Kamis, 30 Juli 2015

Mazmur 23 : 1b – 6, "Tuhan Adalah Gembala Kita"

KERANGKA  SERMON EVANGELIUM MINGGU 11 Mei  2014
MISERICORDIAS JUBILATE (Bersorak-sorailah Bagi Allah, Hai Seluruh Bumi)
Ev : Mazmur 23 : 1b6                                                            Ep : 1 Petrus 2 : 19 – 25
Tuhan Adalah Gembala Kita

I.               Pendahuluan
Mazmur merupakan doa dan pujian untuk mengungkapkan perasaan hati kepada Allah. Kitab Mazmur yang sebagian besar ditulis oleh raja Daud ini merupakan ungkapan kepercayaan, kasih, penyembahan, ucapan syukur, pujian kepada Allah. Mazmur juga berisi tentang ungkapan kesesakan yang mendalam, ketakutan, kekuatiran, seruan untuk pembebasan, kesembuhan yang semua itu diadukan hanya kepada Allah karena pemazmur tahu hanya Allah yang sanggup menjawab doa dan seruannya. Secara khusus dalam Mazmur 23 ini, pemazmur mengungkapkan bagaimana perhatian dan pemeliharaan Allah yang sangat luar biasa dalam hidupnya. Bahkan pemazmur menggambarkan Allah itu seperti Gembala yang baik yang senantiasa ada untuk domba-domba-Nya dan mengusahakan segala yang baik bagi kumpulan domba-Nya. Perikop ini merupakan ekspresi yang murni dari pemazmur yaitu berupa ucapan syukur atas pemeliharaan dan kebaikan Tuhan di dalam sepanjang hidupnya. Pemazmur menyadari bahwa tanpa Tuhan, dia tidak ada apa-apanya dan tidak mungkin akan hidup terberkati.

II.            Penjelasan Nats
Ø  Tuhan adalah Gembala yang Baik (ay. 1)
Untuk menggambarkan hubungan antara Allah dengan manusia, Allah sering memberi gambaran bahwa Dia adalah seperti seorang Gembala dan kitalah kawanan domba-Nya (Maz 78:52; Yes 40:11).  Melalui kata “Gembalaku”,  pemazmur mau memposisikan dirinya sebagai domba, karena dia tahu bahwa hanya Tuhanlah Gembala yang baik. Padahal sebenarnya dia adalah raja yang paling berkuasa saat itu, namun dia sadar kekuasaannya itu bersumber dari Tuhan yang ia sembah. Tuhan Yesus juga menggunakan gambaran yang sama dalam menyatakan hubungan-Nya dengan pengikut-Nya (Yoh. 10:11-16; 1 Ptr. 5:4). Dari sini dapat kita lihat 2 fakta bahwa, Pertama, Allah demikian memperhatikan setiap anak-Nya, sehingga Ia ingin senantiasa memelihara, mengasihi, melindungi, membimbing dan dekat dengan anak-Nya sebagaimana seorang gembala untuk dombanya. Kedua, orang percaya adalah domba Allah. Berarti kita adalah milik-Nya dan menjadi sasaran akan kasih sayang dan perhatian-Nya (Yes. 53:6). Sebagai Gembala yang berkorban demi domba-Nya, Tuhan telah mengorbankan yang paling berharga dari-Nya yaitu nyawa Anak-Nya yang tunggal. Yesus sebagai Gembala selalu ada di tengah-tengah umat yang Dia gembalakan, Dia memahami kebutuhan umat-Nya, mengenal mereka satu per satu dan selalu memberikan pertolongan sehingga umat-Nya itu bisa hidup dalam keadaan sehat, damai dan aman. Ketika ada bahaya Dia tidak lari meninggalkan umatNya, melainkan berada di depan untuk menghadapi musuh yang mengancam. Dia sebagai pemimpin tidak memikirkan diri-Nya sendiri, tetapi kesukaan-Nya apabila umat-Nya hidup dan bertumbuh secara sehat. Itulah sebabnya setiap orang percaya harus dengan berani mengatakan dan menghidupi bahwa “Tuhan adalah Gembalaku”.
Pemazmur melanjutkan “takkan kekurangan aku”. Dalam penggembalaan itu, Tuhan mencukupi kebutuhan kita. Perhatikan bahwa tidak dikatakan ‘kelimpahan’ tetapi ‘takkan kekurangan’. Jadi, Tuhan tak menjanjikan kekayaan dan kelimpahan kepada semua domba-Nya, tetapi kecukupan. Mazmur 34:10-11, “Takutlah akan TUHAN, hai orang-orangNya yang kudus, sebab tidak berkekurangan orang yang takut akan Dia! Singa-singa muda merana kelaparan, tetapi orang-orang yang mencari TUHAN, tidak kekurangan sesuatupun yang baik”. Maz 37:25 “Dahulu aku muda, sekarang telah menjadi tua, tetapi tidak pernah kulihat orang benar ditinggalkan, atau anak cucunya meminta-minta roti”.

Ø  Tuhan Memimpin Domba-Nya ke Sumber Kehidupan (ay. 2-3)
 Keberadaan Allah sebagai Gembala yang baik memberi kenyamanan dan keamanan bagi domba-Nya. Dia juga menggiring dan membawa domba-Nya ke tempat dimana sumber kehidupan ada. ‘Rumput’ dan ‘air’. Itu memang merupakan kebutuhan domba. Dan itu pasti diberikan oleh gembalanya. Tuhan tidak berjanji untuk memberikan semua yang kita inginkan, tetapi Dia berjanji akan memenuhi yang kita butuhkan (Mat 6:25-34). “Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang; Ia menyegarkan jiwaku”. Terlihat ada paralel di dalam kalimat tersebut. Kata ‘Ia membimbing’ dan kata ‘ Ia menuntun’. Keduanya menjelaskan fungsi memandu atau mengarahkan. Daud memberikan metafora bahwa pengarahan dari Tuhan di dalam hidupnya membawanya pada padang yang berumput hijau. Maksudnya bukan hanya berumput hijau tetapi juga yang segar. Menyegarkan dalam artian memulihkan menjadi lebih baik, membangkitkan kembali asa dan semangat hidup oleh karena kuasa-Nya. Kenyamanan menjadi salah satu standard kualitasnya. Itulah yang Daud rasakan di dalam hidupnya, pemberian terbaik dari Tuhan, dalam sebuah padang penggembalaan terbaik. Sesuatu yang selalu baru diterimanya disana. Bahkan Daud menegaskannya Tuhan yang menjadi gembalanya itu tidak pernah membawanya ke air yang bergolak melainkan ke air yang tenang. Air tenang menunjukkan tempat peristirahatan yang menyegarkan seperti ketika seorang musafir menemukan oase di tengah padang pasir dari perjalanannya yang melelahkan.
“Ia menuntunku di jalan yang benar oleh karena nama-Nya”. Inilah hal luar biasa yang menjadi pengalaman Daud bersama Tuhan. Jika melihat pengalaman hidupnya, di tengah kesulitan hidup sekalipun, saat terjepit, saat dihadang musuh, saat dalam pelarian, tidak sedikitpun Daud meninggalkan Tuhan. Dia selalu mencari kehendak Tuhan sebelum mengambil keputusan di saat-saat seperti itu. Kontrasnya terlihat saat dia gegabah melangkah memenuhi keinginan dagingnya sewaktu melihat Batsyeba. Keputusan di luar Tuhan menghasilkan sejumlah konsekuensi yang harus dipikulnya. Daud menyadari bahwa tanpa Tuhan, maka jalan yang dilaluinya adalah jalan yang pasti salah. Nama Tuhan menjadi penting di dalam kalimat tersebut. Daud mengenal Allahnya sehingga berseru kepada-Nya.


Ø  Allah Gembala yang Selalu Bersama Domba-Nya dalam Segala Situasi (ay. 4)
Meskipun dikatakan bahwa gembala harus berani melindungi dombanya, namun tentu tidak semua gembala mau merelakan nyawanya ketika hewan buas datang menyerang dombanya. Pastilah ada kalanya sang gembala harus merelakan dombanya yang dimangsa oleh hewan buas tersebut. Akan tetapi, Allah adalah Gembala yang kesetiaan-Nya tidak perlu lagi diragukan. Dia senantiasa bersama dengan domba-Nya dalam segala situasi dan kondisi. Apakah lembah kekelaman yang dimaksud Daud.? Lembah kekelaman memiliki arti tentang sebuah tempat yang tidak pasti, menantang bahaya, berada di dalam persoalan, penuh dengan resiko dan musuh bisa saja datang secara tiba-tiba atau bahkan mungkin ancaman kematian. Berkali-kali Daud di dalam perjalanan hidupnya ditempatkan di dalam situasi demikian. Tetapi Daud tidak takut. Ada keyakinan yang sangat kuat di dalam dirinya bahwa Allah tidak pernah meninggalkannya. Itu sebabnya Daud berkata ‘aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku’. Kata ‘beserta’ artinya ‘ada bersama-sama’. Artinya, Allah senantiasa ada bersama-sama dengan Daud di dalam situasi apapun. Daud bahkan membeberkan bahwa Allah yang ada bersama-sama dengan dia tersebut memiliki gada (tongkat pendek), senjata yang digunakan di dalam pertempuran satu lawan satu, jarak pendek. Sementara tongkat (ramping, panjang yang salah satu ujungnya melengkung) dipakai untuk mendekatkan domba dengan kawanannya dan menyelamatkan dari kesulitan (jerat). Gada dan tongkat Allah menjamin kasih dan bimbingan Allah dalam kehidupan umat-Nya. Jadi kekuatan Daud terletak pada keyakinannya akan kuasa dan penyertaan Allah.

Ø  Tuhan Menyediakan Hidangan dan Tempat yang Kekal bagi Domba yang Setia (ay. 5-6)
Kata “Takkan kekurangan aku” itu dibuktikan di ayat ini. Daud menggambarkan Allah itu sebagai Gembala yang juga memperhatikan semua kebutuhan domba-Nya, bahkan saat berada dalam situasi berbahaya di hadapan lawan. Kata ‘lawan’ ini ada dalam bentuk jamak (‘enemies’ = musuh-musuh). Ini menunjukkan bahwa domba memang banyak sekali musuhnya. Menjadi orang kristen/ orang benar tidak berarti bahwa kita akan dicintai semua orang. Sebaliknya, akan ada banyak orang yang memusuhi/ menentang kita karena kita mengikuti, mentaati, dan melayani Tuhan.
Lawan/ musuh yang dimaksud adalah iblis yang selalu mencoba ingin menghancurkan iman percayanya kepada Tuhan. Menunjuk kepada perlakuan gembala kepada dombanya yang senantiasa merawat dan memberikan yang terbaik. Hal ini menunjuk kepada kasih dan berkat Allah kepada umatNya yang dikasihiNya. Kita percaya bagaimana Allah membentuk kita sedemikian rupa dengan senantiasa memberikan yang terbaik bagi kita. Rancangan Tuhan bagi kita adalah rancangan damai sejahtera : Yeremia 29:11 “Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan”. Allah mengurapi umat-Nya dengan minyak, mengacu kepada berkat khusus bagi yang dirasakan Daud dari Allah atas tubuh, pikiran dan rohnya.
Karakter utama Allah adalah kasih yang murni. Kasih itulah yang menyertai Daud sepanjang hidupnya. Dia menyadari bahwa dia sama sekali tidak akan beroleh apa-apa tanpa Tuhan. Namun melalui kebajikan dan kemurahan Allah kepadanya, maka dia hidup setia kepada-Nya. Dan dalam kesetiaan itulah dia mendapatkan dan merasakan kebaikan Allah itu di sepanjang umurnya. Dengan Gembala menemaninya sepanjang hidupnya, maka pertolongan Tuhan akan senantiasa nyata bagi dia. Bahkan upah bagi umat-Nya yang setia adalah tinggal di rumah TUHAN yang kekal untuk selama-lamanya.

III.          Aplikasi
  Ciri khas dari Daud adalah penyerahan hidupnya, keyakinannya kepada Allah dan sikapnya di hadapan Tuhan. Meskipun dia adalah raja yang besar dan termasyur kala itu, namun saat berhadapan dengan Tuhan, dia selalu menanggalkan identitasnya sebagai raja dan mengambil posisi sebagai hamba. Bahkan dalam perikop ini, kerendahan dirinya di hadapan Tuhan di gambarkan sebagai domba yang hidup dalam pemeliharaan Allah sebagai Gembalanya. Dia menampilkan hubungan pribadi yang sangat erat dengan Gembalanya. Daud selalu memposisikan dirinya sebagai domba yang memiliki ketergantungan kepada Allah sebagai Gembalanya.
  Sama halnya dengan Daud, kita juga adalah domba-domba Allah dan Tuhanlah Gembala kita dalam diri Yesus. Daud beroleh kasih setia Allah dan berbagai berkat melimpah, maka kita juga harus menjadi bahagian dari sukacita Daud itu. Pertama kita harus meninggalkan dan menyangkal diri kita di hadapan Tuhan dan mengaku bahwa Tuhanlah yang memberikan dan menganugerahkan segala yang baik bagi kita. Kita juga harus memiliki rasa ketergantungan pada Tuhan. Untuk itu, apapun yang hendak kita lakukan jika kita mau mengadu kepada Tuhan, maka hasilnya pasti mendatangkan sukacita dan kemenangan bagi kita. Bersama kita pahami dan yakini bahwa tangan Tuhan pasti sanggup memberikan dan mencukupkan kebutuhan kita, sehingga kita tidak pernah kekurangan dalam kesetiaan kita.
  Kesuksesan Daud dalam kepemimpinannya dan sebagai domba Allah adalah dia menjadikan Tuhan sebagai andalan dalam hidupnya. Kegagalan orang Kristen adalah sering menjadikan Tuhan itu hanyalah jalan alternatif atau bahkan jalan terakhir kala pikiran dan kemampuannya tidak sanggup lagi untuk menghadapi persoalan hidupnya. Untuk itu, sebagai orang Kristen, marilah kita jadikan Tuhan Yesus itu sebagai yang pertama, yang terutama dan satu-satunya dalam hidupnya sebagai penolong dan penyelamat kita. Maka yakinlah, Tuhan akan membimbing kita ke air hidup yang benar dan yang paling penting, kita akan diam di rumah Tuhan yang kekal untuk sepanjang masa. Tuhan Yesus memberkati. Amin.

C.Pdt. Polma Hutasoit, S.Th

Tidak ada komentar:

Posting Komentar