KERANGKA SERMON
EVANGELIUM MINGGU 30 JUNI 2013
MINGGU V SETELAH TRINITATIS (Ketritunggalan
Allah/ Hasitolusadaon ni TUHAN)
Mengikut Yesus Tanpa Dalih
Ev : Matius 8 : 18 – 22 Ep
: I Raja-raja 19 : 19 – 21 S.Patik :
Markus 8 : 34 – 35
I.
Pendahuluan
Ada sebuah nasihat para guru (rabi) Yahudi
kepada orang-orang yang ingin belajar lebih dalam tentang hukum Taurat, yaitu “Carilah
seorang guru, dan perolehlah seorang sahabat”. Dalam tradisi Yahudi,
belajar hukum Taurat merupakan pelajaran yang sangat penting karena selain
berlaku sebagai hukum agama, hukum Taurat juga berlaku sebagai hukum adat. Maka
tidak heran jika ada pemuda Yahudi selalu berusaha mencari guru ternama untuk
meminta pengajaran darinya. Jika mereka sudah menemukannya, maka guru tersebut
menjadi orang terpenting dalam hidupnya. Seorang guru besar tentu memiliki
banyak murid yang selalu mengikutinya kemanapun dia pergi dan banyak orang akan
mendengar ajarannya. Itulah yang terjadi pada Yesus. Yesus sudah terkenal
sebagai Guru (Rabi) yang hebat dalam mengajar bahkan sanggup mengadakan
berbagai mujijat. Artinya Dia tidak hanya pandai menyampaikan ajaran, namun
memiliki karya nyata yang langsung bersentuhan dengan sisi kehidupan orang
banyak. Jadi tidak mengherankan jika ribuan orang rela meninggalkan
pekerjaannya, tempat tinggalnya atau bahkan keluarganya demi mengikuti
perjalanan Yesus. Namun timbul pertanyaan besar, Apakah mereka mengikuti Yesus
karena “rindu” untuk bersekutu dengan Tuhan, atau mereka “hanya
ingin” melihat/ menonton karya Yesus yang bisa membuat orang banyak
berdecak kagum? Sebagai murid/ pengikut, sebesar apakah kesetiaan mereka kepada
“Guru” mereka itu? Salah satu bukti ujian
kesetiaan murid kepada Gurunya dapat kita lihat dalam nats Matius 8:18-22 ini.
II.
Penjelasan Nats
Ø Banyak Orang yang Rindu Menjadi Murid Yesus (Ay. 18 – 20)
Sebagaimana
telah dijelaskan di atas, jika ada seorang guru yang ternama maka seorang
Yahudi akan berusaha menjadi muridnya. Demikian juga dalam nats ini. Di
tengah-tengah banyaknya orang mengikut Yesus, seorang ahli Taurat datang kepada
Yesus untuk ‘mendaftarkan’ dirinya menjadi salah satu pengikutNya. “Guru, aku akan mengikut Engkau, kemana saja
Engkau pergi”. Sepintas kita bisa melihat bahwa ahli Taurat ini adalah
orang yang benar-benar mengenal Yesus dan karya-karyaNya. Hal ini tampak dari
perkataannya yang dengan mantap mengatakan akan menjadi pengikut Yesus. Namun,
bagaimana reaksi Yesus? Yesus tahu siapa orang yang datang kepadaNya tersebut
dan bagaimana latar belakangnya, sehingga Dia tidak mengatakan kata ‘Ya’ atau
‘Tidak’. Justru Yesus memberikan pertimbangan kepada Yahudi tersebut dengan
mengatakan, “serigala mempunyai liang dan
burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk
meletakkan kepalaNya”. Sepintas jika perhatikan jawaban Yesus, seolah-olah
tidak nyambung dengan permohonan si ahli Taurat tersebut. Namun, bagi orang
Yahudi jawaban ini cukup mudah untuk dimengerti. Ada 2 hal yang disampaikan
Yesus melalui jawaban ini. Pertama,
Dia ingin mengkritik para guru-guru Yahudi yang pasif dan hidup tenang dan
damai dalam wilayah kekuasaan Romawi tanpa peduli dengan kehidupan orang lain
yang seharusnya dia lindungi. Serigala (hewan buas) yang juga merupakan lambang
kerajaan Romawi. Burung (dalam nats ini,
burung yang dimaksud adalah burung betina yang suka menggoda dan kebiasaannya
bermalas-malasan di sarangnya setelah dia mendapatkan makanannya). Menurut
Yesus, para guru Yahudi itu memiliki sifat yang sama dengan kedua hewan itu.
Mereka bisa menjadi buas dan “memangsa”/ memeras rakyat miskin demi
kesenangannya. Mereka juga suka menggoda (menjilat) para pemimpin
Romawi demi kenyamanan mereka dalam istana dan suka duduk santai dalam
kemegahannya tanpa peduli dengan kehidupan sesamanya. Kedua, Yesus ingin menunjukkan perbedaanNya sebagai Guru dengan
guru-guru Yahudi itu. Jika dalam tradisi Yahudi, murid mencari guru untuk
meminta pengajaran, maka Yesus dengan aktif datang mencari dan memilih muridNya
dan memperhatikan kehidupan dan pergumulan para pengikutNya.
Ø Mengikut Yesus = Menyangkal diri dan Memikul Salib (Ay. 21 – 22)
Kita telah tahu betapa banyaknya pengikut Yesus
saat Dia melakukan pengajaran. Namun saat Dia tertangkap dan akan disalibkan,
hanya beberapa orang yang berani membela Yesus, bahkan para muridNya berlarian
entah kemana. Ini menjadi karakter manusia yang paling sulit dihilangkan, yaitu
mempertanggungjawabkan iman. Banyak orang takjub akan berkat yang diterima.
Akan tetapi saat ada masalah/ persoalan, tidak sedikit orang Kristen yang harus
menyangkal imannya. Dalam nats ini dijelaskan bahwa seorang lagi yang ingin
mengikut Yesus datang kepadaNya dan berkata, “Tuhan, izinkanlah aku pergi dahulu menguburkan ayahku”. Orang ini
menyebut Yesus dengan kata “Tuhan”. Artinya pengenalannya kepada Yesus lebih
baik dari pengenalan si ahli Taurat tadi. Dia siap mengikut Yesus, hanya saja
tidak pada saat itu. Dia mengajukan sebuah permintaan kepada Yesus, yaitu agar
Yesus memberinya ijin untuk lebih dulu menguburkan ayahnya sebelum mengikut
Yesus. Secara manusiawi dan tradisi, permintaan orang itu sangat wajar. Dia
pastilah berfikir bahwa dengan mengatakan demikian, maka dia akan mendapat
pujian dari Yesus sebagai ‘anak yang
berbakti kepada orang tua’. Namun jawaban Yesus justru di luar dugaannya. Dengan
tegas Yesus menjawab, “Ikutlah Aku dan
biarlah orang-orang mati menguburkan orang mati mereka”. Sekali lagi Yesus
memberikan jawaban yang sulit kita pahami, namun dapat mereka pahami dengan
jelas. Ada 2 persepsi tentang kematian yang dimaksud orang itu sehingga Yesus
memberikan jawaban yang demikian. Pertama,
dalam tradisi orang Yahudi ada yang mati secara jasmani dan ada juga yang
mati rohani/ adat Yahudi (dikatakan orang najis dan mereka dikucilkan dari
masyarakat umum). Mereka menjadi najis karena dalam adat Yahudi mayat adalah
sesuatu yang najis, jadi siapa yang bersentuhan dengan mayat otomatis juga
najis. Jadi maksud Yesus, jika benar ayah orang itu sudah meninggal bukan dia
yang menguburkannya. Kedua, kemungkinan
ayahnya belum meninggal, sehingga dia meminta kepada Yesus agar Yesus menunggu
sampai ayahnya meninggal, maka dia akan mengikut Yesus. Namun Yesus tidak ingin
ada orang yang mengikutNya dengan hati yang mendua. Yesus tidak ingin orang
yang mau mengikutNya memiliki banyak alasan atau dalih. Yesus menginginkan
orang-orang yang memiliki komitmen dalam mengikutnya, bahkan harus siap
meninggalkan kehidupannya yang lama dan berjalan dengan Yesus dalam
pembaharuan. Tidak ada kesempatan untuk mencari alasan untuk mengikut Yesus.
Orang yang siap besama dengan Yesus harus berkata, “Saya mau ikut Yesus sekarang dan
selamanya (KJ. No.375)”. Tentu saja Yesus tidak melarang pengikutNya
untuk menghormati orang tua, karena Dia juga paham benar dengan Titah kelima.
Tapi Yesus ingin mengajarkan kepada
mereka bahwa tidak ada yang boleh menghormati/ mematuhi apapun dan siapapun
melebihi kepatuhan dan hormat kepadaNya. Bahkan kasih kepada orang tua
sekalipun tidak boleh menjadi penghalang/ dalih bagi siapapun untuk menjadi
pengikut Yesus.
III.
Aplikasi
ü Yohanes 15:16
berkata, “Bukan kamu yang memilih Aku,
tetapi Akulah yang memilih kamu....” artinya, kita telah dipilih oleh Allah
menjadi anakNya bukan lagi hamba. Dengan demikian, kita telah berhak atas
warisan sorgawi. Kita juga dipilih dan ditebus bukan karena kita yang memilih
Dia sebagai penebus kita. Dengan demikian harus kita ketahui bahwa mengikut
Yesus itu harus terlebih dahulu ada perenungan yang dalam dari kita bahwa
kitalah penerus misiNya di bumi sebagai saksiNya. Bagaimana respon kita.?
ü Menjadi Kristen
bukan berarti semua perjalanan hidup menjadi lebih lancar dan bebas dari
persoalan. Justru bersama Yesus kita harus sanggup menyangkal diri kita dan
memikul salib. Tidak ada alasan kita untuk menolak panggilanNya. Tidak ada
alasan kita untuk menunda atau mengulur-ulur waktu. Bahkan seorang pengikut
Kristus tidak boleh berdalih untuk menghidupi panggilannya sebagai Kristen.
ü Setiap orang
Kristen pastilah mengenalan Yesus sebagai
Tuhan, namun pertanyaannya, sejauhmanakah Dia kita andalkan dalam hidup kita,
atau justru kita masih ragu akan kuasaNya sebagai Tuhan.?
ü Ketika kita
mengakui bahwa kita adalah pengikut Kristus dan kita telah menerima karya
keselamatan itu, maka kita harus meneladani sikap Elia dan Elisa yang tidak
menolak panggilan Tuhan. Elisa yang berlari menyambut Elia dan meninggalkan pekerjaannya
yang belum selesai. Bahkan dia mengembalikan semua harta orangtuanya,
(menyembelih 12 pasang lembunya dan bajaknya digunakan sebagai kayu bakar)
sebagai tanda dia telah siap menerima dirinya menjadi alat Tuhan. Bukan seperti
orang dalam nats ini yang berusaha mencari dalih dan alasan untuk menunda
panggilan Yesus.
ü Sebagai anak-anak
Tuhan, mulailah untuk menghentikan pekerjaan kita sejenak dan datanglah
bersekutu dengan Tuhan. Niscaya Tuhan akan semakin sayang kepada kita. Buktikan
itu dalam kesetiaan dalam ibadah, lembaga, sermon, kebaktian sektor, dll.
Jangan jadikan rasa letih, waktu, keluarga, kurang enak badan, jarak dan
sebagainya menjadi dalih untuk menghindari persekutuan dengan Tuhan, karena
Tuhan tidak berkenan kepada orang-orang demikian. Untuk itu, sebagai Kristen
sejati mari kita meninggalkan hidup lama kita seperti Elisa sebagai tanda kita
adalah orang-orang yang dipilih Yesus menjadi pewaris dalam kerajaanNya. Tuhan
Yesus memberkati. Amin.
C.Pdt. Polma
Hutasoit
Tidak ada komentar:
Posting Komentar