Jumat, 31 Juli 2015

Matius 14 : 22 – 33, "Tenanglah, Aku Ini, Jangan Takut"

KERANGKA SERMON EVANGELIUM MINGGU 10 Agustus 2014
Minggu VIII Setelah Trinitatis (Ketritunggalan Allah/ Hasitolusadaan Ni TUHAN)
Ev  :  Matius 14 : 22 – 33                                      Ep  : 1 Raja-raja 19 : 8 – 19
Tenanglah, Aku Ini, Jangan Takut

I.              Pendahuluan
Pasal 14 diawali dengan kisah tentang saudara sepupu Yesus, Yohanes pembaptis yang mati dipenggal oleh raja wilayah Nazareth demi memenuhi permintaan putrinya. Setelah mendengar berita itu, Yesus lalu menyingkir ke tempat lain yang lebih sunyi. Namun, orang banyak mengetahui kemana Yesus pergi, sehingga mereka berbondong-bondong untuk segera menyusul Yesus. Mereka berjumlah sekitar lima ribu orang belum termasuk perempuan dan anak-anak. Saat itu Yesus mengadakan mujijat yang luar biasa dengan memberi mereka semua makan hanya dengan bermodalkan lima roti dan dua ikan yang telah Yesus doakan. Setelah Yesus mengenyangkan para pengikut-Nya dengan makanan rohani dan jasmani, maka Yesus menyuruh merek untuk kembali ke tempat masing-masing. Yesus juga memerintahkan para murid-Nya untuk lebih dahulu berangkat ke seberang. Ketika proses penyeberangan itulah Yesus mengadakan mujijat lain yang luar biasa di hadapan para murid-Nya.

II.           Penjelasan Nats
  1. Taat Akan Firman Tuhan
Yesus memerintahkan para murid-Nya untuk mendahului ke seberang dan para murid-Nya taat , ketaatan mereka membawa mereka dapat melihat Kedasyatan  dan Mujizat Tuhan yang luar biasa.  Ketaatan adalah sesuatu yang tidak mudah (mahal) karena butuh pengorbanan (korban perasaan, korban harga diri, korban waktu dll). Namun ketaatan akan mendatangkan manfaat yang luar biasa, ketaatan mendatangkan berkat yang besar (pengalaman Abraham, Kejadian 22), Ketaatan mendatangkan Keselamatan (pengalaman Nuh Kejadian 6-9), Ketaatan mendatangkan Mujizat (pesta perkawinan di kana, Yohanes 2), ketaatan mendatangkan keberhasilan (pengalaman Yosua Yos. 1: 8-9 dan pengalaman Yusuf anak Yakub).

  1. Berdoa Setelah Melakukan Pekerjaan
Yesus memberi contoh kepada para pengikut-Nya sebuah teladan yang luar biasa, yaitu dalam hal berdoa. Dia yang sudah pasti selalu mengawali pelayanan-Nya dengan doa, pasti juga mengakhirinya dengan doa. Meskipun Dia adalah Anak Allah, Dia tetap menunjukkan bagaimana menjalin hubungan yang senantiasa harmonis dengan Tuhan. Dan cara paling tepat adalah melalui doa. Doa menjadi ekspresi iman untuk mengucap syukur, memuji dan memuliakan Tuhan, memohon kekuatan, menyampaikan isi hati, menyampaikan permintaan, bahkan nafas hidup dan sumber kekuatan bagi orang percaya. Dengan demikian, doa menjadi penghantar dan jembatan bagi orang percaya untuk senantiasa hidup dalam Tuhan.

  1. Pertolongan Tuhan Tepat dan Indah Pada Waktunya
Setelah perahu murid-murid beberapa mil jauhnya dari pantai, perahu mereka diombang-ambingkan gelombang karena angin sakal. Angin sakal adalah angin yang biasa berembus pada bulan April. Angin yang berembus dari arah yang berlawanan, sehingga para murid harus mengerahkan segenap tenaga mereka untuk melawan kencangnya angin yang menerpa perahu mereka. Sangat drastis sekali perubahan situasi yang dialami murid-murid Yesus, masih jelas dalam ingatan mereka, betapa beberapa waktu yang lalu mereka sangat berbahagia, sangat kagum ketika mereka melihat dengan mata mereka sendiri Yesus melakukan mujizat dengan memberi makan lima ribu orang hanya dengan lima roti dan dua ikan. Tapi sekarang gelombang besar datang dan mereka sangat ketakutan. Ketakutan murid-murid semakin bertambah ketika perahu mereka hampir tengelam. Mereka berjuang hingga subuh, dan kira-kira jam tiga malam datanglah Yesus,dan ketika murid-muridNya melihat Dia berjalan diatas air mereka terkejut dan berteriak-teriak karena takut, mereka mengira Yesus adalah hantu.
Para murid terkejut dan berseru: "Itu hantu!" Pada masa Yesus, banyak orang percaya bahwa danau atau laut merupakan tempat kediaman kekuatan jahat, tempat kediaman hantu malam. Di tengah malam kelam ditambah serangan angin sakal yang tiba-tiba mereka melihat sosok berjalan di atas air. Mereka mengira bahwa mereka kini berhadapan dengan kekuatan jahat dan hidup mereka kini tengah menemukan titik akhirnya. Segera Yesus berkata untuk menenangkan mereka yang ketakutan, “Tenanglah, Aku ini, jangan takut!” Yesus yang melihat kepanikan, ketakutan dan kegelisahan para murid-Nya datang ketika berhadapan dengan situasi sulit yang bahkan mengancam nyawa mereka. Untuk menenangkan mereka, Yesus hanya mengucapkan satu kalimat yang tentu sudah cukup untuk membuat mereka langsung merasa lega. Begitu mereka mendengar, mengetahui dan melihat bahwa yang datang itu adalah Yesus, maka perasaan takut, cemas, kuatir seketika lenyap meskipun angin belum berhenti, namun mereka sangat yakin Yesus akan menyelamatkan mereka. Peristiwa Yesus berjalan di atas air dan angin yang sedang berkecamuk tentu adalah sebuah keajaiban. Keajaiban ini menjelaskan bahwa di dalam Yesus ada kuasa sorgawi yang melampaui segala kemampuan alam. Yesus tidak sedang belajar mempergunakan kuasa alam, namun sebaliknya, alam tunduk kepadanya.
  1. Datang Kepada Yesus, Jangan Mendua Hati
Tatkala Petrus melihat Yesus, sesuai karakternya yang spontanitas itu maka ia ingin turut dan ikut dengan Yesus berjalan di atas air yang ganas. Ia mengatakan, “"Tuhan, apabila Engkau itu, suruhlah aku datang kepada-Mu berjalan di atas air.” Melihat kedalaman hati Petrus, maka Yesus menjawab, “Datanglah!”
Sewaktu di perahu mereka merasa takut, herannya saat ini Petrus turun dari perahu, malah tidak ada perasaan takut. Semua ini menunjukkan bahwa Petrus percaya bahwa Yesus sungguh Allah, dan Dia adalah Allah yang perkasa yang dapat menyelesaikan segala perkaranya. Dan dengan mata yang terus tertuju kepada Yesus, Petrus turun dari perahu, menapakkan kakinya dan kemudian berjalan di atas air mendapatkan Yesus. Imanlah yang membuat seseorang berani untuk meninggalkan apa yang dia punyai, melepaskan apa yang dia pegang, meninggalkan daerah nyamannya, dan kemudian melangkah ke sesuatu yang mungkin lebih sulit, lebih tidak nyaman. Karena imanlah Abraham mau meninggalkan yang dia miliki untuk menuju tanah perjanjian dan karena imanlah Musa mau memenuhi panggilan Tuhan untuk pergi menghadap ke Firaun dan memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir.
Ketika itu, Petrus benar-benar merasakan bagaimana ia mampu berjalan menuju Yesus di atas air. Namun, dalam perjalanan sebelum dia meraih Yesus, ia tidak lagi berfokus pada Yesus, karena situasi yang terjadi di sekitarnya. Petrus mulai diganggu oleh tiupan angin, maka hatinya dipenuhi dengan kebimbangan dan ketakutan, ia pun mulai tenggelam bersama dengan kebimbangan dan ketakutannya. Namun Petrus masih ingat 1 hal. Dalam ketakutan dan kebimbangannya, dia masih memanggil Yesus untuk menolongnya, “Tuhan, tolonglah aku!” Segera Yesus mengulurkan tangan-Nya, memegang Petrus dan berkata, “hai orang yang kurang percaya, mengapa engkau bimbang?”
“Berjalan di atas air bukan berarti lari dari persoalan”, sebab tatkala Petrus berjalan di atas air anginnya masih ada. Resikonya adalah, kalau di tengah perjalanan itu ia lengah, maka ia akan kalah. Matius 14:30 mencatat bahwa Petrus tenggelam justru bukan pada saat berada di perahu dengan angin sakal itu, tetapi karena tiupan angin setelah keluar dari perahu. Ia tidak memusatkan perhatiannya pada Tuhan Yesus, maka ia harus bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya. Ia hampir tenggelam karena mendua hati. Namun Yesus tetap menolongnya dan membawanya ke perahu dan anginpun reda.

  1. Yesus adalah Anak Allah
Saat Yesus sampai di perahu dan angin sudah reda, para murid-Nya yang menyaksikan semua kejadian itu sujud menyembah Dia sambil berkata, "Sesungguhnya Engkau Anak Allah.” Apa yang Yesus lakukan bukan semata-mata ingin pamer kehebatan, namun Dia ingin agar pengenalan murid kepada-Nya semakin jelas, bahwa Dia adalah Mesias yang mereka nantikan. Selain itu, pengalaman yang luar biasa itu akan mereka beritakan nantinya saat mereka diutus untuk mengabarkan Injil.

III.        Aplikasi
1.      Sekalipun pekerjaan, kesibukan bahkan pelayanan merupakan sesuatu yang penting, tetapi itu tidak boleh menjadi alasan sehingga kita tidak mempunyai waktu pribadi dengan Tuhan. Sikap Yesus ini menunjukkan teladan bagaimana kita harus menyediakan waktu untuk  bersekutu dengan-Nya!
2.      Ketika tantangan hadir di dalam hidup kita, maka sebagai orang percaya, jangan pernah menghindar dan lari. Tetapi harus berani menghadapi. Harus kita imani bahwa pertolongan Tuhan akan tiba tepat pada waktunya. Tetaplah fokus pada Tuhan saat menjalani dan menghadapi tantangan, agar tantangan, kecemasan dan ketakutan tidak menenggelamkan kita.
3.      Imanlah yang membuat seseorang berani untuk meninggalkan apa yang dia punyai, melepaskan apa yang dia pegang, meninggalkan daerah nyamannya, dan kemudian melangkah ke sesuatu yang mungkin lebih sulit, lebih tidak nyaman. Resikonya sudah pasti ada, namun hasilnya tidak sebading dengan resiko yang akan kita hadapi.
4.      Sungguh menarik bahwa ketika Yesus menghapus ketakutan dan kemudian naik perahu bersama mereka, maka dikatakan bahwa anginpun reda. Hanya ketenangan di dalam Tuhanlah yang dapat meredakan ketakutan kita. Tanpa iman dan pengharapan di dalam Kristus, kehidupan kita akan terpusat pada masalah dan gelombang. Hanya ketenangan di dalam Tuhanlah yang dapat meredakan ketakutan kita. Tanpa iman dan pengharapan di dalam Kristus, kehidupan kita akan terpusat pada masalah dan gelombang. Namun dengan iman dan pengharapan, kita akan dapat melalui gelombang kehidupan dengan ketenangan dan damai, sehingga di dalam iman kita mampu sujud di hadapan Tuhan dan berkata, “Sungguh, Yesus adalah Anak Allah”. Ia yang menuntun dan melepaskan kita dari persoalan yang siap menghempaskan kita dan Dialah yang memberi ketenangan dan keberanian bagi kita untuk menjadi seorang pemenang. Tuhan Yesus memberkati. Amin..
C.Pdt. Polma Hutasoit, S.Th


“IMAN MENENTANG SEGALA KEMUSTAHILAN”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar