KERANGKA SERMON EVANGELIUM MINGGU 18 Mei 2014
MINGGU KANTATE (Nyanyikanlah Nyanyian Baru bagi Tuhan)
Ev : Kisah
Rasul 7 : 54 – 60 Ep : Mazmur 31 : 2 – 6 + 16 – 17 S.
Patik : Roma 12 : 11 – 12
Tuhan Membangkitkan Kita dari
Keterpurukan
I.
Pendahuluan
Sama halnya dengan Injil
Lukas, Kitab Kisah Para Rasul juga adalah tulisan dari Lukas. Dalam Injil Lukas
dituliskan apa yang dikerjakan, diajarkan dan dijanjikan Yesus kepada
murid-murid-Nya, sementara dalam Kisah Rasul ini, Lukas menuliskan bagaimana dan apa yang
terjadi setelah Yesus terangkat ke sorga. Ketika Yesus naik ke sorga, instruksi
terakhir yang Ia katakan kepada para murid-Nya adalah menunggu di Yerusalem
hingga mereka dibaptiskan dengan Roh Kudus (1:4-5). Sesuai dengan janji-Nya, Yesus
mengutus Roh Kudus untuk para murid-Nya, sehingga kuasa Roh Kuduslah yang
bekerja melalui para murid Yesus dan jemaat mula-mula untuk menyebarkan kabar
keselamatan kepada segala bangsa. Kisah rasul mengisahkan perpaduan tindakan
ilahi dengan tindakan manusia. Seluruh pengikut Kristus berjuang untuk
menjelajah seluruh negeri itu sambil memberitakan Injil (8:4). Para diaken
seperti Stefanus, Filipus, Prokhorus, Nikanor, Timon, Parmenas dan Nikolau
menjadi perkasa dalam memberitakan Injil karena Roh Kudus yang memampukan mereka.
Bahkan Stefanus yang penuh dengan
karunia dan kuasa, mengadakan mujizat-mujizat dan tanda-tanda di antara orang
banyak (6:8). Akan tetapi iblis tidak tinggal diam ketika melihat Yesus semakin
dipermuliakan. Maka iblis memakai orang-orang yang tidak percaya kepada Kristus
untuk saling menghasut dan mengatakan bahwa Stefanus telah mengucapkan
kata-kata yang menghujat Musa dan Allah (6:11). Akibatnya mereka menyergap Stefanus, menyeretnya dan
membawanya ke hadapan Mahkamah Agama untuk diadili. Di hadapan
imam besar Stefanus diadili, namun dengan tenang Stefanus menjawab pertanyaan
Imam Besar. Dia memberikan pembelaan
untuk dirinya sendiri terkait dengan pelayanan yang dia lakukan. Dalam
pembelaannya ini, Stefanus membuktikan iman dan kesetiaan kepada Tuhan. Dia sama sekali tidak memiliki rasa takut karena dia
yakin ada Tuhan Yesus yang akan memampukannya, sehingga setiap rangkaian kata
yang dia ucapkan dapat disampaikan dengan baik di hadapan anggota Mahkamah
Agama itu karena dia penuh dengan Roh Kudus.
II.
Penjelasan Nats
Ø Tantangan Bagi Orang yang Hidup Jujur (ay. 54-55)
Stefanus berdiri di hadapan majelis pengadilan. Di sebuah ruang yang besar
dan megah, kemungkinan besar dekat bait di Yerusalem, 71 pria duduk
membentuk setengah lingkaran besar. Majelis pengadilan itu, seorang Imam Besar
(7:1) bersidang hari ini untuk menghakimi Stefanus. Para hakimnya adalah
tokoh-tokoh yang berkuasa dan berpengaruh, yang kebanyakan tidak suka dengan
murid Yesus ini. Dalam
pembelaan atas dirinya, Stefanus sama sekali tidak berkeinginan hanya sekedar
membela diri atas apa yang dia lakukan untuk Tuhan, namun sekaligus dia
memberitakan firman Tuhan serta menegur dosa-dosa mereka. Dalam pembelaannya, Stefanus
menceritakan sejarah bangsa Israel dan sejarah kelam bangsa itu yang selalu
memberontak kepada Allah, membunuh utusan Allah bahkan Orang Benar (si Partigor) dan Stefanus adalah salah
satu dari orang benar yang akan menghadapi siksaan dan aniaya yang sama. Akibatnya,
“Ketika anggota-anggota Mahkamah Agama
itu mendengar semuanya itu, sangat tertusuk hati mereka. Maka mereka
menyambutnya dengan gertakan gigi.” Mendengar
kebenaran yang tak dapat disangkal dalam kata-kata Stefanus, kemarahan
hakim-hakim itu pun meluap. ‘Tertusuk hati mereka’ menandakan kemarahan yang sangat. Mereka
begitu marah atas perkataan yang keluar dari mulut Stefanus, terutama ketika
Stefanus menegur dosa-dosa mereka. Tentu sebagai para tokoh agama, mereka tidak
mau menerima bahwa mereka orang yang berdosa karena mereka selalu menganggap
diri mereka sebagai orang yang paling benar di hadapan Allah. Saking meluapnya
kemarahan mereka, sampai-sampai mereka menggertakkan gigi mereka mendengar
pengakuan Stefanus.
Stefanus yang setia itu pasti menyadari bahwa ia, sama seperti Tuannya, Yesus,
tidak akan mendapat belas kasihan. Stefanus membutuhkan keberanian untuk menghadapi apa yang akan
segera terjadi. Namun ia penuh dengan
Roh Kudus. Ini berarti ia dikuasai dan dipimpin
sepenuhnya oleh Roh Kudus. Dan ia pasti
sangat dikuatkan oleh penglihatan yang pada waktu itu dikaruniakan dengan baik
hati oleh Kristus kepadanya. Stefanus menatap ke langit dan melihat kemuliaan
Allah. Dia melihat
Yesus berdiri di sebelah kanan Allah.
Pada umumnya Alkitab mencatat bahwa Yesus duduk di sebelah kanan Bapa-Nya. Namun
kali ini Stefanus melihat bahwa Yesus telah berdiri di sebelah kanan Allah
untuk menyambutnya di Kerajaan-Nya. Penglihatan ini hanya terlihat oleh
Stefanus. Andaikata semua orang Yahudi itu juga bisa melihatnya, mereka pasti
tidak berani membunuh Stefanus.
Ø
Iblis Akan Menutup Telinga Orang Berdosa Terhadap Kebenaran (ay. 56-58)
Yesus yang dimusuhi dan dibunuh itu telah ada di surga di tempat yang paling
terhormat yaitu di sebelah kanan Allah. Kedudukan di sebelah kanan Allah
menunjukkan kedudukan yang paling terhormat. Dalam keadaan yang berbahaya seperti itu Stefanus tetap berani memberitakan penglihatan tentang
Yesus. Ini benar-benar luar biasa, sama halnya
dengan yang Paulus katakan dalam 2 Tim. 4:2, "Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau
tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala
kesabaran dan pengajaran”.
Mendengar perkataan Stefanus, kemarahan mereka
semakin memuncak, bahkan mereka berteriak-teriak sambil menutup telinga mereka
sembari menyerbu, menyeret dan merajam Stefanus. Ini mereka lakukan karena mereka
menganggap kata-kata Stefanus sebagai hujatan dan mereka tidak mau mendengar
hujatan itu lebih banyak lagi. Hukum Taurat memang mengatakan bahwa seorang penghujat harus
dihukum mati dengan dirajam (Im 24:10-16,23 bdk. Yoh 10:31-33). Tetapi pada saat itu
orang Yahudi ada dibawah kekuasaan Romawi sehingga sebetulnya Imam Besar/
Mahkamah Agama itu tidak berhak membunuh/ menghukum mati seseorang (Yoh 18:31).
Tetapi saking marahnya, mereka mengabaikan semua ini.
Sembari mereka melempari Stefanus,
saksi-saksi meletakkan jubah mereka di depan kaki seorang muda bernama Saulus. ‘Saksi-saksi’ ini adalah saksi-saksi palsu seperti dalam Kisah Rasul 6:13. Menurut Ulangan 17:7, pada saat merajam, maka para saksilah yang harus melempar
batu pertama kali.
Ø Hidup Bersumber dari Kristus, Maka Mati juga Harus dalam Kristus (ay. 59-60)
Stefanus
sama sekali tidak menunjukkan kegelisahan, ketakutan dan keraguan dalam
mempertahankan iman percayanya. Stefanus tetap tenang, sekalipun ia menghadapi
kematian yang mengerikan. Bahkan
dia lebih rela kehilangan nyawanya daripada kehilangan imannya. Meskipun dalam
kesakitan saat dirajam, dia tetap menyempatkan diri untuk berdoa kepada Tuhan. Stefanus menujukan doanya kepada Yesus (7:59) dan saat itu ia
dipenuhi Roh Kudus sehingga jelas bahwa tindakannya itu dipimpin oleh Roh Kudus. Dengan iman Stefanus mengucapkan, “"Ya Tuhan Yesus, terimalah rohku”. Mengapa Stefanus bisa tetap tenang
sekalipun ia menghadapi kematian yang mengerikan, sedangkan banyak orang lain
menghadapi kematian yang ‘tenang’ tetapi mereka menghadapinya dengan takut/
gelisah? Karena tahu bahwa Tuhanlah pemilik hidupnya,
sehingga dengan yakin dia menyampaikan rohnya ke tangan Tuhan. Sebuah iman yang
luar biasa dari Stefanus adalah dia mau menjadi martir[1]. Stefanus mempraktekkan Mat 5:44 dengan berdoa bagi musuh-musuhnya (ay. 60). Dan doa ini ternyata
sangat besar kuasanya karena akhirnya Saulus bertobat dan
bahkan menjadi rasul yang luar biasa
dipakai Tuhan. Bahkan dalam kesaksian dan ajarannya, Paulus
mengambil prinsip bahwa, “Karena bagiku
hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan” (Flp. 1:21). Mungkin Stefanus sendiri tidak pernah
mengira bahwa doanya akan menghasilkan sesuatu yang begitu hebat. “Memang Allah bisa mengabulkan jauh lebih
banyak daripada yang kita doakan (Ef 3:20)”.
