Jumat, 31 Juli 2015

Roma 12 : 1 – 8, "Diperbaharui Oleh Akal Budi"

KERANGKA SERMON EVANGELIUM MINGGU 24 Agustus 2014
Minggu X Setelah Trinitatis (Ketritunggalan Allah/ Hasitolusadaan Ni TUHAN)
Ev  :  Roma 12 : 1 – 8                      Ep  : Yesaya 51 : 1 – 6                    S. Patik  : 1 Korintus 10 : 31
Diperbaharui Oleh Akal Budi

I.              Pendahuluan
Surat Roma yang merupakan buah karya Rasul Paulus ini merupakan surat yang berisi teologi dan dogma mengenai Kebenaran Allah di dalam Kristus. Surat ini ditulis untuk jemaat yang ada di kota Roma, di mana saat itu terjadi pergeseran pemahaman terhadap firman Tuhan dan penyembahan kepada Tuhan. Terkhusus orang Yahudi Kristen, terjadi yang namanya kesombongan iman dan pergeseran makna ibadah. Kesombongan iman itu terlihat dari tingginya sifat egoisme yang tidak lagi mau hidup saling menolong dan melengkapi baik dalam hidup sehari-hari, maupun dalam hidup beragama (ibadah). Sementara  pergeseran makna ibadah adalah ketika ibadah itu dijadikan tidak lebih dari sebatas rutinitas belaka.

II.           Penjelasan Nats
  1. Hidup di Dunia, Tapi Tidak Duniawi (ay. 1 – 2)
Dalam sejarah Penciptaan dalam Alkitab, dengan jelas disebutkan bahwa semua yang Tuhan ciptakan itu sungguh amat baik adanya di hadapan Tuhan (Kej. 1 : 31). Manusia yang Tuhan ciptakan pada hari terakhir dalam proses penciptaan itu mendapat mandat dari Allah untuk menguasai seluruh ciptaan-Nya. Menjadi mandat berarti manusia harus mampu menguasai dan mengusahakan bumi beserta isinya untuk melakukan misi Allah, yaitu memelihara bumi untuk kemuliaan Tuhan dan untuk kebutuhan manusia. Hanya saja, misi itu gagal ketika manusia berontak dari perintah Allah. Akibatnya, manusia tidak hanya gagal untuk melakukan misi Allah untuk memelihara ciptaan, bahkan lebih dari itu, manusia dengan kesombongan dan keserakahannya malah merusak ciptaan Allah itu untuk memuaskan keinginan dan pikirannya sendiri.
Untuk itulah Paulus mengingatkan dan menasihati jemaat yang ada di Roma supaya mau kembali ke maksud dan rencana Allah, yaitu mau menghidupi ibadah yang sejati dengan mempersembahkan segenap hidupnya  sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan berkenan di hadapan Tuhan untuk masuk ke dalam rencana Tuhan itu. Inilah ibadah yang sesungguhnya, yang bukan hanya formalitas dan rutinitas. “Ibadah” yang dimaksud dalam Roma 12:1 adalah orang yang menyembah Allah yakni menyembah dalam Roh dan kebenaran”. Kita hanya akan dapat menyembah Allah dalam Roh dan kebenaran, kebenaran yang telah digariskan oleh Tuhan. Kita bukan melakukan tingkah laku agama, tetapi hidup sesuai dengan Firman Tuhan dan dituntun oleh Roh Kudus dalam melakukannya.
Bagaimanakah ibadah yang sejati? Apakah dilihat dari seringnya datang ke gereja? Atau apakah dengan memberi persembahan dalam jumlah yang banyak? Ibadah yang sejati adalah mempersembahkan tubuh sebagai persembahan kepada Allah. Mempersembahkan dalam nats ini berarti menyediakan, membawa, dan memberikan dengan ketulusan kepada Raja/ Pemimpin dengan sikap takut dan hormat. Mempersembahkan tubuh sebagai persembahan kepada Allah dengan memperhatikan tiga aspek yaitu, hidup, kudus dan berkenan kepada Allah.
Hidup berarti tidak mati, dapat bergerak dan bertindak, aktif dengan penuh kekuatan. Kudus berarti suci secara fisik/moral dan rohani. Semetara Berkenan berarti menyenangkan, dapat diterima, baik. Berhubungan dengan hasil dan motivasi. Paulus melanjutkan dengan mengatakan, “Jangan serupa dengan dunia ini”.  Serupa berarti sama, tidak bisa dibedakan. Dunia mengacu kepada segala hal yang tidak berkenan kepada Tuhan. Dunia identik dengan kegelapan. Sedangkan orang percaya adalah terang. Maka Paulus menasihati berubahlah oleh pembaharuan budimu.  Berubahlah berarti mengubah bentuk. Contoh: kupu-kupu. Telur-ulat-kepompong-kupu-kupu dewasa. Bentuk yang semula tidak nampak lagi. Pembaharuan budimu berarti pembaharuan pemikiran, pengertian, akal, perasaan dsb. Lalu apa akibatnya? Akibatnya adalah dapat membedakan manakah kehendak Allah. Dengan membedakan, kita dapat mengetahui, membuktikan, menguji, melihat apakah sesuatu asli atau palsu. Orang yang mampu membedakan mana kehendak Allah, maka dia akan melakukan kehendak Allah itu dengan tujuan agar Allah yang dimuliakan. Sehingga, meskipun hidup di dunia, namun hidupnya tetap berlandaskan apa yang berkenan di hadapan Tuhan itu.

  1. Menggunakan Karunia Tuhan Untuk Kemuliaan Tuhan (ay. 3 – 8)
Dalam ayat 3, Paulus menggunakan karunia yang Tuhan berikan kepadanya bukan untuk kepentingan dan keselamatannya sendiri, melainkan dia juga memikirkan akan keselamatan orang lain. Dia menggunakan karunia yang Tuhan berikan itu untuk mengingatkan jemaat Roma dan kita supaya menggunakan akal budi dan pikiran tidak lebih tinggi dari seharusnya. Artinya, setiap orang percaya memiliki penguasaan diri, yaitu mampu mengendalikan pikirannya dengan berfikir bijaksana dan menempatkan iman untuk menerangi pikiran, sehingga setiap yang kita pikirkan senantiasa berlandaskan firman Tuhan dan kebenarannya. Pikiran harus diselaraskan dengan firman Allah melalui perenungan dan pengenalan yang benar akan firman tersebut. Pemahaman yang demikian bertujuan untuk mencegah terjadinya kesombongan, baik kesombongan iman, maupun kesombongan intelektual.
Paulus memberikan alasan mengapa orang percaya harus memiliki kerendahan hati, yaitu ayat 4:
¤      Karena kita adalah satu tubuh di dalam Kristus. Satu tubuh berarti satu pemilik, satu tujuan, yaitu mempermuliakan Allah
¤      Kita mempunyai tugas yang berbeda antara yang satu dengan yang lain. Kita semua punya tugas yang berbeda tapi satu tujuan untuk mempermuliakan Tuhan.
Semua orang sama seperti Paulus yang menerima dan memiliki karunia yang bersumber dari Tuhan. Dan Tuhan memberikan karunia yang berbeda-beda bagi setiap umat-Nya seturut dengan imannya kepada Tuhan, di mana karunia itu Tuhan berikan melalui Roh-Nya dan harus digunakan untuk kepentingan bersama (1 Kor. 12 : 7 – 12). Paulus menggambarkan perbedaan karunia yang diterima setiap orang itu dengan menggambarkan tubuh manusia yang terdiri dari berbagai organ, namun memiliki satu tujuan dan semua organ itu di atur oleh kepala. Demikianlah seharunya orang percaya, mampu menyadari bahwa Allah telah memberikan karunia kepadanya dan menggunakannya sesuai dengan perintah dan arahan kepalanya. Tentu digunakan tidak semata-mata untuk disombongkan dan mementingkan diri sendiri, melainkan untuk kepentingan bersama dan dengan tujuan Tuhan dimuliakan.
Paulus mencontohkan beberapa karunia yang Tuhan berikan kepada umat-Nya. Jika karunianya bernubuat (umumnya seorang Nabi yang Tuhan panggil menjadi penyambung lidah-Nya), hendaklah ia bernubuat sesuai dengan iman dan petunjuk dari Tuhan. Jika karunianya melayani, melayanilah dengan ketulusan yang bertanggungjawab. Orang yang memiliki karunia untuk menasihati dan mengajar, hendaklah mengajar dan menyampaikan nasihat seturut dengan tingkah lakunya sendiri dan mengajarkan apa yang telah dilakukannya, tidak hanya memberikan konsep atau untaian kata-kata yang indah. Orang yang ingin memberi, harus memberi dengan hati tulus dan bukan dengan paksaan atau supaya mendapat pujian. Orang percaya mampu membantu di dalam kasih karena itulah tanggungjawabnya. Memberi pimpinan berarti menuntun dan membimbing orang lain untuk datang kepada Tuhan dan berjalan di jalan Tuhan. Paulus berharap setiap karunia itu hendaklah dihidupi dengan sukacita.

III.        Aplikasi
1.   Tuhan tidak melarang kita untuk menikmati ciptaan-Nya dan menikmati perkembangan zaman, namun Tuhan menghendaki supaya ciptaan dan zaman tetap berada di bawah kendali iman kita, sehingga bagaimanapun indahnya ciptaan itu dan sepesat apapun perkembangan zaman itu, tidak mampu mengubah iman percaya kita kepada Tuhan Yesus.
2.    Kita dituntut untuk tampil beda di hadapan dunia. Tampil beda artinya, ketika banyak orang mengejar keinginannya dengan caranya sendiri, maka kita akan mengejar impian dan keinginan kita dengan cara Tuhan. Maka hasil apapun yang kita peroleh, iman kita mengatakan bahwa Tuhan turut campur tangan dalam hasil itu, sehingga kita mampu mengucap syukur kepada-Nya
3.      Tuhan memberi kita anugerah dan talenta masing-masing seturut dengan kemampuan dan iman kita kepada-Nya. Ketika Paulus menggunakan talenta/ karunia itu untuk kepentingan bersama, maka hal yan sama seharusnya juga kita lakukan. Kita akui bahwa apapun yang menjadi kelebihan kita, itu adalah bersumber dari Tuhan kita Yesus Kristus dan akan kita gunakan juga untuk kemuliaan-Nya.
4. Setiap orang punya kelebihannya masing-masing, maka kita sebagai orang yang dipersatukan di  dalam Yesus Kristus hendaknya memiliki kesatuan hati menggunakan anugerah itu untuk kepentingan bersama dan Tuhan menjadi Kepala yang mengatur kita dalam usaha saling melengkapi. Ketika kita memiliki  pemahaman yang demikian berarti kita telah menunjukkan bahwa kita telah mengalami pembaharuan hidup dan akal budi di dalam Tuhan. Kiranya kita yang telah diperbaharui di dalam Tuhan mampu menunjukkan kualitas iman di hadapan Tuhan dan sesama kita manusia. Tuhan Yesus memberkati. Amin..
C.Pdt. Polma Hutasoit, S.Th

BILA HIDUP INI ADALAH MILIK TUHAN
IZINKAN DIA MENGUBAH KITA MENJADI SEPERTI YANG DIA MAU

4 komentar:

  1. Terima kasih , sangat memberkati dan mencerahkan.

    BalasHapus
  2. Pesann barang saya ko belum nyampe ya:)
    Mhn nmor HP shoopee express standar
    kupang

    BalasHapus
  3. haleluya
    sangat memberkati
    🙏 Tuhan Yesus Memberkati

    BalasHapus
  4. Syalom
    Firman Tuhan ini Sangat mmbrkti dan mncrahkan Tym.

    BalasHapus