Jumat, 31 Juli 2015

Matius 16 : 21 – 28, "Menyangkal Diri, Memikul Salib, Mengikut Yesus"

KERANGKA SERMON EVANGELIUM MINGGU 31 Agustus 2014
Minggu XI Setelah Trinitatis (Ketritunggalan Allah/ Hasitolusadaan Ni TUHAN)
Ev  :  Matius 16 : 21 – 28          Ep  : Yeremia 15 : 1521             S. Patik  : Matius 11 : 29 – 30
Menyangkal Diri, Memikul Salib, Mengikut Yesus

I.              Pendahuluan
Kehadiran Yesus ke dunia bertujuan untuk memberikan jaminan keselamatan kepada setiap orang yang percaya kepada-Nya, sehingga iman mereka tidak sia-sia. Dibanding kitab lain di PB, Injil Matius secara khusus lebih banyak menyebutkan peristiwa dalam kehidupan Yesus sebagai penggenapan PL. Injil ini yang menyebutkan atau menubuatkan gereja sebagai suatu wadah yang menjadi milik Yesus di kemudian hari (Mat 16 : 18; Mat 18 : 17). Salah satu tujuan Matius menulis Injil ini adalah untuk meyakinkan setiap orang bahwa Yesus adalah Anak Allah dan Mesias yang dinubuatkan oleh nabi PL, yang sudah lama dinantikan, dan untuk menunjukkan bahwa Kerajaan Allah dinyatakan di dalam dan melalui Yesus Kristus dalam cara yang belum pernah terjadi sebelumnya. Matius juga mengisahkan bahwa hampir semua orang Israel menolak Yesus dan kerajaan-Nya. Mereka tidak mau percaya karena Ia datang sebagai Mesias yang rohani dan bukan sebagai Mesias yang politis. Dalam nats ini, Petrus juga menunjukkan kerinduan yang sama dengan kaumnya yaitu memiliki pengharapan mesianik yang sanggup memulihkan kerajaan Israel dan mengakhiri kekuasaan Romawi.

II.           Penjelasan Nats
Ayat 21 dimulai dengan kata, “sejak waktu itu”. Maksudnya sejak pengakuan Petrus (16:16) yang sudah memiliki pengenalan akan diri-Nya sebagai Mesias, Anak Allah yang hidup. Maka Yesus mulai menyatakan kepada mereka bahwa Ia harus pergi ke Yerusalem untuk menyempurnakan tugas dan misi-Nya sebagai Mesias. Inilah kali pertama Yesus dengan jelas mengungkapkan tentang penderitaan yang akan dihadapi-Nya serta syarat-syarat unutk mengikut Dia. Yesus bernubuat berbicara tentang masa depan-Nya sebagai Mesias, sebagai Anak Manusia yang harus menerima siksaan bahkan mati sebagai upah dosa manusia berdosa. Ini pertama kali Yesus dengan jelas mengatakan bagaimana perjalanan pelayanan-Nya kepada para murid-Nya. Ia menganggap sudah saatnya untuk mengajar lebih lanjut tentang keMesiasan-Nya, dan Ia mengatakan bahwa Mesias harus menderita dan mati. Penolakan diri-Nya justru datang dari orang-orang yang menyebut diri mereka sebagai bangsa/umat pilihan Allah atau umat perjanjian yaitu tua-tua, imam-imam kepala dan ahli Taurat. Namun Yesus tetap memastikan bahwa kematian-Nya tidak kekal, karena Dia akan dibangkitkan pada hari ketiga.
Apa yang Yesus ajarkan dalam ay 21 itu kontras sekali dengan konsep/ kepercayaan murid-murid tentang Mesias, sehingga menimbulkan reaksi dari para murid-Nya, terkhusus Petrus. Petrus tidak dapat menyembunyikan keterkejutannya, bahkan dia sampai menarik Yesus ke samping agar Yesus tidak melanjutkan perkataan-Nya kepada murid-murid-Nya. Petrus katakan, “Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau.” Petrus tidak dapat menerima ucapan Yesus, sebab gurunya memiliki power atau kuasa yang telah disaksikan, berbagai mujizat penyembuhan, peneduhan angin ribut, segala masalah berat dapat dibereskanNya. Petrus tidak mau gurunya menerima penderitaan itu apalagi maut.
Mungkin Petrus berfikir bahwa perkataannya akan menenangkan Yesus dan Yesus mengubah pikiran untuk tidak pergi ke Yerusalem. Namun justru, Yesus merespon perkataan Petrus dengan kemarahan. Dengan tegas Yesus katakan, “Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia.” Kata-kata ini tidak ditujukan kepada setan/ iblis, tetapi kepada Petrus, karena Yesus berbicara kepada Petrus (ay. 23). kata ‘engkau’ dalam ayat ini jelas sekali menunjukkan bahwa Yesus berbicara kepada Petrus. Petrus yang pada perikop sebelumnya telah disebut sebagai ‘batu karang’, justru dalam perikop ini dia Yesus katakan sebagai ‘batu sandungan’, karena mengandalkan pikirannya dan berusaha mengarahkan Tuhan seturut dengan konsep berpikirnya. Ia disebut demikian karena ia menghalangi Yesus untuk melakukan misi-Nya! Untuk itu, Yesus menyingkap rahasia mengikut dan berjalan di jalan keselamatan itu. Ada 3 syarat utama yang harus dilakukan oleh orang percaya untuk berjalan di jalan Tuhan :
  1. Menyangkal Diri
Menyangkal diri berarti melupakan kepentingan sendiri (egoisme) dan ada penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan. Menjadi murid berarti mau mempertaruhkan seluruh yang ada padanya dan bersedia untuk menanggalkan haknya untuk mengorbankan diri dan mempersembahkan hidup hanya untuk Yesus. Ini berarti bahwa kita tidak lagi berusaha mencari hal-hal yang menyenangkan diri kita sendiri, atau yang mengenakkan diri kita sendiri, tetapi sebaliknya kita akan mencari hal-hal yang menyenangkan Tuhan! Penyangkalan diri berarti sebuah sikap yang diwujudkan dalam sebuah tekad, keinginan, komitmen, keberanian dan integritas.

  1. Memikul Salib
Salib melambangkan beban berat yang harus ditanggung dan dipikul oleh pengikut Kristus, penderitaan (1 Ptr. 2:21), kematian (Kis. 10:39), kehinaan (Ibr. 12:2), cemoohan (Mat. 27:39), penolakan (1 Ptr. 2:4) serta penyangkalan diri (Mat. 16:24). Memikul salib berarti bahwa kita tidak lagi berusaha mencari hal-hal yang menyenangkan diri kita sendiri, atau yang mengenakkan diri kita sendiri, tetapi sebaliknya kita akan mencari hal-hal yang menyenangkan Tuhan! Memikul salib berarti menderita karena taat kepada Kristus / ikut Kristus. Salib bukanlah ember yang memiliki pegangan untuk memudahkan kita untuk membawanya, atau benda lain yang memiliki gagang yang bisa dipegang. Salib hanya bisa dibawa dengan dipikul seperti yang Yesus praktekkan saat akan menjalani hukuman. Salib itu berupa penderitaan, penyakit, kemiskinan, kesusahan, disingkirkan, penolakan dan perlakuan lain yang tidak menyenangkan karena kebenaran dan iman kepada Kristus.
  1. Mengikut Dia
Teladan yang Yesus tunjukkan adalah Dia tidak hanya mengajar pengikut-Nya untuk melakukan apa yang baik dan benar dengan kata-kata, namun lebih dulu melakukannya. Untuk itulah Yesus mengajar ajar setiap pengikut-Nya mau berjalan di jalur yang ditetapkan Yesus. Ketika Dia mengatakan agar orang percaya menyangkal diri, maka Dia lebih dulu melakukan-Nya (Flp. 2 : 5 – 8). Ketika Dia mengatakan agar orang percaya memikul salib, maka Dia terlebih dahulu memikul salib dan bahkan sampai mati. Mengikut Yesus berarti tidak sebatas identitas sebagai orang Kristen, namun harus mampu menunjukkan karakter orang Kristen, yaitu yang kuat iman, setia, hidup dalam kasih, rela berkorban dengan berlandaskan iman. Hal-hal penting yang patut kita ikuti dari Yesus, seperti :
-         Ia beribadah dengan setia (Mat. 9 : 35)
-         Ia tetap berdoa dengan rutin (Mat. 14:23 ; 26:36 ; Luk. 6:12)
-         Ia menerima setiap orang yang datang kepada-Nya dan melayani dengan baik dan penuh kasih
-         Ia menentang hal-hal yang jahat dan yang menghujat Allah (Mat. 12 : 31)
-         Ia taat kepada Bapa di sorga dalam segala hal (Mrk. 14 : 36; Flp. 2 : 8)
Di ayat 25, Yesus menjelaskan orang yang mau mengikut Dia dan yang berusaha menghindar dari jalan-Nya. Ayat ini diucapkan Yesus untuk orang yang tidak mau menyangkal diri, tetapi sebaliknya, hidup untuk dirinya sendiri. Yang mau menyelamatkan nyawa, justru akan kehilangan nyawa. Kata-kata ini lebih hidup / berarti untuk orang-orang Kristen abad 1 – 3, yang menghadapi penganiayaan. ‘Menyelamatkan nyawa’ berarti mencari aman, tidak mau menghadapi resiko demi Kristus, tidak mau berkorban bagi Kristus. Ini jelas merupakan orang yang tidak cinta kepada Tuhan. Tidak ada cinta tanpa pengorbanan. Kehilangan nyawa sebagai wujud  cinta kasih kepada Kristus justru merupakan bagian dari jalan untuk memperoleh hidup yang kekal. Sebaliknya orang yang mempertahankan nyawanya untuk kesenangannya dan mengejar segala yang ada di dunia ini justru sedang berjalan menuju kekelaman.  Inilah yang Yesus katakan dalam Matius 19:24, “Sekali lagi Aku berkata kepadamu, lebih mudah seekor unta masuk melalui lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah.”
Ayat 27 menjadi penegasan kepada para murid-Nya bahwa Dia bukanlah sebatas Mesias yang ada dalam konsep berfikir mereka. Kedatangan-Nya saat itu adalah untuk membebaskan manusia dari belenggu dosa dan kuasa iblis. Sementara penghakiman akan terjadi ketika Ia telah datang untuk yang kedua kalinya dalam kemuliaan Bapa-Nya yang di sorga bersama dengan para malaikat-Nya. Saat itulah manusia akan diadilinya seturut dengan perbuatannya.
Sementara ayat 28 dijelaskan berbeda dari ayat 27, bahwa di ayat ini berbicara tentang peristiwa yang akan terjadi 6 hari kemudian di puncak Gunung Tabor, gunung di mana Yesus dimuliakan. Dalam peristiwa itu, Yesus akan mengalami transfigurasi/ berubah rupa (Mat. 17 : 2). Yesus memastikan hingga nantinya Yesus dimuliakan, tidak satu orangpun yang akan mengalami kematian. Hal ini memang terbukti bahwa Yudas yang menghianati Yesus baru mengalami kematian beberapa hari setelah peristiwa Yesus dimuliakan di atas Gunung Tabor itu (Mat. 27:5).

III.        Aplikasi
1.      Kegagalan Petrus dalam mengimani Yesus sebagai Mesias adalah ketika Yesus tidak sesuai dengan konsep berfikirnya. Sebagai orang percaya, kita harus berbuat sesuai dengan kehendak Tuhan dan mau diatur oleh Tuhan. Kita harus memposisikan diri dan pikiran kita di bawah otoritas Kristus.
2.      Perikop ini menetapkan ada 3 syarat utama untuk berjalan di jalan Tuhan, yaitu Mengikut Tuhan, Memikul salib (Setia) dan Mengikut Dia. Ketiga hal ini ditunjukkan dengan siap menerima konsekuensi untuk mengikut Yesus. Ketika salib itu diletakkan di bahu kita untuk dipikul. Mengikut yang dimaksud adalah tetap secara terus-menerus. Yang hidup dalam diri seorang murid hanyalah perintah Tuhan Yesus.
3.      Sebagai orang percaya, kita harus memiliki prinsip dan komitmen yang jelas. Sehingga kita mampu mengambil keputusan yang jelas seperti yang tertulis dalam KJ. No. 375. Ketika mengikut Yesus menjadi keputusan kita, maka ikutlah Dia dengan komitmen yang benar. Siaplah menyangkal diri (meninggalkan keegoan dan mengutamakan Tuhan), pikullah salib (berkorban dalam kebenaran) dan ikutlah Dia (jalan yang benar). Maka yang berjalan di jalan Tuhan akan akan mendapat hidup yang dijanjikan-Nya dalam Kerajaan-Nya. Tuhan Yesus memberkati. Amin.


C.Pdt. Polma Hutasoit, S.Th

9 komentar:

  1. Sangat terberkati dg renungan atau khotbah ini kiranya Tuhan Yesus trus memakai hambaNya untuk menjadi berkat bagi banyak orang. TYM

    BalasHapus
  2. Sangat membantu z dalam menyusun renungan.TYM hambanya

    BalasHapus
  3. Terimah kasih karna sudah memberikan penjelasan/makna tentang penderitan Yesus

    BalasHapus
  4. Tuhan kiranya semakin mengurapi hamba-Nya dalam menyampaikan kebenaran tentang keselamatan yang Tuhan telah anugerahkan bg slrh umat manusia dalam nama Tuhan Yesus Kristus.

    BalasHapus
  5. Tuhan Yesus memberkati....
    Sangat bersyukur... semakin dewasa saya dalam mengambil keputusan... semoga kita semakin luas "patimbulhon" harajaon ni Tuhan ta ...

    BalasHapus
  6. Terima kasih atas penjabaran firman yg luar biasa

    BalasHapus
  7. Puji Tuhan. Sangat diberkati, sangat mudah di pahami. Walau tadi sudah ikut ibadah online tapi saya baca ulang renungan hari ini. Semakin mengerti. Tuhan memberkati. Biarlah kita pun menjadi pengikut Kristus yg sesuai dengan konsep Tuhan bukan dgn konsep kita.

    BalasHapus
  8. Pujih Tuhan. Renungan yang luar biasa. Kiranya Nama Tuhan Terus dipermuliakan. Amin

    BalasHapus