Jumat, 17 Juli 2015

Kisah Para Rasul/ Ulaon ni Apostel 5 : 27 – 32

KERANGKA  SERMON EVANGELIUM MINGGU 07 APRIL 2013
MINGGU QUASIMODOGENITI
(Seperti Bayi Yang Baru Lahir/ Songon Posoposo na Imbaru Tubu)
Ev : Kisah Para Rasul/ Ulaon ni Apostel 5 : 27 – 32             Ep : Wahyu/ Pangungkapon 1 : 4 – 8

I.       Pendahuluan
v  Kisah Rasul-rasul adalah lanjutan surat Kabar Baik yang disampaikan oleh Lukas (penulis Injil Lukas). Tujuan utama Kisah Rasul-rasul ini ialah menguraikan mengenai bagaimana pengikut-pengikut Yesus dengan pimpinan Roh Allah menyebarkan Kabar Baik  tentang Yesus "di Yerusalem, di seluruh Yudea, di Samaria, dan sampai ke ujung bumi" (1:8). Surat ini adalah cerita tentang  pergerakan Kristen yang dimulai di antara orang Yahudi lalu meluas menjadi suatu agama untuk seluruh dunia. Penulis buku ini merasa perlu pula meyakinkan para pembacanya bahwa orang-orang Kristen bukanlah suatu bahaya politik terhadap kerajaan Roma, tetapi bahwa agama Kristen merupakan penyempurnaan agama Yahudi.
v  Satu hal yang khas dan penting dalam surat Kisah Rasul ini ialah pekerjaan Roh Allah yang datang dengan kuasa ke atas orang-orang percaya di Yerusalem pada hari Pentakosta. Di dalam seluruh peristiwa-peristiwa yang tercatat dalam buku ini nyatalah bahwa Roh Allah itu terus-menerus memimpin dan  menguatkan gereja beserta pemimpin-pemimpinnya. Allah membekali para rasul untuk mengabarkan berita sukacita dan keselamatan, sehingga banyak yang mau bertobat dan dibaptis (2:41; 4:4). Jumlah orang percaya setiap hari semakin bertambah.

II.    Penjelasan Nats
Ø  Tantangan Menyampaikan firman Tuhan (ay.27-28) : Keberhasilan dan kesuksesan para rasul dalam mengadakan mujijat dan mengajar firman Tuhan di tengah-tengah orang Yahudi telah menimbulkan ketakutan yang sangat besar bagi para tokoh agama. Mereka takut karena semakin hari semakin banyak orang yang mengaku bahwa Yesus yang mereka salibkan itu adalah Tuhan dan Juruselamat mereka dan para rasul juga mengadakan tanda mujijat atas nama Yesus. Ketakutan itu menumbuhkan rasa iri dan cemburu bagi mereka. Mereka iri kepada para rasul, sehingga mereka berencana menghentikan semua perkataan para rasul tersebut, bahkan mereka telah merencanakan untuk membunuh mereka. Para rasul dipenjarakan dan disiksa, namun malaikat Tuhan mengadakan mujijat disana. Mereka dilepaskan dari penjara dan malaikat itu memerintahkan mereka untuk memberitakan firman Tuhan di Bait Allah. Sementara penjara itu sendiri tetap tertutup dengan baik dan rapi dan dijaga dengan ketat oleh para prajurit. Dan mereka baru tahu bahwa penjara telah kosong ketika para tokoh agama dan imam besar memerintahkan pejabat penjara itu membawa mereka ke persidangan. Mereka juga dapat berita bahwa ternyata para Rasul telah berada di Bait Allah mengajar para jemaat Tuhan (Kis. 5:17-25). Mendengar berita itu, para pengawal dan pengikutnya pergi ke Bait Allah untuk mengambil kedua rasul itu dan membawa mereka ke hadapan Mahkamah Agama (Badan keagamaan umat Yahudi yang tertinggi. Terdiri dari 70 orang anggota (para imam kepala, ahli-ahli Taurat dan tua-tua Yahudi) yang berada di bawah pimpinan Imam Besar. Mahkamah ini mempunyai kewibawaan penuh di bidang agama). Mahkamah Agama (Sanhedrin) memiliki kekuasaan administratif dan dapat memerintahkan penahanan oleh pejabat-pejabat pengadilannya sendiri. Dalam kasus para rasul ini, pelanggaran yang mereka lakukan sesuai hukum Yahudi adalah pengajaran sesat. Sebelumnya, para rasul telah dilarang mengajarkan Yesus Kristus kepada orang Yahudi (4:17-18), namun mereka tetap bersikeras memberitakan firman Tuhan. Kini imam besar yang merupakan pemimpin Mahkamah Agama mengingatkan kembali larangan tersebut kepada mereka. Mereka dianggap telah memenuhi Yerusalem dengan ajaran tentang Yesus. Peristiwa penyaliban, kebangkitan dan kenaikan Yesus serta ajaran-ajaranNya yang diberitakan para rasul ini menjadi perbincangan di Bait Allah di antara orang-orang Yahudi. Dan semakin hari jumlah pengikut Kristus semakin banyak. Situasi ini jelas sangat mengancam posisi para Mahkamah Agama dan tokoh agama lain. Mereka menganggap bahwa para rasul telah menghasut orang-orang untuk lebih percaya kepada Yesus dan membenci para tokoh agama yang telah menyalibkan Yesus. Namun sebenarnya, para rasul sama sekali tidak menghasut siapapun. Mereka hanya mengajarkan kebenaran dan keselamatan yang datangnya dari Kristus. Mahkamah Agama yang dulu menghukum Yesus melalui Pilatus, dalam teks ini cuci tangan. Mereka menuduh dan menganggap bahwa para rasul hendak menanggungkan darah “Orang” itu kepada Mahkamah Agama. Mereka dengan sangat jelas menunjukkan kebenciannya kepada Yesus. Bahkan menyebut nama Yesus pun mereka tidak mau, sehingga mereka mengatakan “darah Orang itu”. 

Ø  Berani Mengungkapkan Kebenaran, bahkan dalam situasi yang genting (ay. 29-32): Bukan ketakutan yang diitunjukkan para rasul ketika itu. meskipun nyawa mereka tengah terancam, namun dengan tegas Petrus menjawab,

1.      Kita harus lebih taat kepada Allah dari pada kepada manusia”(ay. 29)
Petrus ingin mengecam para Mahkamah Agama maupun para imam yang hidup dalam kemunafikan. Berusaha mencari keamanan dan kebahagiaan dirinya. Mereka lebih takut kepada Kaisar dan mau melakukan apa saja yang diperintahkan kaisar kepada mereka. Artinya, mereka lebih cenderung menyenangkan hati raja dibanding Tuhan. Bahkan mereka tidak berani menegur kaisar yang membebankan pajak yang berat kepada rakyatnya. Untuk itu dengan tegas Petrus ingin membongkar kemunafikan mereka dengan menunjukkan bagaimana sebenarnya karakter seorang hamba Tuhan, yaitu “lebih taat dan takut kepada Tuhan, bukan kepada penguasa”. Itulah sebabnya mereka tidak takut dalam menyebarkan Injil ke tengah-tengah orang banyak, karena mereka yakin ada Roh Tuhan yang senantiasa menyertai dan menguatkan mereka. Tidak ada kuasa dari manusia yang mampu menghalangi karya Tuhan dalam pelayanan mereka.

2.      “Yesus dibangkitkan oleh Allah nenek moyang mereka”(ay. 30)
Pada kesempatan dan situasi itu, justru mereka manfaatkan untuk memperkenalkan siapa Yesus yang telah mereka salibkan itu di hadapan Allah. Allah yang mereka kenal sebagai Allah nenek moyang mereka, yaitu Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakublah yang membangkitkan Yesus dari kematian. Untuk itu, percaya kepada Yesus tidak membuat mereka mengingkari iman kepada Allah nenek moyang Israel. Jadi Yesus dibangkitkan oleh Allah yang disembah turun-temurun oleh bangsa Yahudi. Jawaban ini juga sekaligus untuk menepis skenario pembohongan publik yang diciptakan Mahkamah Agama yang mengatakan bahwa Yesus tidak bangkit, melainkan mayatNya telah dicuri oleh para muridNya (lih. Mat. 28:11-15).

3.      “Yesus menjadi Pemimpin dan Juruselamat yang mengampuni orang yang bertobat” (ay. 31)
Selanjutnya para rasul menjelaskan bahwa Yesus adalah yang ditinggikan/ dipilih Allah menjadi Pemimpin dan Juruselamat. Ini menegaskan pengurapan Yesus sebagai Pemimpin/ Raja Israel dan Juruselamat. Tapi, bukan dalam pengertian politis/ kekuasaan (Mesias seperti dalam pemahaman Yahudi). Ke-Pemimpinan dan ke-Juruselamatan Yesus sebenarnya adalah untuk tujuan rohani, yaitu supaya Israel dapat bertobat dan menerima pengampunan dosa. Selama ini Mesias dipandang akan membawa pembebasan politik dari Romawi, tetapi Mesias sebenarnya adalah untuk membawa kelepasan dari perbudakan dosa. Petrus ingin menegaskan bahwa meskipun mereka telah menyiksa dan menyalibkan Yesus, tetapi mereka masih berhak mendapat pengampunan asalkan mereka mau datang kepada Yesus dan memohon pengampunan dosa dan bertobat. Tidak ada kata terlambat untuk bertobat dan jangan menunggu hari esok untuk bertobat.

4.      “Orang yang bertobat mau menjadi saksi atas karya keselamatan” (ay. 32)
Petrus yang menyangkal Yesus sebanyak 3 kali dan para murid yang melarikan diri saat Yesus ditangkap kini menjadi orang-orang yang paling gigih dalam memberitakan firman Tuhan. Para rasul mengakui bahwa mereka adalah saksi dari semua yang mereka beritakan itu. Arti saksi bisa mencakup dua hal. Pertama, menunjuk pada saksi mata yang melihat, mendengar, bahkan mengalami setiap kejadian yang terjadi pada Yesus. Kedua, menunjuk pada pekerjaan pemberitaan yang mereka lakukan. Tetapi bukan hanya para rasul yang menjadi saksi dari semua itu, tetapi juga Roh Kudus yang dikaruniakan kepada orang yang taat kepada Allah. Artinya, para murid percaya bahwa Roh Kudus bersaksi tentang Yesus melalui mereka (bnd. Yoh. 15:26-27) dan akan mengajar para murid tentang segala ajaran Yesus (Yoh. 14:26). Kesaksian itu merupakan buah dari pertobatan.

III.             Aplikasi
ü  Menjadi saksi Kristus bukanlah hal yang mudah, Tuhan Yesus memperingatkan kepada kita bahwa kita akan dibenci karena nama Yesus (Luk. 21:17), namun Tuhan memberikan kepastian dan kekuatan kepada kita: “dalam dunia kamu menderita penganiayaan, tetapi kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia” (Yoh. 16: 33).
ü  Kita harus lebih takut kepada Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh daripada kepada manusia yang hanya berkuasa membinasakan tubuh (Mat. 10:28). Manusia sering mengorbankan iman dan kepercayaannya demi kenikmatan duniawi, demi pekerjaan pindah agama, tidak mau mengungkapkan kebenaran karena takut dikeluarkan dari pekerjaan, tidak mau mengungkapkan kebenaran karena takut dikucilkan, dan sebagainya. Ketahuilah, para rasul tidak pernah takut mengungkapkan iman dan kepercayaannya meskipun mereka harus mempertaruhkan nyawanya.
ü  Kita adalah saksi Kristus. Kita memang tidak menyaksikan/melihat kematian dan kebangkitan Yesus. Tetapi kita berbahagia seperti kata Yesus “berbahagialah orang yang tidak melihat, namun percaya” (Yoh. 20:29). Kepercayaan ini membuat kita teguh untuk menjadi pemberita Yesus.
Tuhan Yesus memberkati. Amin.


C.Pdt. Polma Hutasoit, S.Th

Tidak ada komentar:

Posting Komentar