Jumat, 31 Juli 2015

1 Tesalonika 2 : 1 – 8, "Menyukakan Allah yang Menguji Hati"

KERANGKA SERMON EVANGELIUM MINGGU 26 Oktober 2014
Minggu XIX Setelah Trinitatis (Ketritunggalan ALLAH/ Hasitolusadaan Ni TUHAN)
Ev  :  1 Tesalonika 2 : 1 – 8                      Ep  : Mazmur 1 : 1 – 6        S. Patik :
Menyukakan Allah yang Menguji Hati

I.              Pendahuluan
Pada masa Romawi, kota Tesalonika merupakan ibukota Makedonia dan merupakan kota pelabuhan yang paling terkemuka. Penduduk kota ini adalah orang Yahudi yang tentu saja anti Kristus. Ketika Paulus sudah berhasil mendirikan jemaat di sana, orang Yahudi berhasil menghalangi Paulus dan menghentikan pelayanannya. Diapun harus mengalami aniaya, sehingga harus menyingkir sampai ke Athena dan Korintus untuk mengabarkan Injil. Paulus mengutus Timotius untuk menyelidiki keadaan jemaat Tesalonika saat ia telah berada di Korintus. Setelah Timotius datang menemui Paulus di Korintus dan membawa berita bahwa jemaat Tesalonika masih ada, maka Paulus kembali mengutus Timotius untuk kembali ke kota Tesalonika dengan membawa surat 1 Tesalonika ini dengan tujuan untuk mengungkapkan sukacitanya karena jemaat itu masih tetap hidup dan teguh meskipun dia telah pergi meninggalkan mereka. Paulus juga ingin melalui surat ini jemaat Tesalonika tetap menjaga kesalehan dan kekudusan hidup mereka dan juga menjelaskan bagaimana status orang yang mati di dalam Kristus. Dalam nats 1 Tesalonika 2 : 1 – 8 ini, Paulus kembali mengutarakan bagaimana pelayanan yang tulus yang ia lakukan untuk jemaat Tesalonika kala itu. Meskipun tantangannya begitu berat, namun dengan setia dan semangat ia tetap berusaha menumbuhkan jemaat Tuhan disana.

II.           Penjelasan Nats
1.      Pelayanan Paulus Bukan Untuk Kepentingan Pribadi (ay. 1 – 3)
Paulus menjelaskan bagaimana ia melayani untuk jemaat Tesalonika. Paulus menggugah hati jemaat Tesalonika agar mereka menyadari bahwa kedatangan dan pelayanan Paulus kepada mereka tidaklah sia-sia atau hampa. Hal ini terbukti dari bertahannya jemaat itu meskipun Paulus tidak lagi bersama dengan mereka. Paulus ingin menyadarkan mereka bahwa untuk mendirikan jemaat itu Paulus harus mempertaruhkan nyawanya bahkan mengalami aniaya. Untuk itu, jikalau mereka juga menghadapi tantangan yang sama, hendaklah mereka hadapi dengan mengandalkan Tuhan. Pada ayat 2, Paulus ingin mengungkapkan fakta bahwa sebagai pemberita Injil ia harus menghadapi konsekuensi yang cukup berat yaitu ditangkap, diadili, dipenjara, difitnah. Selain itu, Paulus juga menunjukkan perjuangannya yang begitu berat ketika Paulus memberitakan Injil di Filipi sebelum ia memberitakan Injil di Tesalonika. Fakta yang disampaikan oleh Paulus ini seolah-olah ingin menegaskan kembali tentang motivasinya dalam memberitakan Injil. Pemberitaan Injil yang dibawa oleh Paulus bukan untuk kepentingannya tetapi untuk kepentingan Allah dan jemaat. Pada ayat 3 tersirat ungkapan tuduhan-tuduhan yang ditujukan kepada Paulus. Pemberitaan Paulus dituduh sesat karena pemberitaan Injilnya dikuasai oleh kepentingan pribadi dan menyesatkan. Namun Paulus menyanggah itu dengan mengatakan, “Sebab nasihat kami tidak lahir dari kesesatan atau dari maksud yang tidak murni dan juga tidak disertai tipu muslihat”.

2.      Pelayanan Paulus Adalah Perintah Allah (ay. 4 – 6)
Di ayat 4–6 Paulus memberikan semacam klarifikasi terhadap hal-hal negatif yang dialamatkan kepadanya. Segala hal tentang pelayanannya coba diungkapkan secara gamblang, tujuannya tiada lain adalah untuk meyakinkan jemaat terhadap pemberitaan Injil. Paulus ingin menunjukkan ketidakbersalahannya kepada jemaat di Tesalonika bahwa segala sesuatu yang dikerjakannya bukan berasal dari dunia tetapi dari Allah. Allah sendiri yang telah menguji dan mempercayakan pekerjaan pemberitaan Injil ini kepada Paulus. Ayat 4 diawali dengan pernyataan Paulus bahwa segala sesuatu yang dia lakukan berasal dari sumber yang tertinggi. Dalam alam pikir Yunani, segala sesuatu yang berasal dari dunia adalah jahat. Anggapan ini dikaitkan dengan adanya tuduhan bahwa ajaran Paulus diwarnai oleh hal-hal yang negatif, Rasul Paulus mengemukakan pembelaannya dengan terbuka mengatakan bahwa pelayanan bukan untuk kepentingan sendiri (ayat4-5), melainkan Allah yang melayakkan pelayanannya sehingga Paulus dengan terbuka mengatakan tujuan pelayanannya demi kemuliaan Allah. Paulus menempatkan Allah sebagai saksi atas pelayanannya, atas sikap yang tidak loba dan bermulut manis. Sekalipun dengan sikap tersebut Paulus layak untuk mendapat pujian dari jemaat maupun orang lain (bukan jemaat) tetapi bukan itu yang menjadi tujuan pelayanan Paulus (ayat 6). Oleh karena itu keutamaan yang dilakukan Paulus patut dipuji dan menjadi pujian tetapi bukan pujian manusia yang dicari Paulus melainkan pujian untuk kemuliaan nama Allah.



3.      Ketulusan Pelayanan Paulus seperti Kasih Seorang Ibu Kepada Anaknya (ay. 7 – 8)
Yang menarik dalam ayat 7 adalah Paulus menggunakan metafora seorang ibu dalam menggembalakan jemaatnya. Dalam hal ini, Paulus menempatkan diri diantara jemaatnya sebagai ibu yang merawat anaknya sendiri. Bahkan, Paulus menganggap dirinya sebagai ibu yang melahirkan anaknya sendiri dan menderita sakit bersalin. Sebenarnya, penggunaan metafora ini ingin menunjukkan adanya kedekatan hubungan antara Paulus dengan jemaat Tesalonika. Sekaligus Paulus ingin menolak tuduhan orang-orang di Tesalonika yang berlawanan dengan Paulus. Melalui metafora ini pula, Paulus menegaskan bahwa ia tidak mungkin menjerumuskan jemaat Tesalonika dengan ajaran-ajaran yang sesat, sama seperti seorang ibu yang tidak akan mencelakakan anaknya sendiri. Pada ayat 8, Paulus lebih menekankan sisi afektif dalam pembelaan dirinya. Ia mengulang kembali pembelaannya dengan ungkapan yang berbeda yaitu dengan mengatakan: “demikianlah kami, dalam kasih sayang yang besar akan kamu…..” Frase “kasih sayang” dalam ayat ini diambil dari sifat-sifat yang dimiliki wanita. Selain itu, Paulus juga menegaskan bahwa sebagai pemberita Injil ia telah rela memberikan seluruh hidupnya sebagai bukti kasih sayangnya. Hal ini juga menunjukkan kualitas dari kasih Paulus kepada jemaat Tesalonika yaitu kasih yang tidak mengharapkan imbalan atau balasan.

III.        Aplikasi
1.        Dalam pemberitaan Injil, Paulus menghadapi banyak sekali tantangan. Kadang kala ia harus meninggalkan kota di mana ia melayani karena beratnya tantangan yang ia hadapi. Namun dia menghindar bukan karena takut, namun dia mengingat akan pesan Yesus dalam Matius 10:23a, “Apabila mereka menganiaya kamu dalam kota yang satu, larilah ke kota yang lain;”. Tentu Paulus tahu kapan ia harus berjuang menghadapi tantangan itu dan tahu juga kapan ia harus menyingkir untuk sementara waktu, karena Kristus yang bersama dia. Sebagai hamba Tuhan dan jemaat Tuhan, pergumulan kita tidak lagi seberat yang dihadapi jemaat Tesalonika dan Paulus. Untuk itu, firman Tuhan mengingatkan kita bahwa jika tantangan iman datang kepada kita, “dengan pertolongan Allah kita, maka kita akan beroleh keberanian untuk menegakkan kebenaran dan memperjuangkan iman kita (bnd. Ay. 2)”
2.         Paulus berani memberitakan kabar kebenaran  dan melakukan tugas dari Allah bukanlah semata-mata agar dirinya mendapat pujian, namun untuk menyukakan Allah. Inilah teladan bagi kita, bahwa berbuat kebaikan dan menegakkan kebenaran Tuhan bukanlah pilihan bagi kita, namun keharusan dan tanggungjawab sebagai anak-anak Tuhan. Untuk itu, jika kita berhasil melakukan yang baik bagi Tuhan, biarlah nama Tuhan yang dimuliakan melalui kita, bukan supaya kita yang dipuja, sekalipun kita dapat melakukannya sebagai anak-anak Tuhan. Untuk itu, marilah kita uji pekerjaan dan kelakuan kita sehari-hari, apakah benar-benar sudah menyukakan hati Allah atau masih banyak yang harus kita perbaiki. Galatia 6 : 4 mengatakan, “Baiklah tiap-tiap orang menguji pekerjaannya sendiri; maka ia boleh bermegah melihat keadaannya sendiri dan bukan melihat keadaan orang lain.” Kiranya melalui segenap aspek hidup kita, kit menyukakan hati Allah dan kita mampu menjadi berkat bagi sesama kita. Tuhan Yesus memberkati. Amin.
C.Pdt. Polma Hutasoit, S.Th

2 komentar: