Kamis, 30 Juli 2015

Kolose 4 : 1 – 6, "Hidup Dalam Hikmat dan Kasih"

KERANGKA  SERMON EVANGELIUM MINGGU 07 JULI 2013
MINGGU VI SETELAH TRINITATIS (Ketritunggalan Allah/ Hasitolusadaon ni TUHAN)
Hidup Dalam Hikmat dan Kasih
Ev : Kolose 4 : 1 – 6                                                              Ep : Yakobus 1 : 2 - 8

I.                Pendahuluan
Ketika tubuhnya dibelenggu di dalam penjara dengan rantai, tapi iman dan kepercayaannya tidak pernah terbelenggu. Itulah Rasul Paulus. Sebuah pengorbanan yang luar biasa dari seorang Paulus ketika ia dengan semangat yang berkobar-kobar tetap memperhatikan perkembangan iman daripada jemaat yang telah dibangunnya. Salah satunya adalah jemaat di Kolose. Ketika di dalam penjara, Paulus mendengar dari Eprafas, rekan sepelayanan Paulus yang melayani di Jemaat Kolose bahwa ada masalah di yang dihadapi jemaat Kolose. Di sana muncul ajaran-ajaran penyesat yang merongrong iman dan kepercayaan jemaat. Mereka yang telah percaya kepada Kristus karena ajaran Paulus mengalami tantangan rohani dari para pengajar palsu. Mereka menghubungkan antara ajaran kekritenan dengan filsafat Yunani (Gnostik), dan penyembahan kepada malaikat. Akibatnya banyak yang percaya kepada ajaran ini. Inti ajaran Paulus dalam surat Kolose ini adalah menekankan keutamaan Kristus dalam segala hal. Ajaran-ajaran sesat orang Yahudi tecara teologis tidak  memadai untuk memberikan keselamatan rohani. Ajaran tersebut hanyalah ajaran kosong dan menipu (2:8). Terkhusus dalam bagian ini, Paulus ingin menjelaskan bagaimana hidup dalam hikmat dan kasih sebagai wujud iman kepada Kristus.

II.             Penjelasan Nats
Ø  Hidup yang Bertanggungjawab (Ay. 1)
Dari sekian banyak surat Paulus, persoalan mengenai tuan dan budak sangat banyak dia singgung, karena konteks ketika itu seorang budak tidak memiliki harga diri dan bahkan dia tidak punya hak apa-apa atas nyawanya. Artinya seorang budak menjadi hak penuh tuannya. Melalui ayat ini Paulus ingin mengajarkan hubungan timbal balik antara seorang tuan dan budak. Seorang tuan harus juga memperhatikan kehidupan budaknya, karena meskipun mereka adalah tuan atas budaknya, namun mereka juga adalah budak atas Tuannya yang ada di sorga. Kita juga tidak layak dihadapan Tuhan karena dosa dan pelanggaran kita, namun kita tetap berharga di hadapan Tuhan dan dia menebus kita dan mengangkat kita menjadi anakNya bukan lagi hambanya. Untuk itu, Paulus mengajarkan kepada para tuan yang memiliki budak/ hamba agar memperlakukan mereka dengan baik dan benar serta menghargai hak hidup mereka. Seorang tuan juga harus jujur dan adil terhadap pengabdian hambanya. Seorang hamba haruslah bahagia dan penuh sukacita ketika dia bersama-sama dengan tuannya karena tuannya yang penuh kasih.

