itu diampuni dan diselamatkan bukan karena perempuan itu berbuat baik. Dia telah menyatakan keyakinan ini dengan tindakan kasih dan ucapan syukurnya. Dengan iman wanita itu datang mengungkapkan terima kasihnya kepada Yesus. Artinya apa yang dia lakukan adalah buah dari anugrah yang dia terima dari Tuhan. Dengan damai dari Allah di dalam hatinya, wanita itu dapat menghadapi dunia lagi sebagai manusia yang sudah diperbarui. Dengan perkataan, "pergilah dengan selamat," Yesus memberinya berkat pada waktu perpisahan.

III.          Aplikasi
ü  Nats khotbah ini mengajarkan kepada kita bahwa, iman tanpa perbuatan adalah sia-sia (Yak. 2:17). Kita sering mengatakan kita adalah orang Kristen, namun perlakukan dan perbuatan kita tidak meneladani Kristus. Sama seperti Simon yang hanya sebatas konsep. Iman dan perbuatan tidak selaras. Ketahuilah bahwa bukan orang yang berseru, “Tuhan, Tuhan” yang menjadi pewaris Kerajaan Allah, namun yang melakukan kehendak Allah (Mat. 7:21). Sama seperti perempuan itu yang tidak banyak berbicara, namun melakukan apa yang pantas dia lakukan kepada Tuhannya.
ü  Sukacita sejati adalah mengakui betapa buruknya dan besarnya dosa-dosa kita lalu membandingkannya dengan sebesar apa kita telah diampuni.
ü  Perempuan yang diklaim sebagai orang berdosa itu justru melakukan apa yang benar di mata Yesus. Merendahkan dirinya di hadapan Yesus dan menangisi dosa-dosanya. Bagi dia tidak ada yang terlalu mahal untuk dipersembahkan kepada Yesus. Sehingga dia meminyaki kaki Yesus dengan minyak yang mahal. Pastilah di tahu bahwa secara ekonomi dia akan rugi, namun untuk Tuhan tidak ada kata rugi. Tidak akan ada seorangpun menjadi miskin ketika melakukan yang baik untuk Tuhan.
ü  Memang, kalau seseorang betul-betul mengasihi Yesus, ia akan mau mempersembahkan apapun juga, seakan-akan itu adalah sesuatu yang tidak berharga. Bagaimana dengan saudara? Apakah saudara masih sering merasa sayang dalam mempersembahkan sesuatu kepada Tuhan? Renungkanlah hal ini: kalau Yesus, dengan tidak menyayangkan nyawaNya sendiri rela menyerahkannya bagi saudara, pantaskah saudara merasa sayang untuk mempersembahkan sesuatu bagi Dia? Tuhan Yesus memberkati. Amin.


C.Pdt. Polma Hutasoit

Tidak ada komentar:

Posting Komentar