KERANGKA SERMON EVANGELIUM MINGGU 26 Januari 2014
MINGGU
III
SETELAH EPIPHANIAS
Ev : 1 Korintus 1 :
10 – 18 Ep : Mazmur 27 : 1, 4 – 9 S.Patik : Filipi 2 : 5
Bersama dan Bersatu dalam Pemberitaan tentang Salib
Pemberitaan Allah
I.
Pendahuluan
Korintus adalah sebuah kota kuno di Yunani yang pada jaman Paulus
sebagai kota Metropolitan Yunani. Kota ini terdiri dari berbagai agama,
kepercayaan, budaya dan para pendatang (yang singgah maupun yang menetap).
Seperti halnya kebanyakan kota yang maju dan makmur pada masa kini, kota
Korintus juga menjadi kumpulan orang-orang kaya secara materi maupun
pengetahuan, namun angkuh secara intelek dan banyak juga yang angkuh secara
rohani. Selain itu, kota Korintus tumbuh dan berkembang menjadi kota yang
dihuni oleh mayoritas orang-orang bejat secara moral. Segala macam dosa
merajalela di kota ini.
Kehadiran Paulus di kota ini membawa angin segar (secara spiritual) bagi
orang-orang yang mau bertobat dan meninggalkan dosa serta mau menerima Kristus.
Selama kurang lebih 18 bulan Paulus berjuang dan bergumul untuk membawa mereka
kepada Tuhan. Jemaat yang didirikan Paulus terdiri dari sebahagian orang Yahudi
dan lebih banyak orang Non-Yahudi yang dulunya penyembah berhala. Namun setelah
Paulus meninggalkan Korintus untuk memberitakan Injil ke tempat lain, dia
mendapat berita dari keluarga Kloe bahwa telah terjadi perselisihan di jemaat
Korintus. Perselisihan itu bahkan menimbulkan perpecahan di tengah-tengah
jemaat. Mereka yang seharusnya meningkatkan kualitas iman dan pelayanan justru
sibuk mempersoalkan masalah ajaran atau dogma dan siapa yang hendak mereka
ikuti (Paulus, Apolos, Kefas atau Kristus). Untuk itulah Paulus mengirim
nasihat ini kepada mereka agar mereka tetap menyembah dan mengikut Kristus yang
diberitakan oleh Paulus, Apolos maupun Kefas, bukan malah kepada pemberitanya.
II.
Penjelasan Nats
Ø Seia Sekata di Dalam
Kristus
Nasihat ini disampaikan dengan sungguh-sungguh! Paulus
tidak meminta jemaat seia sekata hanya untuk menghormati dia,
melainkan karena Kristus. “Seia sekata” yang dimaksudkan Paulus
adalah kesatuan jemaat dalam pemberitaan dan pengajaran Injil yang
murni, yaitu Injil yang tidak terkontaminasi oleh hikmat manusia. Dia juga mengingatkan jemaat Korintus agar jangan sampai terjadi
perpecahan diantara mereka dalam menyampaikan maupun dalam menghidupi firman
Tuhan. Selanjutnya, Paulus menggunakan perkataan “sehati
sepikir” dengan maksud agar jemaat Korintus memiliki kesatuan
dalam pelayanan, sehingga mereka mampu memahami bahwa karunia-karunia berbeda yang dimiliki harus
dipakai untuk saling melengkapi sebagai sesama anggota tubuh
Kristus dan demi kemuliaaan Tuhan.
Ø Favoritisme yang Merusak Persekutuan
Korintus
pada umumnya sangat bangga akan kemampuan intelektual yang mereka miliki. Dengan
latar belakang pengetahuan
yang mereka miliki, jemaat
Korintus adalah jemaat yang memiliki kebudayaan yang tinggi dan kritis. Telinga mereka tidak hanya terbiasa untuk
mendengarkan khotbah-khotbah mingguan, tetapi juga ceramah-ceramah dari
filsuf-filsuf. Ketika
mereka mendengar para pelayan gereja memberi pemberitaan Injil kepada mereka,
banyak diantara para
jemaat menjadikan pemimpin-pemimpin gereja yang memberi kesan khusus
bagi mereka sebagai
favorit. Para jemaat sibuk membuat
kelompok masing-masing. Ada yang mengatakan mereka adalah golongan Paulus, ada
yang mengatakan golongan Apolos dan ada yang mengatakan mereka adalah golongan
Kefas. Bahkan ada pula yang menamakan kelompok mereka sebagai golongan Kristus.
Golongan Paulus. Mereka ini adalah pengikut fanatik Paulus dan menjadikan Paulus sebagai bapa rohani mereka. Sebagian besar mereka adalah orang-orang non-Yahudi yang terkesan dengan
khotbah Paulus tentang kebebasan Kristiani dan berakhirnya hukum Taurat.
Kelompok ini berusaha untuk mengubah kebebasan menjadi lisensi dan menggunakan
kekristenan mereka yang baru sebagai sebuah alasan untuk bertindak sesuka
hati. Mereka lupa bahwa mereka diselamatkan bukan supaya mereka merdeka
untuk berbuat dosa, melainkan supaya merdeka untuk tidak berbuat
dosa. Karena
pemahaman ini, maka mereka
melakukan kemaksiatan dan memakan persembahan untuk berhala.
Golongan Apolos. Kebanyakan dari mereka adalah orang-orang
yang memiliki intelektual tinggi dan menyukai hal-hal yang berbau
filsafat. Mereka sangat suka kalau Injil itu dibumbui dengan
pemikiran-pemikiran filsafat terkenal. Mereka kagum akan kemampuan
berkhotbah dan retorika dari seorang Apolos. Mereka mengatakan bahwa
Apolos-lah yang berperan penting dalam pertumbuhan jemaat Korintus
karena dia yang mengajar dan membuat jemaat menjadi tumbuh berkembang
sampai sebesar ini. Karena pemahaman ini, mereka melakukan penyimpangan terhadap perjamuan Kudus
dan melanggar ketertiban dalam ibadah.
Golongan Kefas. Mereka
adalah pengikut Petrus (Kefas). (Kefas adalah nama lain Petrus yang diberikan
Yesus : bd. Yoh. 1:42). Kebanyakan dari mereka adalah orang-orang Yahudi. Mereka
suka dengan ajaran yang mengatakan bahwa orang percaya harus tetap
patuh kepada hukum Taurat. Mereka adalah kaum legalis yang
mengagung-agungkan hukum Taurat, namun sekaligus
meremehkan karunia dan yang menganggap bahwa pemberitaan tentang salib adalah
sebuah kebodohan.
Dan Golongan yang terakhir adalah Golongan Kristus. Dengan nama itu saja, orang bisa langsung
melihat bahwa mereka adalah kumpulan orang-orang yang sombong,
menganggap diri mereka lebih benar dari kelompok lain karena memiliki
hubungan khusus dengan Kristus. Dengan berani
mereka mengatakanbahwa “Kristus adalah milikku dan bukan
milikmu.” Mungkin kelompok inilah yang meragukan
kebangkitan tubuh karena memandang Kristus dari sisi manusia saja. Golongan ini terdiri dari
guru-guru palsu yang memusuhi Paulus (4:18-19) dan mengklaim diri mereka
memiliki kerohanian dan hikmat yang lebih unggul. Mereka percaya bahwa
pengetahuan mereka (8:1) membebaskan mereka dari pengekangan hukum (6:12;
10:23) dan dari tuntutan moral (5:2). Mereka berupaya merebut jemaat kepada
injil dan pemberitaan mereka yang menyimpang itu (2 Kor 11:4,20-21).
Tokoh-tokoh
yang disebut di atas bukan pemimpin atau pendiri dari kelompok-kelompok
tersebut. Mereka justru tidak tahu-menahu akan kelompok-kelompok
tersebut. Jemaatlah yang membentuk kelompok-kelompok itu karena
kekaguman mereka kepada tokoh-tokoh tersebut. Memang
semua tokoh tersebut memiliki kualifikasi yang mumpuni, kemampuan yang
hebat, dan berkharisma, tetapi justru hal tersebutlah yang membuat jemaat
terjebak dalam pengultusan pribadi dan merendahkan kelompok yang lain.
Inilah yang dinamakan dengan semangat favoritisme. Untuk itu, Paulus sangat
menentang semua golongan ini dan Paulus melihat bahwa penggolongan-penggolongan seperti inilah menjadi benih perpecahan dalam jemaat.
Ø Bersama dan Bersatu dalam Pemberitaan tentang Salib
Pemberitaan Allah dengan Tidak Menonjolkan Diri
Rasul Paulus tidak tergoda untuk
memperkuat golongan atau orang-orang yang mendukung atau memujanya. Sebaliknya
justru rasul Paulus kemudian menegur setiap golongan agar mereka semua hanya
tertuju kepada Kristus sebagai kepala jemaat. Persatuan, kesepakatan, kebersamaan,
keseia-sekataan atau
kesehatian harus menjadi modal utama dan terpenting yang harusnya dimiliki jemaat
Korintus untuk memberitakan Injil Kristus dan salib. Paulus meminta supaya jemaat bersatu, namun bukan asal bersatu, tetapi
supaya mereka dapat bersama-sama melaksanakan tugas yang diberikan
Kristus, yaitu mengabarkan Injil, mewujudnyatakan damai sejahtera dan keadilan
Allah di dunia, dan menjadi berkat bagi bangsa-bangsa. Paulus sendiri
mengungkapkan bahwa dia melayani Tuhan bukan supaya dia ditinggikan dan
dipuji-puji, melainkan agar Tuhan yang dipermuliakan. Paulus pernah membaptis
Krispus dan Gayus yang pada akhirnya menjadi rekan sepelayanannya. Paulus
mengingatkan Krispus dan Gayus, apabila mereka membaptis orang lain, hendaklah
mereka membaptis dalam nama Bapa, Yesus Kristus dan Roh Kudus, bukan di dalam
namanya. Agar dengan demikian, nama
Tuhan Yesus semakin dipermuliakan melalui pelayanan mereka. Hal ini sesuai
dengan perintah Tuhan kepada Paulus bahwa dia diutus untuk memberitakan Injil
kepada setiap orang. Dengan demikian, salib Kristus tidak menjadi sia-sia,
melainkan menjadi jalan keselamatan dan sumber berkat bagi yang menerimanya.