Stefanus ingat akan tindakan dan kata-kata Yesus pada saat ia
mengalami rasa sakit dan hampir mati seperti Yesus yang lebih dulu
merasakannya. Jelas bahwa ia bisa melakukan semua itu karena ia banyak
mempelajari dan merenungkan Firman Tuhan. Memang pada jaman Stefanus keempat
kitab Injil belum ada, tetapi jelas bahwa rasul-rasul dalam pengajarannya
banyak menceritakan tindakan dan kata-kata Yesus, khususnya di sekitar
penderitaan dan salib. Dan Stefanus mendengar semua ini dari pengajaran Firman
Tuhan dari rasul-rasul, sehingga dia
juga menguti perkataan Yesus saat menghadapi kematian. “Sambil berlutut ia
berseru dengan suara nyaring: “Tuhan, janganlah tanggungkan dosa ini kepada
mereka!”. Dengan tegas Stefanus masih mampu mengucapkan doa pengampunan
atas perbuatan mereka kepadanya.
III.
Aplikasi
Menjadi
seorang pengikut Kristus bukan sebatas mengakui Yesus sebagai Tuhan dan
Juruselamat. Seorang Kristen harus mampu mengambil komitmen, “Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini,
itu berarti bagiku bekerja memberi buah (Flp. 1:22)”. Buah yang dimaksud adalah buah dari iman, yaitu perbuatan yang
baik dan menyenangkan Tuhan. Seorang yang sudah percaya Kristus harus
menunjukkan buah pengakuan itu di dalam hidupnya. Agar kita bisa konsisten hidup seturut
dengan kehendak Tuhan, mencerminkan Kristus, hidup kita harus dipenuhi dengan
Roh Kudus. Kesetiaan Stefanus
yang penuh dengan Roh Kudus menjadikan dia tetap setia pada Kristus sampai
akhir hayatnya. Ada tiga hal yang patut kita teladani dalam diri
Stefanus, yakni :
1.
Dalam pelayanannya, ia selalu di pimpin oleh Roh Kudus. Stefanus
seorang yang baik, penuh dengan Roh dan memiliki hikmat Tuhan. Pelayanan apapun yang Tuhan sudah
percayakan pada kita, marilah kita minta pimpinan Roh Kudus. Melayani bukan dengan
kuat dan gagah kita, tapi dengan penyertaan Roh Kudus.
2.
Hidupnya yang dipimpin Roh Kudus menjadikan diri Stefanus hidup
dalam Kebenaran. Roh Kudus
memampukan kita untuk hidup dalam kebenaran. Tanpa tuntunan Roh Kudus, mustahil
kita bisa setia dalam firman-Nya.
3.
Stefanus setia menderita sampai akhir, Roh Kudus memberikan
kekuatan baginya tatkala ia mengalami penderitaan. Sekalipun ia harus mengalami
tantangan, ia harus dianiaya oleh Saulus dan para antikristus. namun ia tetap
menderita dengan sukarela, ia menderita dengan penuh kemenangan. Kita juga yang
pasti memiliki banyak tantangan hidup dan pelayanan, untuk itu firman Tuhan
katakan, “Janganlah hendaknya kerajinanmu
kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan. Bersukacitalah dalam
pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa (Rom.
12:11-12).”
Seorang
yang benar-benar pengikut Kristus haruslah punya identitas ciri khas, yaitu
hidup Setia, taat dan
berkomitmen untuk Tuhan
serta memprioritaskan Tuhan dalam hidupnya. Orang Kristen yang adalah pengikut
Kristus harus selalu meminta pertolongan kepada Tuhan dan memiliki pengharapan
yang hidup kepada Tuhan. Sama halnya dengan Stefanus yang meminta kekuatan
kepada Tuhan dalam doanya. Setiap orang yang mampu melakukan ajaran Kristus,
maka janji Tuhan, “Dan apa saja yang kamu
minta dalam doa dengan penuh kepercayaan, kamu akan menerimanya (Mat. 21:22)”
“Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu,
mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya (Yoh. 15:7)”. Nyatalah kiranya janji itu bagi kita. Tuhan
Yesus memberkati. Amin.
C.Pdt. Polma Hutasoit, S.Th
[1] Martir (martyr) merupakan sebuah kata yang berasal dari Bahasa Yunani, artinya "saksi" atau "orang
yang memberikan kesaksian". Kata ini umumnya dipakai untuk orang-orang
yang berkorban, seringkali sampai mati, demi kepercayaannya. "Martir" adalah seseorang yang berani berjuang
hingga mati demi membela iman dan kepercayaannya terhadap Yesus Kristus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar