KERANGKA SERMON EVANGELIUM MINGGU 08 Maret 2015
MINGGU OKULI (Mataku
Tetap Terarah Kepada Tuhan)
Ev : Keluaran 20 : 1 – 17 Ep : 2 Korintus 1 : 3 – 7 Patik : I – X
Mengasihi Tuhan dan Berpegang Pada
Perintah-Nya
I.
Pendahuluan
Menerima kesepuluh Firman Allah
dari Musa merupakan salah satu aspek terpenting dari pengalaman bangsa Israel di Gunung Sinai. Hukum Musa (Torah : ajaran) dapat dibagi dalam 3
bagian, yakni (1) Hukum Moral yang membahas peraturan-peraturan Allah untuk
hidup kudus (Kel. 20:1-17). (2) Hukum Perdata yang membahas kehidupan hukum dan
sosial Israel sebagai bangsa Tuhan (Kel. 21:1 – 23:33 dan (3) Hukum Keupacaraan
yang membahas bentuk dan upacara penyembahan bangsa Israel pada Tuhan (Kel.
24:12 – 31:18). Perikop untuk Minggu ini adalah bagian Pertama tentang Hukum
yang Membahas Peraturan-Peraturan Allah untuk hidup Kudus (Kel. 20 : 1 – 17),
yang menuntun kita untuk senantiasa Mengarahkan Mata Kita kepada Tuhan (OKULI)
dengan Mengasihi Tuhan dan Berpegang Pada Perintah-Nya. Kesepuluh Firman Allah
yang diberikan-Nya kepada Musa ini dibagi dalam dua loh batu. Hukum I – IV
mengajarkan mengenai hubungan manusia dengan Allah, sementara Hukum V – X
adalah hubungan manusia dengan sesamanya sebagai wujud kasih kepada Allah.
II.
Penjelasan
Nats
Kesepuluh Firman berisi
Perintah dan Larangan Allah kepada bangsa Israel. Marthin Luther menuliskan
bahwa Hukum Taurat memiliki 3 tujuan, yakni :
a.
Sebagai
Pagar, untuk memlihara kita, memelihara hubungan kita dengan sesama
dan menjaga keteraturan dunia ini.
b.
Sebagai
Cermin, menunjukkan kepada kita dosa-dosa kita, sehingga kita butuh
Juruselamat.
c.
Sebagai
Penuntun, menunjukkan kepada kita bagaimana kita sebagai anak-anak
Allah yang takut dan yang mengasihi Dia dapat menyenangkan Allah.
Kesepuluh Hukum ini ditulis
langsung oleh Allah di atas dua buat loh batuHukum/ aturan yang Allah berikan
kepada bangsa itu bertujuan untuk mengarahkan hidup mereka berjalan dengan
kehendak Tuhan.
1.
Jalinan Hubungan Manusia dengan Allah (ay.
1 – 11)
(1)
Titah I mengingatkan dan mempertegas siapa Allah
bagi bangsa Israel. Dialah TUHAN yang membebaskan bangsa itu dari perbudakan
dan membawa mereka keluar menuju tanah perjanjian. Dialah Allah pemilik kita,
Pencipta kita dan yang berkuasa menyelamatkan kita dari persoalan seberat
apapun. Untuk itu, Dialah satu-satunya TUHAN yang harus disembah dan
kepada-Nyalah kita berpengharapan. Tuhan menjadi Pusat dari segala aspek
kehidupan kita.
(2)
Titah II memperjelas Titah I. Dalam Titah I,
kita diarahkan untuk mengenal siapa itu TUHAN (dan karya-Nya), sementara Titah
II mengajarkan bagaimana sikap kita kepada-Nya. TUHAN menjadi Allah
satu-satunya yang harus disembah dan dipatuhi, seluruh ibadah kita hanya
tertuju pada-Nya. Tujuan hidup orang percaya adalah mengasihi Allah dengan
sepenuh hati dan hidupnya. Perselingkuhan iman akan berakibat buruk karena
Tuhan akan memberi ganjaran atas penyelewengan itu bahkan sampai kepada
keturunannya yang ketiga dan keempat. Sementara kasih setia akan menjadi bagian
orang yang mengasihi-Nya dan berpegang pada perintah-Nya.
(3)
Hukum III mengajarkan bahwa nama Allah itu kudus
sehingga manusia tidak boleh menyalahgunakan nama Allah demi kepentingannya,
seperti untuk menutupi kebohongannya atau dosa lainnya. Nama Tuhan itu layak
disebut dalam doa dan penyembahan.
(4)
Hukum IV menekankan agar orang Israel
membedakan, mengkhususkan, mengistimewakan dan menguduskan (menyucikan) hari
Sabat dari hari lainnya. Hari Sabat adalah hari di mana bangsa itu harus
berhenti dari segala pekerjaannya dan memusatkan perhatiannya kepada hal-hal
yang berhubungan dengan kehidupan rohani serta mempererat hubungan pribadi
dengan Tuhan, baik secara pribadi, keluarga maupun dalam persekutuan. Hari ini
juga menjadi hari perenungan bagaimana Allah memberi mereka kebebasan dari
perbudakan bangsa Mesir, sehingga mereka semakin menyadari bahwa mereka harus
benar-benar sesuai perintah-Nya.
2.
Jalinan Hubungan Manusia dengan Sesamanya
(ay. 12 – 17)
Hukum Taurat menjadi suatu Hukum Kasih, yaitu
Kasih kepada Allah dan Kasih kepada Sesama. Mengasihi Tuhan tapi tidak mengasihi
sesama sama halnya dengan kebohongan. “Jikalau
seorang berkata: "Aku mengasihi Allah," dan ia membenci saudaranya,
maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang
dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya” (1 Yoh. 4
: 20). Demikian juga yang mengasihi sesama tapi tidak hidup dalam perintah
Allah, berarti dia hidup dalam kemunafikan dan kepura-puraan. 6 dari 10 Titah
itu berisi bagaimana sesama umat Tuhan harus hidup sebagai aplikasi kasihnya
kepada Tuhan.
(1)
Titah V mencakup semua tindakan baik, sikap
hormat dan taat kepada orang tua. Sesungguhnya dalam hal ini, ada tindakan
timbal balik antara orang tua dengan anak. Orang tua harus mampu mengajarkan
anaknya menjadi anak yang takut akan Tuhan dan patuh kepada orang tua.
(2)
Titah VI melarang kita mengambil nyawa orang
lain. Perjanjian Baru tidak hanya mengutuk pembunuhan (mengambil nyawa orang
lain), namun kebencianpun dikatakan sebagai tindakan pembunuhan. “Setiap orang yang membenci saudaranya,
adalah seorang pembunuh manusia. Dan kamu tahu, bahwa tidak ada seorang
pembunuh yang tetap memiliki hidup yang kekal di dalam dirinya” (1 Yoh.
3:15)
(3)
Titah VII merupakan antisipasi terhadap
ketidaksetiaan. Ketidaksetiaan akan menimbulkan perselingkuhan (baik secara
jasmani maupun rohani), selingkuh terhadap pasangan hidup maupun selingkuh
iman.
(4)
Titah VIII melarang kita mengambil yang bukan
kepunyaan kita. Kecurangan, penipuan, korupsi adalah bentuk-bentuk pencurian
yang tentu saja merugikan orang lain. Untuk itu Titah VIII menuntut umat Tuhan
untuk hidup dalam kejujuran.
(5)
Titah IX mengarahkan kita untuk mengatakan
segala sesuatu berdasarkan kebenaran tentang sifat atau tindakan orang lain.
Titah ini mengajarkan kepada kita bahwa hubungan dengan sesama sangat
tergantung kepada bagaimana kita berpendapat dan berkata-kata tentang dia.
(6)
Titah X menghendaki agar kita mampu menahan diri
dalam keterbatasan kita. Titah X ini mengajar kita untuk lebih banyak bersyukur
atas berkat Tuhan yang telah kita terima. Keinginan tanpa rasa syukur bisa
menggiring kita kepada iri hati, tamak dan pada akhirnya melakukan segala cara
untuk mendapatkan apa yang kita inginkan.
III.
Refleksi
& Aplikasi
v Tuhan
memberikan Hukum Taurat kepada bangsa Israel bukan untuk membuat bangsa itu
hidup seperti robot yang dikendalikan Allah. Tujuan Allah adalah agar hukum ini
(1) Mengatur tingkah laku, (2) Memberitahukan apa dosa mereka, (3)
Membangkitkan kesadaran mereka (4)Mencegah mereka jatuh ke dalam perbuatan yang
tidak dikehendaki Allah, (5) Menyadarkan mereka bahwa TUHAN adalah satu-satunya
Allah bagi mereka yang penuh pengampunan, kasih karunia dan Penebus manusia.
v Hukum
Taurat memang tidak menjadi jalan kesemalatan bagi orang Kristen, namun sebagai
penuntun bagi kita untuk sampai Kristus datang, supaya kita dibenarkan karena
iman (Gal. 3 : 24). Melakukan Hukum Taurat berarti kita menghidupi Hukum Kasih
yang dirangkum Yesus dalam Matius 22 : 37 – 40.
v Yesus
telah menggenapi Hukum Taurat, sehingga melalui Dialah Allah akan berbiacara
kepada kita. Dengan melakukan perintah Yesus dan mengasihi-Nya, maka kita
mengimani bahwa di dalam Dialah keselamatan kita. Biarlah mata kita senantiasa
tertuju pada Kristus yang telah menyelamatkan kita dan melayakkan kita menjadi
pewaris Kerajaan-Nya. Amin.
C.Pdt. Polma Hutasoit, S.Th
terimakasih pak pendeta
BalasHapus