KERANGKA SERMON EVANGELIUM MINGGU 26 Oktober 2014
Minggu XIX Setelah Trinitatis (Ketritunggalan
ALLAH/ Hasitolusadaan Ni TUHAN)
Ev : 1 Tesalonika 2 : 1 – 8 Ep : Mazmur 1 : 1 – 6 S. Patik :
Menyukakan Allah yang Menguji Hati
I.
Pendahuluan
Pada masa Romawi,
kota Tesalonika merupakan ibukota Makedonia dan merupakan kota pelabuhan yang
paling terkemuka. Penduduk kota ini adalah orang Yahudi yang tentu saja anti
Kristus. Ketika Paulus sudah berhasil mendirikan jemaat di sana, orang Yahudi
berhasil menghalangi Paulus dan menghentikan pelayanannya. Diapun harus
mengalami aniaya, sehingga harus menyingkir sampai ke Athena dan Korintus untuk
mengabarkan Injil. Paulus mengutus Timotius untuk menyelidiki keadaan jemaat
Tesalonika saat ia telah berada di Korintus. Setelah Timotius datang menemui
Paulus di Korintus dan membawa berita bahwa jemaat Tesalonika masih ada, maka
Paulus kembali mengutus Timotius untuk kembali ke kota Tesalonika dengan
membawa surat 1 Tesalonika ini dengan tujuan untuk mengungkapkan sukacitanya
karena jemaat itu masih tetap hidup dan teguh meskipun dia telah pergi
meninggalkan mereka. Paulus juga ingin melalui surat ini jemaat Tesalonika
tetap menjaga kesalehan dan kekudusan hidup mereka dan juga menjelaskan
bagaimana status orang yang mati di dalam Kristus. Dalam nats 1 Tesalonika 2 :
1 – 8 ini, Paulus kembali mengutarakan bagaimana pelayanan yang tulus yang ia
lakukan untuk jemaat Tesalonika kala itu. Meskipun tantangannya begitu berat,
namun dengan setia dan semangat ia tetap berusaha menumbuhkan jemaat Tuhan
disana.
II.
Penjelasan Nats
1.
Pelayanan Paulus Bukan Untuk
Kepentingan Pribadi (ay. 1 – 3)
Paulus menjelaskan
bagaimana ia melayani untuk jemaat Tesalonika. Paulus menggugah hati jemaat
Tesalonika agar mereka menyadari bahwa kedatangan dan pelayanan Paulus kepada
mereka tidaklah sia-sia atau hampa. Hal ini terbukti dari bertahannya jemaat
itu meskipun Paulus tidak lagi bersama dengan mereka. Paulus ingin menyadarkan
mereka bahwa untuk mendirikan jemaat itu Paulus harus mempertaruhkan nyawanya bahkan
mengalami aniaya. Untuk itu, jikalau mereka juga menghadapi tantangan yang
sama, hendaklah mereka hadapi dengan mengandalkan Tuhan. Pada ayat 2, Paulus
ingin mengungkapkan fakta bahwa sebagai pemberita Injil ia harus menghadapi
konsekuensi yang cukup berat yaitu ditangkap, diadili, dipenjara, difitnah.
Selain itu, Paulus juga menunjukkan perjuangannya yang begitu berat ketika
Paulus memberitakan Injil di Filipi sebelum ia memberitakan Injil di
Tesalonika. Fakta yang disampaikan oleh Paulus ini seolah-olah ingin menegaskan
kembali tentang motivasinya dalam memberitakan Injil. Pemberitaan Injil yang
dibawa oleh Paulus bukan untuk kepentingannya tetapi untuk kepentingan Allah
dan jemaat. Pada ayat 3 tersirat ungkapan tuduhan-tuduhan yang ditujukan
kepada Paulus. Pemberitaan Paulus dituduh sesat karena pemberitaan Injilnya
dikuasai oleh kepentingan pribadi dan menyesatkan. Namun Paulus menyanggah itu
dengan mengatakan, “Sebab nasihat kami
tidak lahir dari kesesatan atau dari maksud yang tidak murni dan juga tidak
disertai tipu muslihat”.
2.
Pelayanan Paulus Adalah
Perintah Allah (ay. 4 – 6)
Di ayat 4–6 Paulus memberikan semacam klarifikasi terhadap hal-hal
negatif yang dialamatkan kepadanya. Segala hal tentang pelayanannya coba
diungkapkan secara gamblang, tujuannya tiada lain adalah untuk meyakinkan jemaat
terhadap pemberitaan Injil. Paulus ingin menunjukkan ketidakbersalahannya
kepada jemaat di Tesalonika bahwa segala sesuatu yang dikerjakannya bukan
berasal dari dunia tetapi dari Allah. Allah sendiri yang telah menguji dan
mempercayakan pekerjaan pemberitaan Injil ini kepada Paulus. Ayat 4 diawali
dengan pernyataan Paulus bahwa segala sesuatu yang dia lakukan berasal dari
sumber yang tertinggi. Dalam alam pikir Yunani, segala sesuatu yang berasal
dari dunia adalah jahat. Anggapan ini dikaitkan dengan adanya tuduhan bahwa
ajaran Paulus diwarnai oleh hal-hal yang negatif, Rasul Paulus mengemukakan
pembelaannya dengan terbuka mengatakan bahwa pelayanan bukan untuk kepentingan
sendiri (ayat4-5), melainkan Allah yang melayakkan pelayanannya sehingga Paulus
dengan terbuka mengatakan tujuan pelayanannya demi kemuliaan Allah. Paulus
menempatkan Allah sebagai saksi atas pelayanannya, atas sikap yang tidak loba
dan bermulut manis. Sekalipun dengan sikap tersebut Paulus layak untuk mendapat
pujian dari jemaat maupun orang lain (bukan jemaat) tetapi bukan itu yang
menjadi tujuan pelayanan Paulus (ayat 6). Oleh karena itu keutamaan yang
dilakukan Paulus patut dipuji dan menjadi pujian tetapi bukan pujian manusia
yang dicari Paulus melainkan pujian untuk kemuliaan nama Allah.
3.
Ketulusan Pelayanan Paulus
seperti Kasih Seorang Ibu Kepada Anaknya (ay. 7 – 8)
Yang menarik dalam ayat 7 adalah Paulus menggunakan metafora
seorang ibu dalam menggembalakan jemaatnya. Dalam hal ini, Paulus menempatkan
diri diantara jemaatnya sebagai ibu yang merawat anaknya sendiri. Bahkan,
Paulus menganggap dirinya sebagai ibu yang melahirkan anaknya sendiri dan
menderita sakit bersalin. Sebenarnya, penggunaan metafora ini ingin menunjukkan
adanya kedekatan hubungan antara Paulus dengan jemaat Tesalonika. Sekaligus
Paulus ingin menolak tuduhan orang-orang di Tesalonika yang berlawanan dengan
Paulus. Melalui metafora ini pula, Paulus menegaskan bahwa ia tidak mungkin
menjerumuskan jemaat Tesalonika dengan ajaran-ajaran yang sesat, sama seperti
seorang ibu yang tidak akan mencelakakan anaknya sendiri. Pada ayat 8, Paulus
lebih menekankan sisi afektif dalam pembelaan dirinya. Ia mengulang kembali
pembelaannya dengan ungkapan yang berbeda yaitu dengan mengatakan: “demikianlah
kami, dalam kasih sayang yang besar akan kamu…..” Frase “kasih sayang” dalam
ayat ini diambil dari sifat-sifat yang dimiliki wanita. Selain itu, Paulus
juga menegaskan bahwa sebagai pemberita Injil ia telah rela memberikan seluruh
hidupnya sebagai bukti kasih sayangnya. Hal ini juga menunjukkan kualitas dari
kasih Paulus kepada jemaat Tesalonika yaitu kasih yang tidak mengharapkan
imbalan atau balasan.
III.
Aplikasi
1.
Dalam pemberitaan Injil, Paulus
menghadapi banyak sekali tantangan. Kadang kala ia harus meninggalkan kota di
mana ia melayani karena beratnya tantangan yang ia hadapi. Namun dia menghindar
bukan karena takut, namun dia mengingat akan pesan Yesus dalam Matius 10:23a, “Apabila mereka menganiaya kamu dalam kota
yang satu, larilah ke kota yang lain;”. Tentu Paulus tahu kapan ia harus
berjuang menghadapi tantangan itu dan tahu juga kapan ia harus menyingkir untuk
sementara waktu, karena Kristus yang bersama dia. Sebagai hamba Tuhan dan
jemaat Tuhan, pergumulan kita tidak lagi seberat yang dihadapi jemaat
Tesalonika dan Paulus. Untuk itu, firman Tuhan mengingatkan kita bahwa jika
tantangan iman datang kepada kita, “dengan
pertolongan Allah kita, maka kita akan beroleh keberanian untuk menegakkan
kebenaran dan memperjuangkan iman kita (bnd. Ay. 2)”
2.
Paulus berani memberitakan
kabar kebenaran dan melakukan tugas dari
Allah bukanlah semata-mata agar dirinya mendapat pujian, namun untuk menyukakan
Allah. Inilah teladan bagi kita, bahwa berbuat kebaikan dan menegakkan
kebenaran Tuhan bukanlah pilihan bagi kita, namun keharusan dan tanggungjawab
sebagai anak-anak Tuhan. Untuk itu, jika kita berhasil melakukan yang baik bagi
Tuhan, biarlah nama Tuhan yang dimuliakan melalui kita, bukan supaya kita yang
dipuja, sekalipun kita dapat melakukannya sebagai anak-anak Tuhan. Untuk itu,
marilah kita uji pekerjaan dan kelakuan kita sehari-hari, apakah benar-benar
sudah menyukakan hati Allah atau masih banyak yang harus kita perbaiki. Galatia
6 : 4 mengatakan, “Baiklah tiap-tiap
orang menguji pekerjaannya sendiri; maka ia boleh bermegah melihat keadaannya
sendiri dan bukan melihat keadaan orang lain.” Kiranya melalui segenap
aspek hidup kita, kit menyukakan hati Allah dan kita mampu menjadi berkat bagi
sesama kita. Tuhan Yesus memberkati. Amin.
C.Pdt. Polma Hutasoit, S.Th
Bisa bahan bahasa bataknya gak amang.
BalasHapusDibahasa batak kon jo amang
BalasHapus