KERANGKA SERMON
EVANGELIUM MINGGU 10 November 2013
MINGGU XIV DUNG TRITITATIS (Ketritunggalan
Allah/ Hasitolusadaon Ni TUHAN)
Ev
: Roma 12 : 17 – 21 Ep
: Amsal 26 : 17 – 28 S.Patik
: Matius 7 : 12
Kalahkanlah Kejahatan dengan Kebaikan
I.
Pendahuluan
Melalui
nats ini, Paulus memaparkan beberapa konsep tentang kasih persekutuan yaitu
tidak membalas kejahatan dengan kejahatan, melainkan mau melakukan kebaikan
kepada setiap orang, termasuk kepada orang yang melakukan yang tidak baik
kepada kita. Paulus menasihatkan jemaat Roma untuk tidak membalas kejahatan
dengan kejahatan. Seorang yang memiliki hati dan pikiran yang terarah kepada
Kristus tentu tidak akan memiliki satu detik pun untuk membalas kejahatan
dengan kejahatan. Mengapa? Karena Allah adalah Kasih, maka Ia menginginkan
umat-Nya untuk mengasihi sesama umat-Nya, sehingga wujud kasih umat-Nya adalah
tidak membalas kejahatan dengan kejahatan.
Roma pada masa Paulus merupakan pusat dunia, dimana baik Kaisar maupun
penduduk mayoritasnya adalah orang yang membenci Kristus. Paulus merasa perlu
meletakkan dasar iman yang teguh kepada orang Kristen yang ada di Roma pada
masa itu agar mereka bisa menunjukkan identitas mereka sebagai orang-orang
pilihan Tuhan yang sudah beroleh anugerah keselamatan. Mereka harus mampu hidup
dalam kasih yang bersumber dari Allah. Paulus menekankan agar mereka tidak
hanya mengasihi orang yang mengasihi mereka, namun juga harus mampu mengasihi
dan berbuat kebaikan kepada orang yang berbuat jahat kepada mereka. Itulah
sebagai buah iman dan tanda kerendahan hati seorang yang telah diselamatkan
Kristus.
II.
Penjelasan Nats
Ø Berbuat kasih adalah karakter dan identitas orang
Kristen (ay. 17-18)
Di dalam keminoritasannya, orang Kristen yang ada di kota Roma mengalami
banyak penghambatan, baik dari pemerintahan maupun dari tokoh-tokoh agama
Yahudi. Mereka tentu menyadari resiko yang harus mereka hadapi ketika lebih
memilih menyembah Yesus daripada Kaisar, yaitu akan menjadi musuh dan incaran
orang-orang yang membenci Yesus. Sungguh kehidupan yang sangat menyakitkan
secara kedagingan sebenarnya yang mereka alami. Namun inilah yang menjadi ciri
khas dari sikap Kristus yang menjadi teladan bagi para pengikut-Nya. Meskipun
tantangan sangat berat, namun mereka yang percaya bahwa bukan mereka yang akan berperkara
atas pergumulan mereka, namun Tuhanlah yang memampukan mereka untuk bertahan
dalam iman mereka. Untuk itu, Paulus mengingatkan dan mengajarkan orang percaya
untuk tidak membalaskan perbuatan jahat yang mereka terima dengan perbuatan
yang sama. Justru Paulus mengajarkan seperti yang Yesus ajarkan yaitu melakukan
yang baik bagi semua orang, tentu dalam hal ini “baik” yang dimaksud Paulus harus tetap sesuai dengan ajaran dan kehendak Kristus. Melakukan yang
baik bagi semua orang dengan motivasi dan tujuan demi kemuliaan Kristus, bukan
supaya mereka dipuji-puji orang lain atau agar lepas dari penghambatan orang
yang anti Kristus. Karena apa yang
kita lakukan di depan semua orang harus bersumber dari iman dan kasih kita
kepada Allah. Seorang yang mengasihi Allah adalah orang yang mengasihi
manusia/saudaranya (bd. 1Yoh. 4:21). Jadi di dalam persekutuan tubuh Kristus,
kasih diwujudnyatakan dengan melakukan apa yang baik di hadapan Allah dan
manusia. Seorang yang mengasihi Allah adalah orang yang memperhatikan isi hati
Allah dan menjalankannya, begitu pula dengan orang yang mengasihi manusia
adalah orang yang memperhatikan sesama dan berusaha membantu mereka. Jadi dengan perbuatan baik itu, orang Kristen mampu
menunjukkan karakter dan identitas pengikut Kristus yang terletak pada kasih dan kesabarannya. Paulus
mengingatkan akan kebesaran anugerah Allah dalam hidup umat-Nya. Paulus mengarahkan para pengikut Kristus untuk memandang salib Kristus, di mana Dia telah berkorban demi
menganugerahkan segala kebaikan bagi orang-orang yang percaya pada-Nya dan juga bagi orang yang telah
sedemikian mendukakan hati-Nya.
Paulus mengajarkan agar orang Kristen harus bisa menghadirkan Syalom
Allah itu di dalam kehidupannya sehari-hari, terkhusus di tengah-tengah orang
yang tidak percaya kepada Kristus. Sedapat-dapatnya kata Paulus, setiap orang
percaya harus mampu berdamai dengan sesamanya, bukan malah menimbulkan
permusuhan, karena itulah yang Tuhan inginkan dari para pengikut-Nya. Pada ayat
14, Paulus mengatakan, “Berkatilah siapa
yang menganiaya kamu, berkatilah dan jangan mengutuk!” Yesus sendiri
mengatakan ini kepada kita, “Tetapi Aku
berkata kepadamu, kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya
kamu” (Mat. 5:44). Sebuah
perintah yang sebenarnya sulit untuk diterima dan dilakukan oleh manusia, namun
akan mampu dilakukan jika di dalam manusia itu tinggal dan berdiam Roh Tuhan.
Ø
Pembalasan atas setiap perbuatan
manusia itu adalah hak Tuhan (ay. 19)
Sungguh menyakitkan sebenarnya ketika karena iman kepada
Yesus, orang percaya harus mengalami aniaya dan berbagai penghambatan. Bahkan
bisa dipahami jika orang yang imannya ragu-ragu akan menanggalkan dan
meninggalkan iman percayanya demi hidup aman di tengah-tengah orang Romawi
ketika itu. Namun Paulus mengingatkan dan mengajarkan kepada mereka bahwa ujian
iman sesungguhnya adalah ketika pergumulan itu datang. Paulus dengan lembut
mengingatkan mereka agar tidak kalah dalam ujian iman itu. Paulus mengajak
mereka untuk senantiasa menggunakan kesabaran menjadi benteng dan perisai
mereka ketika di dalam kesusahan. Paulus katakan, “Saudaraku yang kekasih……”, menunjukkan bahwa mereka saling
mengasihi dalam suka maupun duka dan kesusahan serta sepenanggungan di dalam
Kristus Yesus dengan tetap saling mengasihi. Paulus mengingatkan bahwa manusia
tidak mempunyai hak untuk menghakimi sesama manusia ataupun membalaskan
kejahatan orang lain, karena Allah sendiri yang akan memberikan ganjaran yang
setimpal kepada setiap orang seturut dengan perbuatannya masing-masing. Dan
orang yang bertahan dalam penderitaan hingga pada akhirnya, itulah yang layak
menerima anugerah keselamatan yang sempurna dari Kristus (Mat. 10:22; Mark.
13:13). Hal ini telah Yesus lakukan sendiri. “Ketika Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan
mencaci maki; ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam, tetapi Ia menyerahkannya
kepada Dia, yang menghakimi dengan adil” (1 Pet. 2:23). Jadi orang
percaya tidak perlu berusaha memikirkan dan mencari cara untuk membalas segala
kejahatan yang diperbuat orang lain padanya. Namun biarlah Tuhan yang melakukan
kehendak-Nya kepada umat-Nya.
Ø Membalas air tuba dengan air susu (ay.
20-21)
Perkataan “Air susu dibalas dengan air tuba” pasti tidak asing lagi
dalam pendengaran kita. Ungkapan ini berarti “kebaikan dibalas dengan kejahatan”.
Namun bagi orang Kristen, kita harus mampu melakukan yang sebaliknya, yaitu
membalas kejahatan dengan kebaikan. Berbuat
baik bagi orang yang membutuhkan (ay. 20), termasuk kepada musuh/ seteru. Di
ayat ini, Paulus mencerahkan dan menegur kita bahwa meskipun kita harus dihina,
difitnah, dsb, haruslah kita menunjukkan kasih kita kepadanya bukan hanya
mengampuninya saja, tetapi juga menolongnya ketika ada masalah. Paulus yang
mengajar ini adalah Paulus yang sudah mempraktekkannya. Paulus mengasihi orang
Romawi dan kaisar Romawi dengan memberitakan Injil kepada Kaisar Romawi, yaitu
Raja Agripa (baca: Kis. 26) meskipun negara ini telah menjajah negaranya.
Itulah yang diteladankan Paulus bagi kita bagaimana mengasihi jiwa bahkan musuh
kita sendiri. Paulus meyakini bahwa pembalasan itu bukanlah milik dan hak
manusia, melainkan hak Tuhan. Untuk itu, yang menjadi tugas dan tanggungjawab
orang percaya adalah melakukan kebaikan sesuai dengan kehendak Tuhan dan untuk
kemuliaan nama-Nya. Berbuat baik sebenarnya bukan hanya persoalan makanan,
minuman dan pakaian, melainkan dalam segala aspek kehidupan harus berlandaskan
kasih.
Paulus
menambahkan bahwa kita harus membalas dan mengalahkan kejahatan dengan
kebaikan. Bukan hanya menyerahkan pembalasan itu kepada Tuhan, kita pun
dituntut mengalahkan kejahatan dengan kebaikan. Berarti bukan hanya Allah yang
bertindak, kita pun harus bertindak. Bedanya, Allah bertindak membalas mereka
yang berbuat jahat kepada kita, sementara kita melakukan apa yang baik bagi
mereka yang berbuat jahat pada kita. Jadi bagi orang Kristen, harus mampu
memberikan pembaharuan iman bagi orang lain dan perbedaan yang baik dan
berkenan di hadapan Tuhan.
III.
Aplikasi
ü Sifat manusia pada
umumnya adalah membalas kebaikan dengan kebaikan dan melakukan kebaikan dengan
harapan agar suatu saat orang lain juga melakukan hal yang sama kepadanya
(mengharapkan balasan). Sifat manusia yang lain adalah membalas kebaikan
sesamanya dengan kejahatan/ yang tidak baik. Namun sikap manusia yang sudah
menerima dan menghidupi anugerah keselamatan dari Kristus adalah senantiasa
melakukan kebaikan kepada setiap orang, bahkan kepada orang yang paling jahat
sekalipun kepadanya.
ü Seorang yang memiliki kasih Kristus di dalam
persekutuan tubuh Kristus adalah mereka yang hidup berdamai dengan semua orang.
Kata “berdamai” dalam ayat ini dalam bahasa Yunani menggunakan struktur kalimat
aktif. Berarti, kita harus aktif berdamai dengan semua orang. Selain itu, kata
ini juga menggunakan keterangan waktu present. Berarti, kata kerja “hidup berdamai” dilakukan
terus-menerus. Prinsip menjadi pembawa damai adalah jadilah, carilah, kejarlah, dan peliharalah damai itu.
ü Ada beberapa relasi damai yang Tuhan inginkan
kita lakukan, yaitu damai antara Allah dan manusia, damai antara manusia dengan
diri, damai antara manusia dengan sesama, mendamaikan manusia lain dengan
Allah, dan mendamaikan sesama manusia.
Dan tanggungjawab kita adalah mempertahankan/memelihara kedamaian itu.
ü Bila ini yang kita lakukan maka kata Paulus:
kita seperti menaruh bara di atas kepalanya. Artinya kebaikan juga bisa menjadi
senjata yang sangat ampuh dan handal untuk mengalahkan kejahatan. Dan yang
menjadi bagian akhir dari nats ini ialah: “Percayalah bahwa kejahatan tidak akan
pernah mampu mengalahkan kebaikan. Kebaikan dan kebenaran akan selamanya
menjadi pemenang dalam kehidupan dunia. Kejahatan sepertinya bisa menang, tapi
itu hanya sementara, tapi kebenaran dan kebaikanlah yang akan menang untuk
selamanya.” Tuhan Yesus memberkati. Amin.
C.Pdt. Polma Hutasoit
Tidak ada komentar:
Posting Komentar