Jumat, 17 Juli 2015

Roma 12 : 9 – 12

KERANGKA  SERMON EVANGELIUM MINGGU 05 MEI 2013
MINGGU ROGATE (Berdoa/ Martangiang)
BERTEKUN DI DALAM DOA/ TONGTONG DI BAGASAN TANGIANG
Ev : Roma 12 : 9 – 12                                                            Ep : Matius 7 : 7 – 10

I.       Pendahuluan
v  Surat Roma merupakan surat yang ditulis oleh Rasul Paulus sekitar tahun 58. Secara keseluruhan, surat Roma terbagi dalam 2 bagian, yaitu pasal 1-11 berisi bangunan teologis, doktrin-doktrin (ajaran) dan prinsip iman Kristen. Dan pasal 12-16 Paulus berbicara tentang hal-hal praktis-etis kehidupan orang Kristen dan beberapa alasan Rasul Paulus menuliskan surat ini. Paulus menggunakan pasal 12 sebagai transisi dari dogmatika menjadi etika hidup orang Kristen.
v  Pasal 12 merupakan bimbingan untuk hidup orang Kristen secara praktis, yaitu pengabdian seluruh hidup kepada Tuhan, kewajiban kepada Tuhan (mempersembahkan tubuh sebagai persembahan yang hidup dan kudus yang berkenan di hadapan-Nya), kewajiban untuk sesama (mengasihi sesama tanpa terkecuali).

II.    Penjelasan Nats
Berdasarkan nats Roma 12:9-12 ini dengan gamblang Rasul Paulus menuliskan beberapa sikap etis yang harus dihidupi setiap orang Kristen dalam kehidupannya sehari-hari.
1.      Hendaklah kasih itu jangan pura-pura : Kasih merupakan alat perekat (lem) bagi hubungan sesama manusia maupun bagi hubungan manusia dengan Allah. Kasihlah yang mempersatukan kita dengan Tuhan dan karena kasih pula kita diselamatkan melalui karya Yesus Kristus. Kasih bukanlah kata “benda”, melainkan kata “kerja”, artinya kasih itu harus dikerjakan dan dilakukan. Kasih bukan hanya sekedar kata-kata manis yang hanya diucapkan di mulut (konsep semata), namun juga harus dihidupi dan dinyatakan melalui perbuatan setiap hari (1 Yoh. 3:18). Jika kasih dicemari dengan kepura-puraan, maka kasih itu ibarat lem yang dicemari oleh air, lem itu tidak akan berfungsi lagi dengan baik. Kasih yang benar dan sungguh-sungguh adalah kasih bersumber dari hati tanpa adanya rasa keterpaksaan atau karena balas budi”. Kasih merupakan buah dari Roh (Gal. 5:22). Mengasihi sesama bukan “karena” atau “supaya”, namun mengasihi itu “meskipun”. Jadi kasih merupakan kata kunci hubungan timbal balik sesama manusia maupun antara manusia dengan Tuhan.
2.      Jauhilah yang jahat dan Lakukanlah yang baik: Paulus mengingatkan bahwa salah satu bukti orang yang hidup dalam kasih pastilah dia akan senantiasa menjauhkan yang jahat dan selalu melakukan yang baik. Padanan kasih yang benar adalah kebaikan. Paulus mengajak umat Kristen untuk mengambil sikap yang jelas sebagai orang Kristen, yaitu tidak memberi kesempatan kepada iblis untuk menuntun kita melakukan kejahatan. Justru sebaliknya Roh Kudus yang senantiasa menguasai dan menuntun kita untuk hidup dalam kebaikan.
3.      Hendaklah kamu saling mengasihi sebagai saudara : Dalam bahasa Toba, jelas dikatakan bahwa, “Ingot hamu ma holong ni roha sama dongan Kristen!”. Nampaknya perkataan Paulus ini sangat eksklusif karena adanya perkataan saling mengasihi orang Kristen. Namun maksud Paulus adalah, hendaklah setiap umat Kristen itu lebih dahulu saling mengasihi sebelum mengasihi orang lain di luar komunitas orang Kristen. Bahkan dalam keluarga Kristen juga pastilah demikian, kita pasti lebih dahulu mengasihi orang-orang yang ada dalam keluarga kita, barulah kemudian kita mengasihi orang lain. Mustahil kita mampu mengasihi dan menganggap orang lain itu sebagai saudara kita, sementara orang terdekat/ saudara kita atau bahkan diri kita sekalipun tidak kita kasihi.
4.      Saling mendahului dalam memberi hormat : Paulus ingin mengingatkan orang Roma akan kebiasaan mereka yang masih gila hormat. Mereka sering memberi atau melakukan sesuatu yang baik agar mereka mendapat pujian dan kehormatan dari sesama mereka. Bahkan mereka sering mengadakan pertandingan (adu debat) untuk menentukan siapa yang lebih terhormat diantara mereka. Dan tempat mereka beradu dinamai “Areopagus”. Yang menang dalam adu debat, maka dialah yang paling terhormat. Tentu Paulus tidak menginginkan hal demikian terjadi bagi orang yang telah mengenal Kristus. Paulus ingin setiap orang Kristen harus lebih dulu menghormati dan tidak menganggap dirinya lebih terhormat atau lebih hebat dibanding yang lain. Dalam perikop lain juga paulus mengatakan, “Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri (Fil. 2:3b)”.
5.      Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan : Yang namanya hidup, pergumulan dan tantangan pasti datang silih berganti. Apalagi dalam melakukan perbuatan yang baik, tantangan akan semakin besar. Jemaat Kristen di Roma pada saat itu sedang mendapat banyak tekanan baik dari orang Yahudi maupun dari pemerintah Roma sendiri dan selain itu di dalam tubuh jemaat Roma sendiri sedang terjadi konflik. Oleh karena itu Paulus mengirimkan surat ini untuk menasihati jemaat di Roma, bagaimana seharusnya bersikap terhadap keadaan mereka dan bagaimana sikap mereka kepada pemerintah. Tantangan tidak hanya datang dari luar, namun tantangan dari dalam keluarga dan orang yang seiman sekalipun akan datang ketika kita melayani Tuhan. Namun bagaimana kita menyikapi hal ini.? Dengan tegas Paulus mengatakan bahwa ketika melayani Tuhan, roh kita harus menyala-nyala artinya semangat yang tiada surut. Roh yang menyala-nyala itu adalah roh yang dikaruniakan Tuhan. Karena itu “janganlah padamkan Roh” (1 Tes. 5:19) dan jangan biarkan apapun dan siapun memadamkan roh itu dalam diri kita. Roh/ semangat yang menyala-nyala itu adalah untuk melayani Tuhan, bukan untuk memenuhi/ melayani kehendak kita sendiri atau orang lain. Jadi ketika roh dan semangat kita tidak pernah padam dalam melayani Tuhan maka Roh Kudus akan senantiasa menguatkan dan memampukan kita melayani Tuhan dalam hidup kita.
6.      Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan dan bertekunlah dalam doa : Paulus tahu tantangan yang sedang dialami oleh jemaat yang ada di Roma baik dari orang Yahudi, pemerintah Roma maupun diantara sesama mereka. Untuk itu Paulus memotivasi mereka untuk tetap hidup dalam pengharapan dan sukacita, sabar menghadapi setiap persoalan yang terjadi dan mengandalkan doa sebagai tameng, perisai dan kekuatan mereka. Bertekun dalam doa bukan berarti berdoa tiada henti sepanjang hari, namun maksud Paulus adalah apapun yang hendak dan sudah kita lakukan, dimanapun dan hendak kemanapun kita pergi tetaplah serahkan semuanya itu kepada Tuhan melalui doa. Tujuannya agar Tuhan tetap berkarya dalam hidup kita. Paulus selalu menempatkan doa sebagai hal yang paling utama dalam setiap suratnya. Bahkan dalam setiap suratnya dia selalu menyebutkan bahwa dia berdoa untuk jemaat. Dia juga berharap agar jemaat Roma juga mengandalkan doa dalam setiap pergumulan, pelayanan dan dalam setiap gerak hidup mereka.

III.             Aplikasi
ü  Melalui nats ini, kita disadarkan tentang makna kasih. Nats ini mengajarkan kita bahwa kasih orang Kristen adalah kasih yang nyata dalam perbuatan tidaklah merupakan suatu konsep. Mengasihi itu harus berdasarkan ketulusan dan kesungguhan. Di dalam kasih tidak ada kepura-puraan (kemunafikan). Kasih jugalah yang menuntun kita hidup dalam kebenaran firman Tuhan dan yang menjauhkan diri dari yang jahat. Karena kasihlah kita mampu saling menghormati yang satu dengan yang lain di dalam takut akan Tuhan. Dan karena kasihlah kita mampu mengembangkan persekutuan kita dengan Tuhan.
ü  Minggu kita, Minggu Rogate (Berdoa). Melalu Suratnya ke jemaat Roma, Rasul Paulus mengingatkan kita bahwa kekuatan doa itu akan “mengusai” atau “mempengaruhi” hidup orang percaya. Doa adalah pusat kehidupan orang percaya, di samping firman Tuhan. Jadi doa dan firman Tuhan bersama-sama menjadi nafas dan sumber kehidupan kita orang percaya. Doa adalah sarana kita memperbaiki hubungan kita dengan Tuhan dan sarana kita untuk memuji memuliakan dan mengagungkan kebesaran nama-Nya. Melalui doalah kita memohon dan mengutarakan segala permintaan kita kepada Tuhan. Kuasa doa memampukan orang percaya untuk hidup saling mengasihi dengan sesamanya. Kuasa Doa memampukan orang percaya untuk hidup, bersukacita, dan berpengharapan.
ü  Berdoa senantiasa dengan tekun berarti senantiasa menjalin hubungan akrab dengan Tuhan. Pasti setiap hubungan kita merindukan buahnya. Jadi buah dari keakraban dan keintiman kita kepada Tuhan adalah sukacita, damai sejahtera, kita memiliki pengharapan yang hidup. Melalui doa juga, kita mau menunjukkan ketergantungan kita kepada Allah dan ketidakmampuan kita melakukan segala sesuatu tanpa campur tangan Tuhan. Melalui doa kita menyerahkan diri kita dan setiap orang-orang yang kita kasihi kepada Tuhan.
ü  Seperti atap rumah, Doa itu memberikan kenyamanan, Doa itu memberikan perlindungan bagi kita yang tinggal di dalamnya. Maka, dapat kita katakan bahwa hidup tanpa doa bagaikan rumah yang berdiri tanpa atap. Yesus sendiri mengatakan agar kita jangan jemu-jemu untuk berdoa (Luk. 18:1). Yakin dan percayalah setiap doa dan permohonan yang kita sampaikan kepada Tuhan jika dengan yakin kita doakan akan besar kuasanya (Yak. 5:16).
Tuhan Yesus memberkati. Amin.


C.Pdt. Polma Hutasoit, S.Th

Tidak ada komentar:

Posting Komentar