Ø  Mendoakan Pekerjaan Tuhan (Ay. 2 – 4)
Sebagai seorang Rasul, Paulus tidak pernah melakukan pelayanannya dengan mengandalkan pengetahuan dan kepandaian yang dia miliki. Meskipun dia sebenarnya adalah orang yang pandai secara akademik dan pandai dalam ajaran agama, namun dia tetap meminta petunjuk Tuhan dalam pelayanannya. Petunjuk itu dia minta melalui doa. Dia memahami bahwa doalah yang mampu menghubungkannya langsung dengan Kristus yang memberinya kekuatan dan kemampuan dalam mengabarkan kabar sukacita. Hal senada juga diungkapkan oleh tokoh reformator Protestan, yaitu Martin Luther. Senada dengan Paulus, Martin Luther juga sangat menekankan hal berdoa. Bahkan dia mengungkapkan bahwa, “Doa adalah Nafas Orang Percaya”. Bagi orang Kristen, Doa bukan merupakan pilihan. Bukan juga menjadi jalan alternatif dan doa bukanlah candu (penenang yang bersifat sementara). Tapi seperti yang dikatakan Martin Luther, Doa adalah nafas orang percaya (kehidupan). Doa yang dimaksud oleh Paulus adalah doa yang disertai rasa syukur, bukan doa yang mengatur atau memerintah. Ungkapan yang luar biasa dari Paulus adalah kata, “Mengucap syukur”. Seorang yang sedang berada dalam penjara, kesusahan, siksaan dan derita mengajak jemaat Kolose yang hidup bebas untuk berdoa dan bersyukur. Bukankah seharusnya orang Kolose yang menguatkan dan menghibur Paulus? Perkataan Paulus ini mengubah cara pandang kita, bahwa bersyukur itu tidak hanya pada saat bahagia dan senang. Jadi “Berdoa dan Bersyukur” haruslah menjadi karakteristik orang Kristen (Ef. 5:20; 1 Tes. 5:18)
Paulus tahu betapa besar kuasa doa. Untuk itu melalui suratnya, dia juga meminta kepada jemaat Kolose agar mereka juga membawa Paulus dalam doa mereka. Dia yakin berkat bantuan doa mereka, maka Paulus akan tetap sanggup menghadapi segala tantangan dalam pelayanannya. Dia tidak meminta perlindungan hukum atau mungkin pengacara yang bisa membebaskan dia dari penjara. Paulus yakin Tuhan tidak akan berdiam diri melihat hambanya yang berseru-seru memanggil namaNya. Untuk itu dengan yakin dia berdoa dan meminta dukungan doa kepada jemaat Kolose dengan keyakinan bahwa Tuhan akan menguatkannya. Inilah bukti keteguhan iman seorang Paulus yang harus bisa kita teladani. Dia tidak manja atau gampang putus asa dalam pelayanannya. Karena dia memiliki keyakinan bahwa bersama dengan Kristus tidak ada perjuangan dan pengabdian yang sia-sia. Namun semua akan berbuah indah tepat pada waktunya.

Ø   Hidup dalam Hikmat dan Kasih (Ay. 5 – 6)
Kembali Paulus mengingatkan jemaat Kolose agar mampu menguasai diri, memiliki hikmat dalam mengambil sikap di mana dia berada. Paulus tahu bahwa berhadapan dengan para filsuf-filsuf bukanlah perkara mudah. Mereka adalah orang-orang pintar yang pandai berkata-kata dan mampu mengajarkan ajaran baru (sesat) dengan logika. Jadi jika jemaat itu memiliki iman yang belum kuat, maka dengan mudah dia akan menerima ajaran tersebut. Maka Paulus mengajarkan mereka agar berhikmat dalam mengambil keputusan. Hidup bersama dengan komunitas aliran-aliran sesat memang tidak dapat dihindarkan. Untuk itulah Paulus membentengi mereka dengan ajaran hikmat dan menggunakan waktu yang ada dengan sebaik mungkin. Artinya waktu yang dimaksud oleh Paulus adalah waktu untuk menghidupi karya keselamatan yang telah mereka terima dari Kristus. Sebagai umat yang telah ditebus oleh Kristus, kita diberi waktu dan kesempatan untuk menghidupi keselamatan yang telah kita terima untuk melakukan kehendak Tuhan. Ini merupakan respon kita atas karya Tuhan bagi kita. Bentuk respon itu dapat diwujudkan melalui kata-kata yang penuh kasih, jangan hambar. Artinya setiap perkataan dan perbuatan yang kita lakukan tetap berlandaskan kasih, sehingga setiap orang dapat merasakan kedamaian dan sukacita kala bersama dengan kita..

III.          Aplikasi
Dari nats di atas, untuk menjadi orang yang hidup dalam hikmat dan kasih, ada hal penting yang menjadi bahan perenungan bagi kita :
ü  Mengandalkan Doa yang disertai rasa syukur : Paulus mampu menjadi salah satu tokoh besar dalam Alkitab karena pelayanannya kepada Tuhan dalam mengabarkan berita sukacita. Padahal tantangan yang dia hadapi sangat berat dan tidak jarang dia nyaris kehilangan nyawa demi mempertahankan imannya. Dan pada akhirnya dia harus benar-benar membayar mahal ketaatannya dengan mengorbankan nyawanya (kepalanya dipenggal). Mengapa dia mampu sekuat itu.? Begitulah ketika kita hidup dalam Tuhan. Paulus senantiasa mengandalkan Tuhan melalui doanya dalam pergumulan dan pelayannya. Doanyalah yang menjadi motivasi dan semangat bagi dia yang memampukannya mengabarkan Injil ke berbagai penjuru dunia. Meskipun dia harus mengalami penganiayaan, dipenjara dan dibelenggu, namun imannya tidak pernah terbelenggu. Dia senantiasa berdoa kepada Tuhan memohon kekuatan dan kemampuan menghadapi setiap tantangan. Bahkan dalam derita sekalipun, dia tetap mengucap syukur kepada Tuhan dan mengajak setiap jemaat untuk senantiasa bersyukur (1 Tes. 5:18). Sebagai orang Kristen, kita juga harus memahami bahwa Doa bukanlah “Pilihan” atau “Kepentingan” kita, tetapi Doa adalah “Kebutuhan” kita sebagai orang percaya.
ü  Hidup dalam Hikmat dan Kasih : Sebagai manusia, kita tidak akan pernah luput dari persoalan, masalah dan berbagai pergumulan. Bahkan ketika kita menentukan hidup kita untuk mengikut Kristus, tantangan tidak serta merta akan habis. Hal yang sama dihadapi oleh jemaat Kolose. Ketika mereka memilih hidup bersama Kristus, justru banyak pengajar sesat yang menawarkan ajaran baru yang bisa menyesatkan kepercayaan mereka. Untuk itu, Paulus mengajarkan kepada kita agar hidup dalam hikmat yang bersumber dari Tuhan Yesus. Hidup dalam hikmat dan kasih. Saat ini juga banyak ajaran-ajaran yang secara logika dapat kita pahami dan terima, namun tidak sesuai dengan kebenaran ajaran Kristus. Untuk itulah kita memerlukan hikmat dan bimbingan Roh Kudus yang memberikan pengertian kepada kita melihat dan memahami ajaran Kristus. Selain berhikmat, hiduplah di dalam kasih. Kasih menjadi salah satu identitas terpenting orang Kristen, karena dari kasihlah orang dapat mengenal bahwa kita adalah pengikut Kristus. Sebagai hamba Tuhan, maupun umat Tuhan, sejauh mana kita telah membuktikan bahwa kita memiliki kasih? Apakah kita bisa menjadi berkat di mana kita berada, apakah kita bisa membawa sukacita di tengah-tengah komunitas kita? Paulus mengajarkan agar kehadiran kita dapat dirasakan oleh orang lain, jangan hambar. Bahkan jangan sampai kehadiran kita menjadi batu sandungan yang membuat orang lain merasa tidak nyaman.
ü  Jadi kita sebagai umat pilihan Kristus, kita harus hidup bersekutu dengan Tuhan kita melalui “DOA” serta hidup dalam “HIKMAT” yang bersumber dari Tuhan dan menunjukkan identitas kita sebagai orang Kristen, yaitu “KASIH”. Karena itulah yang diinginkan Tuhan dari para pengikutNya. Tuhan Yesus memberkati. Amin.


C.Pdt. Polma Hutasoit

1 komentar: