Jumat, 31 Juli 2015

Keluaran 20 : 1 – 17, "Mengasihi Tuhan dan Berpegang Pada Perintah-Nya"

KERANGKA  SERMON EVANGELIUM MINGGU 08 Maret 2015
MINGGU OKULI (Mataku Tetap Terarah Kepada Tuhan)
Ev  : Keluaran 20 : 1 – 17             Ep  : 2 Korintus 1 : 3 – 7                Patik : I – X
Mengasihi Tuhan dan Berpegang Pada Perintah-Nya

I.              Pendahuluan
Menerima kesepuluh Firman Allah dari Musa merupakan salah satu aspek terpenting dari pengalaman bangsa  Israel di Gunung Sinai. Hukum Musa (Torah : ajaran) dapat dibagi dalam 3 bagian, yakni (1) Hukum Moral yang membahas peraturan-peraturan Allah untuk hidup kudus (Kel. 20:1-17). (2) Hukum Perdata yang membahas kehidupan hukum dan sosial Israel sebagai bangsa Tuhan (Kel. 21:1 – 23:33 dan (3) Hukum Keupacaraan yang membahas bentuk dan upacara penyembahan bangsa Israel pada Tuhan (Kel. 24:12 – 31:18). Perikop untuk Minggu ini adalah bagian Pertama tentang Hukum yang Membahas Peraturan-Peraturan Allah untuk hidup Kudus (Kel. 20 : 1 – 17), yang menuntun kita untuk senantiasa Mengarahkan Mata Kita kepada Tuhan (OKULI) dengan Mengasihi Tuhan dan Berpegang Pada Perintah-Nya. Kesepuluh Firman Allah yang diberikan-Nya kepada Musa ini dibagi dalam dua loh batu. Hukum I – IV mengajarkan mengenai hubungan manusia dengan Allah, sementara Hukum V – X adalah hubungan manusia dengan sesamanya sebagai wujud kasih kepada Allah.

II.           Penjelasan Nats
Kesepuluh Firman berisi Perintah dan Larangan Allah kepada bangsa Israel. Marthin Luther menuliskan bahwa Hukum Taurat memiliki 3 tujuan, yakni :
a.   Sebagai Pagar, untuk memlihara kita, memelihara hubungan kita dengan sesama dan menjaga keteraturan dunia ini.
b.   Sebagai Cermin, menunjukkan kepada kita dosa-dosa kita, sehingga kita butuh Juruselamat.
c.    Sebagai Penuntun, menunjukkan kepada kita bagaimana kita sebagai anak-anak Allah yang takut dan yang mengasihi Dia dapat menyenangkan Allah.
Kesepuluh Hukum ini ditulis langsung oleh Allah di atas dua buat loh batuHukum/ aturan yang Allah berikan kepada bangsa itu bertujuan untuk mengarahkan hidup mereka berjalan dengan kehendak Tuhan.

1.      Jalinan Hubungan Manusia dengan Allah (ay. 1 – 11)
(1)         Titah I mengingatkan dan mempertegas siapa Allah bagi bangsa Israel. Dialah TUHAN yang membebaskan bangsa itu dari perbudakan dan membawa mereka keluar menuju tanah perjanjian. Dialah Allah pemilik kita, Pencipta kita dan yang berkuasa menyelamatkan kita dari persoalan seberat apapun. Untuk itu, Dialah satu-satunya TUHAN yang harus disembah dan kepada-Nyalah kita berpengharapan. Tuhan menjadi Pusat dari segala aspek kehidupan kita.
(2)         Titah II memperjelas Titah I. Dalam Titah I, kita diarahkan untuk mengenal siapa itu TUHAN (dan karya-Nya), sementara Titah II mengajarkan bagaimana sikap kita kepada-Nya. TUHAN menjadi Allah satu-satunya yang harus disembah dan dipatuhi, seluruh ibadah kita hanya tertuju pada-Nya. Tujuan hidup orang percaya adalah mengasihi Allah dengan sepenuh hati dan hidupnya. Perselingkuhan iman akan berakibat buruk karena Tuhan akan memberi ganjaran atas penyelewengan itu bahkan sampai kepada keturunannya yang ketiga dan keempat. Sementara kasih setia akan menjadi bagian orang yang mengasihi-Nya dan berpegang pada perintah-Nya.
(3)         Hukum III mengajarkan bahwa nama Allah itu kudus sehingga manusia tidak boleh menyalahgunakan nama Allah demi kepentingannya, seperti untuk menutupi kebohongannya atau dosa lainnya. Nama Tuhan itu layak disebut dalam doa dan penyembahan.
(4)         Hukum IV menekankan agar orang Israel membedakan, mengkhususkan, mengistimewakan dan menguduskan (menyucikan) hari Sabat dari hari lainnya. Hari Sabat adalah hari di mana bangsa itu harus berhenti dari segala pekerjaannya dan memusatkan perhatiannya kepada hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan rohani serta mempererat hubungan pribadi dengan Tuhan, baik secara pribadi, keluarga maupun dalam persekutuan. Hari ini juga menjadi hari perenungan bagaimana Allah memberi mereka kebebasan dari perbudakan bangsa Mesir, sehingga mereka semakin menyadari bahwa mereka harus benar-benar sesuai perintah-Nya.

2.      Jalinan Hubungan Manusia dengan Sesamanya (ay. 12 – 17)
 Hukum Taurat menjadi suatu Hukum Kasih, yaitu Kasih kepada Allah dan Kasih kepada Sesama. Mengasihi Tuhan tapi tidak mengasihi sesama sama halnya dengan kebohongan. “Jikalau seorang berkata: "Aku mengasihi Allah," dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya” (1 Yoh. 4 : 20). Demikian juga yang mengasihi sesama tapi tidak hidup dalam perintah Allah, berarti dia hidup dalam kemunafikan dan kepura-puraan. 6 dari 10 Titah itu berisi bagaimana sesama umat Tuhan harus hidup sebagai aplikasi kasihnya kepada Tuhan.
(1)         Titah V mencakup semua tindakan baik, sikap hormat dan taat kepada orang tua. Sesungguhnya dalam hal ini, ada tindakan timbal balik antara orang tua dengan anak. Orang tua harus mampu mengajarkan anaknya menjadi anak yang takut akan Tuhan dan patuh kepada orang tua.
(2)         Titah VI melarang kita mengambil nyawa orang lain. Perjanjian Baru tidak hanya mengutuk pembunuhan (mengambil nyawa orang lain), namun kebencianpun dikatakan sebagai tindakan pembunuhan. “Setiap orang yang membenci saudaranya, adalah seorang pembunuh manusia. Dan kamu tahu, bahwa tidak ada seorang pembunuh yang tetap memiliki hidup yang kekal di dalam dirinya” (1 Yoh. 3:15)
(3)         Titah VII merupakan antisipasi terhadap ketidaksetiaan. Ketidaksetiaan akan menimbulkan perselingkuhan (baik secara jasmani maupun rohani), selingkuh terhadap pasangan hidup maupun selingkuh iman.
(4)         Titah VIII melarang kita mengambil yang bukan kepunyaan kita. Kecurangan, penipuan, korupsi adalah bentuk-bentuk pencurian yang tentu saja merugikan orang lain. Untuk itu Titah VIII menuntut umat Tuhan untuk hidup dalam kejujuran.
(5)         Titah IX mengarahkan kita untuk mengatakan segala sesuatu berdasarkan kebenaran tentang sifat atau tindakan orang lain. Titah ini mengajarkan kepada kita bahwa hubungan dengan sesama sangat tergantung kepada bagaimana kita berpendapat dan berkata-kata tentang dia.
(6)         Titah X menghendaki agar kita mampu menahan diri dalam keterbatasan kita. Titah X ini mengajar kita untuk lebih banyak bersyukur atas berkat Tuhan yang telah kita terima. Keinginan tanpa rasa syukur bisa menggiring kita kepada iri hati, tamak dan pada akhirnya melakukan segala cara untuk mendapatkan apa yang kita inginkan.

III.        Refleksi & Aplikasi
v  Tuhan memberikan Hukum Taurat kepada bangsa Israel bukan untuk membuat bangsa itu hidup seperti robot yang dikendalikan Allah. Tujuan Allah adalah agar hukum ini (1) Mengatur tingkah laku, (2) Memberitahukan apa dosa mereka, (3) Membangkitkan kesadaran mereka (4)Mencegah mereka jatuh ke dalam perbuatan yang tidak dikehendaki Allah, (5) Menyadarkan mereka bahwa TUHAN adalah satu-satunya Allah bagi mereka yang penuh pengampunan, kasih karunia dan Penebus manusia.
v  Hukum Taurat memang tidak menjadi jalan kesemalatan bagi orang Kristen, namun sebagai penuntun bagi kita untuk sampai Kristus datang, supaya kita dibenarkan karena iman (Gal. 3 : 24). Melakukan Hukum Taurat berarti kita menghidupi Hukum Kasih yang dirangkum Yesus dalam Matius 22 : 37 – 40.
v  Yesus telah menggenapi Hukum Taurat, sehingga melalui Dialah Allah akan berbiacara kepada kita. Dengan melakukan perintah Yesus dan mengasihi-Nya, maka kita mengimani bahwa di dalam Dialah keselamatan kita. Biarlah mata kita senantiasa tertuju pada Kristus yang telah menyelamatkan kita dan melayakkan kita menjadi pewaris Kerajaan-Nya. Amin.

C.Pdt. Polma Hutasoit, S.Th

1 komentar: