KERANGKA SERMON EVANGELIUM MINGGU 05 MEI 2013
MINGGU ROGATE (Berdoa/ Martangiang)
BERTEKUN DI DALAM DOA/ TONGTONG DI BAGASAN TANGIANG
Ev : Roma 12 : 9 – 12 Ep
: Matius 7 : 7 – 10
I.
Pendahuluan
v Surat Roma merupakan surat yang
ditulis oleh Rasul Paulus sekitar tahun 58. Secara keseluruhan, surat Roma
terbagi dalam 2 bagian, yaitu pasal 1-11 berisi bangunan teologis,
doktrin-doktrin (ajaran) dan prinsip iman Kristen. Dan pasal 12-16 Paulus
berbicara tentang hal-hal praktis-etis kehidupan orang Kristen dan beberapa
alasan Rasul Paulus menuliskan surat ini. Paulus menggunakan pasal 12 sebagai
transisi dari dogmatika menjadi etika hidup orang Kristen.
v Pasal 12 merupakan
bimbingan untuk hidup orang Kristen secara praktis, yaitu pengabdian seluruh
hidup kepada Tuhan, kewajiban kepada Tuhan (mempersembahkan tubuh sebagai
persembahan yang hidup dan kudus yang berkenan di hadapan-Nya), kewajiban untuk
sesama (mengasihi sesama tanpa terkecuali).
II.
Penjelasan Nats
Berdasarkan nats Roma 12:9-12 ini dengan gamblang Rasul Paulus menuliskan
beberapa sikap etis yang harus dihidupi setiap orang Kristen dalam kehidupannya
sehari-hari.
1.
Hendaklah kasih itu
jangan pura-pura : Kasih merupakan alat
perekat (lem) bagi hubungan sesama manusia maupun bagi hubungan manusia dengan Allah. Kasihlah yang mempersatukan kita dengan Tuhan
dan karena kasih pula kita diselamatkan melalui karya Yesus Kristus. Kasih
bukanlah kata “benda”, melainkan kata “kerja”, artinya kasih itu harus
dikerjakan dan dilakukan. Kasih bukan hanya sekedar kata-kata manis yang hanya diucapkan
di mulut (konsep semata), namun juga harus dihidupi dan dinyatakan melalui perbuatan setiap
hari (1 Yoh. 3:18). Jika kasih dicemari dengan kepura-puraan, maka kasih itu
ibarat lem yang dicemari oleh air, lem itu tidak akan berfungsi lagi dengan
baik. Kasih yang benar dan sungguh-sungguh adalah kasih bersumber dari hati
tanpa adanya rasa keterpaksaan atau karena
“balas budi”. Kasih merupakan buah dari Roh (Gal. 5:22). Mengasihi sesama bukan “karena” atau
“supaya”, namun mengasihi itu “meskipun”. Jadi kasih merupakan kata kunci
hubungan timbal balik sesama manusia maupun antara manusia dengan Tuhan.
2.
Jauhilah yang jahat dan
Lakukanlah yang baik: Paulus mengingatkan bahwa salah satu bukti orang yang hidup
dalam kasih pastilah dia akan senantiasa menjauhkan yang jahat dan selalu
melakukan yang baik. Padanan kasih yang benar adalah kebaikan. Paulus mengajak
umat Kristen untuk mengambil sikap yang jelas sebagai orang Kristen, yaitu
tidak memberi kesempatan kepada iblis untuk menuntun kita melakukan kejahatan.
Justru sebaliknya Roh Kudus yang senantiasa menguasai dan menuntun kita untuk
hidup dalam kebaikan.
3.
Hendaklah kamu
saling mengasihi sebagai saudara : Dalam bahasa Toba, jelas dikatakan bahwa, “Ingot hamu ma holong ni roha sama dongan Kristen!”.
Nampaknya perkataan Paulus ini sangat eksklusif karena adanya perkataan saling
mengasihi orang Kristen. Namun maksud Paulus adalah, hendaklah setiap umat
Kristen itu lebih dahulu saling mengasihi sebelum mengasihi orang lain di luar
komunitas orang Kristen. Bahkan dalam keluarga Kristen juga pastilah demikian,
kita pasti lebih dahulu mengasihi orang-orang yang ada dalam keluarga kita,
barulah kemudian kita mengasihi orang lain. Mustahil kita mampu mengasihi dan
menganggap orang lain itu sebagai saudara kita, sementara orang terdekat/
saudara kita atau bahkan diri kita sekalipun tidak kita kasihi.
4.
Saling mendahului
dalam memberi hormat : Paulus ingin mengingatkan orang Roma akan kebiasaan mereka
yang masih gila hormat. Mereka sering memberi atau melakukan sesuatu yang baik
agar mereka mendapat pujian dan kehormatan dari sesama mereka. Bahkan
mereka sering mengadakan pertandingan (adu debat) untuk menentukan
siapa yang lebih terhormat diantara mereka. Dan tempat mereka beradu dinamai “Areopagus”.
Yang menang dalam adu debat, maka dialah yang paling terhormat. Tentu
Paulus tidak menginginkan hal demikian terjadi bagi orang yang telah mengenal
Kristus. Paulus ingin setiap orang Kristen harus lebih dulu menghormati dan
tidak menganggap dirinya lebih terhormat atau lebih hebat dibanding yang lain.
Dalam perikop lain juga paulus mengatakan, “Sebaliknya
hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari
pada dirinya sendiri (Fil. 2:3b)”.
5.
Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan
layanilah Tuhan : Yang namanya hidup, pergumulan dan
tantangan pasti datang silih berganti. Apalagi dalam melakukan perbuatan yang
baik, tantangan akan semakin besar. Jemaat Kristen di Roma pada saat itu sedang
mendapat banyak tekanan baik dari orang Yahudi maupun
dari pemerintah Roma
sendiri dan selain itu di dalam tubuh jemaat Roma sendiri sedang terjadi
konflik. Oleh karena itu Paulus mengirimkan surat ini untuk menasihati jemaat
di Roma, bagaimana seharusnya bersikap terhadap keadaan mereka dan bagaimana
sikap mereka kepada pemerintah. Tantangan tidak hanya datang dari luar, namun
tantangan dari dalam keluarga dan orang yang seiman sekalipun akan datang
ketika kita melayani Tuhan. Namun bagaimana kita menyikapi hal ini.? Dengan
tegas Paulus mengatakan bahwa ketika melayani Tuhan, roh kita harus
menyala-nyala artinya semangat yang tiada surut. Roh yang menyala-nyala itu
adalah roh yang dikaruniakan Tuhan. Karena itu “janganlah padamkan Roh” (1 Tes. 5:19) dan jangan biarkan apapun
dan siapun memadamkan roh itu dalam diri kita. Roh/ semangat yang menyala-nyala itu adalah untuk melayani Tuhan,
bukan untuk memenuhi/ melayani kehendak kita sendiri atau orang lain. Jadi ketika
roh dan semangat kita tidak pernah padam dalam melayani Tuhan maka Roh Kudus
akan senantiasa menguatkan dan memampukan kita melayani Tuhan dalam hidup kita.
6.
Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan dan bertekunlah
dalam doa : Paulus tahu tantangan yang sedang dialami
oleh jemaat yang ada di Roma baik dari orang Yahudi, pemerintah Roma maupun
diantara sesama mereka. Untuk itu Paulus memotivasi mereka untuk tetap hidup
dalam pengharapan dan sukacita, sabar menghadapi setiap persoalan yang terjadi
dan mengandalkan doa sebagai tameng, perisai dan kekuatan mereka. Bertekun dalam doa bukan berarti berdoa tiada henti sepanjang
hari, namun maksud Paulus adalah apapun yang hendak dan sudah kita lakukan,
dimanapun dan hendak kemanapun kita pergi tetaplah serahkan semuanya itu kepada
Tuhan melalui doa. Tujuannya agar Tuhan tetap berkarya dalam hidup kita. Paulus selalu menempatkan doa sebagai hal yang paling utama dalam
setiap suratnya. Bahkan dalam setiap suratnya dia selalu menyebutkan bahwa dia
berdoa untuk jemaat. Dia juga
berharap agar jemaat Roma juga mengandalkan doa dalam setiap pergumulan,
pelayanan dan dalam setiap gerak hidup mereka.
III.
Aplikasi
ü Melalui nats ini, kita disadarkan tentang makna kasih. Nats ini mengajarkan kita bahwa
kasih orang Kristen adalah kasih yang nyata dalam perbuatan tidaklah merupakan
suatu konsep. Mengasihi itu harus berdasarkan ketulusan dan kesungguhan. Di
dalam kasih tidak ada kepura-puraan (kemunafikan). Kasih jugalah yang menuntun
kita hidup dalam kebenaran firman Tuhan dan yang menjauhkan diri dari yang
jahat. Karena kasihlah kita mampu saling menghormati yang satu dengan yang lain
di dalam takut akan Tuhan. Dan karena kasihlah kita mampu mengembangkan
persekutuan kita dengan Tuhan.
ü Minggu kita, Minggu Rogate (Berdoa). Melalu Suratnya ke jemaat Roma, Rasul Paulus mengingatkan kita bahwa
kekuatan doa itu akan “mengusai” atau “mempengaruhi” hidup orang percaya. Doa adalah pusat kehidupan orang percaya, di
samping firman Tuhan. Jadi doa dan firman Tuhan bersama-sama menjadi nafas dan
sumber kehidupan kita orang percaya. Doa adalah sarana kita memperbaiki
hubungan kita dengan Tuhan dan sarana kita untuk memuji memuliakan dan
mengagungkan kebesaran nama-Nya. Melalui doalah kita memohon dan mengutarakan
segala permintaan kita kepada Tuhan. Kuasa doa memampukan orang percaya
untuk hidup saling mengasihi dengan sesamanya. Kuasa Doa memampukan orang percaya untuk
hidup, bersukacita, dan berpengharapan.
ü Berdoa senantiasa dengan tekun berarti senantiasa menjalin hubungan akrab dengan Tuhan. Pasti setiap hubungan kita merindukan
buahnya. Jadi buah dari keakraban dan keintiman kita kepada Tuhan adalah
sukacita, damai sejahtera, kita memiliki pengharapan yang hidup. Melalui doa
juga, kita mau menunjukkan ketergantungan kita kepada Allah dan ketidakmampuan
kita melakukan segala sesuatu tanpa campur tangan Tuhan. Melalui doa kita
menyerahkan diri kita dan setiap orang-orang yang kita kasihi kepada Tuhan.
ü Seperti atap rumah, Doa itu memberikan kenyamanan, Doa itu memberikan
perlindungan bagi kita yang
tinggal di dalamnya. Maka, dapat kita katakan bahwa hidup
tanpa doa bagaikan rumah yang
berdiri tanpa atap. Yesus sendiri mengatakan agar kita jangan jemu-jemu untuk berdoa (Luk. 18:1). Yakin dan
percayalah setiap doa dan permohonan yang kita sampaikan kepada Tuhan jika
dengan yakin kita doakan akan besar kuasanya (Yak. 5:16).
Tuhan Yesus
memberkati. Amin.
C.Pdt. Polma Hutasoit, S.Th
Tidak ada komentar:
Posting Komentar