Kamis, 30 Juli 2015

Yesaya 2 : 1 – 5, "Ia Datang Sebagai Hakim Segala Bangsa"

KERANGKA  SERMON EVANGELIUM MINGGU 01 Desember  2013
MINGGU ADVENT I : PERAYAAN TAHUN BARU GEREJAWI (Taon Baru Huria)
Ev : Yesaya 2 : 1 – 5                                      Ep : Roma 15 : 4 – 13
Ia Datang Sebagai Hakim Segala Bangsa

I.                   Pendahuluan
Minggu ini kita memasuki Minggu Advent yang pertama, dimana pada minggu ini menekankan aspek ESKATOLOGIS yang mana mengarahkan pandangan kita kepada kedatangan Kristus yang kedua kalinya. Minggu ini diisi dengan thema sikap gereja dalam menantikan kedatangan kristus untuk menghakimi manusia.
Yesaya artinya Jahowa do hatuaonku (Allah adalah Keselamatanku). Nabi Yesaya hidup di Yerusalem pada abad ke-8 sM. Dia mendapat panggilan pada umur kira-kira 20 tahun, ketika Yesaya beribadat di rumah Allah. Yesaya menyampaikan Firman Tuhan berkaitan realitas sosial dan politik. Mengawali panggilannya, kondisi politik di Yehuda cukup stabil, sekalipun sekali-kali bangsa Asyur yang cukup kuat saat itu dapat menjadi ancaman yang mengerikan. Sementara umat Israel pada zaman itu sangat rajin beragama tetapi mengabaikan keadilan. Negara pada saat itu mengalami kemakmuran yang lumayan, tetapi kemakmuran itu tidak dibagi secara adil dan benar. Itulah sebabnya pada pasal 1, yang menjadi pendahuluan seluruh kitab Yesaya ini sangat menyoroti hal peribadahan dan keadilan sosial (Yes. 1 : 16 – 17).

II.                Penjelasan Nats
Ø  Allah berfirman tentang Yehuda dan Yerusalem kepada Yesaya (ay. 1)
Yesaya pasal ke-2 ini menyebut Yehuda dan Yerusalem. Di Yehuda Daud di urapi menjadi Raja. Sedangkan di Yerusalem ada 2 peristiwa yang pernah terjadi dan kemudian mempengaruhi pemahaman keagamaan Yesaya. Peristiwa pertama adalah pemindahan tabut Allah ke dalam kota Yerusalem oleh Daud, yang menyebabkan gunung Sion menjadi tempat bagi bait Allah Israel. Dilihat dari sudut pandangan agama, maka peristiwa itu dipahami sebagai tindakan Allah memilih gunung Sion sebagai tempat tinggal-Nya. Peristiwa yang kedua adalah nubuat nabi Natan yang mengatakan bahwa keturunan Daud akan memerintah seluruh Israel atas rahmat dan perkenaan Allah (2 Sam. 7). Nubuat itu berarti bahwa Allah telah memilih keturunan Daud untuk secara turun-temurun memerintah Israel. Dengan peristiwa itu, Yerusalem layak disebut sebagai “kota Raja Besar” (Mzm. 48:3). Dan dari kota itu akan memancar cahaya kehadiran Allah penuh keindahan (Mzm. 50:2). Yesaya memandang Israel sebagai negara yang berpemerintahan Teokrasi, dengan Yerusalem sebagai pusatnya, dimana kehadiran Allah dinyatakan.

Ø  Pada masa hari terakhir Orang Percaya akan melihat kemuliaan Tuhan (ay. 2-3)
Di dalam nats ini ada kata akan terjadi pada masa hari-hari yang terakhir. Yesaya ingin menggambarkan pada masa mendatang akan kembali berdiri tegak rumah Tuhan di atas bukit-bukit di Yerusalem. Memang pada masa itu Rumah Tuhan masih berdiri kokoh di bukit Moria yang didirikan Salomo (II Taw 3:1),  dan Yerusalem pun masih utuh, tetapi saat itu sedang terancam oleh kerajaan Asyur yang dipimpin oleh  seorang bernama Sanherib (baca II Raja-raja 18:13-37), sehingga peribadatan di pun terhenti dan rumah Tuhan tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Untuk itu firman Tuhan memberikan sebuah harapan dengan menawarkan adanya perubahan pada kota Yerusalem yang baru di hari-hari terakhir. Kota Yerusalem yang kotor dan penuh dengan kemunafikan itu akan mengalami pembaharuan yang nyata pada hari-hari terakhir. Perjanjian Baru menerangkan hari-hari terakhir sebagai waktu diantara kedatangan Kritus yang pertama dengan yang kedua (lih. Kis. 2:17). Yang dilukiskan Yesaya dalam ay. 1-5 akan tergenapi sepenuhnya pada kedatangan Kristus yang kedua.
Gunung Sion merupakan “simbol dari pertemuan Sang pencipta dengan ciptaanNya”. Gunung Sion sebagai Bait Allah (Mzm. 2:6; 48: 12), Sion adalah tempat suci (Mzm. 48 : 1-2). Kata “Gunung tempat rumah Tuhan akan berdiri tegak”, mengartikan nubuatan Yesaya tentang suatu waktu ketika pemerintahan Allah akan ditegakkan di seluruh bumi (bnd. Mik. 4:1-3). Semua kejahatan, ketidakadilan, dan pemberontakan menentang Allah dan hukum-Nya akan ditumpas dan kebenaran yang akan memerintah (bnd. Yes. 59:20; 60:3,14; Yer. 33:14-16; Zak. 2:10-12). Ajakan “Mari, kita naik ke gunung Tuhan….” Berarti adanya keinginan dan kerinduan untuk bersama-sama pergi ke rumah Tuhan, bukan hanya untuk pergi tetapi yang lebih penting lagi adalah tujuan mereka yaitu untuk mendengar pengajaran-Nya sehingga mereka boleh berjalan seturut dengan jalan-jalan Tuhan. Sebab dari sanalah mereka akan mendapatkan firman pengajaran Tuhan untuk menjadi bekal rohani mereka dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Perhatian utama semua orang yang datang kepada Tuhan haruslah mengenal dan menaati kehendak Allah sebagai warga kerajaan-Nya. Seluruh bangsa yang datang diumpama seperti aliran arus air yang akan berkumpul di dalam suatu tempat, dan semua bangsa yang telah berkumpul akan dibawa ke gunung Sion dan Yerusalem yang telah dibaharuhi oleh Allah.
Di dalam ayat 3 ini dapat kita lihat, di gunung itulah akan diterima sebuah pengajaran tentang jalan-jalan yang menuntun sebuah bangsa kepada satu Raja, yaitu Raja yang bukan hanya memerintah dalam kerajaan-Nya melainkan Raja yang mengajar tentang jalan-jalan Tuhan sendiri. Gunung Sion itulah yang disebut “Rumah Allah Yakub”. Sebuah istilah unik untuk menggambarkan pancaran makna “Keluarga Yakub” yang sudah sempat bercerai berai dan berserak karena berbagai alasan yang tidak diinginkan Tuhan sendiri. Rumah Allah Yakub dalam hal ini menggambarkan kekuatan pengaruh sang Raja, yang di ayat kemudian dinyatakan sebagai Immanuel, Raja yang sempurna yang hadir dari Tunggul Isai dan keturunan Daud, yang muncul dari marga kerajaan, yaitu kerajaan Daud sendiri, yang pernah jaya dan makmur pada zamannya.
Rumah Allah Yakub itu, adalah gunung yang tinggi yang akan dilihat oleh seluruh manusia dan mendengar pengajaran yang luar biasa akan hukum-hukum yang diperdengarkan dan ditaati dengan sungguh-sungguh, jauh dari segala kemunafikan ibadah dan persembahan yang tidak sungguh. Gunung Sion yang tinggi itu pulalah yang membuktikan bahwa segala berhala atau dewa-dewa yang disembah oleh orang kafir, adalah sia-sia belaka dan tidak sanggup dalam menyelamatkan semua bangsa yang percaya pada dewa kafir tersebut. Dalam konteks ini ditekankan tentang Raja Syalom yang membawa damai di Sion. Yang bukan membaharui dengan paksaan tetapi dengan penyadaran kepada umatNya sehingga umat Allah merespon dengan : “Mari, kita naik ke gunung Tuhan...”. Setiap yang percaya kepada-Nya akan mengajak orang banyak ke arah perubahan yang dirindukan Tuhan sendiri bagi seluruh bangsa-bangsa di dunia.

Ø  Di Hari Terakhir, Tuhan akan menjadi Hakim yang adil (ay. 4)
Di Yerusalem, umat Allah akan menerima pengajaran dari Allah. Allah adalah hakim. Allah bukan saja hakim bagi Bangsa Israel saja tetapi menjadi hakim bagi seluruh bangsa-bangsa. Sebagai hakim, Tuhan mengajarkan dan menghendaki supaya umat hidup dengan keadilan. Yesaya meyakini bahwa Tuhan dapat memakai kekuatan Assyur untuk menghukum bangsa Israel. Tetapi Allah membatasi kekuasaan itu. Kuncinya, jika umat Israel hidup dengan berkeadilan maka mereka akan diberkati. Musuh (Assyur) yang telah siap menyerang dengan senjata pedang dan tombak akan diubahkan menjadi alat-alat pertanian untuk menambah kemakmuran bagi umatNya. Artinya senjata-senjata yang selama ini dipergunakan untuk menghilangkan nyawa orang beralih fungsi menjadi alat yang menggemburkan tanah atau memangkas daun-daun anggur yang tidak berguna. Dengan kata lain kegeraman-kegeraman, kebencian, kemarahan diubah menjadi rasa cinta dan kebaikan. Allah sungguh-sungguh dapat menjadi hakim yang adil bagi semua bangsa.

Ø  Orang yang diselamatkan akan berjalan ke dalam terang Tuhan (ay. 5)
Ini adalah ajakan nabi Yesaya kepada bangsa Yehuda. Mereka adalah sumber keselamatan, melalui bangsa Yehuda akan terpancar sinar terang kepada seluruh bangsa. Tetapi bisa saja terjadi, bangsa-bangsa lain akan selamat, tetapi bangsa Yehuda tidak, bangsa-bangsa lain  akan hidup dalam terang Allah, bangsa Yehuda akan tinggal dalam kegelapan. Untuk itulah Yesaya mengajak mereka supaya jangan sampai hal seperti itu terjadi, mereka diajak untuk berjalan dalam terang Tuhan, artinya hidup seturut dengan kehendak Tuhan, taat kepada perintah-Nya dan hidup menurut jalan-jalan-Nya. Tidak ada bedanya bangsa Yehuda dengan bangsa-bangsa lain, barang siapa yang berjalan dalam terang Tuhan akan selamat, tetapi sebaliknya bangsa yang hidup dalam kegelapan akan hancur. jadi terang datang, kegelapan akan sirna (hilang). Orang yang berjalan dalam terang tidak akan tersandung. Di dalam Mazmur 119:105 dikatakan bahwa “Firman Allah adalah pelita (terang) sehingga tidak tersandung. Jadi berjalan dalam terang berarti berjalan menuruti firman Tuhan.

III.             Aplikasi
ü   Thema Khotbah Minggu kita adalah “Ia Datang Sebagai Hakim Segala Bangsa”. Sebagai orang Kristen kita pasti sudah sering mendengar akan akhir zaman di mana Tuhan akan menghakimi kita umat-Nya seturut dengan bagaimana kita hidup selama di dunia. Kita juga sudah tahu bahwa yang berhak menjadi keluarga Kerajaan Allah adalah dia yang hidup dan melakukan firman Tuhan. Sebagai manusia kita tidak pernah tahu kapan Allah akan turun dalam kemuliaan-Nya untuk mengadakan penghakiman kepada kita. Untuk itu kia perlu siap senantiasa untuk menyambut kedatangan-Nya yang kedua kali.
ü  Yesaya mempersiapkan bangsa Yehuda untuk menyambut kedatangan Tuhan. Dia mengarahkan umat Tuhan untuk melakukan kehendak Tuhan, beribadah kepada Tuhan, dan menjadi berkat bagi sesamanya. Yesaya mengarahkan mereka untuk masuk dalam Bait Allah dan belajar firman Tuhan di Gunung Sion.
ü  Beribadah di Gunung Sion dapat memiliki arti :
1.    Di puncak Tuhan kita dapat lihat pemandangan indah, gambaran, panorama itu indah, batu-batu besar kecil itu indah. Begitupun kehidupan, kita dapat melihat segala perkara, masalah kita itu segala sesuatu indah bersama Tuhan.
2.    Di puncak gunung, kita akan melihat sesuatu yang besar akan menjadi kecil, artinya tidak ada masalah yang terlalu berat dan besar jika Tuhan yang menjadi andalan kita
3.    Kita dapat merasakan udara yang sejuk, membuat segalanya sejuk dan tentram, tenang, kita merasakan kebaikan Tuhan
ü  Itulah indahnya hidup bersama dengan Tuhan. Ketika hidup bersama Tuhan, maka amarah, dendam, iri, kesombongan akan berganti menjadi kasih sukacita, damai sejahtera. Inilah alasan kita harus senantiasa berjalan bersama Tuhan dan harus mampu membawa jiwa-jiwa untuk datang bersekutu dengan Tuhan. Sama seperti Yesaya yang mengajak bangsa Yehuda untuk berjalan dalam terang Tuhan. Dengan demikian, kita senantiasa siap menyambut kedatangan Tuhan dan penghakiman-Nya dengan keyakinan bahwa kita akan menjadi umat-Nya dalam terang dan Kerajaan-Nya. Tuhan Yesus memberkati. Amin.


C.Pdt. Polma Hutasoit

2 komentar: