KERANGKA SERMON
EVANGELIUM MINGGU 07 JULI 2013
MINGGU VI SETELAH TRINITATIS (Ketritunggalan
Allah/ Hasitolusadaon ni TUHAN)
Hidup Dalam Hikmat dan Kasih
Ev : Kolose 4 : 1 – 6 Ep : Yakobus 1 : 2 - 8
I.
Pendahuluan
Ketika tubuhnya dibelenggu di dalam penjara
dengan rantai, tapi iman dan kepercayaannya tidak pernah terbelenggu. Itulah
Rasul Paulus. Sebuah pengorbanan yang luar biasa dari seorang Paulus ketika ia
dengan semangat yang berkobar-kobar tetap memperhatikan perkembangan iman daripada jemaat yang telah
dibangunnya. Salah satunya adalah jemaat di Kolose. Ketika di dalam penjara,
Paulus mendengar dari Eprafas, rekan sepelayanan Paulus yang melayani di Jemaat
Kolose bahwa ada masalah di yang
dihadapi jemaat Kolose. Di sana muncul ajaran-ajaran
penyesat yang merongrong iman dan kepercayaan jemaat. Mereka yang telah percaya
kepada Kristus karena ajaran Paulus mengalami tantangan rohani dari para
pengajar palsu. Mereka menghubungkan antara ajaran kekritenan dengan filsafat Yunani
(Gnostik), dan penyembahan kepada malaikat. Akibatnya banyak yang percaya kepada ajaran ini.
Inti ajaran Paulus dalam surat Kolose ini adalah menekankan keutamaan Kristus
dalam segala hal. Ajaran-ajaran sesat orang Yahudi tecara teologis tidak memadai untuk memberikan keselamatan rohani.
Ajaran tersebut hanyalah ajaran kosong dan menipu (2:8). Terkhusus dalam bagian ini, Paulus ingin
menjelaskan bagaimana hidup dalam hikmat dan kasih sebagai wujud iman kepada
Kristus.
II.
Penjelasan Nats
Ø Hidup yang Bertanggungjawab (Ay. 1)
Dari
sekian banyak surat Paulus, persoalan mengenai tuan dan budak sangat banyak dia
singgung, karena konteks ketika itu seorang budak tidak memiliki harga diri dan
bahkan dia tidak punya hak apa-apa atas nyawanya. Artinya seorang budak
menjadi hak penuh tuannya. Melalui ayat ini Paulus ingin mengajarkan hubungan
timbal balik antara seorang tuan dan budak. Seorang tuan harus juga
memperhatikan kehidupan budaknya, karena meskipun mereka adalah tuan atas
budaknya, namun mereka juga adalah budak atas Tuannya yang ada di sorga. Kita
juga tidak layak dihadapan Tuhan karena dosa dan pelanggaran kita, namun kita
tetap berharga di hadapan Tuhan dan dia menebus kita dan mengangkat kita
menjadi anakNya bukan lagi hambanya. Untuk itu, Paulus mengajarkan kepada para
tuan yang memiliki budak/ hamba agar memperlakukan mereka dengan baik dan benar
serta menghargai hak hidup mereka. Seorang tuan juga harus jujur dan adil
terhadap pengabdian hambanya. Seorang hamba haruslah bahagia dan penuh sukacita
ketika dia bersama-sama dengan tuannya karena tuannya yang penuh kasih.
