KERANGKA
SERMON EVANGELIUM MINGGU 24 Agustus 2014
Minggu X
Setelah Trinitatis (Ketritunggalan Allah/
Hasitolusadaan Ni TUHAN)
Ev : Roma
12 : 1 – 8 Ep : Yesaya 51 : 1 – 6 S. Patik :
1 Korintus 10 : 31
Diperbaharui Oleh Akal Budi
I.
Pendahuluan
Surat Roma yang merupakan buah karya Rasul
Paulus ini merupakan surat yang berisi teologi dan dogma mengenai Kebenaran
Allah di dalam Kristus. Surat ini ditulis untuk jemaat yang ada di kota Roma,
di mana saat itu terjadi pergeseran pemahaman terhadap firman Tuhan dan
penyembahan kepada Tuhan. Terkhusus orang Yahudi Kristen, terjadi yang namanya
kesombongan iman dan pergeseran makna ibadah. Kesombongan iman itu terlihat
dari tingginya sifat egoisme yang tidak lagi mau hidup saling menolong dan
melengkapi baik dalam hidup sehari-hari, maupun dalam hidup beragama (ibadah).
Sementara pergeseran makna ibadah adalah
ketika ibadah itu dijadikan tidak lebih dari sebatas rutinitas belaka.
II.
Penjelasan
Nats
- Hidup di Dunia, Tapi Tidak Duniawi (ay.
1 – 2)
Dalam sejarah
Penciptaan dalam Alkitab, dengan jelas disebutkan bahwa semua yang Tuhan
ciptakan itu sungguh amat baik adanya di hadapan Tuhan (Kej. 1 : 31). Manusia
yang Tuhan ciptakan pada hari terakhir dalam proses penciptaan itu mendapat
mandat dari Allah untuk menguasai seluruh ciptaan-Nya. Menjadi mandat berarti
manusia harus mampu menguasai dan mengusahakan bumi beserta isinya untuk
melakukan misi Allah, yaitu memelihara bumi untuk kemuliaan Tuhan dan untuk
kebutuhan manusia. Hanya saja, misi itu gagal ketika manusia berontak dari
perintah Allah. Akibatnya, manusia tidak hanya gagal untuk melakukan misi Allah
untuk memelihara ciptaan, bahkan lebih dari itu, manusia dengan kesombongan dan
keserakahannya malah merusak ciptaan Allah itu untuk memuaskan keinginan dan
pikirannya sendiri.
Untuk itulah
Paulus mengingatkan dan menasihati jemaat yang ada di Roma supaya mau kembali
ke maksud dan rencana Allah, yaitu mau menghidupi ibadah yang sejati dengan
mempersembahkan segenap hidupnya sebagai
persembahan yang hidup, yang kudus dan berkenan di hadapan Tuhan untuk masuk ke
dalam rencana Tuhan itu. Inilah ibadah yang sesungguhnya, yang bukan hanya
formalitas dan rutinitas. “Ibadah” yang dimaksud dalam Roma 12:1 adalah orang
yang menyembah Allah yakni menyembah dalam Roh dan kebenaran”.
Kita hanya akan dapat menyembah Allah dalam Roh
dan kebenaran, kebenaran yang telah digariskan oleh Tuhan. Kita bukan melakukan tingkah laku agama, tetapi hidup
sesuai dengan Firman Tuhan dan dituntun oleh Roh Kudus dalam melakukannya.
Bagaimanakah ibadah yang sejati?
Apakah dilihat dari seringnya datang ke gereja? Atau apakah dengan memberi
persembahan dalam jumlah yang banyak? Ibadah
yang sejati adalah mempersembahkan tubuh sebagai persembahan kepada Allah.
Mempersembahkan dalam nats ini berarti menyediakan, membawa, dan memberikan
dengan ketulusan kepada Raja/ Pemimpin dengan sikap takut dan hormat.
Mempersembahkan tubuh sebagai persembahan kepada Allah dengan memperhatikan
tiga aspek yaitu, hidup, kudus dan berkenan kepada Allah.
Hidup berarti tidak mati, dapat
bergerak dan bertindak, aktif dengan penuh kekuatan. Kudus berarti suci secara fisik/moral dan rohani. Semetara Berkenan berarti
menyenangkan, dapat diterima, baik. Berhubungan dengan
hasil dan motivasi. Paulus melanjutkan dengan
mengatakan, “Jangan serupa dengan dunia
ini”. Serupa berarti sama,
tidak bisa dibedakan. Dunia mengacu kepada segala hal yang tidak berkenan
kepada Tuhan. Dunia identik dengan kegelapan. Sedangkan orang percaya adalah
terang. Maka Paulus menasihati berubahlah oleh pembaharuan budimu. Berubahlah berarti mengubah bentuk. Contoh:
kupu-kupu. Telur-ulat-kepompong-kupu-kupu dewasa. Bentuk yang semula tidak
nampak lagi. Pembaharuan budimu berarti pembaharuan pemikiran, pengertian, akal,
perasaan dsb. Lalu apa akibatnya? Akibatnya adalah dapat membedakan manakah
kehendak Allah. Dengan membedakan, kita dapat mengetahui, membuktikan, menguji,
melihat apakah sesuatu asli atau palsu. Orang yang mampu membedakan mana
kehendak Allah, maka dia akan melakukan kehendak Allah itu dengan tujuan agar
Allah yang dimuliakan. Sehingga, meskipun hidup di dunia, namun hidupnya tetap
berlandaskan apa yang berkenan di hadapan Tuhan itu.
- Menggunakan Karunia Tuhan Untuk
Kemuliaan Tuhan (ay. 3 – 8)
Dalam ayat 3, Paulus menggunakan karunia yang
Tuhan berikan kepadanya bukan untuk kepentingan dan keselamatannya sendiri,
melainkan dia juga memikirkan akan keselamatan orang lain. Dia menggunakan
karunia yang Tuhan berikan itu untuk mengingatkan jemaat Roma dan kita supaya
menggunakan akal budi dan pikiran tidak lebih tinggi dari seharusnya. Artinya,
setiap orang percaya memiliki penguasaan diri, yaitu mampu mengendalikan
pikirannya dengan berfikir bijaksana dan menempatkan iman untuk menerangi
pikiran, sehingga setiap yang kita pikirkan senantiasa berlandaskan firman
Tuhan dan kebenarannya. Pikiran harus diselaraskan dengan firman Allah melalui
perenungan dan pengenalan yang benar akan firman tersebut. Pemahaman yang
demikian bertujuan untuk mencegah terjadinya kesombongan, baik kesombongan
iman, maupun kesombongan intelektual.
Paulus memberikan alasan mengapa
orang percaya harus memiliki kerendahan hati, yaitu ayat 4:
¤
Karena kita adalah satu tubuh di dalam Kristus. Satu
tubuh berarti satu pemilik, satu tujuan, yaitu mempermuliakan Allah
¤
Kita mempunyai tugas yang berbeda antara yang satu
dengan yang lain. Kita semua punya tugas yang berbeda tapi satu tujuan untuk
mempermuliakan Tuhan.
Semua orang sama seperti Paulus yang menerima
dan memiliki karunia yang bersumber dari Tuhan. Dan Tuhan memberikan karunia
yang berbeda-beda bagi setiap umat-Nya seturut dengan imannya kepada Tuhan, di
mana karunia itu Tuhan berikan melalui Roh-Nya dan harus digunakan untuk
kepentingan bersama (1 Kor. 12 : 7 – 12). Paulus menggambarkan perbedaan
karunia yang diterima setiap orang itu dengan menggambarkan tubuh manusia yang
terdiri dari berbagai organ, namun memiliki satu tujuan dan semua organ itu di
atur oleh kepala. Demikianlah seharunya orang percaya, mampu menyadari bahwa
Allah telah memberikan karunia kepadanya dan menggunakannya sesuai dengan
perintah dan arahan kepalanya. Tentu digunakan tidak semata-mata untuk
disombongkan dan mementingkan diri sendiri, melainkan untuk kepentingan bersama
dan dengan tujuan Tuhan dimuliakan.
Paulus mencontohkan beberapa karunia yang
Tuhan berikan kepada umat-Nya. Jika karunianya bernubuat (umumnya seorang Nabi
yang Tuhan panggil menjadi penyambung lidah-Nya), hendaklah ia bernubuat sesuai
dengan iman dan petunjuk dari Tuhan. Jika karunianya melayani, melayanilah
dengan ketulusan yang bertanggungjawab. Orang yang memiliki karunia untuk
menasihati dan mengajar, hendaklah mengajar dan menyampaikan nasihat seturut
dengan tingkah lakunya sendiri dan mengajarkan apa yang telah dilakukannya,
tidak hanya memberikan konsep atau untaian kata-kata yang indah. Orang yang
ingin memberi, harus memberi dengan hati tulus dan bukan dengan paksaan atau
supaya mendapat pujian. Orang percaya mampu membantu di dalam kasih karena
itulah tanggungjawabnya. Memberi pimpinan berarti menuntun dan membimbing orang
lain untuk datang kepada Tuhan dan berjalan di jalan Tuhan. Paulus berharap
setiap karunia itu hendaklah dihidupi dengan sukacita.
III.
Aplikasi
1. Tuhan tidak
melarang kita untuk menikmati ciptaan-Nya dan menikmati perkembangan zaman,
namun Tuhan menghendaki supaya ciptaan dan zaman tetap berada di bawah kendali
iman kita, sehingga bagaimanapun indahnya ciptaan itu dan sepesat apapun
perkembangan zaman itu, tidak mampu mengubah iman percaya kita kepada Tuhan
Yesus.
2. Kita
dituntut untuk tampil beda di hadapan dunia. Tampil beda artinya, ketika banyak
orang mengejar keinginannya dengan caranya sendiri, maka kita akan mengejar
impian dan keinginan kita dengan cara Tuhan. Maka hasil apapun yang kita
peroleh, iman kita mengatakan bahwa Tuhan turut campur tangan dalam hasil itu,
sehingga kita mampu mengucap syukur kepada-Nya
3. Tuhan
memberi kita anugerah dan talenta masing-masing seturut dengan kemampuan dan
iman kita kepada-Nya. Ketika Paulus menggunakan talenta/ karunia itu untuk
kepentingan bersama, maka hal yan sama seharusnya juga kita lakukan. Kita akui
bahwa apapun yang menjadi kelebihan kita, itu adalah bersumber dari Tuhan kita
Yesus Kristus dan akan kita gunakan juga untuk kemuliaan-Nya.
4. Setiap orang
punya kelebihannya masing-masing, maka kita sebagai orang yang dipersatukan
di dalam Yesus Kristus hendaknya
memiliki kesatuan hati menggunakan anugerah itu untuk kepentingan bersama dan
Tuhan menjadi Kepala yang mengatur kita dalam usaha saling melengkapi. Ketika
kita memiliki pemahaman yang demikian
berarti kita telah menunjukkan bahwa kita telah mengalami pembaharuan hidup dan
akal budi di dalam Tuhan. Kiranya kita yang telah diperbaharui di dalam Tuhan
mampu menunjukkan kualitas iman di hadapan Tuhan dan sesama kita manusia. Tuhan
Yesus memberkati. Amin..
C.Pdt. Polma Hutasoit, S.Th
“BILA HIDUP INI
ADALAH MILIK TUHAN
IZINKAN DIA MENGUBAH KITA MENJADI SEPERTI YANG DIA MAU”
Terima kasih , sangat memberkati dan mencerahkan.
BalasHapusPesann barang saya ko belum nyampe ya:)
BalasHapusMhn nmor HP shoopee express standar
kupang
haleluya
BalasHapussangat memberkati
🙏 Tuhan Yesus Memberkati
Syalom
BalasHapusFirman Tuhan ini Sangat mmbrkti dan mncrahkan Tym.