Kamis, 30 Juli 2015

1 Rajaraja 3 : 4 – 14, "Hati yang Penuh Hikmat"

KERANGKA  SERMON EVANGELIUM MINGGU 14 JULI 2013
MINGGU VII SETELAH TRINITATIS (Ketritunggalan Allah/ Hasitolusadaon ni TUHAN)
Hati yang Penuh Hikmat
Ev : 1 Rajaraja 3 : 4 – 14                              Ep :  1 Yohanes 3 : 19 – 24  

I.                Pendahuluan
Selama masa pemerintahan raja Daud, bangsa Israel masih mempersembahkan korban ke bukit-bukit dengan cara masing-masing. Itulah sebabnya, salah satu prioritas raja Salomo adalah membangun Bait Allah dan disanalah Salomo ingin menunjukkan cara yang benar sesuai hukum Musa dalam menyampaikan korban persembahan kepada Allah. Dan sebelum proses pembangunan Bait Allah itu dilaksanakan, Salomo masih pergi ke bukit untuk mempersembahkan korban. Dalam nats ini, Salomo pergi ke Bukit Gibeon, salah satu bukit pengorbanan yang terbesar. Di sana Salomo memberikan korban bakarannya sebagai wujud syukur kepada Tuhan. Dan di sana jugalah dia mengalami perjumpaan dengan Allah melalui mimpi.

II.             Penjelasan Nats
Ø  Memberi Korban Kepada Allah (Ay. 4)
Salomo memberikan korban penyembahannya kepada Tuhan bukan semata-mata agar Tuhan Allah memberkatinya, namun sebagai wujud rasa syukurnya kepada Tuhan yang telah membangun bangsa Israel, menjadikan bangsa itu menjadi bangsa yang kuat, makmur, sejahtera dan masyur. Pada saat itu Salomo tidak membawa nama pribadi dalam menyampaikan korban penyembahannya. Namun dia juga membawa rakyatnya untuk menyampaikan korban tersebut kepada Allah (bd. 2 Taw. 1:1-6). Artinya dia ingin agar segenap bangsanya juga senantiasa mendekatkan diri kepada Allah dan mengucap syukur atas segala kebaikanNya. Dari 2 Tawarikh 1:1-6 ini dapat kita lihat bahwa Salomo tidak asal berangkat membawa korban persembahannya kepada Allah. Dia terlebih dahulu mempersiapkan segala sesuatu yang hendak dia persembahkan kepada Allah dan pastilah itu semua adalah yang terbaik. Sikap Raja Salomo dalam menghadap Tuhan ini juga menjadi teladan bagi kita dalam mempersiapkan diri menghadap Allah dan mempersiapkan persembahan kita kepadaNya. Bukan hanya materi yang perlu kita siapkan, namun hati yang paling tulus dalam menghadap Tuhan.
Ø  “Perjumpaan” Salomo dengan Allah (Ay. 5 – 9)
Pada malam hari setelah Salomo memberikan korban kepada Allah, maka Allah menampakkan diriNya kepada Salomo dalam mimpi. Perjumpaan Allah dengan Salomo meskipun hanya dalam mimpi memiliki makna yang sangat dalam hidup Salomo. Perjumpaan ini bisa berarti bahwa doa dan persembahan Salomo diterima oleh Allah. Dalam perjumpaan ini, Salomo dapat merasakan indahnya berkomunikasi dengan Allah. Allah memberikan anugerah besar kepada Salomo dengan memberikan kesempatan kepadanya untuk meminta apa yang harus Allah berikan kepadanya. Situasi ini merupakan situasi yang sangat luar biasa yang barangkali tidak pernah diduga oleh raja Salomo. Ibarat akan mendapat hadiah besar, Salomo diberi kesempatan untuk memilih dengan bebas apa yang dia inginkan. Apa yang diminta oleh Salomo.? Apakah dia meminta “Hamoraon, Hagabeon dohot Hasangapon”. Sebelum dia meminta apa yang dia butuhkan, dia terlebih dahulu mengenang kebaikan-kebaikan Allah kepada Ayahnya, Daud. Salomo mengenang segala berkat Tuhan dalam pemerintahan ayahnya dan dia menyadari semua itu adalah berkat dan anugerah Tuhan semata, bukan karena kehebatan ayahnya, Daud. Salomo juga sadar bahwa Allah jugalah yang mengurapinya menjadi raja atas bangsa Israel. Berdasarkan pemahaman dan kesadaran itulah dia juga mengharapkan belas kasihan dan anugerah Allah agar Allah memberinya “Hati yang faham menimbang perkara dan menghakimi umat Allah dengan dapat membedakan yang baik dan yang jahat”.
Mengapa Salomo meminta hikmat dan pengertian dari Tuhan, mengapa bukan kekayaan, harta atau yang lain? Dalam ayat 7-8, Salomo menunjukkan sebuah sikap yang mungkin tidak akan diungkapkan oleh seorang raja, yaitu merendahkan diri di hadapan Tuhan. Salomo menyadari kelemahan dan kekurangannya sebagai manusia. Dia juga mengenal siapa yang akan dia pimpin, yaitu bangsa Israel yang jumlahnya tiada terhitung. Dan lebih daripada itu, kita juga tahu bahwa bangsa Israel bukanlah bangsa yang mudah untuk dipimpin karena mereka adalah orang-orang yang keras kepala dan tegar tengkuk. Selain itu, bangsa Israel juga diyakini sebagai bangsa pililihan Allah, itu artinya pemimpin mereka juga haruslah orang yang dipilih Allah dan yang diberkati Allah. Salomo meminta hikmat dan pengetahuan yang bersumber dari Allah, meskipun sebenarnya di ruang lingkup istana banyak orang-orang pandai dan berpengetahuan (imam-imam dan nabi).
Dalam kepemimpinannya kelak, Salomo ingin agar dia bisa membedakan mana yang baik dan yang tidak baik bagi rakyatnya, bagi dia sendiri, terkhusus bagi Tuhan. Artinya dia ingin agar kepemimpinannya menjadi kemuliaan bagi nama Allah dan damai sejahtera serta sukacita bagi kerajaannya. Sebuah permintaan yang luar biasa dari seorang raja. Perenungan bagi kita masing-masing, seandainya kita sebagai para pelayan Tuhan dan jemaat Tuhan mendapat keistimewaan seperti Salomo, permintaan apa saja yang akan kita ajukan?
Ø  Respon dan Janji Allah atas Permintaan Salomo (Ay. 10 – 14)
Allah melihat bahwa permintaan Salomo itu baik. Untuk itu, Allah merespon permintaan Salomo dengan berjanji akan mengabulkan permintaannya. Allah memberikan kepada Salomo hati yang penuh hikmat dan pengertian, sehingga sebelum dia tidak ada seorangpun yang seperti dia, dan sesudah dia takkan bangkit seorangpun seperti dia. Bahkan karena pemintaan Salomo itu baik di mata Tuhan, Allah juga memberikan bonus yang luar biasa bagi Salomo. Untuk melengkapi permohonan Salomo itu, Allah menjanjikan kepadanya kekayaan, kemuliaan serta umur yang panjang selama dia mau berpegang teguh pada ketetapan dan perintah Allah seperti ayahnya Daud.

III.          Aplikasi
ü  Bagaimanakah sikap kita untuk menghadap atau beribadah kepada Tuhan? Lihatlah bagaimana Salomo lebih dulu mempersiapkan dirinya, pasukannya, rakyatnya serta mempersiapkan apa yang harus dia bawa untuk beribadah kepada Tuhan.
ü  Meskipun dia telah diangkat menjadi seorang raja, Salomo tetap menyadari segala perbuatan baik yang dilakukan Allah kepada ayahnya Daud, bahkan kepada dirinya sendiri. Untuk itu, ketika dia diperhadapkan kepada persoalan untuk memimpin bangsa Israel, bangsa yang besar dan jumlahnya tiada terkira dan yang tegar tengkuk, dia tahu kepada siapa dia harus meminta pertolongan. Dia tidak menyiapkan hukuman kepada yang tidak patuh kepadanya, dia tidak mencari orang pintar untuk memberikan keterangan kepadanya, namun dia mengadu kepada Tuhan dan memohon hikmat dan pengertian. Jika kita bandingkan dengan kehidupan saat ini, masih banyak yang lebih percaya kepada “orang pintar” sebagai jalan keluar atas masalah yang dihadapi. Pertanyaannya, bukankah kita seharusnya lebih yakin kepada perkataan Allah daripada perkataan “orang pintar” tersebut? Bukankah “orang pintar’ tersebut adalah ciptaan Allah? Jika dia adalah ciptaan Allah, pastilah Allah lebih hebat dari dia.
ü  Raja Salomo memohon hikmat dan kebijaksanaan bukan semata-mata untuk dirinya sendiri. Namun dia memohon kepada Tuhan agar Tuhan memberinya hikmat dan pengertian dengan tujuan dia dapat membedakan mana yang pantas dia lakukan dalam mengembangkan kerajaannya dan mana yang harus dia hindari. Dalam hal ini dia tidak egois, dia lebih memikirkan kehidupan bangsanya yang besar daripada dirinya sendiri. Dia ingin menegakkan kerajaan  yang memuliakan Tuhan dan menjamin kebahagiaan bangsanya. Jika hal itu sudah tercapai, pastilah dia juga akan bahagia dan penuh sukacita. Untuk itu, sebagai orang Kristen, dalam berdoa juga, kita perlu mendoakan apa yang menjadi kebutuhan sesama kita. Terkhusus sebagai para hamba Tuhan, mintalah hikmat kepada Tuhan agar kita mampu menghidupi tugas pelayanan kita dan agar melalui pelayanan kita nama Tuhan semakin dipermuliakan dan semakin banyak orang yang merasakan indahnya hidup bersama Tuhan.
ü  Yakin dan percayalah, Doa orang percaya jika didoakan dengan yakin besar kuasanya (Yak. 5:16b). Dan jika kita memohon dengan kesungguhan seperti raja Salomo, maka lebih daripada yang kita pinta akan dikabulkan olehNya. Dan ketahuilah tidak akan mungkin ada orang yang mendapat hikmat dari Allah jika tidak pernah memintanya melalui doa dan permohonan. Tuhanlah yang kita andalkan dalam hidup kita dan percayalah Dia juga akan memakai kita menjadi berkat dan sukacita dimanapun kita berada. Tuhan Yesus memberkati. Amin.

C.Pdt. Polma Hutasoit

Tidak ada komentar:

Posting Komentar