Ø Mendoakan Pekerjaan Tuhan (Ay. 2 – 4)
Sebagai seorang Rasul, Paulus tidak pernah
melakukan pelayanannya dengan mengandalkan pengetahuan dan kepandaian yang dia
miliki. Meskipun dia sebenarnya adalah orang yang pandai secara akademik dan
pandai dalam ajaran agama, namun dia tetap meminta petunjuk Tuhan dalam
pelayanannya. Petunjuk itu dia minta melalui doa. Dia memahami bahwa doalah
yang mampu menghubungkannya langsung dengan Kristus yang memberinya kekuatan
dan kemampuan dalam mengabarkan kabar sukacita. Hal senada juga diungkapkan
oleh tokoh reformator Protestan, yaitu Martin Luther. Senada dengan Paulus,
Martin Luther juga sangat menekankan hal berdoa. Bahkan dia mengungkapkan
bahwa, “Doa adalah Nafas Orang Percaya”. Bagi orang Kristen, Doa bukan merupakan
pilihan. Bukan juga menjadi jalan alternatif dan doa bukanlah candu
(penenang yang bersifat sementara). Tapi seperti yang
dikatakan Martin Luther, Doa adalah nafas orang percaya (kehidupan). Doa yang dimaksud oleh Paulus adalah doa yang disertai rasa syukur,
bukan doa yang mengatur atau memerintah. Ungkapan yang luar biasa dari Paulus
adalah kata, “Mengucap syukur”. Seorang
yang sedang berada dalam penjara, kesusahan, siksaan dan derita mengajak jemaat
Kolose yang hidup bebas untuk berdoa dan bersyukur. Bukankah seharusnya orang
Kolose yang menguatkan dan menghibur Paulus? Perkataan Paulus ini mengubah cara
pandang kita, bahwa bersyukur itu tidak hanya pada saat bahagia dan senang.
Jadi “Berdoa dan Bersyukur” haruslah
menjadi karakteristik orang Kristen (Ef. 5:20; 1 Tes. 5:18)
Paulus tahu betapa besar kuasa doa. Untuk itu
melalui suratnya, dia juga meminta kepada jemaat Kolose agar mereka juga
membawa Paulus dalam doa mereka. Dia yakin berkat bantuan doa mereka, maka Paulus
akan tetap sanggup menghadapi segala tantangan dalam pelayanannya. Dia tidak
meminta perlindungan hukum atau mungkin pengacara yang bisa membebaskan dia
dari penjara. Paulus yakin Tuhan tidak akan berdiam diri melihat hambanya yang
berseru-seru memanggil namaNya. Untuk itu dengan yakin dia berdoa dan meminta
dukungan doa kepada jemaat Kolose
dengan keyakinan bahwa Tuhan akan menguatkannya. Inilah
bukti keteguhan iman seorang Paulus yang harus bisa kita teladani. Dia tidak
manja atau gampang putus asa dalam pelayanannya. Karena dia memiliki keyakinan
bahwa bersama dengan Kristus tidak ada perjuangan dan pengabdian yang sia-sia.
Namun semua akan berbuah indah tepat pada waktunya.
Ø Hidup dalam Hikmat dan Kasih
(Ay. 5 – 6)
Kembali Paulus mengingatkan jemaat Kolose agar
mampu menguasai diri, memiliki hikmat dalam mengambil sikap di mana dia berada.
Paulus tahu bahwa berhadapan dengan para filsuf-filsuf bukanlah perkara mudah.
Mereka adalah orang-orang pintar yang pandai berkata-kata dan mampu mengajarkan
ajaran baru (sesat) dengan logika. Jadi jika jemaat itu memiliki iman yang
belum kuat, maka dengan mudah dia akan menerima ajaran tersebut. Maka Paulus
mengajarkan mereka agar berhikmat dalam mengambil keputusan. Hidup bersama
dengan komunitas aliran-aliran sesat memang tidak dapat dihindarkan. Untuk
itulah Paulus membentengi mereka dengan ajaran hikmat dan menggunakan waktu
yang ada dengan sebaik mungkin. Artinya waktu yang dimaksud oleh Paulus adalah
waktu untuk menghidupi karya keselamatan yang telah mereka terima dari Kristus.
Sebagai umat yang telah ditebus oleh Kristus, kita diberi waktu dan kesempatan
untuk menghidupi keselamatan yang telah kita terima untuk melakukan kehendak
Tuhan. Ini merupakan respon kita atas karya Tuhan bagi kita. Bentuk respon itu dapat
diwujudkan melalui kata-kata yang penuh kasih, jangan hambar. Artinya setiap
perkataan dan perbuatan yang kita lakukan tetap berlandaskan kasih, sehingga setiap
orang dapat merasakan kedamaian dan sukacita kala bersama dengan kita..
III.
Aplikasi
Dari nats di atas, untuk menjadi orang yang hidup dalam hikmat dan kasih,
ada hal penting yang menjadi bahan perenungan bagi kita :
ü Mengandalkan Doa yang disertai rasa syukur : Paulus mampu
menjadi salah satu tokoh besar dalam Alkitab karena pelayanannya kepada Tuhan
dalam mengabarkan berita sukacita. Padahal tantangan yang dia hadapi sangat
berat dan tidak jarang dia nyaris kehilangan nyawa demi mempertahankan imannya. Dan pada
akhirnya dia harus benar-benar membayar mahal ketaatannya dengan
mengorbankan nyawanya (kepalanya dipenggal). Mengapa dia
mampu sekuat itu.? Begitulah ketika kita hidup dalam Tuhan. Paulus senantiasa
mengandalkan Tuhan melalui doanya dalam pergumulan dan pelayannya. Doanyalah
yang menjadi motivasi dan semangat bagi dia yang memampukannya mengabarkan
Injil ke berbagai penjuru dunia. Meskipun dia harus mengalami penganiayaan,
dipenjara dan dibelenggu, namun imannya tidak pernah terbelenggu. Dia
senantiasa berdoa kepada Tuhan memohon kekuatan dan kemampuan menghadapi setiap
tantangan. Bahkan dalam derita sekalipun, dia tetap mengucap syukur kepada
Tuhan dan mengajak setiap jemaat untuk senantiasa bersyukur (1 Tes. 5:18). Sebagai
orang Kristen, kita juga harus memahami bahwa Doa bukanlah “Pilihan” atau
“Kepentingan” kita, tetapi Doa adalah “Kebutuhan” kita sebagai orang percaya.
ü Hidup dalam Hikmat dan Kasih : Sebagai manusia, kita
tidak akan pernah luput dari persoalan, masalah dan berbagai pergumulan. Bahkan
ketika kita menentukan hidup kita untuk mengikut Kristus, tantangan tidak serta
merta akan habis. Hal yang sama dihadapi oleh jemaat Kolose. Ketika mereka
memilih hidup bersama Kristus, justru banyak pengajar sesat yang menawarkan
ajaran baru yang bisa menyesatkan kepercayaan mereka. Untuk itu, Paulus
mengajarkan kepada kita agar hidup dalam hikmat yang bersumber dari Tuhan
Yesus. Hidup dalam hikmat dan kasih. Saat ini juga
banyak ajaran-ajaran yang secara logika dapat kita pahami dan terima, namun
tidak sesuai dengan kebenaran ajaran Kristus. Untuk itulah kita memerlukan
hikmat dan bimbingan Roh Kudus yang memberikan pengertian kepada kita melihat
dan memahami ajaran Kristus. Selain berhikmat,
hiduplah di dalam kasih. Kasih menjadi salah satu identitas terpenting orang
Kristen, karena dari kasihlah orang dapat mengenal bahwa kita adalah pengikut
Kristus. Sebagai hamba Tuhan, maupun umat Tuhan, sejauh mana kita telah membuktikan bahwa kita
memiliki kasih? Apakah kita bisa menjadi berkat di mana kita berada, apakah
kita bisa membawa sukacita di tengah-tengah komunitas kita? Paulus mengajarkan
agar kehadiran kita dapat dirasakan oleh orang lain, jangan hambar. Bahkan
jangan sampai kehadiran kita menjadi batu sandungan yang membuat orang lain
merasa tidak nyaman.
ü Jadi kita sebagai
umat pilihan Kristus, kita harus hidup bersekutu dengan Tuhan kita melalui
“DOA” serta hidup dalam “HIKMAT” yang bersumber dari Tuhan dan menunjukkan
identitas kita sebagai orang Kristen, yaitu “KASIH”. Karena
itulah yang diinginkan Tuhan dari para pengikutNya. Tuhan Yesus
memberkati. Amin.
C.Pdt. Polma
Hutasoit
Tuhan Yesus Memberkati
BalasHapus