KERANGKA SERMON EVANGELIUM MINGGU 2 November 2014
Minggu XX Setelah Trinitatis (Ketritunggalan
ALLAH/ Hasitolusadaan Ni TUHAN)
Ev : Mazmur 43 : 1 – 5 Ep : 1 Tesalonika 2 : 9 – 13
Allah Tempat Pengungsian
I.
Pendahuluan
Kitab Mazmur
merupakan susunan ungkapan hati Pemazmur kepada Tuhan untuk sebagai ungkapan
imannya kepada Tuhan. Ungkapan itu Pemazmur tuangkan melalui nyanyian, doa,
pujian maupun seruan meminta tolong kepada Tuhan. Semua itu menunjukkan
ketergantungan Pemazmur kepada Allah. Pemazmur merasa hampa dan tidak ada
apa-apanya tanpa Tuhan. Sehingga apapun yang dia hendak lakukan harus selalu
konsultasi kepada Tuhan dan selalu bersyukur ketika dia selesai melakukan
pekerjaannya. Demikian juga dengan perikop ini. Mazmur 43 ini merupakan
lanjutan dari pasal sebelumnya yang berisi doa permohonan tentang kerinduan Pemazmur
akan pertolongan Tuhan. Mazmur ini menunjukkan kepada kita bahwa penulisnya ada
dalam suasana stress, dikejar-kejar dan putus asa. Ia menghadapi suatu keadaan
dimana ia berhadapan dengan persoalan yang tidak dapat ia atasi, yang
memedihkan hati dan membingungkan jiwanya. Kehidupannya juga dikelilingi oleh
orang-orang kafir yang tidak mengenal ALLAH Israel, bahkan yang kerap
mengolok-oloknya karena ia bertahan dalam iman percayanya kepada Tuhan.
Pergumulan yang dihadapi Pemazmur menunjukkan betapa ia harus benar-benar
berjuang untuk membuktikan kesetiaannya kepada Tuhan meskipun banyak tantangan
yang ia hadapi.
II.
Penjelasan Nats
1.
Meyakini Pertolongan Tuhan (ay.
1 – 2)
Salah satu bukti iman
yang benar dari seorang Pemazmur adalah keyakinannya akan pertolongan Tuhan.
Dia tidak pernah ragu dan kuatir akan kemampuan Tuhan dalam menjawab
doa-doanya. Dengan keyakinan inilah pemazmur datang ke hadapan Tuhan
menyampaikan doa permohonannya. Ada 3 hal utama yang menjadi permohonannya
kepada Tuhan.
Pertama, “Berilah Keadilan kepadaku, ya Allah”. Pemazmur
sangat mengenal Allah karena ia memiliki dan menjalin hubungan yang erat dengan
Allah, sehingga dia tahu bahwa Allah itu adalah Allah yang adil, yang tidak
pernah kompromi dengan kesalahan, tidak memandang orang, status dan jabatan,
tidak berkenan terhadap penindasan dalam bentuk apapun. Berbeda dengan yang
dilakukan Pemazmur ini, umumnya yang terjadi ketika ada perkara yang terjadi,
maka mereka akan membuat pengaduan kepada hakim untuk menyelesaikan perkaranya.
Dalam hal ini ada kecederungan bahwa yang kaya dan memiliki jabatan akan dengan
mudah memenangkan perkaranya, sekalipun dia yang bersalah, karena keadilan
sudah dipermainkan dengan uang. Maka pantaslah, Pemazmur yang sehari-harinya
hidup dalam kasih Allah hanya percaya kepada Allah akan segala perkaranya.
Pemazmur memiliki keyakinan bahwa Allah akan meluputkan yang percaya dan
memberi hukuman yang setimpal bagi yang mempermainkan keadilan. Hal ini yang
perlu dimiliki oleh setiap umat Tuhan, bahwa salah satu syarat utama sebagai
umat Tuhan adalah memiliki keyakinan bahwa Tuhan sanggup menolong kita dalam
segala perkara. Sebenarnya tidak ada alasan bagi kita untuk meragukan itu,
hanya saja ketidaksabaran kita menanti kebenaran janji Allah itu membuat kita
sering memilih jalan pintas yang dianggap pantas padahal tidak benar bagi
Allah.
Kedua, “Perjuangkanlah perkaraku terhadap kaum yang
tidak saleh”. Ada banyak orang yang memilih berpindah keyakinan dan
menggadaikan imannya demi mencari keamanan dirinya sendiri, khususnya ketika
terjadi penghambatan atas iman percayanya. Ada juga orang yang merencanakan
pembalasan dendam ketika dia disakiti dan dihina. Namun bukan itu yang
dilakukan Pemazmur. Tantangan tidak mempengaruhi iman percayanya, malah semakin
memperkokoh iman dan ketergantungannya kepada Tuhan. Perbuatan orang yang tidak
mengenal Tuhan itu tidak dia balaskan, namun dia serahkan kepada Tuhan supaya
Tuhan yang membelanya. Dia sama sekali tidak mencari perlindungan kepada
penguasa atau mendirikan tembok pertahanan untuk melindungi dirinya, namun
menjadikan Tuhan sebagai tameng baginya, sehingga tidak ada satu orangpun yang
mampu mencelakakannya.
Ketiga, “Luputkanlah aku dari orang penipu dan orang
curang”. Dalam pelariannya Pemazmur sadar bahwa kalau bukan Tuhan yang
meluputkannya, mungkin dia akan mati di tangan orang-orang yang mengejarnya.
Untuk itu, ia tidak ragu lagi memohon kepada Tuhan agar para penipu dan orang
curang yang suka membalikkan fakta tidak mampu menjerumuskannya.
2.
Kerinduan Untuk Datang ke Rumah
Tuhan (ay. 3 – 4)
Yang lebih
mengagumkan dari Pemazmur adalah ketika dia memohon pertolongan Tuhan,
tujuannya bukan semata-mata hanya ingin bebas dari rencana jahat orang-orang
yang mengejarnya. Namun ada sebuah kerinduan dan harapan yang ia idam-idamkan
di hatinya. Dia rindu ketika ia Tuhan bebaskan, Tuhan juga menuntunnya untuk
berjalan menuju Bait Allah, bukan kembali ke rumahnya untuk berkumpul dengan
keluarganya. Mari kita lihat prinsip hidup Pemazmur dan kita bandingkan dengan
prinsip hidup kita. Dia memiliki prioritas utama dalam hidupnya, yaitu Tuhan.
Dia meminta tuntunan Tuhan untuk membawanya ke gunung Tuhan supaya di sana dia bisa
beribadah kepada-Nya. Tanda Pemazmur memprioritaskan rumah Tuhan dibanding
tempat lain adalah dapat kita lihat dalam Mazmur 84 : 11, “Sebab lebih baik satu hari di pelataran-Mu dari pada seribu hari di
tempat lain; lebih baik berdiri di ambang pintu rumah Allahku dari pada diam di
kemah-kemah orang fasik.” Teladan yang luar biasa yang ditunjukkan Pemazmur
harusnya memotivasi kita untuk juga memprioritaskan hadir di Rumah Tuhan untuk
beribadah untuk mensyukuri daripada hanya sekedar menikmati kebebasan dan
keselamatan yang diperolehnya. Baginya, datang ke rumah Tuhan, memuji Tuhan dan
bernyanyi bagi-Nya dengan memainkan kecapi (alat musik yang biasa digunakannya)
menjadi sukacita dan kegembiraan baginya.
3.
Berharap dan Bersyukur Kepada
Allah (ay. 5)
Pemazmur menenangkan
jiwanya sendiri yang sebelumnya tertekan dan gelisah karena beratnya tantangan
yang dia hadapi. Dia sadar bahwa tekanan dan kegelisahan itu akan menjadi
harapan yang pasti karena Tuhan yang menjadi penolong baginya. Inilah alasan
mengapa ia mengatakan, “Berharaplah
kepada Allah! Sebab aku bersyukur lagi kepada-Nya, penolongku dan Allahku (ay.
5)”. Dia tahu siapa yang berharap kepada Allah, maka tidak ada lagi alasan
untuk takut, kuatir dan gelisah karena Tuhan memberikan kelegaan. Ini sekaligus
pelajaran bagi bangsa Israel yang sering melupakan Tuhan ketika hidup mereka
Tuhan bebaskan dan doa mereka Tuhan jawab.
III.
Aplikasi
1.
Terkadang timbul pertanyaan dalam
kehidupan kita; “mengapa hal-hal buruk bisa terjadi bagi orang-orang yang
hidupnya benar?” Setidaknya ada dua alasan sederhana untuk menjawab pertanyaan
ini :
i.
Situasi ini mengingatkan kita, bahwa
kita semua adalah manusia berdosa
ii.
Yang kedua, adalah untuk menekankan
bahwa tidak seorangpun dapat terlepas dari persoalan.
Maka selama kita hidup dalam kebenaran bukan berarti hidup kita
terjamin bebas dari persoalan, bahkan tidak semua orang senang ketika kita
melakukan yang adil dan benar. Namun yang pasti teladan yang ditunjukkan
Pemazmur adalah, penolakan dan hinaan dari sekelilingnya sama sekali tidak
membuat dia menjadi kecut, malah semakin bergantung kepada Tuhan karena dia
tahu hanya di dalam Tuhanlah ada pertolongan yang sungguh.
2.
Pemazmur datang kepada Tuhan untuk
mengadu karena dia tahu bahwa dia mengalami tantangan yang berat justru karena
ia hidup di jalan Tuhan. Dalam Mazmur 44:23 dikatakan, “Oleh karena Engkau kami ada dalam bahaya maut sepanjang hari, kami
dianggap sebagai domba-domba sembelihan”. Sebagai pengikut Kristus, ini
yang menjadi andalan kita, bahwa ketika kita mengalami cobaan berat karena iman
kepada-Nya, jangan ragu berseru kepada-Nya memohon pertolongan-Nya. Ada
kepastian bahwa seperti Pemazmur yang Tuhan luputkan, maka kitapun akan
senantiasa Tuhan luputkan dari persoalan itu dan kita harus imani ketika kita
memikul salib dan berjalan dalam keadilan dan kebenaran, maka biarlah Tuhan
yang melakukan bagian-Nya untuk kita. Maka, “Berharaplah
kepada Allah! Sebab aku bersyukur lagi kepada-Nya, penolongku dan Allahku (ay.
5)”.
3.
Tanda syukur Pemazmur atas kebaikan
Tuhan yang meluputkannya adalah dia datang ke rumah Tuhan untuk memuji-Nya.
Saat ini sudah banyak orang Kristen yang hidupnya Tuhan berkati, lindungi, Tuhan
luputkan dari berbagai persoalan, namun ketika tiba waktunya untuk beribadah
kepada Tuhan, malah pergi ke tempat lain yang bukan untuk menyegarkan iman,
namun hanya menyegarkan jasmaninya saja. Hari Tuhan bukan untuk beribadah
kepada Tuhan, namun dijadikan sebagai hari libur untuk bersenang-senang,
padahal yang dinikmati justru merupakan berkat pemberian Tuhan. Sikap Pemazmur
ini harusnya menjadi teladan bagi kita. Tuhan tidak melarang kita untuk
menikmati berkat-Nya, namun tetaplah berikan waktu yang spesial bagi-Nya. Hanya
2 jam waktu kita yang perlu kita berikan pada-Nya untuk memuji dan mengucap
syukur atas segala kebaikan-Nya. Biarlah kita sama seperti Pemazmur, “pergi ke mezbah Allah, menghadap Allah,
yang adalah sukacitaku dan kegembiraanku, dan bersyukur kepada-Mu dengan
kecapi, ya Allah, ya Allahku”. Pergi ke rumah Tuhan bukan menjadi beban,
bukan hanya rutinitas, tapi menjadi sukacita dan kegembiraan bagi kita. Tuhan
Yesus memberkati. Amin.
C.Pdt. Polma Hutasoit, S.Th
“Karena Allah adalah
Sumber Keadilan, maka Mintalah Keadilan ALLAH, Imanilah Keadilan ALLAH dan
Mengucap Syukurlah akan Keadilan ALLAH”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar