KERANGKA SERMON EVANGELIUM MINGGU 15 Juni 2014
Minggu Trinitatis (Ketritunggalan
Allah/ Hasitolusadaan ni TUHAN)
Ev : Kejadian 1 : 1 – 5 Ep : 2 Korintus : 13 : 11 – 13 S.
Patik : Mazmur 148 : 3 – 5
Memuji Allah Sang Pencipta
I.
Pendahuluan
Kitab Kejadian mencatat tentang penciptaan, permulaan sejarah manusia
dan asal mula umat Ibrani, kemudian berisi perjanjian Allah dengan Abraham
(bapa orang percaya) dan leluhur lainnya. Musa yang merupakan Nabi yang paling
dihormati oleh orang Israel adalah penulis kitab Kejadian dan hampir seluruh
kitab Pentateukh. Kitab Kejadian ini menyediakan suatu landasan hakiki bagi
Kitab Pentateukh dan pernyataan-pernyataan kitab-kitab selanjutnya. Kejadian
menjadi satu-satunya kitab/ catatan yang dapat dipercaya mengenai awal alam
semesta, umat manusia, umat manusia, perkawinan, dosa, kota-kota,
bahasa-bahasa, bangsa-bangsa, sejarah bangsa Israel dan sejarah penebusan.
Kitab Kejadian ditulis sesuai dengan tujuan Allah, yaitu untuk memberikan
pemahaman mendasar kepada manusia tentang diri-Nya, ciptaan, umat manusia,
kejatuhan ke dalam dosa, kematian, penghakiman, perjanjian, dan janji penebusan
melalui keturunan Abraham. Meskipun
kitab ini mengisahkan tentang orang-orang di zaman awal, namun yang mendapat
tekanan khusus ialah kisah tentang perbuatan-perbuatan Allah. Kitab ini dimulai
dengan penegasan bahwa Allah telah menciptakan alam semesta dan berisi janji
bahwa Allah akan tetap memperhatikan umat-Nya.
II.
Penjelasan Nats
Allah adalah
Pencipta (ay. 1 – 2)
Salah satu perbuatan Tuhan yang tidak akan pernah
mampu ditiru oleh manusia atau ciptaan manapun adalah dalam hal “mencipta”. Menciptakan berarti membuat
sesuatu menjadi ada dari yang tidak pernah ada sebelumnya. Sementara manusia
hanya mampu “membuat, memperbaiki,
memelihara, mendesain, memperbaharui, mengkombinasikan dll”. Semua itu
dilakukan manusia dengan memanfaatkan ciptaan Allah yang sudah ada sebelumnya.
Fakta ini membuktikan bahwa sampai kapanpun manusia tidak akan mampu
mengimbangi atau hanya sekedar menyamai Allah. Akan tetapi, meskipun Alkitab
telah dengan jelas mengungkap kenyataan bahwa Allah adalah pencipta, masih saja
banyak manusia yang berusaha menyanggahnya dengan menggunakan ilmu pengetahuan
yang dimiliki. Ada tanggapan yang mengatakan bahwa penciptaan itu hanyalah
sebuah dongeng, cerita atau hanya ilustrasi tentang terciptanya dunia. Namun,
dengan tegas Alkitab menyangkal tanggapan tersebut dengan alasan sebagai
berikut.
1. “Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi”. Ayat 1 ini merupakan ketegasan untuk mengarahkan perhatian kepada suatu
permulaan yang nyata di mana Allah adalah Pencipta segala sesuatu dan tidak ada
alasan yang mampu untuk menyangkal atau menolak fakta tersebut. Dalam PL, Penciptaan
Allah dilakukan dalam 2 cara. Pertama, Menciptakan
yang tidak ada menjadi ada (Creato Ex Nihilo) dan Kedua, Memelihara ciptaan (Creato
Continua/ Provendia). Dari kedua bentuk penciptaan ini jelas kita
ketahui bahwa Allah tidak sekedar hanya mencipta, melainkan juga aktif
memelihara secara terus-menerus.
2. Kejadian 2:1, “Demikianlah
diselesaikan langit dan bumi dan segala isinya.” Jelas menunjukkan dan
membuktikan bahwa penciptaan adalah fakta sejarah yang benar-benar terjadi.
3. Keluaran 20:11, “Sebab enam hari
lamanya TUHAN menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya, dan Ia
berhenti pada hari ketujuh; itulah sebabnya TUHAN memberkati hari Sabat dan
menguduskannya.” Kalau Kej 1 itu hanyalah dongeng,
illustrasi, dsb, maka itu berarti bahwa Allah menetapkan hari ke 7 sebagai hari
Sabat berdasarkan suatu dongeng!
4. Dalam Pengakuan Rasuli kita mengaku bahwa, “Aku
percaya kepada Allah, Bapa yang Mahakuasa, Pencipta langit dan bumi. Pengakuan
ini semakin membuktikan bahwa tidak ada keraguan untuk mengakui bahwa kisah
penciptaan adalah fakta sejarah yang Akitabiah yang harus diimani.
Alkitab
menggambarkan bagaimana bumi yang belum berbentuk dan kosong serta ditutupi
kegelapan (ay. 2). Alkitab hendak menjelaskan bahwa penciptaan Allah itu
berkesinambungan, sehingga ketika Allah menciptakan langit dan bumi, bumi itu
belum berbentuk dalam artian belum tertata dan belum terisi oleh apapun selain
air (samudera raya) serta masih diselimuti oleh kegelapan. Situasi dan kondisi
ini merupakan langkah awal bagi Allah untuk mengisi dan menata bumi sehingga
kegelapan akan diterangi, ketidakberbentukan dan kekosongan akan di isi di tata
dengan ciptaan yang memperindah bumi yang Ia ciptakan itu, sehingga nantinya
melalui ciptaan itulah manusia mampu mengenal keagungan dan Kemahabesaran Tuhan
Allah. Ruakh (Roh) Allah melayang-layang di atas permukaan air.
Karya Allah dalam Melengkapi Ciptaan (ay. 3 – 5)
Melihat
ciptaan-Nya yang belum berbentuk itu, maka Allah berfirman, “Jadilah terang”. Allah lebih dahulu
menciptakan terang, karena di dalam teranglah maka penataan bumi akan semakin
baik, dan bahkan Allah melihat terang itu sebaga ciptaan yang baik, sehingga
Dia memisahkan terang itu dari gelap. Allah menamai terang itu siang dan gelap
itu malam. Tujuh kali Alkitab mencatat bahwa Allah melihat ciptaan-Nya itu baik
(ay. 4, 10, 12, 18, 21, 25, 31). Setiap bagian dari ciptaan Allah secara
sempurna memenuhi kehendak dan maksud-Nya. Allah menciptakan dunia ini untuk
mencerminkan kemuliaan-Nya dan untuk menjadi tempat di mana umat manusia dapat
mengambil bagian dalam sukacita menikmati ciptaan-Nya. Terang yang Allah
ciptakan semakin dilengkapi dengan berbagai benda penerang lainnya pada
penciptaan hari ke-4 (ay. 14-19). Semua itu berfungsi sebagai tanda-tanda
musim, hari dan tahun.
Melalui
proses penciptaan ini, maksud dan tujuan Allah antara lain :
1. Allah menciptakan
langit dan bumi sebagai ungkapan kemuliaan, kemegahan dan kuasa-Nya. Daud
mengatakan, “Langit menceritakan
kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya (Maz. 19:2).
Ya TUHAN, Tuhan kami, betapa mulianya nama-Mu di seluruh bumi! Keagungan-Mu
yang mengatasi langit dinyanyikan (Maz. 8:2)”. Dengan memandang seluruh
alam semesta ciptaan Allah ini, pasti kita kagum karena sampai kapanpun kita
tidak akan pernah mampu menjadi pencipta seperti Allah.
2. Melalui keagungan
ciptaan-Nya (matahari, bulan, musim, tumbuhan, sungai dan air jernih, bukit dan
gunung, hewan serta alam semesta), Tuhan ingin menyatakan bahwa hanya Dialah
yang sanggup memberikan segala keindahan dan berkat bagi manusia, bahkan di
luar yang kita bayangkan.
3. Allah ingin
menyediakan tempat bagi manusia untuk menjalin dan membangun hubungan dengan
sesama manusia dan kepada seluruh ciptaan Allah, bahkan Allah mempercayakan
manusia sebagai mandataris akan ciptaan-Nya yang indah itu.
III.
Aplikasi
 Pembukaan Alkitab menekankan dua fakta:
v Pertama, Ciptaan adalah karya Allah, “Dan Allah
berfirman . . . Dan Allah berfirman . .
. Dan Allah berfirman”. Tuhan adalah Pemilik dan Penguasa atas jagad
raya ini, dan seluruh kelanjutannya dalam Alkitab memperkuat pesan dalam
Kejadian 1: Tuhan ada di balik seluruh sejarah, khususnya sejarah penciptaan.
v Kedua, Ciptaan itu baik. Sebuah kalimat lain
berdentang lembut, seperti lonceng, sepanjang pasal ini: “Dan Allah melihat
bahwa semuanya itu baik.” Di jaman kita, kita mendengar laporan-laporan
mencemaskan tentang alam, lapisan ozon, samudera yang terpolusi, punahnya
spesies-spesies, hancurnya hutan hujan. Banyak telah berubah, banyak yang telah
ternoda sejak saat pertama penciptaan itu. Kejadian 1 menggambarkan dunia
seperti yang diinginkan Tuhan, sebelum ternoda sama sekali, namun saat ini
kontras dengan apa yang Tuhan inginkan. Tuhan menetapkan
manusia untuk menjadi mandataris-Nya menguasai, menaklukkan dan mengelola alam.
Namun makna itu hilang seiring egoisme manusia, sehingga manusia terlalu asyik
menaklukkan alam tanpa memikirkan untuk memelihara. Mungkin perbuatan itu akan
menguntungkan diri sendiri, namun otomatis akan merusak anak cucunya. Bencana
alam tidak lagi benar-benar karena alam yang berkehendak, namun justru manusia
memaksa alam untuk “menyapa” manusia, sehingga ketika alam itu datang membawa
kemarahannya, yang tinggal hanya rapatan dan penyesalan.
 Pada akhir tahun 1970-an, seorang ahli
biofisika bernama Harold J. Morowitz dari di Amerika Serikat mencapai suatu kesimpulan
yang mencengangkan mengenai harga yang harus dibayar untuk membuat satu tubuh manusia. Termasuk di dalamnya
perhitungannya: Protein, ensim, RNA, DNA, asam amino, hemoglobin, dan zat-zat bio-kimia lainnya yang turut
ambil bagian dalam membuat suatu tubuh manusia. Kesimpulan akhir
yang dia ambil adalah lebih dari 600 miliar dolar (belum dihitung harga O2 yang
kita hirup setiap hari selama hidup). Untuk itu masih adakah alasan untuk
menolak/ meragukan bahwa kita adalah ciptaan Allah yang paling mulia dan
berharga.? Masih adakah alasan bagi kita untuk tidak mensyukuri kebaikan Tuhan
dalam hidup kita?
 Melalui perikop ini, Allah ibaratkan seorang Seniman hebat. Karena ketika
Allah menciptakan bumi yang belum berisi dan masih diselubungi kegelapan, maka
Dia merancang dan membuat bumi menjadi indah dengan karya-Nya. Dia menjadikan
bumi menjadi planet terindah yang menghadirkan dan memberikan kesejahteraan dan
kemakmuran. Jika kita melihat diri kita saat ini, gambaran seperti bumi yang
tidak berbentuk, kosong dan gelap adalah ibaratkan orang yang hidup dalam
ketakutan, kegelapan, jauh dari rasa damai, hilang pengharapan karena banyaknya
persoalan hidup. Namun, bagi Tuhan, mendesain, menata dan membuat bumi yang
kosong itu bukanlah perkara yang sulit. Allah hanya berfirman, maka alam yang
tunduk akan firman dan perintah-Nya berubah menjadi tempat yang menghadirkan
damai sejahtera dan kesejukan. Alam yang sedemikian luas itu begitu gampangnya
dirubah oleh Allah. Sama halnya dengan hidup kita, seberat apapun persoalan
kita, sedalam apapun pergumulan kita, teladanilah kepatuhan alam itu dan
datanglah kepada Tuhan memohon pembaharuan, maka lebih dari keindahan alam
semesta alam itu akan Dia berikan dan anugerahkan kepada kita yang percaya akan
karya Tuhan. Mari kita yakini bahwa Tuhan tidak hanya sekedar menciptakan kita,
melainkan juga senantiasa memelihara hidup kita. Tuhan Yesus memberkati. Amin.
C.Pdt. Polma
Hutasoit, S.Th
Tidak ada komentar:
Posting Komentar