Kamis, 30 Juli 2015

Kisah Rasul 4 : 23 – 31, "Memberitakan Firman di Tengah Bangsa yang Lalim"

KERANGKA  SERMON EVANGELIUM MINGGU 22 September 2013
MINGGU XVII SETELAH TRINITATIS (Ketritunggalan Allah/ Hasitolusadaon ni TUHAN)
Memberitakan Firman di Tengah Bangsa yang Lalim
Ev : Kisah Rasul 4 : 23 – 31             Ep : Mazmur 2 : 1 – 9           SP : Matius 28 : 18 – 20

I.                Pendahuluan
Setelah Yesus naik ke sorga kembali ke Kerajaan-Nya, para rasul dan pengikut Kristus meneruskan karya pelayanan Kristus di  bumi. Namun untuk menyampaikan kabar keselamatan itu, ada banyak tantangan yang di hadapi oleh para rasul ketika itu. Penghalang yang paling berat dating dari pemerintahan yang notabenenya disana ada banyak tokoh-tokoh agama dan para imam. Sebagai pemerintah maupun para imam, mereka seharusnya mengejar dan menumpas yang namanya kejahatan. Akan tetapi, justru orang yang mengabarkan kabar baiklah yang mereka kejar-kejar dan mereka cari-cari untuk dihakimi. Baik pihak pemerintah maupun para imam tidak bisa menerima bahwa Yesus adalah Raja dan Juruselamat. Namun semakin dibabat, semakin merambat. Itulah yang terjadi ketika itu. Meskipun pengabaran Injil dihambat dengan keras, para rasul bukannya takut. Mereka malah semakin gigih dan semangat dalam melayani sehingga semakin banyak  yang percaya kepada Yesus (4:4). Nats ini sendiri menceritakan bagaimana rasul Petrus dan Yohanes juga harus ditangkap karena memberitakan Injil, namun mereka akhirnya dilepaskan dengan ancaman tidak boleh lagi menginjili ke tengah-tengah orang Yahudi. Namun mereka sama sekali tidak takut dengan ancaman itu karena mereka tau ketika mereka melakukan pekerjaan Tuhan, maka Tuhan sendiri yang akan berkarya bersama mereka.

II.             Penjelasan Nats
Ø  Berserulah Kepada Tuhan Sang Pencipta Langit, Bumi, Laut dan Isinya (ay. 23-24)
Ketika Petrus dan Yohanes dilepaskan oleh pengadilan Mahkamah Agama, dan mereka langsung menemui teman-teman mereka, serta menceritakan apa yang dikatakan oleh imam-imam kepala dan tua-tua kepada mereka yaitu: “dengan kuasa manakah atau dalam nama siapakah kamu bertindak demikian?” (Pasal 4 :7b). Tindakan Petrus dan Yohanes dalam mengajar dan memberitakan bahwa dalam Yesus ada kebangkitan dari antara orang mati dan tindakan menyembuhkan orang sakit adalah sesuatu yang mustahil menurut pemimpin Yahudi serta tua-tua dan ahli-ahli Taurat, sehingga Petrus dan Yohanes ditangkap dan dibawa kepada sidang di Yerusalem yang dihadiri oleh Imam Besar Hanas dan Kayafas, Yohanes dan Alexander termasuk semua orang lain yang keturunan imam besar. Namun karena kedua rasul itu tidak bersalah menurut hukum, maka mereka dilepaskan meskipun ada ancaman agar mereka tidak boleh lagi menginjili.
Teman-teman mereka yang mendengar kisah kedua rasul itu berdoa bersama kepada Tuhan, karena mereka yakin bahwa Tuhanlah yang memampukan Petrus dan Yohanes untuk berkata-kata di hadapan para petinggi Negara dan agama itu. Berdoa sudah menjadi kebiasaan jemaat mula-mula karena dalam pemahaman mereka doa menjadi media mereka untuk memohon dan berhubungan dengan Tuhan. Mereka berseru bersama-sama kepada Allah, katanya : ”Ya Tuhan, Engkaulah yang menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya” (ay.24). Di sini Lukas, penulis Kisah para Rasul, mencatat rumusan doa mereka itu dari ayat 24-30. Doa itu diawali dengan seruan kepada Tuhan. Kata Tuhan” dalam awal doa ini adalah artinya: tuan, pemilik, penguasa yang biasanya dipakai untuk hubungan antara budak dan tuan. Ini menunjukkan bahwa jemaat dan para Rasul memahami bahwa tugas itu, misi mereka adalah misi Tuhan (misio Dei). Tentu sebagai pemilik misi ini, mereka sangat yakin bahwa Tuhan pasti akan melindungi mereka. Di sini kita dapat melihat bahwa ketika ada tantangan dalam pemberitaan Injil, anak-anak Tuhan yang percaya melihat kuasa pembelaan Tuhan, Tuhan ada dipihak mereka sehingga Petrus dan Yohanes dilepaskan bukan karena kehebatan dan kekuatan mereka. Jelas dikatakan ketika sidang melihat keberanian Petrus dan Yohanes padahal mereka adalah orang biasa yang tidak terpelajar heranlah mereka (ay.13). ”orang biasa dan tidak terpelajar” tetapi kalau Tuhan telah memilih, mereka diberi kemampuan dan keberanian di dalam memberitakan Injil.

Ø  Tantangan dalam Mempersaksikan Iman  (ay 25-28)
Bagian berikutnya dari doa ini dilanjutkan dengan mengutip Mazmur 2:1-2. Jemaat mula-mula melihat apa yang telah dikemukakan oleh Daud dalam Mazmur ini seperti sudah digenapi dalam perlawanan melawan Hamba Allah, yang diurapi itu, Mesias. Para pelawan itu adalah Raja Herodes, yaitu Herodes Antipas yang memerintah atas Galilea, Pontius Pilatus, bangsa-bangsa serta bangsa Israel yang menentang Yesus dan pengajaranNya. Dan mereka menafsirkan kehendak yang berdosa dipihak manusia ini adalah ada dalam kehendak Tuhan (hikmat Tuhan) yang bagi mereka adalah misteri. Itulah yang mendorong mereka untuk tetap teguh dalam pekerjaan Allah dan setia menantikan pertolongan dari Tuhan. Dalam doa mereka ini jelas menyakini bahwa karya keselamatan Allah adalah kabar gembira yang harus diwartakan. Orang-orang lain juga perlu mendengarkan dan merasakan kabar gembira itu. Namun dalam sukacita itu mereka tetap menyadari bahwa banyak ancaman menakutkan dalam pemberitaan Injil sehingga mereka bersama-sama mencari kekuatan di dalam doa. Dunia sering mengancam pemberitaan Injil tetapi orang percaya mencari kekuatan di dalam kuasa Allah. Di tengah-tengah ancaman hebat itu, jemaat mula-mula memohon kesetiaan, supaya bertekun dalam bersaksi sesuai dengan pesan Yesus Kristus (Mat.28:19). Kepastian dan ketenangan diterima oleh para Rasul dan jemaat mula-mula dengan perantaraan doa mereka yang penuh percaya.

Ø  Seorang Pemenang Meminta Kekuatan dan Keberanian Hanya Kepada Tuhan (ay 29-31)
Para murid juga tidak gentar menghadapi tantangan dan penderitaan yang jelas di depan mereka, karena mereka terus merasakan kekuatan Yesus ada dalam diri mereka melalui apa yang telah mereka alami dan yakini itu. Pengalaman hidup bersama Yesus, bahkan pengalaman penderitaan dan salib, melalui pertolongan Roh Kudus telah membangkitkan keberanian dan keteguhan mereka untuk menjadi murid Yesus Kristus yang setia. Mereka mengalami kehadiran Sang Guru kini dan disini. Guru itu tetap hidup dalam semangat dan jiwa mereka. hal ini tampak sekali dalam doa mereka ”ulurkanlah tanganMu untuk menyembuhkan orang, dan adakanlah tanda-tanda dan mujizat....” (ay.30). Meskipun Yesus tidak lagi bersama dengan mereka secara jasmani, namun Dia tidak meninggalkan mereka. Ia tetap hidup dan hadir bersama mereka sehingga Ia bisa melakukan mujizat dan tanda seperti ketika Ia masih berada bersama dengan mereka di bumi. Kisah Para Rasul menyaksikan bahwa Tuhan sungguh mendengar doa mereka. Doa itu dijawab dengan manifestasi dari kehadiran Roh Kudus di tengah-tengah mereka. Di sini Roh Kudus menjadi daya dinamis yang terus membaharui semangat dan keberanian mereka dalam menghadapi tantangan dan ancaman yang mereka hadapi.
III.          Aplikasi
ü  Keberanian itu bukanlah daya cipta pikiran, perasaan atau emosi yang berapi-api dari diri manusia, itu adalah anugerah Tuhan, oleh sebab itu kita harus selalu memohon keberanian dari Tuhan untuk memberitakan kabar sukacita. Gereja akan berani ketika Gereja dengan sungguh dan yakin memberitakan kebenaran Injil. Kebenaran berita itu berpusat pada Yesus yang datang untuk menyelamatkan dunia melalui anugerah yang Ia nyatakan : ”Roh Tuhan ada padaku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin, dan Ia mengutus Aku memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang buta, untuk membebaskan orang-orang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang” (Lukas 4:18-19).
ü  Gereja dan kita akan berani bila merasakan bahwa Yesus dan karyaNya tetap hadir dalam semangat dan pelayanan kita. Yesus itu tidak jauh, Ia tetap ada dan hadir bersama Gereja untuk berkarya bagi dunia. Oleh sebab itu, keberhasilan dalam pelayanan Gereja bukanlah untuk kemuliaan Gereja dan para pelayan itu sendiri, tetapi kemuliaan dan kehormatan Yesus. Gereja dan pelayan adalah hamba yang melakukan apa yang ditugaskan kepadanya (bnd. Luk.17:7-10).
ü  Gereja dan para pengikut Kristus akan berani bila mengandalkan kuasa dan kekuatan Roh Kudus berkarya dalam hidup Gereja. Roh Kudus yang terus menjadi kekuatan pembaharu semangat dan kekuatan kita. Dan Roh Kudus juga yang menjadi daya penggerak Gereja dan para pengikut Kristus untuk menjadi berkat bagi dunia.
ü  Pada kehidupan jemaat mula-mula itu melihat bahwa persekutuan bersama itu sangat perlu dipelihara dalam melakukan misi Tuhan (misio Dei) terlebih dalam menghadapi tantangan dan ancaman saat itu. Melalui persekutuan ini mereka saling menguatkan dan memelihara kesatuan hati untuk mengabarkan kabar Keselamatan itu. Tentu itu menjadi pertanyaan bagi Gereja-gereja kita sekarang ini, apakah kita masih memelihara persekutuan dan kebersamaan seperti Gereja mula-mula?
ü  Melalui renungan ini kita dapat melihat ”ancaman mengembang tetapi persekutuan makin erat”. Inilah yang dapat kita lihat dalam proses pemberitaan Injil yang dilakukan oleh Petrus dan Yohanes pada saat itu. Persekutuan dengan Tuhan kuat dan persekutuan dengan saudara seiman semakin dekat. Itu dinyatakan dalam doa kepada Tuhan. Dalam pemberitaan Injil doa menjadi kekuatannya. Dalam doa ada penyerahan diri kepada Tuhan sepenuhnya, dalam doa ada kekuatan dan keberanian, dalam doa ada mujizat. Sehingga itu yang menguatkan para rasul untuk menyadari jika Tuhan dipihak kita, siapakah yang akan melawan? Dan itu juga yang hendaknya kita yakini supaya kita berani untuk terus bersaksi sampai kedatangan Tuhan kedua kali (maranatha). Tuhan Yesus memberkati. Amin.

C.Pdt. Polma Hutasoit

Tidak ada komentar:

Posting Komentar