KERANGKA SERMON
EVANGELIUM MINGGU 01 Desember 2013
MINGGU ADVENT I : PERAYAAN TAHUN BARU GEREJAWI (Taon Baru Huria)
Ev
: Yesaya 2 : 1 – 5 Ep
: Roma 15 : 4 – 13
Ia Datang Sebagai Hakim Segala Bangsa
I.
Pendahuluan
Minggu ini
kita memasuki Minggu Advent yang pertama, dimana pada minggu ini menekankan
aspek ESKATOLOGIS yang mana mengarahkan pandangan kita kepada kedatangan
Kristus yang kedua kalinya. Minggu ini diisi dengan thema sikap gereja dalam
menantikan kedatangan kristus untuk menghakimi manusia.
Yesaya artinya Jahowa do hatuaonku (Allah adalah Keselamatanku). Nabi Yesaya
hidup di Yerusalem pada abad ke-8 sM. Dia mendapat panggilan pada umur
kira-kira 20 tahun, ketika Yesaya beribadat di rumah Allah. Yesaya menyampaikan
Firman Tuhan berkaitan realitas sosial dan politik. Mengawali panggilannya,
kondisi politik di Yehuda cukup stabil, sekalipun sekali-kali bangsa Asyur yang
cukup kuat saat itu dapat menjadi ancaman yang mengerikan. Sementara umat
Israel pada zaman itu sangat rajin beragama tetapi mengabaikan keadilan. Negara
pada saat itu mengalami kemakmuran yang lumayan, tetapi kemakmuran itu tidak
dibagi secara adil dan benar. Itulah sebabnya pada pasal 1, yang menjadi
pendahuluan seluruh kitab Yesaya ini sangat menyoroti hal peribadahan dan keadilan
sosial (Yes. 1 : 16 – 17).
II.
Penjelasan Nats
Ø Allah berfirman tentang Yehuda dan Yerusalem
kepada Yesaya (ay. 1)
Yesaya pasal ke-2 ini menyebut
Yehuda dan Yerusalem. Di Yehuda Daud di urapi menjadi Raja. Sedangkan di
Yerusalem ada 2 peristiwa yang pernah terjadi dan kemudian mempengaruhi
pemahaman keagamaan Yesaya. Peristiwa pertama adalah pemindahan tabut Allah ke
dalam kota Yerusalem oleh Daud, yang menyebabkan gunung Sion menjadi tempat
bagi bait Allah Israel. Dilihat dari sudut pandangan agama, maka peristiwa itu
dipahami sebagai tindakan Allah memilih gunung Sion sebagai tempat tinggal-Nya. Peristiwa yang kedua
adalah nubuat nabi Natan yang mengatakan bahwa keturunan Daud akan memerintah
seluruh Israel atas rahmat dan perkenaan Allah (2 Sam. 7). Nubuat itu berarti
bahwa Allah telah memilih keturunan Daud untuk secara turun-temurun memerintah
Israel. Dengan peristiwa itu, Yerusalem layak disebut sebagai “kota Raja Besar”
(Mzm. 48:3). Dan dari kota itu akan memancar cahaya kehadiran Allah penuh
keindahan (Mzm. 50:2). Yesaya memandang Israel sebagai negara yang
berpemerintahan Teokrasi, dengan
Yerusalem sebagai pusatnya, dimana kehadiran Allah dinyatakan.
Ø
Pada masa hari terakhir Orang
Percaya akan melihat kemuliaan Tuhan (ay. 2-3)
Di dalam nats
ini ada kata “akan
terjadi pada masa hari-hari yang terakhir”. Yesaya ingin
menggambarkan pada masa mendatang akan kembali berdiri tegak
rumah Tuhan
di atas bukit-bukit di
Yerusalem. Memang pada masa itu Rumah Tuhan masih berdiri kokoh di bukit Moria
yang didirikan Salomo (II Taw 3:1), dan Yerusalem pun masih utuh, tetapi
saat itu sedang terancam oleh kerajaan Asyur yang dipimpin oleh seorang
bernama Sanherib (baca II Raja-raja 18:13-37), sehingga peribadatan di pun
terhenti dan rumah Tuhan tidak berfungsi sebagaimana mestinya.
Untuk itu firman Tuhan memberikan sebuah harapan dengan
menawarkan adanya perubahan pada kota Yerusalem yang baru di hari-hari
terakhir. Kota Yerusalem yang kotor dan penuh dengan kemunafikan itu akan
mengalami pembaharuan yang nyata pada hari-hari terakhir. Perjanjian Baru
menerangkan hari-hari terakhir sebagai waktu diantara kedatangan Kritus yang
pertama dengan yang kedua (lih. Kis. 2:17). Yang dilukiskan Yesaya dalam ay.
1-5 akan tergenapi sepenuhnya pada kedatangan Kristus yang kedua.
Gunung Sion merupakan
“simbol
dari pertemuan Sang pencipta dengan ciptaanNya”.
Gunung Sion sebagai Bait Allah (Mzm. 2:6; 48: 12), Sion adalah tempat suci
(Mzm. 48 : 1-2). Kata “Gunung tempat
rumah Tuhan akan berdiri tegak”, mengartikan nubuatan Yesaya tentang suatu
waktu ketika pemerintahan Allah akan ditegakkan di seluruh bumi (bnd. Mik. 4:1-3). Semua
kejahatan, ketidakadilan, dan pemberontakan menentang Allah dan hukum-Nya akan ditumpas dan
kebenaran yang
akan memerintah (bnd. Yes. 59:20; 60:3,14; Yer. 33:14-16; Zak. 2:10-12). Ajakan “Mari, kita
naik ke gunung Tuhan….” Berarti adanya keinginan dan kerinduan untuk
bersama-sama pergi ke rumah Tuhan, bukan hanya untuk pergi tetapi yang lebih
penting lagi adalah tujuan mereka yaitu untuk mendengar
pengajaran-Nya sehingga mereka boleh berjalan seturut
dengan jalan-jalan Tuhan. Sebab dari sanalah mereka akan mendapatkan firman
pengajaran Tuhan untuk menjadi bekal rohani mereka dalam menjalani kehidupan
sehari-hari. Perhatian utama semua orang yang datang kepada Tuhan haruslah
mengenal dan menaati kehendak Allah sebagai warga kerajaan-Nya. Seluruh
bangsa yang datang diumpama seperti aliran arus air yang akan berkumpul di
dalam suatu tempat, dan semua bangsa yang telah berkumpul akan dibawa ke gunung Sion dan Yerusalem yang
telah dibaharuhi oleh Allah.
Di
dalam ayat 3 ini dapat kita lihat, di gunung itulah akan diterima sebuah
pengajaran tentang jalan-jalan yang menuntun sebuah bangsa kepada satu Raja,
yaitu Raja yang bukan hanya memerintah dalam kerajaan-Nya melainkan Raja yang
mengajar tentang jalan-jalan Tuhan sendiri. Gunung Sion itulah yang disebut “Rumah Allah Yakub”. Sebuah istilah unik
untuk menggambarkan pancaran makna “Keluarga Yakub” yang sudah sempat bercerai
berai dan berserak karena berbagai alasan yang tidak diinginkan Tuhan sendiri.
Rumah Allah Yakub dalam hal ini menggambarkan kekuatan pengaruh sang Raja, yang
di ayat kemudian dinyatakan sebagai Immanuel, Raja yang sempurna yang hadir
dari Tunggul Isai dan keturunan Daud, yang muncul dari marga kerajaan, yaitu
kerajaan Daud sendiri, yang pernah jaya dan makmur pada zamannya.
Rumah
Allah Yakub itu, adalah gunung yang tinggi
yang akan dilihat oleh seluruh manusia dan mendengar pengajaran yang luar biasa
akan hukum-hukum yang diperdengarkan dan ditaati dengan sungguh-sungguh, jauh
dari segala kemunafikan ibadah dan persembahan yang tidak sungguh. Gunung Sion
yang tinggi itu pulalah yang membuktikan bahwa segala berhala atau dewa-dewa
yang disembah oleh orang kafir, adalah sia-sia belaka dan tidak sanggup dalam menyelamatkan
semua bangsa yang percaya pada dewa kafir tersebut. Dalam konteks ini
ditekankan tentang Raja Syalom yang membawa damai di Sion. Yang bukan
membaharui dengan paksaan tetapi dengan penyadaran kepada umatNya sehingga umat
Allah merespon dengan : “Mari, kita naik
ke gunung Tuhan...”.
Setiap yang percaya kepada-Nya akan
mengajak orang banyak ke arah perubahan yang dirindukan Tuhan sendiri bagi
seluruh bangsa-bangsa di dunia.
Ø Di
Hari Terakhir, Tuhan akan menjadi Hakim yang adil (ay. 4)
Di Yerusalem, umat Allah akan
menerima pengajaran dari Allah. Allah adalah hakim. Allah bukan saja hakim bagi
Bangsa Israel saja tetapi menjadi hakim bagi seluruh bangsa-bangsa. Sebagai
hakim, Tuhan mengajarkan dan menghendaki supaya umat hidup dengan keadilan.
Yesaya meyakini bahwa Tuhan dapat memakai kekuatan Assyur untuk menghukum
bangsa Israel. Tetapi Allah membatasi kekuasaan itu. Kuncinya, jika umat Israel
hidup dengan berkeadilan maka mereka akan diberkati. Musuh (Assyur) yang telah
siap menyerang dengan senjata pedang dan tombak akan diubahkan menjadi
alat-alat pertanian untuk menambah kemakmuran bagi umatNya. Artinya senjata-senjata yang selama ini dipergunakan untuk
menghilangkan nyawa orang beralih fungsi menjadi alat yang menggemburkan tanah
atau memangkas daun-daun anggur yang tidak berguna. Dengan kata lain kegeraman-kegeraman, kebencian, kemarahan
diubah menjadi rasa cinta dan kebaikan. Allah sungguh-sungguh dapat
menjadi hakim yang adil bagi
semua bangsa.
Ø Orang
yang diselamatkan akan berjalan ke dalam terang Tuhan (ay. 5)
Ini adalah ajakan nabi
Yesaya kepada bangsa Yehuda. Mereka adalah sumber keselamatan, melalui bangsa
Yehuda akan terpancar sinar terang kepada seluruh bangsa. Tetapi bisa saja
terjadi, bangsa-bangsa lain akan selamat, tetapi bangsa Yehuda tidak,
bangsa-bangsa lain akan hidup dalam terang Allah,
bangsa Yehuda akan tinggal dalam kegelapan. Untuk itulah Yesaya mengajak mereka
supaya jangan sampai hal seperti itu terjadi, mereka diajak untuk berjalan
dalam terang Tuhan, artinya hidup seturut dengan kehendak Tuhan, taat kepada
perintah-Nya dan hidup menurut
jalan-jalan-Nya. Tidak ada bedanya bangsa Yehuda dengan
bangsa-bangsa lain, barang siapa yang berjalan dalam terang Tuhan akan selamat,
tetapi sebaliknya bangsa yang hidup dalam kegelapan akan hancur. jadi terang datang,
kegelapan akan sirna (hilang). Orang yang berjalan
dalam terang tidak akan tersandung. Di dalam Mazmur 119:105
dikatakan bahwa “Firman Allah adalah pelita (terang)
sehingga tidak tersandung”. Jadi berjalan dalam terang berarti berjalan
menuruti firman Tuhan.
III.
Aplikasi
ü Thema Khotbah Minggu kita adalah “Ia Datang Sebagai Hakim Segala
Bangsa”. Sebagai orang Kristen kita pasti sudah sering
mendengar akan akhir zaman di mana Tuhan akan menghakimi kita umat-Nya seturut
dengan bagaimana kita hidup selama di dunia. Kita juga sudah tahu bahwa yang
berhak menjadi keluarga Kerajaan Allah adalah dia yang hidup dan melakukan
firman Tuhan. Sebagai manusia kita tidak pernah tahu kapan Allah akan turun
dalam kemuliaan-Nya untuk mengadakan penghakiman kepada kita. Untuk itu kia
perlu siap senantiasa untuk menyambut kedatangan-Nya yang kedua kali.
ü Yesaya
mempersiapkan bangsa Yehuda untuk menyambut kedatangan Tuhan. Dia mengarahkan
umat Tuhan untuk melakukan kehendak Tuhan, beribadah kepada Tuhan, dan menjadi
berkat bagi sesamanya. Yesaya mengarahkan mereka untuk masuk dalam Bait Allah
dan belajar firman Tuhan di Gunung Sion.
ü Beribadah
di Gunung Sion dapat memiliki arti :
1.
Di
puncak Tuhan kita dapat lihat pemandangan indah, gambaran, panorama
itu indah, batu-batu besar kecil itu indah.
Begitupun kehidupan, kita dapat melihat segala perkara, masalah kita itu segala
sesuatu indah bersama Tuhan.
2.
Di puncak gunung, kita akan
melihat sesuatu yang besar akan menjadi kecil, artinya tidak ada masalah yang
terlalu berat dan besar jika Tuhan yang menjadi andalan kita
3.
Kita
dapat merasakan udara yang sejuk, membuat segalanya sejuk dan
tentram, tenang, kita merasakan kebaikan
Tuhan
ü Itulah
indahnya hidup bersama dengan Tuhan. Ketika hidup bersama Tuhan, maka amarah,
dendam, iri, kesombongan akan berganti menjadi kasih sukacita, damai sejahtera.
Inilah alasan kita harus senantiasa berjalan bersama Tuhan dan harus mampu
membawa jiwa-jiwa untuk datang bersekutu dengan Tuhan. Sama seperti Yesaya yang
mengajak bangsa Yehuda untuk berjalan dalam terang Tuhan. Dengan demikian, kita
senantiasa siap menyambut kedatangan Tuhan dan penghakiman-Nya dengan keyakinan
bahwa kita akan menjadi umat-Nya dalam terang dan Kerajaan-Nya. Tuhan Yesus
memberkati. Amin.
C.Pdt. Polma Hutasoit
Mantap ......
BalasHapusTerima kasih. Tuhan Yesus memberkati kita semua, Amin.
BalasHapus