KERANGKA SERMON
EVANGELIUM MINGGU 24 MARET 2013
MINGGU PALMARUM (Pesta Palma/
Maremare)
Filipi 2 : 5 – 11
I.
Pendahuluan
Surat Paulus kepada Jemaat di Filipi adalah surat yang ditulis oleh Rasul Paulus untuk jemaat Kristen yang ada di kota Filipi. Surat ini disebut juga surat sukacita karena
Pada 16 kali Paulus mengutarakan kata “sukacita”. Surat ini
dikelompokkan sebagai surat-surat dari penjara bersama-sama dengan surat Paulus
kepada jemaat di Efesus, Kolose, dan Filemon. Surat ini terutama ditujukan kepada semua orang
percaya yang tinggal di Filipi, para penilik jemaat dan diaken. Jemaat di Filipi
terdiri dari orang-orang Kristen bukan Yahudi (Kis. 16:33b),
orang-orang Yahudi yang sudah menjadi Kristen (Kis. 16:13)
dan disebutkan pula orang-orang yang takut akan Tuhan (Kis. 16:14).
Ada 2 alasan Paulus menulis surat ini kepada jemaat Filipi. Pertama, karena adanya ancaman
perpecahan karena perselisihan Euodia dan Sintikhe, yaitu dua orang perempuan yang menjabat sebagai diaken. Perselisihan
itu dikhawatirkan akan merusak persekutuan di antara anggota jemaat di Filipi. Paulus melihat penyebab dari semua itu
adalah kurangnya rasa rendah hati dan semangat bersekutu dalam jemaat terlebih
khusus dalam diri kedua perempuan tersebut. Kedua, Dalam
Filipi pasal 3, Paulus menyerang orang-orang dalam jemaat di Filipi yang sudah
terpengaruh oleh lawan-lawan Paulus. Paulus sedang melawan misionaris Yahudi
yang disebutnya 'anjing-anjing' dalam Filipi 3:2. Ini mengindikasikan bahwa ada sejumlah
orang yang telah berhasil masuk ke dalam jemaat dan memberikan pengaruh negatif
pada anggota jemaat. Oleh sebab
itu Paulus pada pasal selanjutnya menasihatkan jemaat agar tidak membiarkan
diri disesatkan orang-orang itu.
II.
Penjelasan Nats
Ø
Menaruh pikiran dan perasaan
dalam Kristus (ay.5).
Perkataan ini hendak menunjuk pada teladan
solidaritas rela berkorban Yesus. Yesuslah contoh dan teladan bagi orang Kristen yang mau
merendahkan diri-Nya bahkan taat sampai mati di atas kayu salib. Paulus
mengajak jemaat untuk memiliki kasih dan kerendahan hati, siap dan tetap satu
sekalipun diperhadapkan dengan penderitaan. Demikianlah jemaat di Filipi
dipanggil untuk meneladani Yesus. Untuk
itu orang yang percaya kepada Kristus haruslah memiliki sikap hati dan pikiran
seperti yang ditunjukkan Yesus, yaitu memiliki kerendahan hati, solidaritas dan
kasih. Setiap orang percaya harus menaruh pikiran dan perasaannya “dalam
Kristus” (Ing : in Christ/ Yun : en Kristou). Paulus merindukan jemaat
yang bersatu dalam Kristus, hidup harmonis, tidak mengutamakan kepentingan diri
sendiri (egois), melainkan mengutamakan kepentingan orang banyak (Flp. 2 : 3 –
4). Sikap inilah yang ditunjukkan Yesus kepada manusia. Dia mengutamakan
keselamatan orang banyak tanpa menghiraukan sakit dan perih yang Dia tanggung.
Ø Rupa Allah dalam diri Yesus, mengosongkan diri yang mengambil rupa
hamba dan memberikan nyawa-Nya (ay.6 – 8).
Tidak perlu diragukan
lagi bahwa Yesus Kristus adalah rupa Allah. Dia adalah Allah yang berinkarnasi
menjadi manusia. Namun kehadiran-Nya ke dunia sama sekali tidak menampakkan
bahwa Dia sebagai Penguasa yang menciptakan langit dan bumi. Justru Dia turun
dengan segala kerendahan-Nya (dirumari do
diriNa, jala di solukkon roha hatoban).
Mengosongkan diri berarti Dia mengesampingkan kedudukan-Nya,
kemuliaan-Nya dan hak-Nya sebagai Raja. Dia benar-benar menanggalkan
mahkota-Nya bahkan memposisikan diri-Nya sebagai budak. Budak yang tidak
memiliki harga diri yang bebas diperlakukan dengan sesuka hati oleh orang lain.
Semua itu dilakukan Yesus demi menebus dosa orang lain, padahal Dia sendiri
tidak pernah melakukan dosa apapun. Yesus memperlihatkan kepada manusia kasih
yang nyata, bukan hanya ucapan atau janji semata. Puncak pengorbanan Yesus
adalah ketika Dia menjalani hukuman salib. Hukuman yang selayaknya diberikan kepada
penjahat. Yesus menjalani hukuman cambuk dan penyaliban, yaitu hukuman yang
paling hina bagi kaum Yahudi (bnd. Penjahat di sebelah kanan dan kiri Yesus).
Ø Allah meninggikan yang merendahkan dirinya dan sebaliknya (ay. 9 – 11).
Pengorbanan dan ketaatan Yesus kepada Allah untuk menebus manusia
sangatlah berat dan menyakitkan. Namun hasilnya, Allah sangat meninggikan Yesus
dan mengaruniakan kepada-Nya kemuliaan yang luar biasa. Dia mendapat kemuliaan
dan mahkota-Nya sebagai Raja atas sorga dan bumi. Allah mengaruniakan
kepada-Nya nama di atas segala nama. Dia menjadi Raja di atas segala raja.
Nama-Nya paling dimuliakan dan diagungkan. Semua yang ada di langit di atas, di
bumi di bawah dan di bawah bumi bertekuk lutut di dalam nama-Nya yang agung.
Semua orang yang mengalami keselamatan atas karya-Nya akan mengaku bahwa “Yesus
Kristus adalah Tuhan dan Juruselamat”. Pada-Nya janji dan karya Allah telah
digenapi.
III.
Aplikasi
ü Sebagai umat yang telah diselamatkan melalui karya Kristus, sudah
selayaknya kita juga meneladani sikap
Yesus. Yesus menunjukkan sikap Peduli dan solider (KBBI : bersifat mempunyai atau memperlihatkan sikap bersatu
(senasib sepenanggungan, dsb), rasa kesetiakawanan kepada umat-Nya. Dia
meninggalkan sikap mementingkan diri sendiri. Hendaklah kita memiliki pikiran
dan perasaan seperti Kristus yang tetap setia hingga nafas dan tetesan terakhir-Nya.
Yesus menunjukkan :
-
Ketaatan dalam penderitaan yang
dialami-Nya
-
Tetap
tegar meskipun Dia ditinggalkan murid-murid-Nya yang ketakutan
-
Tidak
mau menyerah meskipun Dia mengalami penolakan (Luk 4:29)
-
Ketaatan
Yesus dibuktikan hingga titik darah terakhir. I Petrus
1:18-19 menjelaskan bahwa “kita ditebus
dengan darah yang mahal, yaitu darah Anak Domba Allah (Yesus) untuk membayar
harga dosa karena ketidaktaatan kita”. Yohanes 15:13, “Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang
memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya”.
ü Yesus menunjukkan kasih yang tidak hanya sebatas kata/ janji kepada
manusia. Yesus juga menjadikan penderitaan menjadi jalan untuk meraih mahkota
kerajaan. Dia menempatkan diri-Nya menjadi sangat rendah karena dengan cara
itulah Dia akan menjadi Raja yang paling dimuliakan dan ditinggikan. Firman
Tuhan mengatakan dalam Matius 23:12, “Dan
barang siapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan
diri, ia akan ditinggikan” (bnd. Luk. 14:11). Sebagai orang Kristen, kita juga selalu
memiliki tantangan dan pergumulan hidup. Untuk itulah, kita harus mampu
menjadikan pergumulan dan tantangan hidup menjadi peluang berkat. Jika Tuhan
yang berkarya dalam pergumulan kita, maka pergumulan itu akan mendatangkan
berkat yang lebih besar dan lebih mulia. Teks ini mengatakan
bahwa Yesus “taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib”.
Perhatikan kata “sampai’. Ada 2 makna:
- Puncak klimaks ekspresi ketaatan Yesus kepada
Allah.
- Ketaaatan Yesus bukan hanya ketika Ia mati,
tetapi berlangsung dari awal sampai akhir (TERUS MENERUS).
Ketaatan seperti inilah yang hendak
kita teladani dan kita imani dalam hidup kita. Setia dan taat kepada Allah
sampai titik darah yang terakhir. Tantangan dan pergumulan tidak melemahkan
kita, justru menjadikan kita semakin kuat dan tegar, sehingga Allah berkenan
kepada kita.
ü Janji Allah nyata bagi yang bertahan dalam setiap tantangan hidup. Dalam
I Petrus 4:13 dikatakan, “Sebaliknya, bersukacitalah, sesuai dengan
bagian yang kamu dapat dalam penderitaan Kristus, supaya kamu juga boleh
bergembira dan bersukacita pada waktu Ia menyatakan kemuliaan-Nya”.
ü Yesus telah mengorbankan nyawa-Nya demi kita, maka sebagai parhalado
atau pelayan Tuhan mengorbankan waktu, tenaga, pikiran dan hati kita untuk
melakukan pekerjaan Tuhan dan mengembangkan gereja Tuhan. Hendaklah kita juga
lebih mementingkan kepentingan gereja di atas kepentingan pribadi. Mari kita
wujudkan kasih yang nyata seperti yang
Tuhan Yesus lakukan dalam pelayanan-Nya kepada kita. Tuhan Yesus memberkati.
Amin.
“Ketaatan mendatangkan kemuliaan. Salib mendatangkan
mahkota.”
C.Pdt. Polma
Hutasoit, S.Th
Tidak ada komentar:
Posting Komentar