Jumat, 31 Juli 2015

Kejadian 1 : 1 – 5, "Memuji Allah Sang Pencipta"

KERANGKA  SERMON EVANGELIUM MINGGU 15 Juni  2014
Minggu Trinitatis (Ketritunggalan Allah/ Hasitolusadaan ni TUHAN)
Ev : Kejadian 1 : 1 – 5              Ep : 2 Korintus : 13 : 11 – 13          S. Patik : Mazmur 148 : 3 – 5
Memuji Allah Sang Pencipta

I.              Pendahuluan
Kitab Kejadian mencatat tentang penciptaan, permulaan sejarah manusia dan asal mula umat Ibrani, kemudian berisi perjanjian Allah dengan Abraham (bapa orang percaya) dan leluhur lainnya. Musa yang merupakan Nabi yang paling dihormati oleh orang Israel adalah penulis kitab Kejadian dan hampir seluruh kitab Pentateukh. Kitab Kejadian ini menyediakan suatu landasan hakiki bagi Kitab Pentateukh dan pernyataan-pernyataan kitab-kitab selanjutnya. Kejadian menjadi satu-satunya kitab/ catatan yang dapat dipercaya mengenai awal alam semesta, umat manusia, umat manusia, perkawinan, dosa, kota-kota, bahasa-bahasa, bangsa-bangsa, sejarah bangsa Israel dan sejarah penebusan. Kitab Kejadian ditulis sesuai dengan tujuan Allah, yaitu untuk memberikan pemahaman mendasar kepada manusia tentang diri-Nya, ciptaan, umat manusia, kejatuhan ke dalam dosa, kematian, penghakiman, perjanjian, dan janji penebusan melalui keturunan Abraham.  Meskipun kitab ini mengisahkan tentang orang-orang di zaman awal, namun yang mendapat tekanan khusus ialah kisah tentang perbuatan-perbuatan Allah. Kitab ini dimulai dengan penegasan bahwa Allah telah menciptakan alam semesta dan berisi janji bahwa Allah akan tetap memperhatikan umat-Nya.

II.           Penjelasan Nats
Allah adalah Pencipta (ay. 1 – 2)
Salah satu perbuatan Tuhan yang tidak akan pernah mampu ditiru oleh manusia atau ciptaan manapun adalah dalam hal “mencipta”. Menciptakan berarti membuat sesuatu menjadi ada dari yang tidak pernah ada sebelumnya. Sementara manusia hanya mampu “membuat, memperbaiki, memelihara, mendesain, memperbaharui, mengkombinasikan dll”. Semua itu dilakukan manusia dengan memanfaatkan ciptaan Allah yang sudah ada sebelumnya. Fakta ini membuktikan bahwa sampai kapanpun manusia tidak akan mampu mengimbangi atau hanya sekedar menyamai Allah. Akan tetapi, meskipun Alkitab telah dengan jelas mengungkap kenyataan bahwa Allah adalah pencipta, masih saja banyak manusia yang berusaha menyanggahnya dengan menggunakan ilmu pengetahuan yang dimiliki. Ada tanggapan yang mengatakan bahwa penciptaan itu hanyalah sebuah dongeng, cerita atau hanya ilustrasi tentang terciptanya dunia. Namun, dengan tegas Alkitab menyangkal tanggapan tersebut dengan alasan sebagai berikut.
1.    “Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi”. Ayat 1 ini merupakan ketegasan untuk mengarahkan perhatian kepada suatu permulaan yang nyata di mana Allah adalah Pencipta segala sesuatu dan tidak ada alasan yang mampu untuk menyangkal atau menolak fakta tersebut. Dalam PL, Penciptaan Allah dilakukan dalam 2 cara. Pertama, Menciptakan yang tidak ada menjadi ada (Creato Ex Nihilo) dan Kedua, Memelihara ciptaan (Creato Continua/ Provendia). Dari kedua bentuk penciptaan ini jelas kita ketahui bahwa Allah tidak sekedar hanya mencipta, melainkan juga aktif memelihara secara terus-menerus.
2.    Kejadian 2:1, “Demikianlah diselesaikan langit dan bumi dan segala isinya.” Jelas menunjukkan dan membuktikan bahwa penciptaan adalah fakta sejarah yang benar-benar terjadi.
3.    Keluaran 20:11, “Sebab enam hari lamanya TUHAN menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya, dan Ia berhenti pada hari ketujuh; itulah sebabnya TUHAN memberkati hari Sabat dan menguduskannya.” Kalau Kej 1 itu hanyalah dongeng, illustrasi, dsb, maka itu berarti bahwa Allah menetapkan hari ke 7 sebagai hari Sabat berdasarkan suatu dongeng!
4.    Dalam Pengakuan Rasuli kita mengaku bahwa, “Aku percaya kepada Allah, Bapa yang Mahakuasa, Pencipta langit dan bumi. Pengakuan ini semakin membuktikan bahwa tidak ada keraguan untuk mengakui bahwa kisah penciptaan adalah fakta sejarah yang Akitabiah yang harus diimani.
Alkitab menggambarkan bagaimana bumi yang belum berbentuk dan kosong serta ditutupi kegelapan (ay. 2). Alkitab hendak menjelaskan bahwa penciptaan Allah itu berkesinambungan, sehingga ketika Allah menciptakan langit dan bumi, bumi itu belum berbentuk dalam artian belum tertata dan belum terisi oleh apapun selain air (samudera raya) serta masih diselimuti oleh kegelapan. Situasi dan kondisi ini merupakan langkah awal bagi Allah untuk mengisi dan menata bumi sehingga kegelapan akan diterangi, ketidakberbentukan dan kekosongan akan di isi di tata dengan ciptaan yang memperindah bumi yang Ia ciptakan itu, sehingga nantinya melalui ciptaan itulah manusia mampu mengenal keagungan dan Kemahabesaran Tuhan Allah. Ruakh (Roh) Allah melayang-layang di atas permukaan air.

Karya Allah dalam Melengkapi Ciptaan (ay. 3 – 5)
Melihat ciptaan-Nya yang belum berbentuk itu, maka Allah berfirman, “Jadilah terang”. Allah lebih dahulu menciptakan terang, karena di dalam teranglah maka penataan bumi akan semakin baik, dan bahkan Allah melihat terang itu sebaga ciptaan yang baik, sehingga Dia memisahkan terang itu dari gelap. Allah menamai terang itu siang dan gelap itu malam. Tujuh kali Alkitab mencatat bahwa Allah melihat ciptaan-Nya itu baik (ay. 4, 10, 12, 18, 21, 25, 31). Setiap bagian dari ciptaan Allah secara sempurna memenuhi kehendak dan maksud-Nya. Allah menciptakan dunia ini untuk mencerminkan kemuliaan-Nya dan untuk menjadi tempat di mana umat manusia dapat mengambil bagian dalam sukacita menikmati ciptaan-Nya. Terang yang Allah ciptakan semakin dilengkapi dengan berbagai benda penerang lainnya pada penciptaan hari ke-4 (ay. 14-19). Semua itu berfungsi sebagai tanda-tanda musim, hari dan tahun.
Melalui proses penciptaan ini, maksud dan tujuan Allah antara lain :
1.    Allah menciptakan langit dan bumi sebagai ungkapan kemuliaan, kemegahan dan kuasa-Nya. Daud mengatakan, “Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya (Maz. 19:2). Ya TUHAN, Tuhan kami, betapa mulianya nama-Mu di seluruh bumi! Keagungan-Mu yang mengatasi langit dinyanyikan (Maz. 8:2)”. Dengan memandang seluruh alam semesta ciptaan Allah ini, pasti kita kagum karena sampai kapanpun kita tidak akan pernah mampu menjadi pencipta seperti Allah.
2.    Melalui keagungan ciptaan-Nya (matahari, bulan, musim, tumbuhan, sungai dan air jernih, bukit dan gunung, hewan serta alam semesta), Tuhan ingin menyatakan bahwa hanya Dialah yang sanggup memberikan segala keindahan dan berkat bagi manusia, bahkan di luar yang kita bayangkan.
3.    Allah ingin menyediakan tempat bagi manusia untuk menjalin dan membangun hubungan dengan sesama manusia dan kepada seluruh ciptaan Allah, bahkan Allah mempercayakan manusia sebagai mandataris akan ciptaan-Nya yang indah itu.

III.        Aplikasi
  Pembukaan Alkitab menekankan dua fakta:
v  Pertama, Ciptaan adalah karya Allah, “Dan Allah berfirman . . .  Dan Allah berfirman . . . Dan Allah berfirman”. Tuhan adalah Pemilik dan Penguasa atas jagad raya ini, dan seluruh kelanjutannya dalam Alkitab memperkuat pesan dalam Kejadian 1: Tuhan ada di balik seluruh sejarah, khususnya sejarah penciptaan.
v  Kedua, Ciptaan itu baik. Sebuah kalimat lain berdentang lembut, seperti lonceng, sepanjang pasal ini: “Dan Allah melihat bahwa semuanya itu baik.” Di jaman kita, kita mendengar laporan-laporan mencemaskan tentang alam, lapisan ozon, samudera yang terpolusi, punahnya spesies-spesies, hancurnya hutan hujan. Banyak telah berubah, banyak yang telah ternoda sejak saat pertama penciptaan itu. Kejadian 1 menggambarkan dunia seperti yang diinginkan Tuhan, sebelum ternoda sama sekali, namun saat ini kontras dengan apa yang Tuhan inginkan. Tuhan menetapkan manusia untuk menjadi mandataris-Nya menguasai, menaklukkan dan mengelola alam. Namun makna itu hilang seiring egoisme manusia, sehingga manusia terlalu asyik menaklukkan alam tanpa memikirkan untuk memelihara. Mungkin perbuatan itu akan menguntungkan diri sendiri, namun otomatis akan merusak anak cucunya. Bencana alam tidak lagi benar-benar karena alam yang berkehendak, namun justru manusia memaksa alam untuk “menyapa” manusia, sehingga ketika alam itu datang membawa kemarahannya, yang tinggal hanya rapatan dan penyesalan.
  Pada akhir tahun 1970-an, seorang ahli biofisika bernama Harold J. Morowitz dari di Amerika Serikat mencapai suatu kesimpulan yang mencengangkan mengenai harga yang harus dibayar untuk membuat satu tubuh manusia. Termasuk di dalamnya perhitungannya: Protein, ensim, RNA, DNA, asam amino, hemoglobin, dan zat-zat bio-kimia lainnya yang turut ambil bagian dalam membuat suatu tubuh manusia. Kesimpulan akhir yang dia ambil adalah lebih dari 600 miliar dolar (belum dihitung harga O2 yang kita hirup setiap hari selama hidup). Untuk itu masih adakah alasan untuk menolak/ meragukan bahwa kita adalah ciptaan Allah yang paling mulia dan berharga.? Masih adakah alasan bagi kita untuk tidak mensyukuri kebaikan Tuhan dalam hidup kita?
  Melalui perikop ini, Allah ibaratkan seorang Seniman hebat. Karena ketika Allah menciptakan bumi yang belum berisi dan masih diselubungi kegelapan, maka Dia merancang dan membuat bumi menjadi indah dengan karya-Nya. Dia menjadikan bumi menjadi planet terindah yang menghadirkan dan memberikan kesejahteraan dan kemakmuran. Jika kita melihat diri kita saat ini, gambaran seperti bumi yang tidak berbentuk, kosong dan gelap adalah ibaratkan orang yang hidup dalam ketakutan, kegelapan, jauh dari rasa damai, hilang pengharapan karena banyaknya persoalan hidup. Namun, bagi Tuhan, mendesain, menata dan membuat bumi yang kosong itu bukanlah perkara yang sulit. Allah hanya berfirman, maka alam yang tunduk akan firman dan perintah-Nya berubah menjadi tempat yang menghadirkan damai sejahtera dan kesejukan. Alam yang sedemikian luas itu begitu gampangnya dirubah oleh Allah. Sama halnya dengan hidup kita, seberat apapun persoalan kita, sedalam apapun pergumulan kita, teladanilah kepatuhan alam itu dan datanglah kepada Tuhan memohon pembaharuan, maka lebih dari keindahan alam semesta alam itu akan Dia berikan dan anugerahkan kepada kita yang percaya akan karya Tuhan. Mari kita yakini bahwa Tuhan tidak hanya sekedar menciptakan kita, melainkan juga senantiasa memelihara hidup kita. Tuhan Yesus memberkati. Amin.

C.Pdt. Polma Hutasoit, S.Th

Tidak ada komentar:

Posting Komentar