KERANGKA SERMON
EVANGELIUM MINGGU 6 April 2014
MINGGU JUDIKA (Berilah Keadilan
Kepadaku / Luluhon Ahu Ale Jahowa)
Ev : Yehezkiel 37 :
1 – 14 Ep
: Roma 8 : 6 – 11 S.
Patik : Matius 11 : 28
Tuhan Membangkitkan Kita dari Keterpurukan
I.
Pendahuluan
Secara garis besar kitab
Yehezkiel mengandung tema kesucian, keagungan Tuhan dan pertobatan umat Israel.
Sejarah mencatat bahwa di Tanah Babilonia, sebahagian umat Israel dapat hidup dengan baik, mereka tidak
diperbudak seperti saat di
Mesir. Bahkan beberapa di antara mereka bisa hidup sangat sejahtera secara
perekonomian dengan berniaga ataupun menjadi pegawai di pemerintahan, namun
sesungguhnya hati, jiwa dan batin mereka tetap
merasakan “kekosongan” yang sangat. Bila kita menemukan “istilah-istilah Masa
Pembuangan” seperti: ratapan/tangisan (32:2 dst.), tulang-tulang yang kering, yang
bertaburan/ berserakan (37:2,4), pengharapan yang lenyap... hilang (37:11),
sesungguhnya itu semua sudah cukup untuk menunjukkan bagaimana penderitaan
batiniah mereka. Dalam situasi dibuang, mereka sudah sampai kepada tahap puncak dan stagnasi
tanpa pengharapan, karena kota Yerusalem yang selama ini merupakan pegangan
mereka sebagai simbol jaminan pemeliharaan Allah walaupun mereka jauh, ternyata
kota itu pun telah dihancurkan. Oleh karenanya dibutuhkan suatu “hal yang luar
biasa” untuk membangkitkan semangat dan pengharapan mereka kembali. Untuk itulah, Allah memilih dan mengutus Nabi
Yehezkiel sebagai perpanjangan tangan-Nya untuk menyampaikan kabar sukacita,
kabar pemulihan yang luar biasa menakjubkan.
II.
Penjelasan Nats
Ø Situasi Bangsa yang Penuh Kekelaman
Sebelum menyampaikan kabar pemulihan ke
tengah-tengah bangsa Israel, Nabi Yehezkiel mengalami suatu penglihatan ketika dia
diliputi oleh kuasa dan kemuliaan Allah melalui Roh-Nya. Dalam penglihatannya
itu, Allah membawa Yehezkiel ke tengah-tengah lembah dan lembah itu dipenuhi
dengan tulang-tulang yang amat kering. Dapat kita bayangkan bagaimana
terperangahnya Nabi Yehezkiel menyaksikan pemandangan itu. Kemudian dalam
penglihatannya itu, Allah berfirman kepada Yehezkiel, “Hai anak manusia, dapatkah tulang-tulang ini dihidupkan kembali?"
Aku menjawab: "Ya Tuhan ALLAH, Engkaulah yang mengetahui!” Dari
jawabannya, jelas bahwa Yehezkiel sadar
akan kemahakuasaan Allah yang dapat melakukan segala sesuatu sesuai
dengan keinginan-Nya. Yehezkiel menggambarkan sikap yang benar ketika
berhadapan dengan Tuhan. Dia tidak menggunakan pengetahuannya untuk menjawab
pertanyaan Tuhan, namun dia memilih untuk menjawab dengan iman, bahwa di dalam
Tuhan tidak ada yang mustahil dan tidak ada yang terlalu sulit. Mendengar
respon Yehezkiel, maka Allah memberi perintah kepadanya untuk bernubuat atas
tulang-tulang yang berserakan itu. Maka sesuai dengan perintah Allah kepadanya,
Nabi Yehezkiel bernubuat atas tulang-tulang itu. Dia mengulang apa yang Tuhan
katakan di dalam ayat 4-6. Satu hal yang menarik adalah ketika Nabi Yehezkiel
tidak mengambil kesempatan untuk menyombongkan dirinya ketika dia dipercayakan
Allah untuk menghidupkan tulang-tulang itu. Dia mengawali nubuatannya dengan
mengatakan, “Hai tulang-tulang yang
kering, dengarlah firman TUHAN!” Nabi Yehezkiel tetap memposisikan firman
Tuhan itu di atas dirinya dan pengetahuannya sendiri. Dan lanjutnya, “Beginilah firman Tuhan ALLAH kepada
tulang-tulang ini: Aku memberi nafas hidup di dalammu, supaya kamu hidup
kembali. Aku akan memberi urat-urat padamu dan menumbuhkan daging padamu, Aku
akan menutupi kamu dengan kulit dan memberikan kamu nafas hidup, supaya kamu
hidup kembali. Dan kamu akan mengetahui bahwa Akulah TUHAN”. Nabi Yehezkiel
menunjukkan kualitas iman seorang hamba Tuhan, yang memiliki kepatuhan kepada
Tuannya. Dia mampu melakukan apa yang menjadi kehendak Tuannya dengan tulus dan
penuh kerendahan hati dan sama sekali tidak berkeinginan untuk menonjolkan
kehebatannya.
Setelah
Yehezkiel selesai bernubuat, dalam penglihatannya dia menyaksikan bagaimana
sebuah kejadian yang luar biasa terjadi di hadapannya. Dia mendengar suara yang
berderak-derak, di mana tulang-tulang itu bergerak dan kembali bersatu kembali
seperti sedia kala. Tidak sampai disitu saja, setelah pondasi (tengkorak)
tubuhnya tertata rapi, urat dan dagingnya tumbuh dan akhirnya di tutup oleh
kulit, hanya saja mereka belum bangkit karena belum memiliki nafas.
Kembali
Allah memberi perintah kepada Yehezkiel untuk bernubuat, “"Bernubuatlah kepada nafas hidup itu, bernubuatlah, hai anak
manusia, dan katakanlah kepada nafas hidup itu: Beginilah firman Tuhan ALLAH:
Hai nafas hidup, datanglah dari keempat penjuru angin, dan berembuslah ke dalam
orang-orang yang terbunuh ini, supaya mereka hidup kembali.” Dan Nabi
Yehezkiel melakukan apa yang Tuhan perintahkan, sehingga mereka hidup kembali
dan menjadi kumpulan tentara yang sangat besar. Kemudian Allah lalu menjelaskan
makna dari penglihatan itu kepada Yehezkiel. “"Hai anak manusia, tulang-tulang ini adalah seluruh kaum Israel.
Sungguh, mereka sendiri mengatakan: Tulang-tulang kami sudah menjadi kering,
dan pengharapan kami sudah lenyap, kami sudah hilang.”
1.
Tulang-Tulang
yang Kering
Kematian
yang digambarkan di ayat 1-2 merupakan kematian yang mengerikan: (1)
tulang-tulang tersebut berada di lembah. Kematian yang terhormat
ada di kuburan. Kematian di lembah/ luar kota merupakan simbol kehinaan. Hanya
tulang-tulang saja yang ada mengindikasikan bahwa mayat-mayat tersebut tidak
dikuburkan dengan layak dan tubuhnya dimakan binatang-binatang liar. Ini
merupakan gambaran kematian yang hina menurut konteks waktu itu. (2)
tulang-tulang tersebut sangat banyak. Yehezkiel melihat
tulang-tulang tersebut memenuhi lembah (ayat 1), berkeliling dan sangat banyak
bertaburan (ayat 2). Jumlah yang sangat besar ini biasanya merujuk pada
kekalahan perang (band. ayat 9 “orang-orang yang tersembelih ini”);
(3) tulang-tulang tersebut sangat kering. Keadaan ‘sangat kering’
ini menggambarkan situasi bangsa Yehuda yang sudah lama berada di pembuangan.
2.
Tanpa
Harapan
Keberadaan
di pembuangan yang sudah sangat lama menyebabkan bangsa Yehuda kehilangan
harapan untuk menjadi sebuah bangsa kembali. Mereka merasa bahwa peluang untuk
itu sudah tidak ada, apalagi bangsa Babel menjadi tetap kuat dan tidak ada
tanda-tanda bahwa suatu bangsa besar lain sudah muncul. Secara manusiawi,
tulang-tulang itu pasti tidak mungkin dihidupkan kembali artinya mereka pasrah
bahwa untuk kembali hidup di tanah perjanjian tinggal hanya kenangan masa lalu
yang tidak akan pernah lagi mereka rasakan.
3.
Kami
Sudah Hilang (Terpisah)
Tulang-tulang
tersebut digambarkan: terpisah dari sendi-sendinya, berada di tempat yang
berbeda-beda. Gambaran ini sesuai dengan situasi historis yang dialami bangsa
Israel. Sebagian dari mereka tinggal di tanah Yehuda (2Raj 25:12), Mesir (2Raj
25:26), tetapi sebagian besar dibawa ke pembuangan (2Raj 24:14-16; 25:11).
Terpisah di sini juga bisa berarti terpisah dari tanah perjanjian.
Ø Janji Pemulihan Oleh
Allah
TUHAN
tidak tinggal diam dengan situasi umat-Nya. Ia menubuatkan sebuah pemulihan! TUHAN menjanjikan pemulihan tanah
dan eksistensi sebagai sebuah bangsa (ayat 12-13). Dalam bagian visi, pemulihan
ini digambarkan dengan penggabungan tulang-tulang yang dulu terpisah dan
tumbuhnya urat/ daging yang menyatukan mereka (ayat 7-8). Inti pemulihan yang TUHAN lakukan
adalah secara spiritual. Apa yang telah terjadi pada bangsa Yehuda secara fisik
(kekalahan perang, pembuangan, dll.) sebenarnya merupakan akibat dari
kebobrokan spiritualitas mereka. Ketika TUHAN ingin memulihkan, Ia juga ingin
memulihkan yang paling esensial, yaitu spiritualitas. TUHAN memerintahkan
Yehezkiel untuk bernubuat mengembalikan tulang-tulang yang sudah mengering itu
ke bentuk awalnya sebagai manusia yang memiliki fisik. Kemudian gambaran di
ayat 8-10 merujuk balik pada Kejadian 2:7 ketika Allah menciptakan manusia.
Rujukan ini mengindikasikan bahwa TUHAN ingin menyiapkan sebuah generasi yang
baru yang rohani, yang tidak terkontaminasi oleh dosa dan dunia. Penglihatan
tentang tulang-tulang yang dibangkitkan akan digenapi pada saat Israel
dipulihkan, bukan hanya secara jasmaniah, namun juga secara rohaniah.
Dalam bagian berikut (ayat 11-14), Allah berjanji melalui Nabi Yehezkiel bahwa mereka yang putus asa dan tidak
memiliki pengharapan lagi akan dibimbing dari pengalaman kematian (tentu bukan dalam arti kematian
fisik, namun kematian semangat dan pengharapan) kepada kehidupan yang baru.
Janji Tuhan kepada bangsa Israel
(ay. 12-14), Tuhan akan :
1. Membuka kubur-kuburmu :
belenggu dosa, penderitaan, keputusasaan dan kehampaan hidup.
2. Membangkitkan dan
mengeluarkanmu : memberi semangat baru untuk kembali kepada kesejahteraan.
3. Memberikan Roh Kudus : Roh
Tuhan yang menguatkan, membimbing, memampukan dan mengubah hidup.
4. Membiarkan tinggal di tanahmu
: Hak dipulihkan dan kembali ke tanah perjanjian yang melimpah berkat.
Kalau
Tuhan pulihkan kita, Dia akan membawa kita ke keadaan yang lebih baik. Dari
sini juga hendak ditegaskan bahwa kekalahan Israel dan jatuhnya Yerusalem ke
tangan bangsa Babilonia tidaklah berarti Yahwe adalah Allah yang lemah, Allah
yang ingkar janji dan berpaling dari bangsa Israel. Justru sebaliknya lewat
peristiwa pembuangan, Allah hendak menegur sekaligus mengingatkan bangsa Israel
akan ketidaksetiaannya pada hukum dan aturan yang sejak dulu telah menjadi
perjanjian kudus antara Yahwe dengan leluhur bangsa Israel. Oleh karena itu
masa-masa di pembuangan haruslah menjadi masa-masa refleksi bagi umat Israel
atas pelanggaran yang telah mereka perbuat. Kebangkitan umat Israel yang
dilambangkan dengan tulang-tulang kering yang dihidupkan kembali oleh Allah itu
hendak memperlihatkan bahwa Allah lebih mencintai umat-Nya ketimbang harus
menghukum mereka terus-menerus di Babel. Peristiwa penglihatan Yehezkiel ini
menjadi awal dari hidup baru umat Israel sendiri dan kemudian diikuti dengan
pembaharuan yang dilihat sebagai suatu pemugaran kembali bagi umat Israel
sendiri.
III.
Aplikasi
Setiap orang pasti pernah mengalami persoalan hidup yang berat. Namun
setiap orang juga pasti mengalami mujijat Tuhan yang luar biasa dalam hidupnya.
Kadang persoalan yang kita hadapi sering membawa kita kepada keputusasaan
karena kita menganggap bahwa masalah itu tidak akan bisa lagi terselesaikan.
Namun kita juga sering terperangah dan takjub ketika Allah melepaskan kita dari
pergumulan yang mustahil terselesaikan. Sehingga kita mengatakan, “sai songon na marnipi do au di halongangan
na pinatupa ni Debata tu au”. Ada rasa seperti tidak percaya bahwa ternyata
masalah yang membebani kita selama ini, telah dituntaskan oleh Tuhan.
Seorang
konstruktor ahli yang akan mendirikan sebuah bangunan tentu akan terlebih
dahulu mensurvey struktur tanah dengan teliti, kemudian meletakkan dan membangun
pondasi bangunannya. Pondasi yang dibangun juga harus benar-benar mampu menahan
dan menjaga keseimbangan bangunan yang akan didirikan. Kemudian dimulailah
pembangunan. Tidak cukup sampai disitu, jika bangunan itu selesai dibangun,
maka harus di desain dan di tata dengan baik, rapi, bersih, sehingga tampak
menarik dan memberi suasana nyaman. Artinya untuk menghasilkan suatu karya yang
hebat, butuh proses. Dalam perikop ini, Tuhan juga merupakan gambaran seorang
Konstruktor yang sangat ahli. Dalam penglihatannya Yehezkiel menyaksikan
bagaimana Allah membangun dan membangkitkan tulang-tulang yang berserakan itu.
Allah terlebih dahulu menyatukan tulang-tulang itu sampai utuh kemudian
menumbuhkan urat-urat dan daging untuk menutupi tulang dan dibungkus oleh
kulit. Tidak sampai disitu, Allah juga memberi nafas kehidupan, sehingga
manusia itu dapat hidup dan berdiri tegak. Dan melalui firman-Nya, Allah
mendesain hidup umat-Nya yang mau patuh kepada perintah-Nya, sehingga umatnya
itu menjadi umat yang menyenangkan hati Tuhan dan menjadi berkat bagi
sesamanya.
Sebagai
orang yang telah diangkat dari kubur dosa dan kematian, kita orang percaya
Tuhan bangkitkan untuk memposisikan diri kita sebagai Yehezkiel modern yang
dengan rendah hari mau patuh dan tunduk akan perintah dan firman Tuhan. Tuhan
juga akan mengijinkan berbagai tantangan dalam hidup kita bukan karena Dia
tidak sanggup untuk menghalaunya, namun agar kita semakin memperkokoh pondasi
iman kita untuk mengandalkan-Nya dalam hidup kita. Sehingga dengan demikian,
kita yang telah janji Allah dalam ayat 14 menjadi nyata bagi kita, “Aku akan memberikan Roh-Ku ke dalammu,
sehingga kamu hidup kembali dan Aku akan membiarkan kamu tinggal di tanahmu”. Untuk
itu, biarlah kita yang telah dibangkitkan dari keterpurukan dosa hidup semakin
takut akan Tuhan dan menjadikan hidup kita sebagai tempat Roh Tuhan tinggal
yang memberikan pengharapan dan pembaharuan kepada kita. Karena barang siapa
yang hidup dalam pimpinan Roh Tuhan, maka Roh itu yang akan bekerja merancang,
membangun, mendesain dan mengubah hidup kita menjadi lebih baik (Yoh. 6:63)
seturut kehendak Tuhan. Amin
C.Pdt. Polma Hutasoit, S.Th
Tidak ada komentar:
Posting Komentar