Paulus memusatkan
perhatiannya pada pemberitaan Injil dan salib Kristus yang menyelamatkan.
Berita tentang salib tidak hanya mencakup hikmat dan kebenaran manusia,
melainkan keselamatan sempurna bagi yang percaya. Paulus ingin agar jemaat
Korintus menyadari bahwa tugas dan pergumulan utama dan yang paling berat
adalah bukan mempersoalkan golongan siapa yang paling benar, melainkan
memberitakan kebenaran Injil dan memberitakan salib yang harus dipikul oleh
orang percaya. Paulus mengingatkan bahwa orang-orang yang memiliki hikmat dan
kebenaran dunia akan menganggap salib sebagai kebodohan dan kesia-siaan, karena
lebih mengutamakan kemampuan/ intelek mereka sendiri. Namun bagi yang percaya,
pemberitaan salib itu adalah kekuatan Allah dan yang memberi keselamatan
sempurna. Untuk itulah jemaat Korintus harus bersama-sama, seia sekata, bersatu
dan saling menyokong untuk memberitakan kabar sukacita itu, sehingga setiap
hari semakin banyak yang datang kepada Kristus menerima anugerah keselamatan
itu.
III.
Aplikasi
ü Jemaat
Korintus banyak
menghabiskan enerji, waktu dan pikiran
hanya untuk memperdebatkan hal-hal yang tidak berhubungan dengan pengembangan pelayanan.
Bukannya bersama-sama untuk membawa menyampaikan
Injil, mereka malah asyik membuat golongan masing-masing dan berdebat serta
berselisih dengan membanggakan golongan masing-masing. Sehingga yang terjadi
adalah perpecahan. Mereka pecah bukan karena kehadiran agama lain, namun mereka
pecah karena mereka sendiri. Itulah karena mereka lebih mengandalkan pikiran
dan pengetahuan sendiri, bukan hikmat yang dari Tuhan. Disini
kita disadarkan bahwa untuk menjaga
keharmonisan dan kesatuan diperlukan kesehatian, keseiasekataan dalam Kristus, serta menjadikan
perbedaan menjadi saran untuk mencapai kesatuan. Itulah buah
dari ketaatan kita melaksanakan tugas yang diberikan Kristus kepada kita.
ü Perlu kita pahami bahwa
manusia tidak akan pernah sanggup memberikan keselamatan bagi sesamanya
manusia, bahkan nabi atau rasul sekalipun. Hamba Tuhan hanyalah perpanjangan
tangan Tuhan untuk memberitakan firman-Nya dan melalui pemberitaannya semakin
banyak orang yang mengenal dan merasakan karya Tuhan dalam hidupnya. Untuk itu,
sebagai orang yang telah diselamatkan oleh darah Yesus, maka Yesuslah yang
menjadi Tuhan dan Juruselamat kita yang kita ikuti, kita puji dan sembah.
ü Tugas memberitakan Injil
adalah tugas setiap orang yang percaya kepada Tuhan. Paulus menasihatkan jemaat
Korintus dan kita orang percaya agar kita juga mampu memberitakan Injil itu
kepada sesama kita. Pemberitaannya tidak hanya melalui kata-kata, namun
beritakanlah melalui pola hidup yang benar di hadapan Tuhan dan di antara
sesama kita. Selain itu, jangan pernah menyombongkan diri atas pelayanan maupun
perbuatan baik yang kita lakukan. Lakukanlah kebaikan demi kemuliaan Tuhan
seperti yang Paulus lakukan. Dia tidak ingin namanya lebih dikenal dari pada
nama Tuhan yang diberitakannya. Kiranya hikmat Tuhanlah yang memampukan kita
menjadi orang yang taat akan firman Tuhan dan yang menghidupinya. Amin.
C.Pdt. Polma Hutasoit, S.Th
Semoga Yesus Kristus dimuliakan
BalasHapus