KERANGKA SERMON EVANGELIUM MINGGU 22
September 2013
MINGGU XVII SETELAH TRINITATIS (Ketritunggalan
Allah/ Hasitolusadaon ni TUHAN)
Memberitakan Firman di Tengah
Bangsa yang Lalim
Ev : Kisah Rasul 4 : 23 – 31 Ep : Mazmur 2 : 1 – 9 SP :
Matius 28 : 18 – 20
I.
Pendahuluan
Setelah Yesus naik ke
sorga kembali ke Kerajaan-Nya, para rasul dan pengikut Kristus meneruskan karya
pelayanan Kristus di bumi. Namun untuk
menyampaikan kabar keselamatan itu, ada banyak tantangan yang di hadapi oleh
para rasul ketika itu. Penghalang yang paling berat dating dari pemerintahan
yang notabenenya disana ada banyak tokoh-tokoh agama dan para imam. Sebagai
pemerintah maupun para imam, mereka seharusnya mengejar dan menumpas yang
namanya kejahatan. Akan tetapi, justru orang yang mengabarkan kabar baiklah
yang mereka kejar-kejar dan mereka cari-cari untuk dihakimi. Baik pihak
pemerintah maupun para imam tidak bisa menerima bahwa Yesus adalah Raja dan
Juruselamat. Namun semakin dibabat, semakin merambat. Itulah yang terjadi
ketika itu. Meskipun pengabaran Injil dihambat dengan keras, para rasul
bukannya takut. Mereka malah semakin gigih dan semangat dalam melayani sehingga
semakin banyak yang percaya kepada Yesus
(4:4). Nats ini sendiri menceritakan bagaimana rasul Petrus dan Yohanes juga
harus ditangkap karena memberitakan Injil, namun mereka akhirnya dilepaskan
dengan ancaman tidak boleh lagi menginjili ke tengah-tengah orang Yahudi. Namun
mereka sama sekali tidak takut dengan ancaman itu karena mereka tau ketika
mereka melakukan pekerjaan Tuhan, maka Tuhan sendiri yang akan berkarya bersama
mereka.
II.
Penjelasan Nats
Ø Berserulah
Kepada Tuhan Sang Pencipta Langit, Bumi, Laut dan Isinya (ay. 23-24)
Ketika Petrus dan Yohanes dilepaskan oleh
pengadilan Mahkamah Agama, dan mereka langsung menemui teman-teman mereka,
serta menceritakan apa yang dikatakan oleh imam-imam kepala dan tua-tua kepada
mereka yaitu: “dengan kuasa manakah atau dalam nama siapakah kamu bertindak
demikian?” (Pasal 4 :7b). Tindakan Petrus dan Yohanes dalam mengajar dan memberitakan
bahwa dalam Yesus ada kebangkitan dari antara orang mati dan tindakan
menyembuhkan orang sakit adalah sesuatu yang mustahil menurut pemimpin Yahudi
serta tua-tua dan ahli-ahli Taurat, sehingga Petrus dan Yohanes ditangkap dan dibawa kepada sidang di
Yerusalem yang dihadiri oleh Imam Besar Hanas dan Kayafas, Yohanes dan
Alexander termasuk semua orang lain yang keturunan imam besar. Namun karena kedua rasul itu tidak bersalah menurut hukum, maka mereka
dilepaskan meskipun ada ancaman agar mereka tidak boleh lagi menginjili.
Teman-teman mereka yang
mendengar kisah kedua rasul itu berdoa bersama kepada Tuhan, karena mereka yakin bahwa
Tuhanlah yang memampukan Petrus dan Yohanes untuk berkata-kata di hadapan para
petinggi Negara dan agama itu. Berdoa sudah menjadi
kebiasaan jemaat mula-mula karena
dalam pemahaman mereka doa menjadi media mereka untuk memohon dan berhubungan dengan Tuhan. Mereka berseru bersama-sama kepada Allah, katanya : ”Ya Tuhan, Engkaulah yang
menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya” (ay.24). Di sini Lukas,
penulis Kisah para Rasul, mencatat rumusan doa mereka itu dari ayat 24-30. Doa itu
diawali dengan seruan kepada Tuhan. Kata “Tuhan” dalam awal doa ini adalah artinya: “tuan”, “pemilik”, “penguasa” yang biasanya dipakai untuk hubungan antara budak
dan tuan. Ini menunjukkan bahwa jemaat dan para Rasul memahami bahwa tugas itu,
misi mereka adalah misi Tuhan (misio Dei). Tentu sebagai pemilik misi ini,
mereka sangat yakin bahwa Tuhan pasti akan melindungi mereka. Di sini kita dapat
melihat bahwa ketika ada tantangan dalam pemberitaan Injil, anak-anak Tuhan
yang percaya melihat kuasa pembelaan Tuhan, Tuhan ada dipihak mereka sehingga Petrus dan Yohanes
dilepaskan bukan karena kehebatan dan kekuatan mereka. Jelas dikatakan ketika
sidang melihat keberanian Petrus dan Yohanes padahal mereka adalah orang biasa
yang tidak terpelajar heranlah mereka (ay.13). ”orang biasa dan tidak
terpelajar” tetapi kalau Tuhan telah memilih, mereka diberi kemampuan dan
keberanian di dalam memberitakan Injil.
Ø Tantangan dalam Mempersaksikan Iman (ay 25-28)
Bagian berikutnya dari doa ini dilanjutkan
dengan mengutip Mazmur 2:1-2. Jemaat mula-mula melihat apa yang telah dikemukakan oleh Daud dalam
Mazmur ini seperti sudah digenapi dalam perlawanan melawan Hamba Allah, yang
diurapi itu, Mesias. Para pelawan itu adalah Raja Herodes, yaitu Herodes
Antipas yang memerintah atas Galilea, Pontius Pilatus, bangsa-bangsa serta
bangsa Israel yang menentang Yesus dan pengajaranNya. Dan mereka menafsirkan
kehendak yang berdosa dipihak manusia ini adalah ada dalam kehendak Tuhan
(hikmat Tuhan) yang bagi mereka adalah misteri. Itulah yang mendorong mereka
untuk tetap teguh dalam pekerjaan Allah dan setia menantikan pertolongan dari
Tuhan. Dalam doa mereka ini jelas menyakini bahwa karya keselamatan Allah
adalah kabar gembira yang harus diwartakan. Orang-orang lain juga perlu
mendengarkan dan merasakan kabar gembira itu. Namun dalam sukacita itu mereka
tetap menyadari bahwa banyak ancaman menakutkan dalam pemberitaan Injil
sehingga mereka bersama-sama mencari kekuatan di dalam doa. Dunia sering
mengancam pemberitaan Injil tetapi orang percaya mencari kekuatan di dalam
kuasa Allah. Di tengah-tengah ancaman hebat itu, jemaat mula-mula memohon kesetiaan,
supaya bertekun dalam bersaksi sesuai dengan pesan Yesus Kristus (Mat.28:19).
Kepastian dan ketenangan diterima oleh para Rasul dan jemaat mula-mula dengan
perantaraan doa mereka yang penuh percaya.
Ø Seorang Pemenang Meminta Kekuatan dan
Keberanian Hanya Kepada Tuhan (ay 29-31)
Para murid juga tidak gentar menghadapi
tantangan dan penderitaan yang jelas di depan mereka, karena mereka terus
merasakan kekuatan Yesus ada dalam diri mereka melalui apa yang telah mereka
alami dan yakini itu. Pengalaman hidup bersama Yesus, bahkan pengalaman
penderitaan dan salib, melalui pertolongan Roh Kudus telah membangkitkan
keberanian dan keteguhan mereka untuk menjadi murid Yesus Kristus yang setia.
Mereka mengalami kehadiran Sang Guru kini dan disini. Guru itu tetap hidup
dalam semangat dan jiwa mereka. hal ini tampak sekali dalam doa mereka
”ulurkanlah tanganMu untuk menyembuhkan orang, dan adakanlah tanda-tanda dan
mujizat....” (ay.30). Meskipun
Yesus tidak lagi bersama dengan mereka secara jasmani, namun Dia tidak meninggalkan mereka. Ia tetap hidup dan hadir bersama mereka sehingga Ia bisa melakukan
mujizat dan tanda seperti ketika Ia masih berada bersama dengan mereka di bumi.
Kisah Para Rasul menyaksikan bahwa Tuhan sungguh mendengar doa mereka. Doa itu
dijawab dengan manifestasi dari kehadiran Roh Kudus di tengah-tengah mereka. Di sini Roh Kudus
menjadi daya dinamis yang terus membaharui semangat dan keberanian mereka dalam
menghadapi tantangan dan ancaman yang mereka hadapi.
III.
Aplikasi
ü Keberanian itu bukanlah daya cipta pikiran, perasaan atau emosi yang
berapi-api dari diri manusia, itu adalah anugerah Tuhan, oleh sebab itu kita
harus selalu memohon keberanian dari Tuhan untuk memberitakan kabar sukacita.
Gereja akan berani ketika Gereja dengan sungguh dan yakin memberitakan kebenaran Injil. Kebenaran
berita itu berpusat pada Yesus yang datang untuk menyelamatkan dunia melalui
anugerah yang Ia nyatakan : ”Roh Tuhan ada padaku, oleh sebab Ia telah
mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin, dan Ia
mengutus Aku memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan
penglihatan bagi orang buta, untuk membebaskan orang-orang tertindas, untuk
memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang” (Lukas 4:18-19).
ü Gereja dan kita akan berani bila merasakan bahwa Yesus dan karyaNya
tetap hadir dalam semangat dan pelayanan kita. Yesus itu tidak jauh, Ia tetap
ada dan hadir bersama Gereja untuk berkarya bagi dunia. Oleh sebab itu,
keberhasilan dalam pelayanan Gereja bukanlah untuk kemuliaan Gereja dan para
pelayan itu sendiri, tetapi kemuliaan dan kehormatan Yesus. Gereja dan pelayan
adalah hamba yang melakukan apa yang ditugaskan kepadanya (bnd. Luk.17:7-10).
ü Gereja dan para pengikut
Kristus akan berani bila mengandalkan kuasa dan
kekuatan Roh Kudus berkarya dalam hidup Gereja. Roh Kudus yang terus menjadi
kekuatan pembaharu semangat dan kekuatan kita. Dan Roh Kudus juga yang menjadi
daya penggerak Gereja dan para pengikut
Kristus untuk menjadi berkat bagi dunia.
ü Pada kehidupan jemaat mula-mula itu melihat bahwa persekutuan bersama itu
sangat perlu dipelihara dalam melakukan misi Tuhan (misio Dei) terlebih dalam
menghadapi tantangan dan ancaman saat itu. Melalui persekutuan ini mereka
saling menguatkan dan memelihara kesatuan hati untuk mengabarkan kabar
Keselamatan itu. Tentu itu menjadi pertanyaan bagi Gereja-gereja kita sekarang
ini, apakah kita masih memelihara persekutuan dan kebersamaan seperti Gereja
mula-mula?
ü Melalui renungan ini kita dapat melihat ”ancaman mengembang tetapi
persekutuan makin erat”. Inilah yang dapat kita lihat dalam proses pemberitaan
Injil yang dilakukan oleh Petrus dan Yohanes pada saat itu. Persekutuan dengan
Tuhan kuat dan persekutuan dengan saudara seiman semakin dekat. Itu dinyatakan
dalam doa kepada Tuhan. Dalam pemberitaan Injil doa menjadi kekuatannya. Dalam
doa ada penyerahan diri kepada Tuhan sepenuhnya, dalam doa ada kekuatan dan
keberanian, dalam doa ada mujizat. Sehingga itu yang menguatkan para rasul
untuk menyadari jika Tuhan dipihak kita, siapakah yang akan melawan? Dan itu
juga yang hendaknya kita yakini supaya kita berani untuk terus bersaksi sampai
kedatangan Tuhan kedua kali (maranatha). Tuhan Yesus
memberkati. Amin.
C.Pdt. Polma
Hutasoit
Tidak ada komentar:
Posting Komentar