Kamis, 23 Juli 2015

2 Raja-Raja 4 : 42 - 44, Minggu 26 Juli 2015

KERANGKA  SERMON EVANGELIUM MINGGU 26 Juli  2015
MINGGU VIII SETELAH TRINITATIS
Ev : Raja-Raja 4 : 42 – 44             Ep : Yohanes 6 : 1 – 21                  S. Patik : Markus 11  : 24
Percaya Dan Yakin Akan Kuasa TUHAN

I.              Pendahuluan
Setelah Nabi Elia terangkat ke sorga dengan disaksikan langsung oleh Elisa, maka Elisa menjadi penerus tongkat estafet pelayanan Elia. Dalam tugasnya sebagai nabi, dia menunjukkan kesetiaannya pada Tuhan sama seperti tuannya Elia. Dia menjadi abdi Allah yang berjalan di jalan Tuhan dan membuat orang bersukacita oleh pelayanannya. Ia memulihkan dan menyehatkan air yang mendatangkan malapetaka karena air itu air yang dikutuk (2 Raj. 2:19-22). Elisa juga menolong seorang janda dililit utang dengan membuat bejananya penuh dengan minyak (2 Raj. 4:1-7). Ia juga menolong perempuan Sunem dan anaknya (2 Raj. 4:8-37). Di Gilgal pada situasi kelaparan dan kekeringan, ia mengadakan mujijat dengan mengubah makanan beracun menjadi tidak beracun, sehingga bisa dimakan (2 Raj. 4:38-41). Dan dalam nats ini (2 Raj. 4:42-44), Elisa memberi makan seratus orang melalui pemberian seorang yang datang dari Baal-Salisa, yaitu 20 roti jelai serta gandum baru. Jumlah yang pastinya tidak cukup untuk mereka yang hadir saat itu, namun karena Elisa percaya dan yakin akan firman dan kuasa Tuhan, maka semua orang makan dan bahkan masih ada sisa sesuai firman Tuhan. Iman memang selalu menjadi jawaban atas segala ketidakyakinan dan kekuatiran manusia.

II.           Penjelasan Nats
1.        Pemahaman yang Benar Menuntun Kita Bersikap Benar
Krisis ternyata tidak hanya pernah melanda kehidupan modern ini, pada zaman Alkitabpun demikian. Krisis pernah melanda Gilgal. Pada saat itu seluruh negeri tersebut dilanda kelaparan. Teriakan dan tangisan akibat kelaparan terdengar di mana-mana. Namun, tidak ada yang mampu menolong. Tua-muda, besar-kecil, semua mengalami krisis. Di situasi seperti itu, datanglah seorang dari Baal-Salisa dengan membawa persembahannya kepada Abdi Allah. Orang ini membawa roti hulu hasil, yaitu dua puluh roti jelai serta gandum baru di dalam sebuah kantong. Orang Baal-Salisa ini datang ke Gilgal membawa Persembahannya kepada Tuhan melalui abdi-Nya/ hamba-Nya. Ada 2 hal yang perlu kita perhatikan dari sikap orang Baal-Salisa ini :
1)     Dia Tahu Kewajibannya
Orang Baal-Salisa ini memiliki pemahaman yang benar akan kewajibannya sebagai umat Tuhan. Dia paham bahwa segala yang dimilikinya bersumber dari Tuhan, maka pemahaman ini menuntunnya untuk memiliki sikap yang benar bahwa apa yang diterimanya harus dipersembahkan sebahagian kepada Tuhan. Situasi kelaparan dan krisis tidak menjadi alasan baginya untuk berhenti memberi yang terbaik bagi Tuhan. Bandingkan dengan hidup kita : Apakah situasi ekonomi dan keadaan mempengaruhi sikap kita kepada Tuhan dalam mensyukuri segala pemberian-Nya.? Apakah kita masih perhitungan untuk memberikan persembahan kita kepada Tuhan.? Apakah kita tahu apa kewajiban kita sebagai umat Tuhan.?
2)     Dia Tahu Kepada Siapa Persembahannya Diberikan
Mengapa ia datang ke abdi Allah.? Tentu orang ini mengimani apa yang tertulis dalam kitab Bilangan 18:13, “Hulu hasil dari segala yang tumbuh di tanahnya yang dipersembahkan mereka kepada TUHAN adalah juga bagianmu; setiap orang yang tahir dari seisi rumahmu boleh memakannya” (bd. Ulangan 18:4-5). Mengapa persembahan ini diberikan kepada Elisa dan bukan kepada para imam yang ada di Israel.? Sekali lagi, tindakannya ini menegaskan betapa orang ini adalah orang yang takut akan Tuhan dan memahami hukum-Nya. Dia tahu bahwa para imam yang ada di Israel tidak ada lagi yang benar (karena mereka adalah imam pilihan raja Yorebeam), mereka melayani raja dan bukan Tuhan, memimpin penyembahan berhala dan membiarkan penindasan terhadap kaum miskin.

2.        Asal Kita Percaya : Tuhan Memberi, Bahkan Melipatgandakan.
Jika membaca isi Kitab Bilangan 18:13 & Ulangan 18:4-5 ini, Elisa bisa saja mengambil persembahan orang Baal-Salisa ini untuknya sendiri. Namun apa yang dia katakan.? Malah dengan persediaan yang sangat minim itu, dia memerintahkan hambanya untuk memberikan dan membagikan makanan itu kepada semua orang yang ada di hadapannya (sekitar seratus orang). Dalam masa kelaparan ia bisa berpikir bahwa adalah bijaksana untuk menyimpan bagi dirinya sendiri persediaan makanan yang telah ia terima. Tetapi tidak. Ia percaya kepada Allah untuk masa depan. Yang pertama ia pikirkan adalah orang-orang lain yang lapar di sekitarnya. “Berikanlah itu kepada orang-orang ini, supaya mereka makan”. Dibutuhkan lebih banyak ketidak-egoisan dan sikap penuh perhatian seperti ini. Betapa banyak dari umat manusai yang mempunyai berlimpah-limpah, namun lupa untuk memikirkan mereka yang ada dalam kekurangan.
Perintah ini mendapat protes dari hambanya, “Bagaimanakah aku dapat menghidangkan ini di depan seratus orang?”. Keberatan dari pelayan ini cukup beralasan. Karena roti jelai ini hanya ada 20 potong dan ukurannya yang kecil. Dalam situasi normal, 1 roti hanya cukup bagi satu orang. Akan tetapi, dalam kondisi lapar, 1 potong bisa jadi tidak cukup untuk 1 orang. Jika ke-20 potong roti ini dibagikan, pasti akan menimbulkan masalah (rebutan) karena ada 100 orang yang kelaparan saat itu.
Namun kembali Elisa dengan imannya menegaskan bahwa Tuhan punya kuasa dan itu harus diimani, “beginilah firman TUHAN: Orang akan makan, bahkan akan ada sisanya.” Maka ketika makanan itu dihidangkan, semuanya makan, dan luar biasa makanan itu masih sisa, tepat seperti yang Tuhan firmankan melalui Elisa.

III.      Kesimpulan dan Refleksi

  •   Mengacu kepada nama Baal-Salisa, bisa saja fikiran dan pemahaman kita terarah akan penyembah berhala. Namun perlu kita pahami bahwa ada beberapa pengertian akan kata ini. Baal-Salisa berarti tuan (tempat) dari Salisa.[1] Baal sendiri memiliki beberapa arti yaitu, tuan, pemilik, guru, suami, dan juga tempat.
  •  Dalam perikop ini, Baal-Salisa berarti Allah yang melipatgandakan. Dia melipatgandakan berkat bagi anak-anak-Nya. Asal kita menaruh percaya kepada-Nya, tidak ada jalan yang tertutup. Tuhan mampu mengadakan mukjizat.
  • Dari nats ini ada 3 orang dengan sikapnya masing-masing.
1.      Orang Baal-Salisa. Iman menuntun dan mengajarnya memahami perintah Allah, sehingga ia melakukan apa yang menjadi kewajibannya kepada Tuhannya dengan baik dan benar. Seharusnya kita juga memiliki iman yang demikian. Kita harus pahami bahwa apa yang kita terima dari Tuhan harus kita gunakan untuk kemuliaan Tuhan dan menjadi sukacita bagi sesama kita tanpa bergantung terhadap suasana dan kondisi.
2.      Pelayan Elisa. Logika memang perlu karena itu juga pemberian Tuhan. Hanya saja, logika harus diterangi iman agar logika kita tidak menuntun kita kepada tindakan egoistis dan kekuatiran yang berlebihan yang bisa menghalangi kita menunjukkan kasih kita kepada Tuhan dan sesama.
3.      Elisa si abdi Allah. Bisa saja dia mendengarkan dan mempertimbangkan perkataan pelayannya demi keselamatan dan keberlangsungan hidupnya untuk tetap melayani Tuhan. Namun karena dia tahu akan kebenaran firman Tuhan, maka ego itu segera ia singkirkan dan sikapnya menjadi pelajaran bagi si pelayan dan kepada kita bahwa tidak baik mengorbankan sesama demi menyelamatkan diri sendiri. Justru dia lebih mengutamakan orang banyak makan daripada dirinya sendiri. Iman itu tidak egois, iman itu memperhatikan dan berkorban, bukan mengorbankan.

  • Jikalau kita yakin kepada Tuhan, jangan pernah berkata mustahil. Jikalau kita meyakini kuasa-Nya, jangan pernah berkata “tidak mungkin”. Tugas kita adalah percaya pada Tuhan dan mempercayakan hidup kita pada-Nya. Dia akan selalu memberkati dan menaungi kita dalam anugerah kasih-Nya.

Pdt. Polma Hutasoit, S.Th

Orang Yang Percaya dan Yakin Kepada TUHAN Tidak Akan Kekurangan Sesuatu Yang Baik.
Jika Anda Percaya dan Yakin Pada TUHAN, Jangan Pernah Berfikir dan Bertanya,
“Mungkinkah TUHAN Sanggup..??”



[1] Sumber : Alkitab Sabda

Tidak ada komentar:

Posting Komentar