Jumat, 31 Juli 2015

Zefanya 1 : 7 + 12 – 18, "Hari Tuhan Sudah Dekat"

KERANGKA SERMON EVANGELIUM MINGGU 16 November 2014
Minggu XXII Setelah Trinitatis (Ketritunggalan ALLAH/ Hasitolusadaan Ni TUHAN)
Ev  : Zefanya 1 : 7 + 12 – 18                                 Ep  : 1 Tesalonika 5 : 1 – 11
Hari Tuhan Sudah Dekat

I.              Pendahuluan
Berbeda dari kebanyaan nabi, nabi Zefanya adalah nabi yang masih merupakan keturunan raja, yaitu Raja Hizkia. Hizkia, raja Yehuda ke-13 (716-687 SM) adalah kakek buyutnya. Nama Zefanya mengandung arti "Yahwe menyimpannya". Sang nabi "disimpan" oleh Tuhan untuk menjadi jurukabar Allah pada waktu yang ditentukan-Nya. Zefanya melayani sebagai nabi Tuhan bersamaan dengan masa pelayanan nabi Yeremia dan Habakuk serta seorang nabiah bernama Hulda. Seperti pekabaran nabi-nabi lainnya, pekabaran nabi Zefanya juga menitikberatkan pada imbauan untuk melakukan pertobatan. Allah akan menghakimi manusia oleh sebab dosa dan kejahatan harus dihukum, tetapi pehukuman bukanlah kata akhir. Apabila umat Allah itu menyadari dosa-dosa mereka lalu bertobat, Tuhan akan memulihkan keadaan mereka dan janji berkat disediakan bagi mereka jika mau kembali kepada Tuhan dan hidup dalam ketaatan. Sebagaimana ditegaskan di awal kitabnya, nabi Zefanya menerima pekabaran Tuhan pada masa pemerintahan raja Yosia (640-608 SM), putra raja Amon yang didaulat untuk menggantikan sang ayah ketika dia masih berumur 8 tahun (2 Taw. 34:1). Sepuluh tahun setelah dinobatkan menjadi raja, yaitu pada usia 18 tahun dan cukup dewasa, Yosia mengadakan reformasi rohani secara nasional dan Zefanya ikut ambil bagian di dalamnya untuk mentobatkan bangsa Yehuda.

II.           Penjelasan Nats
1.      Hari TUHAN Sudah Dekat (ay. 7)
Konsep mengenai Hari Tuhan ini bukanlah suatu hal yang baru. Pemahaman teologis mengenai Hari Tuhan ini telah ada sebelum nabi Zefanya. Beberapa nabi lain yang memakai tema teologis mengenai Hari Tuhan adalah Amos, Obaja, dan juga Yesaya. Pemahaman mengenai Hari Tuhan ini menunjuk pada suatu tindakan langsung dari Allah yang dilakukannya untuk mendirikan kerajaan-Nya. Semua bangsa ataupun manusia yang tidak turut kepada Tuhan ataupun orang yang melawan kehendaknya akan dihukum. Hal ini ditujukan terutama untuk bangsa-bangsa di luar Israel dan juga bangsa Israel yang menyembah dewa-dewi kerajaan Asyur. Hari Tuhan tersebut juga berkaitan dengan orang-orang yang setia dengan Tuhan dan orang-orang yang tetap melakukan kehendak-Nya. Zefanya menekankan bahwa orang-orang yang setia terhadap Tuhan merupakan orang-orang yang merupakan pilihan Tuhan sehingga mereka akan terhindar dari murka Allah. Selain Hari Tuhan, tema teologis lainnya adalah dosa. Hari Tuhan membawa pengharapan bagi yang setia tetapi juga membawa penghukuman bagi yang tidak setia. Gagasan ini ingin menunjukkan bahwa Hari Tuhan tidaklah selalu identik dengan penghukuman atau kehancuran yang direncanakan Tuhan kepada bangsa-bangsa yang melawan kehendaknya termasuk Israel. Hari Tuhan juga membawa keselamatan bagi orang-orang Israel yang ingin bertobat dan kembali kepada Tuhan. Ini membuktikan bahwa Allah itu Mahaadil dalam menegakkan hukum dan kebenaran. Zefanya menyerukan agar bangsa itu berdiam diri di hadapan Tuhan, bukan semata-mata mereka menjadi pasif, menunggu dan tidak melakukan apa-apa. Berdiam diri berarti berserah diri kepada Tuhan dan berserah kepada Tuhan, karena tidak ada satu manusiapun yang bisa menyelamatkan dirinya selain karena pertolongan dan kemurahan Tuhan. Tidak ada satu orangpun yang bisa memastikan kapan Hari Tuhan, namun hari itu pasti akan datang.

2.      Dampak Hari Tuhan bagi Manusia (ay. 12 – 13)
Dosa dalam merupakan suatu ketidaksetiaan atau suatu penyelewengan yang dilakukan bangsa Israel terhadap Tuhan. Hal ini yang akan mendatangkan murka Allah kepada bangsa Israel. Zefanya sendiri memandang bahwa inti dari dosa adalah sebuah kesombongan yang ada pada bangsa Israel. Hal ini ditunjukkan dalam Zefanya 3:11. Bangsa Yehuda telah mendapatkan ketenangan dan kedamaian setelah masa 70 tahun dalam pembuangan. Hal itu sesungguhnya merupakan sebuah hadiah dari Tuhan. Tetapi, mereka tidak mengucap syukur atas hadiah itu, mereka malah melakukan peribadahan kepada dewa-dewi bangsa lain dan meninggalkan Tuhan mereka.
Kebanyakan orang di zaman Israel purba percaya bahwa pada hari ini Tuhan akan menyelamatkan dan meninggikan Israel sedangkan bangsa-bangsa musuh akan dibinasakan selamanya. Sangat mengejutkan bagi orang-orang yang mendengarkannya, sang nabi menyatakan bahwa hari Tuhan adalah hari kebinasaan bagi umat Tuhan sekalipun (Zef. 1:1-5) oleh sebab mereka telah berdosa kepada-Nya (Zef. 1:17). Dengan tiba-tiba Tuhan akan datang menggeledah bangsa itu (Yesusalem) yang sedang asyik menikmati hidup dalam kecurangan dan penyembahan berhala, Ia akan memporakporandakan kenyamanan mereka yang berada dalam dosa yang menganggap Tuhan itu tidak melakukan apa-apa. Tuhan akan merampas segala yang mereka miliki. Yerusalem yang dibangun menjadi kota suci yang dielu-elukan akan dihancurkan-Nya. Nubuatan ini terbukti secara lokal kala bangsa itu dihancurkan oleh bangsa Babel dan mengubah hidup mereka menjadi hidup yang penuh tangis dan kesusahan dalam penjajahan.
3.      Penghakiman Allah Itu Pasti (ay. 14 – 18)
Khotbah Zefanya mengutuk kebusukan tanpa harapan yang ditemukan di masyarakat Yehuda. Dia menunjuk kepada perlunya pertobatan yang didasarkan pada fakta bahwa kasih Allah masih memanggil umat-Nya kepada kerendahan hati dan kesetiaan. Pekabarannya sebenarnya bersifat rangkap dua: ada ancaman akan penghakiman yang segera dan menyeluruh; namun ada juga janji bahwa yang selamat dari segala bangsa akan bergabung dengan umat Israel yang sisa untuk melayani Tuhan dan menikmati berkat-berkat-Nya.
Bangsa Israel itu mengira bahwa Hari Tuhan akan selalu mendatangkan keberuntungan bagi mereka tetapi kemalangan bagi musuh-musuh mereka. Tampaknya bangsa Israel purba itu terlalu percaya diri untuk menantikan hari Tuhan tanpa berkaca diri untuk melihat keadaan kerohanian mereka sendiri. Sehingga, seperti kata nabi Amos, Celakalah mereka yang menginginkan hari TUHAN! Apakah gunanya hari TUHAN itu bagimu? Hari itu kegelapan, bukan terang! Seperti seseorang yang lari terhadap singa, seekor beruang mendatangi dia, dan ketika ia sampai ke rumah, bertopang dengan tangannya ke dinding, seekor ular memagut dia! Bukankah hari TUHAN itu kegelapan dan bukan terang, kelam kabut dan tidak bercahaya? (Am. 5:18-20).
Hari Tuhan yang tidak terduga itu akan berlangsung begitu cepat, sehingga tidak ada waktu lagi untuk mengubah hidup, tidak ada lagi waktu untuk bertobat, tidak ada lagi waktu untuk menyesali. Maka ketika hari-Nya telah tiba, Zefanya menubuatkan bahwa Hari Tuhan itu akan menjadi tangisan, ratapan dan kekelaman bagi yang hidup dalam kesombongan dan keserakahan yang selalu mengejar harta duniawi. Tidak ada satu orangpun yang mampu untuk menunda atau untuk menghalangi kedatangan-Nya agar ia memperbaiki kelakuannya di hadapan Tuhan. Bahkan kubu-kubu pertahanan yang dibangun untuk menangkal serangan musuh tidak dapat membendung murka Tuhan. Tentu Allah tidak menginginkan umat-Nya susah dan mati dalam dosa. Namun dengan tegas Allah mengatakan melalui nabi Zefanya, “Aku akan menyusahkan manusia, sehingga mereka berjalan seperti orang buta,”. Mengapa Allah mengatakan demikian.? Karena, “mereka telah berdosa kepada TUHAN”. Hukuman itu membuat mereka menjadi tidak berharga dan najis bagi Tuhan seperti (debu dan tahi). Dengan tegas Zefanya katakan, bahwa harta kekayaan mereka tidak akan mampu membebaskan mereka dari hukuman. Jika selama ini mereka bisa lepas dan bebas dari berbagai perkara dengan memberi sogokan, maka untuk itu tidak berlaku bagi Tuhan. Perak, emas, uang, jabatan dan segala yang mereka miliki tidak bisa membeli keadilan Tuhan. Zefanya berharap melalui teguran yang keras ini, bangsa itu mau mendengar firman Tuhan dan berbalik dari dosa-dosanya sebelum semua tinggal penyesalan. Zefanya ingin agar bangsa itu tidak lagi menunda-nunda untuk melakukan penyesalan di hadapan Tuhan dan berkomitmen untuk hidup di dalam Tuhan. Sehingga hari Tuhan bukan menjadi ketakutan lagi bagi mereka, melainkan menjadi hari yang penuh kebahagiaan dan harapan yang baru dalam hidup yang baru dalam Kerajaan Tuhan.

III.        Aplikasi
1.        Sebagai orang yang telah ditebus Kristus, seharusnya kita harus memiliki prinsip bahwa kita adalah orang-orang pilihan Tuhan yang akan menjadi bahagian dalam Kerajaan-Nya. Kalau kita tidak memiliki prinsip ini, maka sesungguhnya ibadah dan iman kita masih perlu dievaluasi. Karena Tuhan Yesus telah memberikan garansi keselamatan itu bagi kita. Akan tetapi garansi keselamatan itu bisa saja tidak berlaku ketika kita tidak mempertahankan keselamatan itu dengan buah iman yang benar. Prinsip itu bisa menjadi sia-sia jika cara hidup kita belum menunjukkan jatidiri kita sebagia pegikut Kristus yang sejati. Sama seperti bangsa Israel yang gagal membuktikan diri mereka sebagai bangsa pilihan karena hidup dalam berbagai kecurangan dan pelanggaran di hadapan Allah.
2.        Salah satu tantangan tersulit yang kita hadapi di zaman ini adalah keberanian menegakkan kebenaran dan keadilan. Masih ada kecenderungan Membenarkan Kebiasaan, bukan Membiasakan Kebenaran. Sering sekali situasi nyaman menjadi pokok utama yang kita cari, bukan situasi yang benar, sehingga demi kenyamanan kita tidak enggan memaklumi berbagai pelanggaran, bahkan yang lebih menyedihkan adalah ketika manusia membangun perkumpulan dan berkompromi untuk menentang kebenaran demi mencari keuntungan pribadi dan kelompok.
3.        Hari Tuhan sudah dekat. Kalimat ini bukan mau mengatakan bahwa kedatangan-Nya tinggal menunggu hari, karena tidak ada satu orangpun yang bisa memastikan tepatnya Hari Tuhan itu. Akan tetapi kita mau diingatkan agar senantiasa bersiap dan berjaga kapanpun hari-Nya tiba. Bagi orang yang percaya, Hari Tuhan bukan menjadi hari yang menakutkan, namun menjadi hari sukacita ketika ia mampu memegang teguh dan mempertahankan prinsipnya sebagai Orang Kristen. Prinsip itu juga harus kita bagikan kepada sesama kita, sehingga kita tidak mencari selamat sendiri. Seperti yang dituliskan dalam Epistel kita, “Karena itu nasihatilah seorang akan yang lain dan saling membangunlah kamu seperti yang memang kamu lakukan (1 Tes. 5:11).” Tuhan Yesus memberkati. Amin.

C.Pdt. Polma Hutasoit, S.Th

Tidak ada komentar:

Posting Komentar