Jumat, 31 Juli 2015

Mazmur 43 : 1 – 5, "Allah Tempat Pengungsian"

KERANGKA SERMON EVANGELIUM MINGGU 2 November 2014
Minggu XX Setelah Trinitatis (Ketritunggalan ALLAH/ Hasitolusadaan Ni TUHAN)
Ev  : Mazmur 43 : 1 – 5                              Ep  : 1 Tesalonika 2 : 9 – 13
Allah Tempat Pengungsian

I.              Pendahuluan
Kitab Mazmur merupakan susunan ungkapan hati Pemazmur kepada Tuhan untuk sebagai ungkapan imannya kepada Tuhan. Ungkapan itu Pemazmur tuangkan melalui nyanyian, doa, pujian maupun seruan meminta tolong kepada Tuhan. Semua itu menunjukkan ketergantungan Pemazmur kepada Allah. Pemazmur merasa hampa dan tidak ada apa-apanya tanpa Tuhan. Sehingga apapun yang dia hendak lakukan harus selalu konsultasi kepada Tuhan dan selalu bersyukur ketika dia selesai melakukan pekerjaannya. Demikian juga dengan perikop ini. Mazmur 43 ini merupakan lanjutan dari pasal sebelumnya yang berisi doa permohonan tentang kerinduan Pemazmur akan pertolongan Tuhan. Mazmur ini menunjukkan kepada kita bahwa penulisnya ada dalam suasana stress, dikejar-kejar dan putus asa. Ia menghadapi suatu keadaan dimana ia berhadapan dengan persoalan yang tidak dapat ia atasi, yang memedihkan hati dan membingungkan jiwanya. Kehidupannya juga dikelilingi oleh orang-orang kafir yang tidak mengenal ALLAH Israel, bahkan yang kerap mengolok-oloknya karena ia bertahan dalam iman percayanya kepada Tuhan. Pergumulan yang dihadapi Pemazmur menunjukkan betapa ia harus benar-benar berjuang untuk membuktikan kesetiaannya kepada Tuhan meskipun banyak tantangan yang ia hadapi.

II.           Penjelasan Nats
1.      Meyakini Pertolongan Tuhan (ay. 1 – 2)
Salah satu bukti iman yang benar dari seorang Pemazmur adalah keyakinannya akan pertolongan Tuhan. Dia tidak pernah ragu dan kuatir akan kemampuan Tuhan dalam menjawab doa-doanya. Dengan keyakinan inilah pemazmur datang ke hadapan Tuhan menyampaikan doa permohonannya. Ada 3 hal utama yang menjadi permohonannya kepada Tuhan.
Pertama, “Berilah Keadilan kepadaku, ya Allah”. Pemazmur sangat mengenal Allah karena ia memiliki dan menjalin hubungan yang erat dengan Allah, sehingga dia tahu bahwa Allah itu adalah Allah yang adil, yang tidak pernah kompromi dengan kesalahan, tidak memandang orang, status dan jabatan, tidak berkenan terhadap penindasan dalam bentuk apapun. Berbeda dengan yang dilakukan Pemazmur ini, umumnya yang terjadi ketika ada perkara yang terjadi, maka mereka akan membuat pengaduan kepada hakim untuk menyelesaikan perkaranya. Dalam hal ini ada kecederungan bahwa yang kaya dan memiliki jabatan akan dengan mudah memenangkan perkaranya, sekalipun dia yang bersalah, karena keadilan sudah dipermainkan dengan uang. Maka pantaslah, Pemazmur yang sehari-harinya hidup dalam kasih Allah hanya percaya kepada Allah akan segala perkaranya. Pemazmur memiliki keyakinan bahwa Allah akan meluputkan yang percaya dan memberi hukuman yang setimpal bagi yang mempermainkan keadilan. Hal ini yang perlu dimiliki oleh setiap umat Tuhan, bahwa salah satu syarat utama sebagai umat Tuhan adalah memiliki keyakinan bahwa Tuhan sanggup menolong kita dalam segala perkara. Sebenarnya tidak ada alasan bagi kita untuk meragukan itu, hanya saja ketidaksabaran kita menanti kebenaran janji Allah itu membuat kita sering memilih jalan pintas yang dianggap pantas padahal tidak benar bagi Allah.
Kedua, “Perjuangkanlah perkaraku terhadap kaum yang tidak saleh”. Ada banyak orang yang memilih berpindah keyakinan dan menggadaikan imannya demi mencari keamanan dirinya sendiri, khususnya ketika terjadi penghambatan atas iman percayanya. Ada juga orang yang merencanakan pembalasan dendam ketika dia disakiti dan dihina. Namun bukan itu yang dilakukan Pemazmur. Tantangan tidak mempengaruhi iman percayanya, malah semakin memperkokoh iman dan ketergantungannya kepada Tuhan. Perbuatan orang yang tidak mengenal Tuhan itu tidak dia balaskan, namun dia serahkan kepada Tuhan supaya Tuhan yang membelanya. Dia sama sekali tidak mencari perlindungan kepada penguasa atau mendirikan tembok pertahanan untuk melindungi dirinya, namun menjadikan Tuhan sebagai tameng baginya, sehingga tidak ada satu orangpun yang mampu mencelakakannya.
Ketiga, “Luputkanlah aku dari orang penipu dan orang curang”. Dalam pelariannya Pemazmur sadar bahwa kalau bukan Tuhan yang meluputkannya, mungkin dia akan mati di tangan orang-orang yang mengejarnya. Untuk itu, ia tidak ragu lagi memohon kepada Tuhan agar para penipu dan orang curang yang suka membalikkan fakta tidak mampu menjerumuskannya.

2.      Kerinduan Untuk Datang ke Rumah Tuhan (ay. 3 – 4)
Yang lebih mengagumkan dari Pemazmur adalah ketika dia memohon pertolongan Tuhan, tujuannya bukan semata-mata hanya ingin bebas dari rencana jahat orang-orang yang mengejarnya. Namun ada sebuah kerinduan dan harapan yang ia idam-idamkan di hatinya. Dia rindu ketika ia Tuhan bebaskan, Tuhan juga menuntunnya untuk berjalan menuju Bait Allah, bukan kembali ke rumahnya untuk berkumpul dengan keluarganya. Mari kita lihat prinsip hidup Pemazmur dan kita bandingkan dengan prinsip hidup kita. Dia memiliki prioritas utama dalam hidupnya, yaitu Tuhan. Dia meminta tuntunan Tuhan untuk membawanya ke gunung Tuhan supaya di sana dia bisa beribadah kepada-Nya. Tanda Pemazmur memprioritaskan rumah Tuhan dibanding tempat lain adalah dapat kita lihat dalam Mazmur 84 : 11, “Sebab lebih baik satu hari di pelataran-Mu dari pada seribu hari di tempat lain; lebih baik berdiri di ambang pintu rumah Allahku dari pada diam di kemah-kemah orang fasik.” Teladan yang luar biasa yang ditunjukkan Pemazmur harusnya memotivasi kita untuk juga memprioritaskan hadir di Rumah Tuhan untuk beribadah untuk mensyukuri daripada hanya sekedar menikmati kebebasan dan keselamatan yang diperolehnya. Baginya, datang ke rumah Tuhan, memuji Tuhan dan bernyanyi bagi-Nya dengan memainkan kecapi (alat musik yang biasa digunakannya) menjadi sukacita dan kegembiraan baginya.

3.      Berharap dan Bersyukur Kepada Allah (ay. 5)
Pemazmur menenangkan jiwanya sendiri yang sebelumnya tertekan dan gelisah karena beratnya tantangan yang dia hadapi. Dia sadar bahwa tekanan dan kegelisahan itu akan menjadi harapan yang pasti karena Tuhan yang menjadi penolong baginya. Inilah alasan mengapa ia mengatakan, “Berharaplah kepada Allah! Sebab aku bersyukur lagi kepada-Nya, penolongku dan Allahku (ay. 5)”. Dia tahu siapa yang berharap kepada Allah, maka tidak ada lagi alasan untuk takut, kuatir dan gelisah karena Tuhan memberikan kelegaan. Ini sekaligus pelajaran bagi bangsa Israel yang sering melupakan Tuhan ketika hidup mereka Tuhan bebaskan dan doa mereka Tuhan jawab.

III.        Aplikasi
1.        Terkadang timbul pertanyaan dalam kehidupan kita; “mengapa hal-hal buruk bisa terjadi bagi orang-orang yang hidupnya benar?” Setidaknya ada dua alasan sederhana untuk menjawab pertanyaan ini :
i.                     Situasi ini mengingatkan kita, bahwa kita semua adalah manusia berdosa
ii.                   Yang kedua, adalah untuk menekankan bahwa tidak seorangpun dapat terlepas dari persoalan.
Maka selama kita hidup dalam kebenaran bukan berarti hidup kita terjamin bebas dari persoalan, bahkan tidak semua orang senang ketika kita melakukan yang adil dan benar. Namun yang pasti teladan yang ditunjukkan Pemazmur adalah, penolakan dan hinaan dari sekelilingnya sama sekali tidak membuat dia menjadi kecut, malah semakin bergantung kepada Tuhan karena dia tahu hanya di dalam Tuhanlah ada pertolongan yang sungguh.
2.        Pemazmur datang kepada Tuhan untuk mengadu karena dia tahu bahwa dia mengalami tantangan yang berat justru karena ia hidup di jalan Tuhan. Dalam Mazmur 44:23 dikatakan, “Oleh karena Engkau kami ada dalam bahaya maut sepanjang hari, kami dianggap sebagai domba-domba sembelihan”. Sebagai pengikut Kristus, ini yang menjadi andalan kita, bahwa ketika kita mengalami cobaan berat karena iman kepada-Nya, jangan ragu berseru kepada-Nya memohon pertolongan-Nya. Ada kepastian bahwa seperti Pemazmur yang Tuhan luputkan, maka kitapun akan senantiasa Tuhan luputkan dari persoalan itu dan kita harus imani ketika kita memikul salib dan berjalan dalam keadilan dan kebenaran, maka biarlah Tuhan yang melakukan bagian-Nya untuk kita. Maka, “Berharaplah kepada Allah! Sebab aku bersyukur lagi kepada-Nya, penolongku dan Allahku (ay. 5)”.
3.        Tanda syukur Pemazmur atas kebaikan Tuhan yang meluputkannya adalah dia datang ke rumah Tuhan untuk memuji-Nya. Saat ini sudah banyak orang Kristen yang hidupnya Tuhan berkati, lindungi, Tuhan luputkan dari berbagai persoalan, namun ketika tiba waktunya untuk beribadah kepada Tuhan, malah pergi ke tempat lain yang bukan untuk menyegarkan iman, namun hanya menyegarkan jasmaninya saja. Hari Tuhan bukan untuk beribadah kepada Tuhan, namun dijadikan sebagai hari libur untuk bersenang-senang, padahal yang dinikmati justru merupakan berkat pemberian Tuhan. Sikap Pemazmur ini harusnya menjadi teladan bagi kita. Tuhan tidak melarang kita untuk menikmati berkat-Nya, namun tetaplah berikan waktu yang spesial bagi-Nya. Hanya 2 jam waktu kita yang perlu kita berikan pada-Nya untuk memuji dan mengucap syukur atas segala kebaikan-Nya. Biarlah kita sama seperti Pemazmur, “pergi ke mezbah Allah, menghadap Allah, yang adalah sukacitaku dan kegembiraanku, dan bersyukur kepada-Mu dengan kecapi, ya Allah, ya Allahku”. Pergi ke rumah Tuhan bukan menjadi beban, bukan hanya rutinitas, tapi menjadi sukacita dan kegembiraan bagi kita. Tuhan Yesus memberkati. Amin.
C.Pdt. Polma Hutasoit, S.Th


“Karena Allah adalah Sumber Keadilan, maka Mintalah Keadilan ALLAH, Imanilah Keadilan ALLAH dan Mengucap Syukurlah akan Keadilan ALLAH”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar