KERANGKA SERMON
EVANGELIUM MINGGU 4 Mei 2014
MISERICORDIAS DOMINI (Nyanyikanlah Kasih Setia Tuhan)
Ev : 1
Petrus 1 : 17 – 23 Ep : Yesaya 44 : 21 – 24 S.
Patik : Yakobus 1 : 22
Bersungguh-Sungguh Saling Mengasihi
I.
Pendahuluan
Petrus menulis surat pengharapan yang penuh
sukacita ini untuk memberikan kepada orang percaya pandangan yang ilahi dan
abadi di dalam Tuhan Yesus Kristus. Hal ini disampaikan Petrus untuk menguatkan
mereka yang mengalami penderitaan dan aniaya karena memilih untuk menjadi
pengikut Kristus. Dalam nats ini, Petrus mengajar tentang Allah yang menebus
kita melalui Yesus yang dimana melalui Dia juga kita berhak menjadi bagian
dalam Kerajaan Allah. Untuk itu, orang Kristen harus mampu membuktikan imannya
dalam perbuatan yang takut dan hormat kepada Allah, serta menerapkan kasih yang
benar kepada sasama dengan tulus dan ikhlas. Orang Kristen perlu dan harus
hidup dalam kasih karena kasih itulah yang menjadi karakter dan identitasnya.
II.
Penjelasan Nats
Ø (ay. 17)
“Dan jika kamu menyebut-Nya Bapa”. ‘Bapa’ di sini menunjuk kepada
Allah sebagai Bapa dari alam semesta yagn hidup dalam kekudusan. Petrus menyatakan hal itu untuk
mendorong dan
menguatkan orang-orang Kristen untuk terlibat dan ikut serta dalam jenis kelakuan yang
kudus (berbeda) yang sesuai bagi anak-anak Allah. Melalui perlakuan
seorang anak, maka nama
keluarga dipertaruhkan. Karena itu, katanya, “perhatikanlah secara mendalam bagaimana engkau berkelakuan”. Bapa yang dimaksud oleh Petrus adalah “Dia yang tanpa memandang muka menghakimi semua
orang menurut perbuatannya”. Kata
‘menghakimi’ menunjuk pada penghakiman dari Bapa. Itu berbicara tentang
penghakiman akhir dari Allah di antara umat-Nya dan juga menunjuk pada
penghakiman yang terus berlangsung dari Allah dengan melatih dan memerintah
anggota-anggota keluarga-Nya. Ia mengasihani semua anak-anak-Nya, dan menyediakan keselamatan
untuk semua, sehingga keselamatan itu tetap akan menjadi bagian mereka yang merespon kasih
Allah dengan hidup dalam
kehendak
dan perintah-Nya. Kasih Allah (AGAPE) selalu
digambarkan sebagai kasih yang tidak tergantung dari kehidupan dari orang yang
dikasihi. Karena itu, sering diartikan sebagai ‘kasih walaupun’, artinya ‘Allah tetap mengasihi kita walaupun
kita tidak layak dikasihi’.
“Maka hendaklah kamu hidup dalam ketakutan selama kamu
menumpang di dunia ini”. Petrus mengingatkan bahwa di dunia ini kita hanya tinggal sementara,
dan karena itu disebut ‘menumpang’. Akan tetapi, hidup yang hanya sementara ini menentukan hidup kita yang akan
datang
dalam kekekalan. Apakah kita akan
menerima hidup yang kekal atau sebaliknya. Agar beroleh hidup kekal itu, Petrus
mengatakan agar kita hidup dalam ‘ketakutan’.
Takut yang dimaksud adalah buah dari kasih kepada Allah dan pengenalan yang benar terhadap sang Pencipta yang Mahakuasa. Takut itu ditunjukkan melalui sikap hormat kepada Allah, hidup beribadah
kepada-Nya dan berpengharapan penuh kepada sang Bapa dalam segala aspek hidup.
Ø (ay.
18-19)
Mengapa Petrus mengajar untuk takut kepada Allah.?
Apakah supaya mereka diberkati atau diselamatkan.? Ternyata tidak. Setiap orang
harus taat dan takut akan Tuhan karena setiap orang telah diberkati
dan ditebus dengan darah yang mahal. ‘Penebusan’ tentu adalah
pembelian dari perbudakan. Yohanes 8:34, “Kata
Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang
berbuat dosa, adalah hamba dosa”. Melalui nats ini, jelas sekali bahwa
manusia telah dikuasai dan diperhamba dosa. Bahwa dosa itu memperbudak orang yang
melakukannya bisa terlihat dan
terasa pada ketidakmampuannya untuk membuang dosa itu. Karena itulah Allah mengambil inisiatif untuk
melepaskan dan membebaskan menusia dari belenggu dosa itu. Dengan demikian
Allah mengutus Anak-Nya yang tunggal sebagai korban dalam penebusan itu, karena
hanya dengan cara demikianlah manusia layak menjadi hamba Allah dan lepas dari
genggaman iblis.
Penebusan yang
dimaksud Petrus adalah penebusan ‘dari cara hidupmu yang sia-sia
yang kamu warisi dari nenek moyangmu’. Ini
jelas menunjuk pada kehidupan yang berdosa, dan kata ‘sia-sia’ menunjukkan bahwa kehidupan, tingkah laku yang kosong, bodoh,
dan tidak berguna, penuh dengan harapan yang sia-sia rasa takut yang sia-sia,
keinginan yang sia-sia dan tidak ada
gunanya di hadapan Tuhan. Manusia ditebus ‘bukan dengan
barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah
yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak
bernoda dan tak bercacat’. Ini menunjukkan bahwa tidak ada
yang bisa menebus kita dengan sempurna dari dosa kecuali darah dan pengorbanan
Yesus. Ini
menunjukkan bahwa Kristus merupakan penggenapan dari domba korban dalam
Perjanjian Lama, khususnya domba Paskah. Namun pengorbanan Yesus sempurna dan hanya berlaku
untuk selamanya serta memberikan jaminan kehidupan dan keselamatan yang kekal.
Ø (ay. 20)
“Ia telah dipilih sebelum dunia dijadikan”. Yesus Kristus adalah rencana
kekal Allah. Sebelum penciptaan dunia,
Ia ditentukan untuk pekerjaan yang diberikan kepadaNya untuk dilakukan. Kadang-kadang kita cenderung
berpikir tentang Allah yang mula-mula sebagai Pencipta dan lalu sebagai Penebus.
Mungkin kita berfikir bahwa Ia menciptakan dunia ini dan lalu pada waktu ciptaan
menjadi kacau, Ia mencari jalan untuk menyelamatkannya dan jalan itu adalah
Yesus Kristus. Tetapi di sini kita mendapatkan gambaran bahwa rencana Penebusan-Nya
bukanlah merupakan suatu tindakan darurat yang terpaksa Ia lakukan pada waktu
kehidupan ciptaan menjadi kacau. Rencana penebusan-Nya sudah ada sebelum
penciptaan. Inkarnasi,
kematian, dan kebangkitan Kristus bukanlah merupakan akibat atau hasil dari
perubahan rencana untuk menghadapi keadaan yang tadinya tidak terlihat; hal-hal
itu dilihat lebih dulu dan ditentukan lebih dulu dalam rencana kekal Allah.
Ø (ay. 21)
“Oleh
Dialah kamu percaya kepada Allah”. Kita tidak bisa percaya kepada Allah dan tidak bisa menerima anugerah keselamatan yang
kekal itu tanpa
melalui Kristus. Karena itu
baiklah kita mengingat bahwa Kristus tidaklah secara sia-sia disebut sebagai ‘gambar Allah yang tidak kelihatan’ (Kol
1:15), nama/ sebutan ini diberikan kepada-Nya untuk alasan ini, karena tidak
ada yang dapat sampai kepada Allah kecuali melalui Yesus. Dan hanya Kristus sendirilah yang
bisa menenangkan hati nurani kita, sehingga kita berani datang dengan yakin
kepada Allah dan menjadi anak-anak-Nya.
Petrus berbicara tentang
kebangkitan Kristus, supaya iman dan pengharapan mereka mempunyai dasar yang
teguh. Petrus membicarakan kebangkitan
Kristus dan pemuliaan-Nya, untuk menunjukkan bahwa penebusan Kristus telah
diterima oleh Allah, dan itu sebabnya Kristus bisa bangkit dan dimuliakan. Juga
semua ini menunjukkan bahwa kalau Kristus yang adalah kepala kita sudah
dimuliakan/ di surga, maka kita yang percaya, pasti juga akan dimuliakan dan
masuk surga bersama dengan Dia.
Ø (ay. 22)
“Karena kamu telah menyucikan
dirimu oleh ketaatan kepada kebenaran”. Penyucian dan ketaatan itu
dilakukan bukan dengan kekuatan sendiri, tetapi melalui Roh Kudus. Kita harus sadar bahwa hanya
dengan pertolongan Roh Kudus sajalah kita bisa maju dalam pengudusan, bukan hanya
dengan usaha sendiri. Karena itu, sambil berusaha menguduskan diri, kita harus
banyak berdoa memohon bantuan Roh-Nya yang kudus. “Sehingga kamu dapat mengamalkan
kasih persaudaraan yang tulus ikhlas, hendaklah kamu bersungguh-sungguh saling
mengasihi dengan segenap hatimu”. ‘Kasih
persaudaraan’
diterjemahkan dari kata Yunani PHILADELPHIA, yang berasal dari kata PHILEO (love/
mengasihi) atau PHILIA (kasih) dan ADELPHOS (brother/ saudara). Ini menunjukkan bahwa kasih
memang merupakan ciri khas dan identitas orang Kristen. Bandingkan dengan
Yoh 13:34-35 - “Aku memberikan perintah baru kepada kamu,
yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu
demikian pula kamu harus saling mengasihi. Dengan demikian semua orang akan
tahu, bahwa kamu adalah murid-muridKu, yaitu jikalau kamu saling mengasihi”. Karena itu harus kita renungkan: apakah ada saudara
seiman yang saudara benci atau tidak saudara senangi? Ingat bahwa Tuhan tidak
sekedar berkata ‘janganlah saling
membenci’ tetapi Ia berkata ‘hendaklah engkau saling mengasihi’.
Banyak orang mengasihi, tetapi
hanya dari luarnya saja (seperti: wajahnya tersenyum, kata-katanya ramah, dsb),
sedangkan hatinya sama sekali tidak mengasihi. Ini adalah kasih yang munafik,
yang tentu saja sebetulnya bukan kasih! Atau ada juga orang yang mengasihi dan
mau berbuat baik kepada orang lain, asal itu mendatangkan keuntungan bagi
dirinya sendiri. Ini adalah egoisme yang berselubungkan kasih! Kasih yang
dimaksud Petrus adalah ‘Kasih yang tulus
ikhlas’. Petrus melanjutkan ‘Hendaklah kamu
bersungguh-sungguh saling mengasihi
dengan segenap hatimu’. Petrus berpindah dari PHILEO/
PHILIA kepada AGAPAO/ AGAPE. Agape merupakan kasih yang paling mulia, sebab identik dengan kasih Allah, lahir dari Allah dan Allah sendirilah kasih itu (1 Yoh. 4:7-8).
Ø (ay. 23)
“Karena kamu telah dilahirkan
kembali bukan dari benih yang fana”. Kelahiran baru ia jadikan suatu alasan
lain mengapa kita harus menguduskan diri. Bukan dari benih yang fana (benih yang bisa rusak/ busuk/ mati). ‘Benih’ yang benar (dari Allah) merupakan elemen kasih karunia yang perlu untuk
kehidupan, sifat/ kecenderungan
yang baru, gambar Allah yang
dipulihkan / diperbaiki. Ini sama dengan apa yang Yohanes maksudkan pada waktu
ia berkata: ‘benihNya (yaitu, benih Allah) tetap ada di dalam dia’ (1 Yoh.
3:9). Benih yang tidak fana itu adalah firman Allah yang
hidup dan yang kekal.
III.
Aplikasi
 Sebagai orang Kristen, tidak ada alasan bagi kita
untuk mengatakan bahwa kasih Allah itu belum sempurna bagi kita. Mengapa.?
Karena untuk membuktikan betapa besar kasih-Nya kepada kita, tidak hanya berkat
saja yang Dia anugerahkan kepada kita, namun Anak-Nya yang tunggalpun Dia
korbankan demi keselamatan kita. Yang perlu kita pertanyakan adalah, apakah
yang telah saya korbankan untuk Tuhan selama saya mengenal-Nya.?
 Sebenarnya Allah tidak menuntut banyak hal dari
kita. Allah menginginkan kita untuk setia mempertahankan jati diri, identitas
dan karakter kita sebagai pengikut Kristus, yaitu hidup dalam kasih, dan
kitalah kasih itu. Yesus sendiri merangkum semua etika hidup manusia (Hukum
Taurat) menjadi hukum kasih (Mat. 22:37-40).
 Perikop ini mengajak dan menasehatkan kita untuk
menunjukkan identitas itu dalam hidup kita. Kita diperintahkan untuk mengasihi
dalam cara yang lebih mulia dan tulus ikhlas kepada semua orang tanpa memandang
latar belakang, status sosial dsb (Kasih Philia)
 Namun meskipun namanya kasih Philia, tetap landasan
dan dasar mengasihinya adalah Kasih Agape. Kasih Agape pada dasarnya adalah
buah dari ketulusan, mau berkorban demi kebaikan bersama dalam Kristus. Disana
ada kepedulian, serta memiliki kesetiaan kepada Tuhan.
 1 Mei 1927 dengan berlandaskan kasih, persaudaraan
dan kebersamaan, HChB resmi berdiri. Selama 87 tahun HKI mandiri dan selama
kita menjadi jemaat HKI, apakah pengorbanan kita untuk HKI demi kemuliaan
Kristus.? Apakah selama menjadi jemaat HKI kesadaran kasih kita kepada sesama
sudah semakin bertumbuh. Harapan kita adalah Tuhan semakin memampukan kita
memberikan yang terbaik untuk kemajuan HKI dan kemuliaan Tuhan dan dengan
menjadi jemaat HKI, kita mampu menunjukkan dan membuktikan jatidiri dan
identitas kita sebagai jemaat yang senantiasa hidup dalam kasih yang benar yang
bersumber dari Allah, sehingga kita tidak lagi hanya pendengar firman Tuhan,
namun kitalah pelaku-pelaku firman itu. Amin.
C.Pdt. Polma Hutasoit, S.Th
Untuk menebus hidup kita, Allah telah memberikan semua yang terbaik yang ada
pada-Nya. Hidup seperti apakah yang sudah dan akan kita persembahkan kepada-Nya?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar