KERANGKA SERMON EVANGELIUM MINGGU 16 November 2014
Minggu XXII Setelah Trinitatis (Ketritunggalan
ALLAH/ Hasitolusadaan Ni TUHAN)
Ev : Zefanya 1 : 7 + 12 –
18 Ep : 1 Tesalonika 5 : 1 – 11
Hari Tuhan Sudah Dekat
I.
Pendahuluan
Berbeda
dari kebanyaan nabi, nabi Zefanya adalah nabi yang masih merupakan keturunan raja, yaitu Raja Hizkia.
Hizkia, raja Yehuda ke-13 (716-687 SM) adalah kakek buyutnya. Nama Zefanya mengandung arti "Yahwe
menyimpannya". Sang
nabi "disimpan" oleh Tuhan untuk menjadi jurukabar Allah pada waktu
yang ditentukan-Nya. Zefanya melayani sebagai nabi Tuhan bersamaan dengan masa
pelayanan nabi Yeremia dan Habakuk serta seorang nabiah bernama Hulda. Seperti pekabaran nabi-nabi lainnya, pekabaran
nabi Zefanya juga menitikberatkan pada imbauan untuk melakukan pertobatan. Allah akan
menghakimi manusia oleh sebab dosa dan kejahatan harus dihukum, tetapi
pehukuman bukanlah kata akhir. Apabila umat Allah itu menyadari dosa-dosa
mereka lalu bertobat, Tuhan akan memulihkan keadaan mereka dan janji berkat
disediakan bagi mereka jika mau kembali kepada Tuhan dan hidup dalam ketaatan.
Sebagaimana ditegaskan di awal kitabnya, nabi Zefanya menerima pekabaran Tuhan
pada masa pemerintahan raja Yosia (640-608 SM), putra raja Amon yang didaulat
untuk menggantikan sang ayah ketika dia masih berumur 8 tahun (2 Taw. 34:1). Sepuluh
tahun setelah dinobatkan menjadi raja, yaitu pada usia 18 tahun dan cukup
dewasa, Yosia mengadakan reformasi rohani secara nasional dan Zefanya ikut ambil bagian di dalamnya untuk mentobatkan bangsa
Yehuda.
II.
Penjelasan Nats
1.
Hari TUHAN Sudah Dekat (ay. 7)
Konsep mengenai Hari Tuhan ini
bukanlah suatu hal yang baru.
Pemahaman teologis mengenai Hari Tuhan ini telah ada sebelum nabi Zefanya.
Beberapa nabi lain yang memakai tema teologis mengenai Hari Tuhan adalah Amos,
Obaja, dan juga Yesaya. Pemahaman mengenai Hari Tuhan ini menunjuk pada suatu
tindakan langsung dari Allah yang dilakukannya untuk mendirikan kerajaan-Nya.
Semua bangsa ataupun manusia yang tidak turut kepada Tuhan ataupun orang yang
melawan kehendaknya akan dihukum. Hal ini ditujukan terutama untuk
bangsa-bangsa di luar Israel dan juga bangsa Israel yang menyembah dewa-dewi
kerajaan Asyur. Hari Tuhan tersebut juga berkaitan dengan orang-orang yang
setia dengan Tuhan dan orang-orang
yang tetap melakukan kehendak-Nya.
Zefanya menekankan bahwa orang-orang yang setia terhadap Tuhan merupakan
orang-orang yang merupakan pilihan Tuhan sehingga mereka akan terhindar dari
murka Allah. Selain Hari Tuhan, tema teologis
lainnya adalah dosa. Hari Tuhan membawa pengharapan bagi yang setia tetapi juga
membawa penghukuman bagi yang tidak setia. Gagasan
ini ingin menunjukkan bahwa Hari Tuhan tidaklah selalu identik dengan
penghukuman atau kehancuran yang direncanakan Tuhan kepada bangsa-bangsa yang
melawan kehendaknya termasuk Israel. Hari Tuhan juga membawa keselamatan bagi
orang-orang Israel yang ingin bertobat dan kembali kepada Tuhan. Ini membuktikan bahwa Allah itu Mahaadil dalam
menegakkan hukum dan kebenaran. Zefanya menyerukan agar bangsa itu berdiam diri
di hadapan Tuhan, bukan semata-mata mereka menjadi pasif, menunggu dan tidak
melakukan apa-apa. Berdiam diri berarti berserah diri kepada Tuhan dan berserah
kepada Tuhan, karena tidak ada satu manusiapun yang bisa menyelamatkan dirinya
selain karena pertolongan dan kemurahan Tuhan. Tidak ada satu orangpun yang
bisa memastikan kapan Hari Tuhan, namun hari itu pasti akan datang.
2.
Dampak Hari Tuhan bagi Manusia (ay. 12 – 13)
Dosa dalam merupakan suatu
ketidaksetiaan atau suatu penyelewengan yang dilakukan bangsa Israel terhadap Tuhan. Hal ini yang akan mendatangkan murka Allah
kepada bangsa Israel. Zefanya sendiri memandang bahwa inti dari dosa adalah
sebuah kesombongan yang ada pada bangsa Israel. Hal ini ditunjukkan dalam
Zefanya 3:11. Bangsa Yehuda telah mendapatkan ketenangan dan kedamaian setelah
masa 70 tahun dalam pembuangan. Hal itu sesungguhnya
merupakan
sebuah hadiah dari Tuhan. Tetapi,
mereka tidak mengucap syukur atas hadiah itu, mereka malah melakukan peribadahan kepada
dewa-dewi bangsa lain dan meninggalkan Tuhan mereka.
Kebanyakan orang di zaman
Israel purba percaya bahwa pada hari ini Tuhan akan menyelamatkan dan
meninggikan Israel sedangkan bangsa-bangsa musuh akan dibinasakan selamanya.
Sangat mengejutkan bagi orang-orang yang mendengarkannya, sang nabi menyatakan
bahwa hari Tuhan adalah hari kebinasaan bagi umat Tuhan sekalipun (Zef. 1:1-5)
oleh sebab mereka telah berdosa kepada-Nya (Zef. 1:17). Dengan tiba-tiba Tuhan akan datang menggeledah bangsa
itu (Yesusalem) yang sedang asyik menikmati hidup dalam kecurangan dan
penyembahan berhala, Ia akan memporakporandakan kenyamanan mereka yang berada
dalam dosa yang menganggap Tuhan itu tidak melakukan apa-apa. Tuhan akan
merampas segala yang mereka miliki. Yerusalem yang dibangun menjadi kota suci
yang dielu-elukan akan dihancurkan-Nya. Nubuatan ini terbukti secara lokal kala
bangsa itu dihancurkan oleh bangsa Babel dan mengubah hidup mereka menjadi
hidup yang penuh tangis dan kesusahan dalam penjajahan.
3.
Penghakiman Allah Itu Pasti (ay. 14 – 18)
Khotbah Zefanya mengutuk
kebusukan tanpa harapan yang ditemukan di masyarakat Yehuda. Dia menunjuk
kepada perlunya pertobatan yang didasarkan pada fakta bahwa kasih Allah masih
memanggil umat-Nya kepada kerendahan hati dan kesetiaan. Pekabarannya sebenarnya bersifat rangkap dua: ada
ancaman akan penghakiman yang segera dan menyeluruh; namun ada juga janji bahwa
yang selamat dari segala bangsa akan bergabung dengan umat Israel yang sisa
untuk melayani Tuhan dan menikmati berkat-berkat-Nya.
Bangsa Israel itu mengira bahwa Hari Tuhan akan selalu mendatangkan
keberuntungan bagi mereka tetapi kemalangan bagi musuh-musuh mereka. Tampaknya
bangsa Israel purba itu terlalu percaya diri untuk
menantikan hari Tuhan tanpa berkaca diri untuk melihat keadaan kerohanian
mereka sendiri. Sehingga, seperti kata nabi Amos, “Celakalah
mereka yang menginginkan hari TUHAN! Apakah gunanya hari TUHAN itu bagimu? Hari
itu kegelapan, bukan terang! Seperti seseorang yang lari terhadap singa, seekor
beruang mendatangi dia, dan ketika ia sampai ke rumah, bertopang dengan
tangannya ke dinding, seekor ular memagut dia! Bukankah hari TUHAN itu
kegelapan dan bukan terang, kelam kabut dan tidak bercahaya? (Am. 5:18-20).”
Hari
Tuhan yang tidak terduga itu akan berlangsung begitu cepat, sehingga tidak ada
waktu lagi untuk mengubah hidup, tidak ada lagi waktu untuk bertobat, tidak ada
lagi waktu untuk menyesali. Maka ketika hari-Nya telah tiba, Zefanya
menubuatkan bahwa Hari Tuhan itu akan menjadi tangisan, ratapan dan kekelaman
bagi yang hidup dalam kesombongan dan keserakahan yang selalu mengejar harta
duniawi. Tidak ada satu orangpun yang mampu untuk menunda atau untuk
menghalangi kedatangan-Nya agar ia memperbaiki kelakuannya di hadapan Tuhan.
Bahkan kubu-kubu pertahanan yang dibangun untuk menangkal serangan musuh tidak
dapat membendung murka Tuhan. Tentu Allah tidak menginginkan umat-Nya susah dan
mati dalam dosa. Namun dengan tegas Allah mengatakan melalui nabi Zefanya, “Aku akan menyusahkan manusia, sehingga
mereka berjalan seperti orang buta,”. Mengapa Allah mengatakan demikian.?
Karena, “mereka telah berdosa kepada
TUHAN”. Hukuman itu membuat mereka menjadi tidak berharga dan najis bagi
Tuhan seperti (debu dan tahi). Dengan tegas Zefanya katakan, bahwa harta
kekayaan mereka tidak akan mampu membebaskan mereka dari hukuman. Jika selama
ini mereka bisa lepas dan bebas dari berbagai perkara dengan memberi sogokan,
maka untuk itu tidak berlaku bagi Tuhan. Perak, emas, uang, jabatan dan segala
yang mereka miliki tidak bisa membeli keadilan Tuhan. Zefanya berharap melalui
teguran yang keras ini, bangsa itu mau mendengar firman Tuhan dan berbalik dari
dosa-dosanya sebelum semua tinggal penyesalan. Zefanya ingin agar bangsa itu
tidak lagi menunda-nunda untuk melakukan penyesalan di hadapan Tuhan dan
berkomitmen untuk hidup di dalam Tuhan. Sehingga hari Tuhan bukan menjadi
ketakutan lagi bagi mereka, melainkan menjadi hari yang penuh kebahagiaan dan
harapan yang baru dalam hidup yang baru dalam Kerajaan Tuhan.
III.
Aplikasi
1.
Sebagai orang yang telah ditebus Kristus, seharusnya kita harus memiliki
prinsip bahwa kita adalah orang-orang pilihan Tuhan yang akan menjadi bahagian
dalam Kerajaan-Nya. Kalau kita tidak memiliki prinsip ini, maka sesungguhnya
ibadah dan iman kita masih perlu dievaluasi. Karena Tuhan Yesus telah
memberikan garansi keselamatan itu bagi kita. Akan tetapi garansi keselamatan
itu bisa saja tidak berlaku ketika kita tidak mempertahankan keselamatan itu
dengan buah iman yang benar. Prinsip itu bisa menjadi sia-sia jika cara hidup kita
belum menunjukkan jatidiri kita sebagia pegikut Kristus yang sejati. Sama
seperti bangsa Israel yang gagal membuktikan diri mereka sebagai bangsa pilihan
karena hidup dalam berbagai kecurangan dan pelanggaran di hadapan Allah.
2.
Salah satu tantangan tersulit yang kita hadapi di zaman ini adalah keberanian
menegakkan kebenaran dan keadilan. Masih ada kecenderungan Membenarkan Kebiasaan, bukan Membiasakan Kebenaran. Sering sekali
situasi nyaman menjadi pokok utama yang kita cari, bukan situasi yang benar, sehingga
demi kenyamanan kita tidak enggan memaklumi berbagai pelanggaran,
bahkan yang lebih menyedihkan adalah ketika manusia membangun perkumpulan dan
berkompromi untuk menentang kebenaran demi mencari keuntungan pribadi dan
kelompok.
3.
Hari Tuhan sudah dekat. Kalimat ini bukan mau mengatakan bahwa
kedatangan-Nya tinggal menunggu hari, karena tidak ada satu orangpun yang bisa
memastikan tepatnya Hari Tuhan itu. Akan tetapi kita mau diingatkan agar
senantiasa bersiap dan berjaga kapanpun hari-Nya tiba. Bagi orang yang percaya,
Hari Tuhan bukan menjadi hari yang menakutkan, namun menjadi hari sukacita
ketika ia mampu memegang teguh dan mempertahankan prinsipnya sebagai Orang
Kristen. Prinsip itu juga harus kita bagikan kepada sesama kita, sehingga kita
tidak mencari selamat sendiri. Seperti yang dituliskan dalam Epistel kita, “Karena itu nasihatilah seorang akan yang
lain dan saling membangunlah kamu seperti yang memang kamu lakukan (1 Tes.
5:11).” Tuhan Yesus memberkati. Amin.
C.Pdt. Polma Hutasoit, S.Th
Tidak ada komentar:
Posting Komentar