KERANGKA SERMON
EVANGELIUM MINGGU 11 Mei 2014
MISERICORDIAS JUBILATE (Bersorak-sorailah
Bagi Allah, Hai Seluruh Bumi)
Ev : Mazmur 23 : 1b – 6 Ep : 1 Petrus 2 : 19 – 25
Tuhan Adalah Gembala Kita
I.
Pendahuluan
Mazmur merupakan doa dan pujian
untuk mengungkapkan perasaan hati kepada Allah. Kitab Mazmur yang sebagian
besar ditulis oleh raja Daud ini merupakan ungkapan kepercayaan, kasih,
penyembahan, ucapan syukur, pujian kepada Allah. Mazmur juga berisi tentang ungkapan
kesesakan yang mendalam, ketakutan, kekuatiran, seruan untuk pembebasan,
kesembuhan yang semua itu diadukan hanya kepada Allah karena pemazmur tahu
hanya Allah yang sanggup menjawab doa dan seruannya. Secara khusus dalam Mazmur
23 ini, pemazmur mengungkapkan bagaimana perhatian dan pemeliharaan Allah yang
sangat luar biasa dalam hidupnya. Bahkan pemazmur menggambarkan Allah itu
seperti Gembala yang baik yang senantiasa ada untuk domba-domba-Nya dan
mengusahakan segala yang baik bagi kumpulan domba-Nya. Perikop ini merupakan
ekspresi yang murni dari pemazmur yaitu berupa ucapan syukur atas pemeliharaan
dan kebaikan Tuhan di dalam sepanjang hidupnya. Pemazmur menyadari bahwa tanpa
Tuhan, dia tidak ada apa-apanya dan tidak mungkin akan hidup terberkati.
II.
Penjelasan
Nats
Ø Tuhan adalah Gembala yang Baik (ay. 1)
Untuk menggambarkan
hubungan antara Allah dengan manusia, Allah sering memberi gambaran bahwa Dia
adalah seperti seorang Gembala dan kitalah kawanan domba-Nya (Maz 78:52;
Yes 40:11). Melalui kata “Gembalaku”, pemazmur mau memposisikan dirinya sebagai
domba, karena dia tahu bahwa hanya Tuhanlah Gembala yang baik. Padahal
sebenarnya dia adalah raja yang paling berkuasa saat itu, namun dia sadar
kekuasaannya itu bersumber dari Tuhan yang ia sembah. Tuhan Yesus juga
menggunakan gambaran yang sama dalam menyatakan hubungan-Nya dengan
pengikut-Nya (Yoh. 10:11-16; 1 Ptr. 5:4). Dari sini dapat kita lihat 2 fakta
bahwa, Pertama, Allah demikian
memperhatikan setiap anak-Nya, sehingga Ia ingin senantiasa memelihara,
mengasihi, melindungi, membimbing dan dekat dengan anak-Nya sebagaimana seorang
gembala untuk dombanya. Kedua, orang
percaya adalah domba Allah. Berarti kita adalah milik-Nya dan menjadi sasaran
akan kasih sayang dan perhatian-Nya (Yes. 53:6). Sebagai Gembala yang berkorban
demi domba-Nya, Tuhan telah mengorbankan yang paling berharga dari-Nya yaitu
nyawa Anak-Nya yang tunggal. Yesus sebagai Gembala selalu ada di tengah-tengah umat yang Dia
gembalakan, Dia memahami kebutuhan umat-Nya, mengenal mereka satu per satu dan
selalu memberikan pertolongan sehingga umat-Nya itu bisa hidup dalam
keadaan sehat, damai dan aman. Ketika ada bahaya Dia tidak lari meninggalkan
umatNya, melainkan berada di depan untuk menghadapi musuh yang mengancam. Dia
sebagai pemimpin tidak memikirkan diri-Nya sendiri, tetapi kesukaan-Nya apabila umat-Nya hidup dan bertumbuh
secara sehat. Itulah sebabnya setiap orang percaya harus dengan berani
mengatakan dan menghidupi bahwa “Tuhan adalah Gembalaku”.
Pemazmur melanjutkan “takkan kekurangan aku”. Dalam
penggembalaan itu, Tuhan mencukupi kebutuhan kita. Perhatikan bahwa tidak
dikatakan ‘kelimpahan’ tetapi ‘takkan kekurangan’.
Jadi, Tuhan tak menjanjikan kekayaan dan kelimpahan kepada semua domba-Nya,
tetapi kecukupan. Mazmur 34:10-11, “Takutlah akan TUHAN, hai orang-orangNya yang
kudus, sebab tidak berkekurangan orang yang takut akan Dia!
Singa-singa muda merana kelaparan, tetapi orang-orang yang mencari TUHAN, tidak
kekurangan sesuatupun yang baik”. Maz 37:25 “Dahulu
aku muda, sekarang telah menjadi tua, tetapi tidak pernah kulihat orang
benar ditinggalkan, atau anak cucunya meminta-minta roti”.
Ø Tuhan Memimpin Domba-Nya ke Sumber
Kehidupan (ay. 2-3)
Keberadaan Allah sebagai
Gembala yang baik memberi kenyamanan dan keamanan bagi domba-Nya. Dia juga
menggiring dan membawa domba-Nya ke tempat dimana sumber kehidupan ada. ‘Rumput’ dan ‘air’.
Itu memang merupakan kebutuhan domba. Dan itu pasti diberikan oleh gembalanya.
Tuhan tidak berjanji untuk memberikan semua yang kita inginkan,
tetapi Dia berjanji akan memenuhi yang kita butuhkan (Mat
6:25-34). “Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke
air yang tenang; Ia menyegarkan jiwaku”. Terlihat ada paralel di
dalam kalimat tersebut. Kata ‘Ia membimbing’ dan kata ‘ Ia menuntun’. Keduanya
menjelaskan fungsi memandu atau mengarahkan. Daud memberikan metafora bahwa
pengarahan dari Tuhan di dalam hidupnya membawanya pada padang yang berumput
hijau. Maksudnya bukan hanya berumput hijau tetapi juga yang segar. Menyegarkan
dalam artian memulihkan menjadi lebih baik, membangkitkan kembali asa dan
semangat hidup oleh karena kuasa-Nya. Kenyamanan menjadi salah satu standard
kualitasnya. Itulah yang Daud rasakan di dalam hidupnya, pemberian terbaik dari
Tuhan, dalam sebuah padang penggembalaan terbaik. Sesuatu yang selalu baru
diterimanya disana. Bahkan Daud menegaskannya Tuhan yang menjadi gembalanya itu
tidak pernah membawanya ke air yang bergolak melainkan ke air yang tenang. Air
tenang menunjukkan tempat peristirahatan yang menyegarkan seperti ketika
seorang musafir menemukan oase di tengah padang pasir dari perjalanannya yang
melelahkan.
“Ia menuntunku di jalan yang benar
oleh karena nama-Nya”. Inilah hal luar biasa yang menjadi
pengalaman Daud bersama Tuhan. Jika melihat pengalaman hidupnya, di tengah
kesulitan hidup sekalipun, saat terjepit, saat dihadang musuh, saat dalam
pelarian, tidak sedikitpun Daud meninggalkan Tuhan. Dia selalu mencari kehendak
Tuhan sebelum mengambil keputusan di saat-saat seperti itu. Kontrasnya terlihat
saat dia gegabah melangkah memenuhi keinginan dagingnya sewaktu melihat
Batsyeba. Keputusan di luar Tuhan menghasilkan sejumlah konsekuensi yang harus
dipikulnya. Daud menyadari bahwa tanpa Tuhan, maka jalan yang dilaluinya adalah
jalan yang pasti salah. Nama Tuhan menjadi penting di dalam kalimat tersebut.
Daud mengenal Allahnya sehingga berseru kepada-Nya.
Ø Allah Gembala yang Selalu Bersama Domba-Nya dalam Segala Situasi (ay. 4)
Meskipun dikatakan
bahwa gembala harus berani melindungi dombanya, namun tentu tidak semua gembala
mau merelakan nyawanya ketika hewan buas datang menyerang dombanya. Pastilah
ada kalanya sang gembala harus merelakan dombanya yang dimangsa oleh hewan buas
tersebut. Akan tetapi, Allah adalah Gembala yang kesetiaan-Nya tidak perlu lagi
diragukan. Dia senantiasa bersama dengan domba-Nya dalam segala situasi dan
kondisi. Apakah lembah kekelaman yang dimaksud Daud.? Lembah
kekelaman memiliki arti tentang sebuah tempat yang tidak pasti, menantang
bahaya, berada di dalam persoalan, penuh dengan resiko dan musuh bisa saja datang
secara tiba-tiba atau bahkan mungkin ancaman kematian. Berkali-kali Daud di
dalam perjalanan hidupnya ditempatkan di dalam situasi demikian. Tetapi Daud
tidak takut. Ada keyakinan yang sangat kuat di
dalam dirinya bahwa Allah tidak pernah meninggalkannya. Itu sebabnya Daud
berkata ‘aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku’. Kata ‘beserta’
artinya ‘ada bersama-sama’. Artinya, Allah senantiasa ada bersama-sama dengan
Daud di dalam situasi apapun. Daud bahkan membeberkan bahwa Allah yang ada
bersama-sama dengan dia tersebut memiliki gada (tongkat pendek), senjata yang
digunakan di dalam pertempuran satu lawan satu, jarak pendek. Sementara tongkat
(ramping, panjang yang salah satu ujungnya melengkung) dipakai untuk
mendekatkan domba dengan kawanannya dan menyelamatkan dari kesulitan (jerat). Gada
dan tongkat Allah menjamin kasih dan bimbingan Allah dalam kehidupan umat-Nya. Jadi
kekuatan Daud terletak pada keyakinannya akan kuasa dan penyertaan Allah.
Ø Tuhan Menyediakan Hidangan dan Tempat yang Kekal bagi Domba yang
Setia (ay.
5-6)
Kata
“Takkan kekurangan aku” itu
dibuktikan di ayat ini. Daud menggambarkan Allah itu sebagai Gembala yang juga
memperhatikan semua kebutuhan domba-Nya, bahkan saat berada dalam situasi
berbahaya di hadapan lawan. Kata ‘lawan’ ini
ada dalam bentuk jamak (‘enemies’ = musuh-musuh). Ini menunjukkan
bahwa domba memang banyak sekali musuhnya. Menjadi orang kristen/ orang benar
tidak berarti bahwa kita akan dicintai semua orang. Sebaliknya, akan ada banyak
orang yang memusuhi/ menentang kita karena kita mengikuti, mentaati, dan
melayani Tuhan.
Lawan/
musuh yang dimaksud adalah iblis yang selalu mencoba ingin menghancurkan iman
percayanya kepada Tuhan. Menunjuk kepada perlakuan gembala
kepada dombanya yang senantiasa merawat dan memberikan yang terbaik. Hal ini
menunjuk kepada kasih dan berkat Allah kepada umatNya yang dikasihiNya. Kita
percaya bagaimana Allah membentuk kita sedemikian rupa dengan senantiasa
memberikan yang terbaik bagi kita. Rancangan Tuhan bagi kita adalah rancangan damai
sejahtera : Yeremia 29:11 “Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa
yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai
sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan
yang penuh harapan”. Allah mengurapi umat-Nya dengan minyak, mengacu kepada
berkat khusus bagi yang dirasakan Daud dari Allah atas tubuh, pikiran dan
rohnya.
Karakter
utama Allah adalah kasih yang murni. Kasih itulah yang menyertai Daud sepanjang
hidupnya. Dia menyadari bahwa dia sama sekali tidak akan beroleh apa-apa tanpa
Tuhan. Namun melalui kebajikan dan kemurahan Allah kepadanya, maka dia hidup
setia kepada-Nya. Dan dalam kesetiaan itulah dia mendapatkan dan merasakan
kebaikan Allah itu di sepanjang umurnya. Dengan Gembala menemaninya sepanjang
hidupnya, maka pertolongan Tuhan akan senantiasa nyata bagi dia. Bahkan
upah bagi umat-Nya yang setia adalah tinggal di rumah TUHAN yang kekal untuk
selama-lamanya.
III.
Aplikasi
 Ciri
khas dari Daud adalah penyerahan hidupnya, keyakinannya kepada Allah dan
sikapnya di hadapan Tuhan. Meskipun dia adalah raja yang besar dan termasyur
kala itu, namun saat berhadapan dengan Tuhan, dia selalu menanggalkan
identitasnya sebagai raja dan mengambil posisi sebagai hamba. Bahkan dalam
perikop ini, kerendahan dirinya di hadapan Tuhan di gambarkan sebagai domba
yang hidup dalam pemeliharaan Allah sebagai Gembalanya. Dia menampilkan hubungan
pribadi yang sangat erat dengan Gembalanya. Daud selalu memposisikan dirinya
sebagai domba yang memiliki ketergantungan kepada Allah sebagai Gembalanya.
 Sama
halnya dengan Daud, kita juga adalah domba-domba Allah dan Tuhanlah Gembala
kita dalam diri Yesus. Daud beroleh kasih setia Allah dan berbagai berkat
melimpah, maka kita juga harus menjadi bahagian dari sukacita Daud itu. Pertama
kita harus meninggalkan dan menyangkal diri kita di hadapan Tuhan dan mengaku
bahwa Tuhanlah yang memberikan dan menganugerahkan segala yang baik bagi kita.
Kita juga harus memiliki rasa ketergantungan pada Tuhan. Untuk itu, apapun yang
hendak kita lakukan jika kita mau mengadu kepada Tuhan, maka hasilnya pasti
mendatangkan sukacita dan kemenangan bagi kita. Bersama kita pahami dan yakini
bahwa tangan Tuhan pasti sanggup memberikan dan mencukupkan kebutuhan kita,
sehingga kita tidak pernah kekurangan dalam kesetiaan kita.
 Kesuksesan
Daud dalam kepemimpinannya dan sebagai domba Allah adalah dia menjadikan Tuhan
sebagai andalan dalam hidupnya. Kegagalan orang Kristen adalah sering
menjadikan Tuhan itu hanyalah jalan alternatif atau bahkan jalan terakhir kala
pikiran dan kemampuannya tidak sanggup lagi untuk menghadapi persoalan
hidupnya. Untuk itu, sebagai orang Kristen, marilah kita jadikan Tuhan Yesus
itu sebagai yang pertama, yang terutama dan satu-satunya dalam hidupnya sebagai
penolong dan penyelamat kita. Maka yakinlah, Tuhan akan membimbing kita ke air
hidup yang benar dan yang paling penting, kita akan diam di rumah Tuhan yang
kekal untuk sepanjang masa. Tuhan Yesus memberkati. Amin.
C.Pdt. Polma Hutasoit,
S.Th
Tidak ada komentar:
Posting Komentar