Kamis, 30 Juli 2015

Roma 12 : 17 – 21, "Kalahkanlah Kejahatan dengan Kebaikan"

KERANGKA  SERMON EVANGELIUM MINGGU 10 November  2013
MINGGU XIV DUNG TRITITATIS (Ketritunggalan Allah/ Hasitolusadaon Ni TUHAN)
Ev : Roma 12 : 17 – 21                      Ep : Amsal 26 : 17 – 28                     S.Patik : Matius 7 : 12
Kalahkanlah Kejahatan dengan Kebaikan

I.                   Pendahuluan
Melalui nats ini, Paulus memaparkan beberapa konsep tentang kasih persekutuan yaitu tidak membalas kejahatan dengan kejahatan, melainkan mau melakukan kebaikan kepada setiap orang, termasuk kepada orang yang melakukan yang tidak baik kepada kita. Paulus menasihatkan jemaat Roma untuk tidak membalas kejahatan dengan kejahatan. Seorang yang memiliki hati dan pikiran yang terarah kepada Kristus tentu tidak akan memiliki satu detik pun untuk membalas kejahatan dengan kejahatan. Mengapa? Karena Allah adalah Kasih, maka Ia menginginkan umat-Nya untuk mengasihi sesama umat-Nya, sehingga wujud kasih umat-Nya adalah tidak membalas kejahatan dengan kejahatan.
Roma pada masa Paulus merupakan pusat dunia, dimana baik Kaisar maupun penduduk mayoritasnya adalah orang yang membenci Kristus. Paulus merasa perlu meletakkan dasar iman yang teguh kepada orang Kristen yang ada di Roma pada masa itu agar mereka bisa menunjukkan identitas mereka sebagai orang-orang pilihan Tuhan yang sudah beroleh anugerah keselamatan. Mereka harus mampu hidup dalam kasih yang bersumber dari Allah. Paulus menekankan agar mereka tidak hanya mengasihi orang yang mengasihi mereka, namun juga harus mampu mengasihi dan berbuat kebaikan kepada orang yang berbuat jahat kepada mereka. Itulah sebagai buah iman dan tanda kerendahan hati seorang yang telah diselamatkan Kristus.

II.                Penjelasan Nats
Ø  Berbuat kasih adalah karakter dan identitas orang Kristen (ay. 17-18)
Di dalam keminoritasannya, orang Kristen yang ada di kota Roma mengalami banyak penghambatan, baik dari pemerintahan maupun dari tokoh-tokoh agama Yahudi. Mereka tentu menyadari resiko yang harus mereka hadapi ketika lebih memilih menyembah Yesus daripada Kaisar, yaitu akan menjadi musuh dan incaran orang-orang yang membenci Yesus. Sungguh kehidupan yang sangat menyakitkan secara kedagingan sebenarnya yang mereka alami. Namun inilah yang menjadi ciri khas dari sikap Kristus yang menjadi teladan bagi para pengikut-Nya. Meskipun tantangan sangat berat, namun mereka yang percaya bahwa bukan mereka yang akan berperkara atas pergumulan mereka, namun Tuhanlah yang memampukan mereka untuk bertahan dalam iman mereka. Untuk itu, Paulus mengingatkan dan mengajarkan orang percaya untuk tidak membalaskan perbuatan jahat yang mereka terima dengan perbuatan yang sama. Justru Paulus mengajarkan seperti yang Yesus ajarkan yaitu melakukan yang baik bagi semua orang, tentu dalam hal ini “baik” yang dimaksud Paulus harus tetap sesuai dengan ajaran dan kehendak Kristus. Melakukan yang baik bagi semua orang dengan motivasi dan tujuan demi kemuliaan Kristus, bukan supaya mereka dipuji-puji orang lain atau agar lepas dari penghambatan orang yang anti Kristus. Karena apa yang kita lakukan di depan semua orang harus bersumber dari iman dan kasih kita kepada Allah. Seorang yang mengasihi Allah adalah orang yang mengasihi manusia/saudaranya (bd. 1Yoh. 4:21). Jadi di dalam persekutuan tubuh Kristus, kasih diwujudnyatakan dengan melakukan apa yang baik di hadapan Allah dan manusia. Seorang yang mengasihi Allah adalah orang yang memperhatikan isi hati Allah dan menjalankannya, begitu pula dengan orang yang mengasihi manusia adalah orang yang memperhatikan sesama dan berusaha membantu mereka. Jadi dengan perbuatan baik itu, orang Kristen mampu menunjukkan karakter dan identitas pengikut Kristus yang  terletak pada kasih dan kesabarannya. Paulus mengingatkan akan kebesaran anugerah Allah dalam hidup umat-Nya. Paulus mengarahkan para pengikut Kristus untuk memandang salib Kristus, di mana Dia telah berkorban demi menganugerahkan segala kebaikan bagi orang-orang yang percaya pada-Nya dan juga bagi orang yang telah sedemikian mendukakan hati-Nya.
Paulus mengajarkan agar orang Kristen harus bisa menghadirkan Syalom Allah itu di dalam kehidupannya sehari-hari, terkhusus di tengah-tengah orang yang tidak percaya kepada Kristus. Sedapat-dapatnya kata Paulus, setiap orang percaya harus mampu berdamai dengan sesamanya, bukan malah menimbulkan permusuhan, karena itulah yang Tuhan inginkan dari para pengikut-Nya. Pada ayat 14, Paulus mengatakan, “Berkatilah siapa yang menganiaya kamu, berkatilah dan jangan mengutuk!” Yesus sendiri mengatakan ini kepada kita, “Tetapi Aku berkata kepadamu, kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu” (Mat. 5:44). Sebuah perintah yang sebenarnya sulit untuk diterima dan dilakukan oleh manusia, namun akan mampu dilakukan jika di dalam manusia itu tinggal dan berdiam Roh Tuhan.

Ø  Pembalasan atas setiap perbuatan manusia itu adalah hak Tuhan (ay. 19)
Sungguh menyakitkan sebenarnya ketika karena iman kepada Yesus, orang percaya harus mengalami aniaya dan berbagai penghambatan. Bahkan bisa dipahami jika orang yang imannya ragu-ragu akan menanggalkan dan meninggalkan iman percayanya demi hidup aman di tengah-tengah orang Romawi ketika itu. Namun Paulus mengingatkan dan mengajarkan kepada mereka bahwa ujian iman sesungguhnya adalah ketika pergumulan itu datang. Paulus dengan lembut mengingatkan mereka agar tidak kalah dalam ujian iman itu. Paulus mengajak mereka untuk senantiasa menggunakan kesabaran menjadi benteng dan perisai mereka ketika di dalam kesusahan. Paulus katakan, “Saudaraku yang kekasih……”, menunjukkan bahwa mereka saling mengasihi dalam suka maupun duka dan kesusahan serta sepenanggungan di dalam Kristus Yesus dengan tetap saling mengasihi. Paulus mengingatkan bahwa manusia tidak mempunyai hak untuk menghakimi sesama manusia ataupun membalaskan kejahatan orang lain, karena Allah sendiri yang akan memberikan ganjaran yang setimpal kepada setiap orang seturut dengan perbuatannya masing-masing. Dan orang yang bertahan dalam penderitaan hingga pada akhirnya, itulah yang layak menerima anugerah keselamatan yang sempurna dari Kristus (Mat. 10:22; Mark. 13:13). Hal ini telah Yesus lakukan sendiri. Ketika Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki; ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam, tetapi Ia menyerahkannya kepada Dia, yang menghakimi dengan adil” (1 Pet. 2:23). Jadi orang percaya tidak perlu berusaha memikirkan dan mencari cara untuk membalas segala kejahatan yang diperbuat orang lain padanya. Namun biarlah Tuhan yang melakukan kehendak-Nya kepada umat-Nya.

Ø  Membalas air tuba dengan air susu (ay. 20-21)
Perkataan “Air susu dibalas dengan air tuba” pasti tidak asing lagi dalam pendengaran kita. Ungkapan ini berarti “kebaikan dibalas dengan kejahatan”. Namun bagi orang Kristen, kita harus mampu melakukan yang sebaliknya, yaitu membalas kejahatan dengan kebaikan. Berbuat baik bagi orang yang membutuhkan (ay. 20), termasuk kepada musuh/ seteru. Di ayat ini, Paulus mencerahkan dan menegur kita bahwa meskipun kita harus dihina, difitnah, dsb, haruslah kita menunjukkan kasih kita kepadanya bukan hanya mengampuninya saja, tetapi juga menolongnya ketika ada masalah. Paulus yang mengajar ini adalah Paulus yang sudah mempraktekkannya. Paulus mengasihi orang Romawi dan kaisar Romawi dengan memberitakan Injil kepada Kaisar Romawi, yaitu Raja Agripa (baca: Kis. 26) meskipun negara ini telah menjajah negaranya. Itulah yang diteladankan Paulus bagi kita bagaimana mengasihi jiwa bahkan musuh kita sendiri. Paulus meyakini bahwa pembalasan itu bukanlah milik dan hak manusia, melainkan hak Tuhan. Untuk itu, yang menjadi tugas dan tanggungjawab orang percaya adalah melakukan kebaikan sesuai dengan kehendak Tuhan dan untuk kemuliaan nama-Nya. Berbuat baik sebenarnya bukan hanya persoalan makanan, minuman dan pakaian, melainkan dalam segala aspek kehidupan harus berlandaskan kasih.
Paulus menambahkan bahwa kita harus membalas dan mengalahkan kejahatan dengan kebaikan. Bukan hanya menyerahkan pembalasan itu kepada Tuhan, kita pun dituntut mengalahkan kejahatan dengan kebaikan. Berarti bukan hanya Allah yang bertindak, kita pun harus bertindak. Bedanya, Allah bertindak membalas mereka yang berbuat jahat kepada kita, sementara kita melakukan apa yang baik bagi mereka yang berbuat jahat pada kita. Jadi bagi orang Kristen, harus mampu memberikan pembaharuan iman bagi orang lain dan perbedaan yang baik dan berkenan di hadapan Tuhan.

III.             Aplikasi
ü  Sifat manusia pada umumnya adalah membalas kebaikan dengan kebaikan dan melakukan kebaikan dengan harapan agar suatu saat orang lain juga melakukan hal yang sama kepadanya (mengharapkan balasan). Sifat manusia yang lain adalah membalas kebaikan sesamanya dengan kejahatan/ yang tidak baik. Namun sikap manusia yang sudah menerima dan menghidupi anugerah keselamatan dari Kristus adalah senantiasa melakukan kebaikan kepada setiap orang, bahkan kepada orang yang paling jahat sekalipun kepadanya.
ü  Seorang yang memiliki kasih Kristus di dalam persekutuan tubuh Kristus adalah mereka yang hidup berdamai dengan semua orang. Kata “berdamai” dalam ayat ini dalam bahasa Yunani menggunakan struktur kalimat aktif. Berarti, kita harus aktif berdamai dengan semua orang. Selain itu, kata ini juga menggunakan keterangan waktu present. Berarti, kata kerja “hidup berdamai” dilakukan terus-menerus. Prinsip menjadi pembawa damai adalah jadilah, carilah, kejarlah, dan peliharalah damai itu.
ü  Ada beberapa relasi damai yang Tuhan inginkan kita lakukan, yaitu damai antara Allah dan manusia, damai antara manusia dengan diri, damai antara manusia dengan sesama, mendamaikan manusia lain dengan Allah, dan mendamaikan sesama manusia. Dan tanggungjawab kita adalah mempertahankan/memelihara kedamaian itu.
ü  Bila ini yang kita lakukan maka kata Paulus: kita seperti menaruh bara di atas kepalanya. Artinya kebaikan juga bisa menjadi senjata yang sangat ampuh dan handal untuk mengalahkan kejahatan. Dan yang menjadi bagian akhir dari nats ini ialah: “Percayalah bahwa kejahatan tidak akan pernah mampu mengalahkan kebaikan. Kebaikan dan kebenaran akan selamanya menjadi pemenang dalam kehidupan dunia. Kejahatan sepertinya bisa menang, tapi itu hanya sementara, tapi kebenaran dan kebaikanlah yang akan menang untuk selamanya.” Tuhan Yesus memberkati. Amin.

C.Pdt. Polma Hutasoit

Tidak ada komentar:

Posting Komentar