Kamis, 30 Juli 2015

Yesaya 58 : 9b – 14 "Tuhan Melepaskan Kuk Orang – Orang yang Melakukan Kehendak-Nya"

KERANGKA  SERMON EVANGELIUM MINGGU 25 JULI 2013
MINGGU XIII SETELAH TRINITATIS (Ketritunggalan Allah/ Hasitolusadaon ni TUHAN)
Tuhan Melepaskan Kuk Orang – Orang yang Melakukan Kehendak-Nya
Ev : Yesaya 58 : 9b – 14                               Ep : Lukas 13 : 10 – 17

I.                Pendahuluan
Nats Yesaya 58:9b-14 ini merupakan bagian ketiga dari pembagian Kitab Yesaya, yaitu mulai pasal 55 – 66 yang biasa disebut Trito Yesaya. Kitab ini disampaikan kepada umat Israel yang telah kembali dari pembuangan di Babel dan hidup di bawah kekuasaan Persia di Yerusalem. Setelah mereka bebas dari genggaman kerajaan Babel, hidup mereka berangsur-angsur mengalami kemajuan dan kemakmuran dalam berbagai bidang, seperti bidang ekonomi maupun kestabilan sosial politik. Namun kemakmuran itu tidak dialami oleh seluruh lapisan rakyat. Yang menikmatinya hanya kaum elit (pemerintahan dan orang-orang kaya serta tuan-tuan tanah), sementara lapisan masyarakat kecil menjadi sengsara. Hal ini akibat kabijakan pemerintah yang tidak berorientasi kepada kebutuhan dan kepentingan segenap bangsa, melainkan hanya kepentingan para petinggi-petinggi. Mereka membuat peraturan yang lebih mengutamakan kepentingan mereka sendiri. Situasi ini mengakibatkan yang kaya semakin kaya, yang miskin semakin melarat. Situasi ini melahirkan kelompok yang termarjinalkan (terpinggirkan), seperti orang miskin, orang lemah, yatim piatu, janda miskin, orang asing. Yang lebih parah lagi, orang-orang yang dimarjinalkan ini menjadi obyek eksploitasi para penguasa. Jadi inti pengajaran dari Trito Yesaya ini adalah “Syarat-syarat mendapat keselamatan dari Allah”, bukan hanya keselamatan/ kebebasan secara politis. Untuk itu, agar mereka juga bisa bebas dari perbudakan dosa dan kegelapan, maka mereka perlu untuk mengetahui dan melakukan apa yang menjadi kehendak Allah. 

II.             Penjelasan Nats
Ø  Ibadah Tanpa Aplikasi Adalah Sia-Sia (9b – 10)
Untuk lebih memahami nats ini, perlu kita baca Yesaya pasal 58 ini dari awal. Dengan demikian dapat kita lihat bagaimana sebenarnya kehidupan bangsa Israel kala itu. Secara keagamaan, mereka melakukan segala ajaran agama. Mereka mempersembahkan kurban, mereka berpuasa, mereka bersunat, mempelajari hukum Taurat (ay. 2-3) dsb. Namun yang menjadi permasalahan adalah ibadah itu mereka lakukan hanya sebatas kebiasaan dan rutinitas tanpa ada penerapan dalam kehidupan sehari-hari. Yang kaya dan berkuasa bukannya menolong orang miskin dan lemah, malah sebaliknya, yang miskin itu yang mereka pakai sebagai objek mereka menambah pundi-pundi mereka, sehingga Allah tidak berkenan akan puasa mereka (ay. 4). Padahal Allah menginginkan ibadah maupun puasa yang murni di hadapan Tuhan itu adalah ketika mereka yang berkuasa, berkedudukan dan yang kaya harus membuka dan melepaskan belenggu kelaliman, melepaskan tali-tali kuk dan memerdekakan yang teraniaya. Mereka juga harus memberi makan yang lapar, memberi pakaian kepada orang telanjang. Artinya harus ada kepedulian dan kepekaan atas setiap penderitaan sesama. Merekalah yang seharusnya membebaskan serta menebus para budak sehingga mereka merdeka, membela hak orang miskin dan tertindas dari orang-orang serakah.
Jikalau kita menilik situasi kehidupan yang dialami oleh orang Israel ini, nampaknya juga dialami oleh negara kita. Pemerintah yang seharusnya menjadi pengayom dan berusaha mensejahterakan rakyat, masih banyak yang belum mampu melaksanakan tugasnya dengan benar dan seturut dengan kehendak Tuhan. Bukannya mengusahakan kesejahteraan rakyatnya, malah mereka asyik mengambil bagian masing-masing demi kepentingan mereka serta untuk menambah pundi-pundi mereka. Seakan-akan korupsi itu sudah membudaya di negara kita. Selain itu, penerapan hukum di negara kita (sebagai negara hukum) juga masih perlu dipertanyakan dari segi keadilannya.
Untuk itulah Yesaya dalam nats ini mengungkapkan bahwa apabila para panguasa dan pemerintah telah melakukan puasa dan ibadah yang benar (aplikasi yang benar), maka Tuhan akan mendengar dan menjawab seruan serta doa-doa mereka dan Allah berkenan atas ibadah mereka. Suatu kemunafikan bagi Allah ketika kita beribadah, berdoa, berpuasa, mengeluarkan kata-kata manis dan memberikan korban persembahan jika dalam praktek hidupnya masih hidup dalam dosa dan hanya mencari keuntungan dirinya sendiri dan suka mengorbankan orang lain demi kepentingannya. Tuhan menginginkan agar setiap umat-Nya mampu menjadi terang dan mampu mengangkat dan mengeluarkan orang lain yang dalam kegelapan menuju terang yang bersumber dari Allah. Dengan demikian, kita yang mengasihi Allah, harus juga dibuktikan juga dengan mengasihi sesama manusia. Kita harus bisa mengaplikasikan iman serta ibadah kita dalam kehidupan sehari-hari.

Ø  Janji Tuhan bagi Yang Melakukan Kehendak-Nya (Ayat 11 – 14)
Yesaya menyampaikan apa yang menjadi janji Tuhan bagi yang melakukan dan hidup dalam kehendak Tuhan, yaitu mereka yang hidup dalam kasih, peduli dan suka menolong sesamanya manusia. Tuhan akan memberkati mereka, menuntun hidupnya ke dalam sukacita. Dikatakan bahwa “Tuhan akan memuaskan hatimu di tanah yang kering”. Berarti hidup sukacita meskipun berada dalam kesudahan dan tantangan hidup. Seperti taman yang diairi dengan baik dan mata air yang tidak pernah mengecewakan, demikianlah hidup orang yang penuh kasih akan diberkati Tuhan. Ibarat sawah, jika tidak dialiri air, maka padi itu tidak akan tumbuh dan menghasilkan, namun jika airnya tetap mengalir dengan teratur, maka sawah itu akan menghasilkan padi yang berlipat ganda. Demikian juga katika kita mampu mengaliri sesama kita dengan kasih sayang yang bersumber dari Tuhan, maka dia akan bertumbuh dalam Tuhan dan kita juga akan menuai berkat yang berlimpah yang juga bersumber dari Tuhan. Inilah pesan Nabi Yesaya kepada segenap bangsa Israel, terkhusus kepada para penguasa ketika itu dalam menjalankan roda pemerintahannya. Jika mereka sudah dapat hidup saling mengasihi dan saling peduli, maka Allah juga akan memberikan kepercayaan kepada mereka untuk bahu-membahu membangun kembali bangsa itu seperti yang dilakukan oleh para nenek moyang mereka. Membangun kembali Yerusalem yang telah diluluhlantakkan oleh raja Nabukadnezar (568 SM). Jika mereka mau hidup dalam kebenaran firman Tuhan maka mereka "yang memperbaiki tembok yang tembus", "yang membetulkan jalan supaya tempat itu dapat dihuni. Artinya merekalah yang akan memulihkan kembali keadaan Yerusalem.
Yesaya juga memberi peringatan kepada mereka untuk menguduskan hari Sabat (Harinya Tuhan). Yesaya menyuarakan betapa berharganya dan kudusnya hari Sabat itu bagi Tuhan. Jadi yang harus mereka lakukan pada hari Sabat itu adalah kehendak Allah, bukan melakukan urusan dan kepentingannya lagi. Hari Sabat sebagai hari yang Tuhan kuduskan, berarti orang Israel juga harus menguduskannya dan hidup dalam kekudusan dan kesucian. Bila pelaksanaan Sabat dijalankan seturut dengan kehendak Tuhan, maka Tuhan berjanji akan memberkati mereka dan mereka menjadi berkat bagi sesamanya. Hari Sabat berarti hari khusus untuk Tuhan. Jadi setiap apa yang kita lakukan adalah seturut dengan kehendak Tuhan dan hari kita berguna serta penuh kemuliaan Tuhan. Berarti tidak melakukan perbuatan yang sia-sia dan penuh omong kosong atau perbuatan yang menyenangkan diri sendiri. Jika bangsa Israel mampu menghormati hari Sabat dan menghidupi hari Sabat itu untuk kemuliaan Tuhan, maka janji Tuhan, “engkau akan bersenang-senang karena Tuhan, dan Aku akan membuat engkau melintas puncak bukit-bukit di bumi dengan kendaraan kemenangan. Berarti berkat melimpah telah menanti orang-orang yang mau mangasihi Tuhan dan menghormati serta mengisi Hari Tuhan dengan segala kebaikan dan kasih. “Aku akan memberi makan engkau dari milik pusaka Yakub, bapa leluhurmu, sebab mulut TUHANlah yang mengatakannya.” Dengan demikian, bersama Tuhan setiap tantangan dan beban akan dilepaskan-Nya dan diangkat-Nya. Maka kita juga sebagai umat Tuhan, saling membantulah dalam melepaskan beban sesama kita bukan malah menambah beban orang yang sedang dalam kesusahan. Karena dengan demikianlah kita yang diberkati juga menjadi berkat bagi sesama.
III.          Aplikasi
ü  Ibadah, doa, persembahan tanpa aplikasi kasih kepada sesama tidak ada gunanya bagi Allah (bd. Yes 1:13), namun ibadah sejati adalah ketika apa yang kita ketahui tentang kehendak Allah dapat kita terapkan dalam hidup sehari-hari.
ü  Wujud kasih kepada Allah adalah mengasihi sesama. Mengasihi sesama tanpa melihat bagaimana latar belakangnya. Tuhan telah membebaskan kita dari kuk perhambaan dosa dan kekelaman dengan anugerah kasih setia-Nya. Untuk itu kita juga harus mampu membawa sesama kita lepas dari perhambaan dosa, perhambaan hawa nafsu, mengasihi yang lemah, mengupayakan keadilan, tidak mementingkan diri sendiri, mengusahakan perdamaian, seorang pemimpin mampu membuat kebijakan dan peraturan yang berpihak untuk seluruh yang dipimpinnya.
ü  Allah memberi 7 hari bagi kita dalam 1 minggu. Di dalam 7 hari tersebut, kita memiliki 1 hari khusus untuk Tuhan. Tuhan mengutus kita ke tengah-tengah dunia ini selama 6 hari berturut-turut untuk melakukan kehendak-Nya melalui profesi dan kehidupan kita. Hari ke-7 adalah hari dimana kita datang bersekutu dengan Tuhan untuk membekali diri dan iman kita dengan firman Tuhan dan kita diutus kembali ke tengah-tengah dunia kita. Firman Tuhan itulah yang menjadi pegangan kita dalam melanjutkan kehidupan kita. Betapa indahnya ketika kita melakukan kesibukan kita dengan berbekal firman Tuhan. Ketika kita sudah diperlengkapi dengan senjata yang ampuh, maka musuh kita si iblis tidak akan mampu merongrong iman kita lagi untuk berbuat dosa. Dengan demikian, iman kita sama seperti rumah yang bersih. Yang senantiasa disapu, ditata dan dirapikan dengan teratur, sehingga menghadirkan suasana nyaman. Allah telah berjanji, jika kita mau hidup seturut dengan kehendaknya baik dalam suka maupun duka, maka Dia akan memberi damai sejahtera dan sukacita yang melimpah kepada kita yang digambarkan seperti melintasi puncak bukit-bukit di bumi dengan kereta kemenangan. Dimana kita mampu menjadi pemenang dalam setiap pergumulan kita. Yakin dan percayalah ketika Tuhan yang berkarya maka kuk pergumulan dan kesusahan akan diangkat-Nya dan menggantinya dengan sukacita yang bersumber dari Tuhan. Tuhan Yesus memberkati. Amin.

C.Pdt. Polma Hutasoit

Tidak ada komentar:

Posting Komentar